- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 28 December 2022<\/li><\/ul><\/div>
Early Detection of Nasopharyngeal Cancer<\/a><\/h3>
Nowadays cancer is one of the scariest things. Considering that cancer tends to be deadly, it costs a lot to treat and care for it. In the ENT department, nasopharyngeal cancer is the cancer with the most or highest malignancy.\n\nAccording to the American Cancer Society, Nasopharyngeal Cancer or Nasopharyngeal Carcinoma (NPC) is a malignant tumor that most often grows in the nasopharynx. In general, nasopharyngeal cancer is a type of cancer that grows in the cavity behind the nose and behind the roof of the mouth.\n\n\n\nSymptoms of Nasopharyngeal Cancer\n\nIn patients with nasopharyngeal cancer, the symptoms can be divided into early symptoms and advanced symptoms, which are as follows:\n\nNasal symptoms characterized by nosebleeds,\nEar symptoms, namely hearing feeling full of one side,\nEye symptoms where the view is double\nWhat is most often found is the symptom at an advanced stage where there is already a lump in the neck which is the spread of the parent tumor.\n\n\nNasopharyngeal Cancer Risk Facts\n\nThe cause of nasopharyngeal cancer is multifactorial, not only one but many are linked, namely nitrosamines which are found in salted fish, then linked to cigarettes. 90% of patients with cancer are smokers because smoking is indeed one of the clear evidences that it can cause cancer. Family factors also play a role, are more at risk compared to other people who have no offspring in their family.\n\n\n\nHow to Prevent Nasopharyngeal Cancer\n\nTo prevent nasopharyngeal cancer, just like other cancers, namely as follows:\n\nAdopting a healthy lifestyle such as avoiding smoking and consuming excessive alcoholic beverages.\nAlso reduce the consumption of processed and salted foods because they contain nitrosamine compounds which can trigger the growth of cancer cells\nDo early detection if we have symptoms or we can also carry out routine medical check-ups to maintain and detect health problems as early as possible.\n\n\nWhen nasopharyngeal cancer is found at an early stage, the treatment will be easier so that the patient's quality of life will be better and the most important thing is that his recovery rate will be better if he is detected at an early stage.\n\n\n\nIf you have experienced it, Friends of Hermina can treat nasopharyngeal cancer together with dr. Yulvina Djamil, Sp.THT-KL(K) at Hermina Bekasi Hospital.\n\n\n\nDownload the Halo Hermina application to make an appointment with specialist doctors at Hermina Bekasi Hospital.\n\n\n\nFriends of Hermina can also do radiotherapy at the Radiation Oncology Installation of Hermina Bekasi Hospital as a cancer treatment step. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 13 October 2021<\/li><\/ul><\/div>
EPISTAKSIS<\/a><\/h3>
Epistaxis, also known as nosebleed, is the discharge of blood from the nose. Blood can come out of one or both nostrils with varying duration. Some last a few seconds, but some last more than 20 minutes. \n\n Nosebleeds are a symptom that some people may experience. However, this condition is more commonly experienced by children aged 3-10 years, the elderly, pregnant women, people with blood disorders, and people taking blood-thinning drugs. \n\n \nReason \n\n \nCauses of epistaxis can be local or systemic. Local causes are usually related to problems with the nose, paranasal sinuses and nasopharynx. Trauma is the most common cause of epistaxis, in children it is often caused by simple trauma, namely picking the nose. Systemic causes can be caused by cardiovascular disorders, hematological disorders and the use of anticoagulant drugs. Tumors also often cause epistaxis, especially in patients aged over 40 years. \n\n \nCLASSIFICATION \n\n Based on the location, epistaxis can be divided into two parts, namely: \n\n Anterior epistaxis \n\n Often in children and usually stops on its own. Bleeding may originate from the Kiesselbach plexus (Little's area) or the anterior inferior turbinate. \n\n Posterior epistaxis \n\n Posterior epistaxis can originate from the sphenopalatine artery and the posterior ethmoid artery. Bleeding is usually profuse and does not stop easily on its own. Often found in patients with hypertension, arteriosclerosis or other cardiovascular diseases. \n\n \n\n PATIENT EDUCATION \n\n How to wash your nose the right way \n Avoid blowing your nose / sides loudly and not sneezing too hard \n If you sneeze, do it with your mouth open \n Don't manipulate or pick your nose \n Avoid using aspirin or other NSAIDs \n Avoid using corticosteroid nasal spray for a while \n If there is recurrent mild epistaxis (push like a rice 5-10 minutes), use an ice pack \n\n \nPROGNOSIS \n\n With adequate management and addressing the cause, in general there is no recurrence. Several factors that play a role in recurrence are: age, history of hypertension, use of anticoagulants, previous history of severe epistaxis. \n\n \nFOLLOW UP \n\n The mean follow-up time after treatment of epistaxis was 7 weeks (2-19 weeks). Patients with hypertension should have regular check-ups with a cardiologist after discharge from the hospital. \n\n \nIf you have tried various ways to stop nosebleeds and have not succeeded, immediately consult a doctor or the nearest hospital emergency room. Especially if the nose has been pressed for more than 20 minutes and the blood has not stopped. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Banyumanik<\/a><\/li>
- 24 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
epistaksis/mimisan<\/a><\/h3>
Apa itu epistaksis/mimisan? \n\n Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab umum (kelainan sistemik. Hampir 90% dapat berhenti sendiri. Epistaksis bukan merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai gejala dari suatu kelainan. . Faktor etiologi harus dicari dan dikoreksi untuk mengobati epistaksis secara efektif. \n\n \n\n Apakah berbahaya? \n\n Perdarahan dari hidung dapat merupakan gejala yang sangat menjengkelkan dan mengganggu. Ia dapat pula mengancam nyawa. Perdarahan hidung tampak lebih sering terjadi pada masa awal kanak-kanak sampai pubertas. Pada kelompok usia tersebut Hampir 90% biasanya tidak serius. Epistaksis berat atau yang mengancam jiwa tampaknya meningkat dengan bertambahnya usia. \n\n Epistaksis adalah masalah klinis yang berbahaya, terutama bila berasal dari posterior (belakang). Sembilan puluh persen epistaksis berasal spontan dari pleksus pembuluh darah superfisialis didalam septum anterior inferior (pembuluh darah di dinding depan sekat hidung), dan lebih mudah ditangani . Sedangkan 10% adalah epistaksis posterior (belakang)., yaitu perdarahan yang berasal dari pembuluh darah di dalam dinding samping hidung bagian belakang dekat nasofaring dan disertai dengan mortalitas 4% sampai 5%. \n\n \n\n Penyebab epistaksis? \n\n Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik. \n\n 1. penyebab lokal : \n\n - Idopatik (tidak diketahui penyebabnya) mencapai 85% kasus, biasanya merupakan epistaksis ringan dan berulang pada anak dan remaja. \n\n - Trauma ; epistaksis dapat terjadi setelah trauma ringan misalnya mengorek hidung, bersin, mengeluarkan ingus dengan kuat, atau sebagai akibat trauma yang hebat seperti terpukul, jatuh, kecelakaan lalu lintas. \n\n - Iritasi ;epistaksis juga timbul akibat iritasi gas yang merangsang, zat kimia, udara panas pada mukosa hidung. \n\n - Pengaruh lingkungan, misalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi, tekanan udara rendah atau lingkungan udaranya sangat kering. \n\n - Benda asing, dapat menyebabkan epistaksis ringan unilateral (satu sisi ) disertai ingus yang berbau busuk. \n\n - Infeksi, misalnya pada rhinitis, sinusitis akut maupun kronis serta vestibulitis. \n\n - Tumor, baik jinak maupun ganas yang terjadi di hidung, sinus paranasal maupun nasofaring. \n\n - Iatrogenic, akibat pembedahan atau pemakaian semprot hidung steroid jangka lama. \n\n \n\n 2. penyebab sistemik : \n\n - Penyakit kardiovaskular, misalnya hipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti yang dijumpai pada arteriosclerosis, nefritis kronis, sirosis hepatic dan sifilis. Epistaksis juga dapat terjadi akibat peninggian tekanan vena seperti pada emfisema, bronchitis, pertusis, pneumonia, tumor leher dan penyakit jantung. Epistaksis juga dapat terjadi pada pasien yang mendapat obat anti koagulan (aspirin, walfarin, dll). \n\n - Infeksi, biasanya infeksi akut pada demam berdarah, influenza, morbili, demam tifoid. \n\n - Kelainan endokrin misalnya pada kehamilan, menarche, menopause. \n\n - Kelainan kongenital, biasanya yang sering menimbulkan epistaksis adalah hereditary haemorrhagic teleangiectasis atau penyakit Osler-Weber-Rendu. \n\n \n\n Bagaimana epistaksis bisa terjadi? \n\n Terdapat dua sumber perdarahan yaitu bagian anterior dan posterior. Pada epistaksis anterior,(depan) perdarahan berasal dari pleksus kiesselbach (yang paling sering terjadi dan biasanya pada anak-anak) yang merupakan anastomosis (pertemuan) cabang arteri ethmoidakis anterior, arteri sfeno-palatina, arteri palatine ascendens dan arteri labialis superior. \n\n Pada epistaksis posterior (belakang) , perdarahan berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri ethmoidalis posterior. Epistaksis posterior (belakang) sering terjadi pada pasien usia lanjut yang menderita hipertensi, arteriosclerosis, atau penyakit kardiovaskuler. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti spontan. \n\n \n\n Penanganan? (IGD) \n\n Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis. Kalau ada syok, perbaiki dulu keadaan umum pasien \n\n Pertama-tama keadaan umum dan tanda vital harus diperiksa. Anamnesis singkat sambil mempersiapkan alat, kemudian yang lengkap setelah perdarahan berhenti untuk membantu menentukan sebab perdarahan. \n\n Penanganan epistaksis yang tepat akan bergantung pada suatu anamnesis yang cermat. Hal-hal penting adalah sebagai berikut : \n\n \n riwayat perdarahan sebelumnya \n lokasi perdarahan \n apakah darah terutama mengalir ke dalam tenggorokan (ke posterior) ataukah keluar dari hidung depan (anterior) bila pasien duduk tegak \n lama perdarahan dan frekuensinya \n kecenderungan perdarahan \n riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga \n hipertensi \n penyakit hati \n gangguan anti koagulan \n trauma hidung yang belum lama \n obat-obatan misalnya aspirin, fenilbutazon (butazolidin). \n \n\n Dampak hilangnya darah harus ditentukan terlebih dahulu sebelum melakukan usaha mencari sumber perdarahan dan menghentikannya. Walaupun sudah dihentikan, kemungkinan fatal untuk beberapa jam kemudian untuk seorang pasien tua yang mengalami perdarahan banyak akibat efek kehilangan darahnya adalah lebih besar jika dibanding dengan akibat perdarahan (yang terus berlangsung) itu sendiri. Penilaian klinis termasuk pengukuran nadi dan tekanan darah akan menunjukkan apakah pasien berada dalam keadaan syok. Bila ada tanda-tanda syok segera infuse plasma expander. \n\n \n\n Penanganan yang bisa dilakukan sendiri? \n\n . Perdarahan hidung tampak lebih sering terjadi pada masa awal kanak-kanak sampai pubertas. Pada kelompok usia tersebut Hampir 90% biasanya tidak serius. Biasanya perdarahan yang terjadi sedikit, hanya menetes-netes, Mimisan semacam ini dapat ditangani sendiri dengan: \n\n \n menekan bagian lubang hidung dengan lembut dan hati-hati menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk membendung aliran darah selama kurang lebih 5-10 menit (sesuai waktu pembekuan darah normal) dengan posisi kepala menunduk, bukan menengadah (bisa terjadi aspirasi/tersedak). \n Cobalah bernapas melalui mulut \n Duduk dengan tenang dan jaga kepala lebih tinggi daripada jantung \n Kompres hidung dan pipi dengan es yang dibungkus handuk terutama pada kasus trauma \n \n\n \n\n Setelah darah berhenti, ada pula beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah darah keluar lagi, yaitu: \n\n \n Istirahat dengan posisi kepala agak ditinggikan, sekitar 30 hingga 45 derajat \n Jangan meniup hidung atau memasukkan apapun ke dalamnya. Jika harus bersin, buka mulut Anda sehingga udara akan keluar dari mulut bukan hidung. \n Jangan mengejan saat buang air besar, sebaiknya gunakan pelunak kotoran atau pencahar. \n Sementara jangan mengangkat benda yang berat \n Cobalah selalu menjaga posisi kepala lebih tinggi dari jantung \n Hindari minum obat yang dapat mengencerkan darah, seperti aspirin, ibuprofen, \n \n\n \n\n Boleh kah disumbat dengan sirih? \n\n Sebaiknya tidak dilakukan karena daun sirih biasanya tidak dibersihkan terlebih dahulu dan banyak mengandung bakteri, sehingga bakteri dapat masuk melalui pembuluh darah yang terbuka dan menimbulka infeksi. Lebih baik dipencet hidungnya seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Sirih juga cenderung dapat melukai permukaan dalam hidung pada waktu dimasukkan karena bentuknya yang tidak sesuai dengan rongga hidung. \n\n \n\n Komplikasi? \n\n Perdarahan yang hebat dapat menimbulkan syok dan anemia, akibatnya dapat timbul iskemia serebri, insufisiensi koroner dan infark miokard, sehingga dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu pemberian infuse dan tranfusi darah harus cepat dilakukan. \n\n Nikmati kemudahan pendaftaran melalui : \n1. Hermina Mobile Aplikasi (tersedia di Playstore/Appstore) \n2. Website : www.herminahospitals.com \n3. Call Center : 1500488 \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 24 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 13 October 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 28 December 2022<\/li><\/ul><\/div>