3 Jenis Skrining Pada Bayi Baru Lahir
Skrining pada bayi baru lahir bertujuan mendeteksi kemungkinan jika terjadi kelainan pada bayi. Skrining pada bayi baru lahir biasanya dilakukan sebelum ibu dan bayi pulang dari rumah sakit atau sesaat setelah bayi lahir. Tetapi umumnya proses skrining dilakukan sekitar 2 sampai 5 hari setelah bayi dilahirkan.
Pada dasarnya screening bayi baru lahir perlu dilakukan. Pasalnya ini membantu orang tua untuk mengetahui atau mendeteksi sejak awal apakah bayi mengalami masalah atau gangguan kesehatan. Tujuannya agar terhindar dari resiko yang bisa membahayakan anak di masa yang akan datang.
Setidaknya ada 3 jenis skrining yang bisa dilakukan pada bayi baru dilahirkan, diantaranya adalah :
1. Skrining Pendengaran
Untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan pendengaran atau tidak bisa dilakukan sejak dini. Ini bukanlah hal yang mudah karena pada bayi terdapat masa kritis berhubungan dengan pendengaran dan bicara.
Biasanya bayi mengalami priode kritis di usia 6 bulan pertama higga anak berumur 2 tahun. Apabila bayi mengalami masalah pendengaraan bawaan maka bisa diatasi sebelum berusia 6 bulan. Pada saat anak berusia 3 tahun akan memiliki kemampuan berbahasa dengan normal.
Skrining pendengaran pada bayi hanya menunjukkan apakah ada atau tidak respon terhadap rangsangan.
2. Skrining Penglihatan Pada Bayi
Masalah penglihatan umumnya terjadi pada bayi yang lahir prematur. Kondisi ini bisa menjadi penyebab kebutaan. Oleh sebab itu skrining harus dilakukan setelah bayi lahir untuk mengetahui dan melakukan pengobatan sesuai dengan kondisi penglihatan.
Pemeriksaan ini dilakukan pada saat bayi berumur 3 – 4 mingggu atau dengan berat kurang dari 1500 gram. Pemeriksaan penglihatan dapat dilakukan di kamar bayi atau ruang NICU setelah 1 hari dilahirkan.
Skrining penglihatan juga bisa dilakukan apabila bayi tidak dapat mengikuti objek di usia 3 bulan. Juga pada bayi yang memiliki riwayat katarak bawaan, penyakit metabolik di keluarga, retinoblastoma, dan juling.
3. Skrining Hipotiroid
Pemeriksaan pada bayi berikutnya adalah skrining hipotiroid untuk menditeksi adanya hipotiroid bawaan. Apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat bisa mengakibatkan retardasi gangguan mental berat.
Yang dimaksud dengan hipotiroid adalah kondisi kelenjar tiroid menurun atau tidak dapat berfungsi dengan baik. Umumnya skrining dilakukan pada saat bayi berumur 48 sampai 72 jam. Caranya dengan meneteskan sedikit darah di atas kertas khusus. Setelah darah kering, baru kemudian dilakukan skrining kadar hormon TSH.
Itulah 3 jenis skrining pada bayi yang baru lahir yang sebaiknya dilakukan untuk mendeteksi jika terdapat kelainan pada bayi. Apabila dilakukan secara cepat dan tepat, bayi dapat tumbuh kembang secara normal sebab mendapat penangan segera.
Sahabat hermina dapat berkonsultasi seputar kebutuhan Screening pada bayi kepada dokter spesialis anak di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina.