Anemia Aplastik ? Ini Penyebabnya

Anemia Aplastik ? Ini Penyebabnya

 

Anemia aplastik adalah kondisi langka yang terjadi ketika sumsum tulang gagal memproduksi cukup sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit yang diperlukan untuk fungsi normal tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan kelemahan, mudah lelah, dan meningkatkan risiko infeksi dan pendarahan. Mari kita telaah lebih dalam tentang anemia aplastik, termasuk penyebab, gejala, diagnosis, dan pengobatan.

Penyebab Anemia Aplastik:

Anemia aplastik sering kali disebabkan oleh kerusakan pada sel punca dalam sumsum tulang yang bertanggung jawab untuk menghasilkan sel darah baru. Penyebab kerusakan pada sel punca dapat beragam, termasuk:

- Faktor Genetik: Beberapa kasus anemia aplastik memiliki dasar genetik yang dapat diturunkan dari orang tua ke anak.

- Reaksi Autoimun: Sistem kekebalan tubuh menyerang sel punca dalam sumsum tulang, mengganggu proses pembentukan sel darah baru.

- Paparan Zat Toksik: Paparan zat kimia tertentu, seperti pestisida atau bahan kimia industri, dapat merusak sel punca.

- Infeksi Virus: Infeksi virus tertentu, seperti virus Epstein-Barr atau virus hepatitis, dapat menyebabkan anemia aplastik pada beberapa individu.

 

Gejala Anemia Aplastik:

Gejala anemia aplastik dapat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahannya. Beberapa gejala umum termasuk:

- Kelemahan dan Kelelahan yang Berlebihan: Merasa lelah bahkan setelah istirahat yang cukup adalah tanda umum anemia.

- Mudah Memar dan Pendarahan: Kulit mudah memar, gusi berdarah, atau perdarahan hidung yang sering muncul tanpa sebab yang jelas.

- Infeksi Berulang: Rentan terhadap infeksi sering, karena jumlah sel darah putih yang rendah.

- Sesak Napas: Kekurangan sel darah merah dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam darah, menyebabkan sesak napas.

 

Diagnosis dan Pengobatan:

1. Pemeriksaan Darah: Tes darah lengkap (CBC) digunakan untuk mengukur jumlah dan jenis sel darah dalam darah, dan dapat membantu mengkonfirmasi diagnosis anemia aplastik.

2. Biopsi Sumsum Tulang: Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel sumsum tulang untuk dianalisis di bawah mikroskop guna memeriksa kesehatan sel punca dan jumlahnya.

3. Terapi Suportif: Pengobatan awal untuk anemia aplastik sering melibatkan transfusi darah untuk mengatasi kekurangan sel darah merah, putih, dan trombosit.

4. Terapi Imunosupresif: Jika anemia aplastik disebabkan oleh reaksi autoimun, pengobatan imunosupresif dapat diresepkan untuk menekan respons sistem kekebalan tubuh.

5. Transplantasi Sumsum Tulang: Untuk kasus yang parah atau refraktori terhadap terapi lainnya, transplantasi sumsum tulang dapat menjadi pilihan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan yang sehat.

 

Pencegahan dan Prognosis:

Tidak ada cara pasti untuk mencegah anemia aplastik, terutama jika disebabkan oleh faktor genetik atau autoimun. Namun, meminimalkan paparan terhadap zat toksik dan menjaga kesehatan secara umum dapat membantu mengurangi risiko.

Prognosis anemia aplastik tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan respons terhadap pengobatan. Dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat, banyak individu dengan anemia aplastik dapat mencapai remisi atau kontrol yang baik atas kondisi mereka.

Anemia aplastik adalah kondisi serius yang membutuhkan diagnosis dan perawatan segera. Dengan pemahaman yang baik tentang gejala, pengobatan yang tepat, dan dukungan medis yang adekuat, banyak penderita dapat mengelola kondisi mereka dan menjalani kehidupan yang produktif. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan ke dokter spesialis penyakit dalam RS Hermina Ciruas.
 

Referensi :
- Adiyanti, S., & Azmi, F. H. "Faktor Risiko Anemia Aplastik pada Pasien Anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta." Majority 7.3 (2018): 92-98.

Desmond, Ronan, and Neal S. Young. "Aplastic anemia." New England Journal of Medicine 379.17 (2018): 1643-1656.

- Suryantari, T., & Tamin, M. "Profil Pasien Anemia Aplastik di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2017–Januari 2019." Jurnal e-Clinic (ECL) 7.1 (2019): 98-105.

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.