Apakah Benar Varises Dapat Terjadi di Anus?

Apakah Benar Varises Dapat Terjadi di Anus?

Varises merupakan kelainan pembuluh darah vena yang mengalami pembesaran secara tidak normal. Varises dapat terjadi di pembuluh vena manapun di dalam tubuh misalnya kaki, tangan, kerongkongan,  dan jika terjadi di anus maka disebut sebagai hemoroid.

Hemoroid yang lebih dikenal sebagai wasir atau ambeien merupakan pelebaran vena hemoroidalis yang disertai kelainan jaringan penopangnya (anal cushion). hemoroid dapat dibedakan menjadi dua yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna berdasarkan letak pembuluh darah yang terkena.


Mengenal Penyakit dan Pengobatan Hemoroid (Wasir) - RKZ Surabaya

Gejala dan Diagnosisi Hemoroid

Hemoroid seringkali tidak menunjukkan gejala dan ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan anus maupun teropong usus besar (kolonoskopi). Gejala yang paling sering ditemui adalah perdarahan dari anus, benjolan di daerah anus, keluar cairan dari anus, rasa tidak puas saat buang air besar dan rasa tidak nyaman di area bokong.

Pelebaran pembuluh darah dan peningkatan tekanan di anus menyebabkan pembuluh mudah pecah dan mengalami perdarahan. Pada hemoroid, darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feses, darah dapat berupa garis atau menetes hingga menyebabkan air toilet berwarna merah. Perdarahan yang terjadi terus menerus dapat mengakibatkan anemia berat (kurang darah). Rasa nyeri umumnya ditimbulkan jika terdapat  sumbatan aliran pembuluh vena (trombosis) akibat tekanan yang diperberat oleh infeksi.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, hemoroid dibagi menjadi hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna terjadi jika pembuluh darah yang mengalami pelebaran terdapat di bagian atas. Gejala yang dirasakan berupa keluarnya benjolan dari anus berwarna merah kebiruan dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat, yakni:

  • Derajat I: benjolan tidak nampak keluar anus.
  • Derajat II: benjolan keluar dari anus saat mengejan (ngeden) namun masih dapat masuk sendiri.
  • Derajat III: benjolan keluar dari anus saat mengejan (ngeden) dan baru dapat dimasukkan kembali dengan bantuan tangan.
  • Derajat IV: benjolan keluar dari anus dan tidak dapat dimasukkan kembali.

Hemoroid eksterna terjadi jika pembuluh darah yang melebar berada di bawah. Hemoroid eksterna dilapisi oleh kulit luar yang memiliki saraf lebih banyak sehingga akan terasa lebih nyeri dan kadang gatal. 

Selain berdasarkan gejala, hemoroid juga dapat ditemukan melalui pemeriksaan pemeriksaan area anus, colok dubur maupun teropong anus (anoskopi). Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain dari perdarahan anus, seperti keganasan.

Apa yang Menjadi Faktor Risiko Terjadinya Hemoroid?

Angka kejadian hemoroid cenderung meningkat seiring pertambahan usia, dengan usia puncak 45-65 tahun. Adapun faktor risiko yang menyebabkan seseorang menderita hemoroid diantaranya:

1.Sembelit

Sembelit atau konstipasi merupakan gangguan buang air besar yang ditandai dengan feses keras dan kering, defekasi sulit atau mengejan, atau penurunan frekuensi defekasi. Kebiasaan mengejan menyebabkan peningkatan tekanan di dalam saluran cerna sehingga menyebabkan penekanan pada vena sehingga vena jadi membesar. mengejan juga meningkatkan risiko hemoroid nampak keluar dari anus. Konstipasi sendiri disebabkan oleh beberapa hal misalnya diet rendah serat, stress psikologis dan kurangnya aktivitas fisik.

2.Obesitas

Sebanyak 75% pasien hemoroid interna mengalami obesitas. Hubungan antara hemoroid dan obesitas sebenarnya belum jelas. Belakangan diketahui bahwa obesitas dapat meningkatkan tekanan di dalam saluran cerna yang berperan pada penekanan vena di anus. Lemak berlebih pada tubuh juga berpotensi menimbulkan peradangan kronis yang menyebabkan kelainan pada vena serta lapisan anus. Selain itu, seseorang yang mengalami obesitas cenderung mengkonsumsi diet rendah serat.

3.Pengaruh Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang kurang menyebabkan tingginya kejadian hemoroid. Aktivitas fisik yang cukup mempengaruhi aktivitas otot diafragma, perut dan panggul sehingga aktivitas peristaltik atau pergerakan usus menjadi lebih baik dan memudahkan proses defekasi. Sebaliknya aktivitas fisik terlalu berat dapat menimbulkan peningkatan tekanan pada vena pleksus hemoroidalis, misalnya kegiatan angkat beban, mendayung, bersepeda dan berkuda.

4.Kehamilan

Kehamilan berpotensi meningkatkan angka kejadian hemoroid. Pada ibu hamil terjadi peningkatan tekanan perut akibat pertumbuhan janin serta perubahan hormon yang mengakibatkan pelebaran vena. Umumnya hemoroid pada kehamilan termasuk hemoroid sementara yang akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan.

5.Faktor Genetik

Studi terkait pengaruh faktor genetik terhadap angka kejadian hemoroid masih sangat minim. Suatu penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada gen yang menyebabkan gangguan pada lapisan mukosa usus, pembuluh darah dan anus pada pasien-pasien penderita hemoroid.

Tatalaksana Hemoroid

Penatalaksanaan hemoroid dibagi menjadi terapi non-bedah dan terapi bedah. 

Terapi non-bedah meliputi modifikasi gaya hidup misalnya menghindari mengejan berlebihan, menjauhi gaya hidup sedenter begitu pula olahraga yang terlalu berat. Selain itu, dianjurkan untuk banyak mengonsumsi makanan berserat dan minum yang cukup untuk memperlancar buang air besar sehingga tidak perlu mengejan berlebihan. Penggunaan obat melalui anus dan salep anus kurang efektif, namun dapat mengurangi nyeri dan risiko infeksi. Pasien hemoroid juga dapat diberikan obat pencahar untuk memperlancar dan melunakkan BAB.

Terapi non-bedah lain bertujuan untuk mencegah perburukan dari hemoroid meliputi ligasi atau pengikatan dengan karet, skleroterapi dan fotokoagulasi inframerah.

  • Ligasi umumnya untuk mengobati hemoroid interna derajat II dan III, hemoroid yang menonjol ditarik dengan tabung penghisap kemudian karet didorong dan ditempatkan rapat di sekeliling hemoroid. Pengikatan ini menyebabkan kematian jaringan yang menonjol yang pada akhirnya dapat terlepas sendiri. 
  • Skleroterapi biasanya diterapkan sebagai tatalaksana hemoroid interna derajat I dan II. Prosedur ini berupa penyuntikan larutan kimia ke dalam lapisan usus yang menyebabkan kematian jaringan hemoroid.
  • Fotokoagulasi memanfaatkan paparan cahaya inframerah yang mengakibatkan penggumpalan protein intrasel dan penguapan cairan intrasel sehingga sel-sel pada hemoroid menciut.

 

Terapi pembedahan umumnya digunakan pada hemoroid interna derajat IV, hemoroid yang mengganggu aktivitas dan jika hemoroid tidak membaik dengan terapi non-bedah.  terapi pembedahan meliputi hemoroidektomi eksisi, hemoroidektomi stapler dan ligasi arteri hemoroid.

Hemoroidektomi eksisi merupakan tindakan pemotongan hemoroid dengan pisau bedah. Bekas luka dapat ditutup dengan jahitan ataupun dibiarkan terbuka untuk proses penyembuhan jaringan. Efek pasca operasi yang sering ditemukan adalah perdarahan 1 minggu pasca operasi.

Hemoroidektomi stapler berupa pemasangan staples berbentuk cincin untuk mencegah prolaps hemoroid interna dan memfiksasi hemoroid ke dinding usus. Tindakan ini umumnya tidak menimbulkan nyeri pasca operasi.

Ligasi arteri hemoroid – rectoanal repair (HAL-RAR) merupakan metode baru dalam penatalaksanaan hemoroid. Metode ini memanfaatkan bantuan USG untuk mendeteksi pembuluh darah mana yang mengalami pelebaran, kemudian dilakukan pengikatan pembuluh darah untuk menghentikan suplai darah pada bagian yang mengalami hemoroid. Jaringan anal cushion dan lapisan mukosa yang turun diperbaiki dengan penjahitan. Metode ini menimbulkan sangat sedikit nyeri dan waktu penyembuhan pasca operasi yang lebih cepat.

Bila Anda dan keluarga mengalami gejala yang mengarah pada hemoroid, segera periksakan diri Anda dan keluarga pada spesialis Bedah dan Bedah Digestif RS Hermina Pasteur untuk penanganan paripurna yang paling tepat untuk Anda dan keluarga. Hermina Pasteur: Mengutamakan Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien!

Dibuat oleh dr. Andika Trya,

Ditinjau oleh dr. Nova Octoria Putri Saragih, SpB, FINACS

Referensi

De Marco S, Tiso D. Lifestyle and risk factors in hemorrhoidal disease. Front Surg. 2021; 8: 729166. Diakses pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8416428/

Mounsey AL, Halladay J, Sadiq TS. Hemorrhoids. Am Fam Physician. 2011;84(2):204-210. Diakses pada: https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2011/0715/p204.html

Dinata IGS, Pradiantini KHY. Diagnosis dan penatalaksanaan hemoroid. Gan Med J. 2021; 1(1): 38-47. Diakses pada: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/GM/article/view/31704/

Jakubauskas M, Poskus T. Evaluation and management of hemorrhoids. Dis Colon Rectum 2020; 63: 420–426

https://cme.lww.com/ovidfiles/00003453-202004000-00004.pdf

Lawrence A, McLaren ER. External hemorrhoid. Statpearls [Internet]; 2023. Diakses pada:  https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK500009/

 

 

 

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.