Bahaya Diabetes Melitus

Bahaya Diabetes Melitus

Diabetes mellitus adalah suatu kondisi gangguan metabolik kronik yang ditandai dengan hiperglikemia persisten. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, resistensi insulin, atau keduanya.

Diabetes mellitus secara luas diklasifikan menjadi tiga tipe berdasarkan penyebab dan manifestasi klini, antara lain diabetes mellitus tipe 1 (DMT1), diabetes mellitus tipe 2 (DMT2), dan diabetes gestasional (DM dalam kehamilan).

Diabetes Mellitus Tipe 1 (DMT1) terjadi sekitar 5% hingga 10% kasus DM, yang disebabkan oleh rusaknya sel-sel beta penghasil insulin pada kelenjar pankreas. Hal ini yang menyebabkan terjadinya kekurangan seksresi insulin secara mutlak.

Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) terjadi pada 90% kasus DM. DMT2 disebabkan oleh kurangnya respon sel-sel tubuh terhadap insulin, atau disebut resistensi insulin. Diabetes mellitus menjadi salah satu masalah kesehatan dunia. Organisasi International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang usia 20-79 tahun di dunia yang menderita DM. Seiring dengan bertambahnya usia, prevalensi DM juga meningkat. Perubahan pola hidup dan peningkatan obesitas, prevalensi DMT2 pun meningkat.

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) suatu kondisi hiperglikemia yang dideteksi selama masa kehamilan dan kadar gula darah kembali normal setelah persalinan. DMG umumnya terjadi pada usia kehamilan trimester kedua atau ketiga. Wanita dengan DMG memiliki risiko yang lebih tinggi terkena diabetes mellitus tipe 2 di kemudian hari. DMG dapat diperberat oleh hipertensi, preeklamsia, dan hidramnion. Janin dalam kandungan berisiko memiliki peningkatan berat dan ukuran badan, disebut makrosomia (bayi besar) atau kelaninan kongenital. Bahkan setelah lahir, bayi dapat mengalami gangguan pernapasan (respiratory distress syndrome) atau obesitas di kemudian hari.

FAKTOR RISIKO

  1. Obesitas

  2. Kurangnya aktivitas fisik

  3. Diet tinggi kalori

  4. Genetik ( memiliki anggota keluarga dengan DM)

  5. Riwayat penyakit hipertensi

  6. Mengalami diabetes mellitus gestasional sebelumnya

  7. Riwayat melahirkan dengan bayi makrosomia (>4.000 gram) pada kehamilan sebelumnya

Penderita diabetes mellitus dapat mengelami gejala-gejala klasik, seperti polyuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering merasa haus), polifagia (sering  atau cepat merasa lapar), dan penurunan berat badan.

Selain itu, gejala-gejala lain dapat berupa padangan kabur, kesemutan pada tangan atau kaki, kelelahan, luka yang lama sembuh, dan atau infeksi bakteri atau jamur.

Penegakkan diagnosis diabetes mellitus dilakukan dengan pemeriksaan kadar gula darah. Kriteria diagnosis pada diabetes mellitus, antara lain:

  1. Kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl. Gula darah puasa diambil setelah pasien puasa (tidak ada asupan kalori) selama minimal 8 jam.

  2. Kadar glukosa plasma >200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.

  3. Kada glukosa darah sewaktu >200 mg/dl disertai gejala klasik.

  4. Pemeriksaan kadar HbA1c >6,5%. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kadar glukosa darah dalam 2 sampai 3 bulan terakhir.

Indikasi skrining diabetes pada orang dewasa yang asimptomatik dilakukan apabila

  1. Tekanan darah lebih dari 135/80 mmHg

  2. Overweight atau memiliki minimal satu atau lebih faktor risiko (genetic dengan DM, TD >140/90 mmHg, kadar HDL <35mg/dL, dan atau kadar trigliserida >250mg/dL)

  3. American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan skrining pada usia 35 tahun tanpa adanya kriteria di atas.

PENYEBAB KOMPLIKASI

Hiperglikemia persisten yang tidak terkontrol dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi, baik akut maupun kronik. Diabetes mellitus salah satu penyebab penyakit kardiovaskular (CVD), kebutaan, gagal ginjal, dan amputasi anggota tubuh.Selain itu, komplikasi yang bersifat akut pada penderita diabetes mellitus, antara lain hipoglikemia, krisis hiperglikemia (ketoasidosis diabetikum dan hyperglikemia hyperosmolar state) dan hyperglycemic diabetic coma. Komplikasi kronik pada mikrovaskular, terdiri dari nefropati, neuropati, dan retinopati. Pada pembuluh darah besar (makrovaskular) seperti penyakit jantung koroner (PJK), peripheral artery disease (PAD), dan cerebrovascular disease.

 

PENGOBATANNYA

Pengobatannya paling dasar pada DMT1 dan DMT2 adalah pengaturan pola diet dan latihan (exercise).

Pengaturan pola makan menyesuaikan dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkan penderita diabetes mellitus. Tingginya prevalensi konsumsi makanan dan minuman manis dapat memberikan peran terhadap terjadinya diabetes mellitus. Diet yang disarankan, yakni diet rendah lemak jenuh, karbohidrat olahan, tinggi serat dan lemak tak jenuh.

Aktivitas fisik menyesuaikan dengan kemampuan tubuh, dikombinasikan dengan asupan makan. Penderita diabetes mellitus harus aktif secara fisik, dapat dilakukan seperti latihan aerobik selama 90 sampai 150 menit per minggu, atau aktivitas intensitas sedang yang lain. Pada penderita DMT2 yang obesitas targetnya adalah penurunan berat badan ke berat badan ideal dan gula darah yang terkontrol.

Terapi medikamentosa lini pertama pada penderita diabetes mellitus adalah metformin. Selain metformin, terapi lain seperti sulfonylurea, dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitors. Glucagon-like peptide-1 (GLP-I) receptor agonists, Sodium-glucose co-transporter-2 (SGLT2) inhibitors, pioglitazone, pada penderita kelainan hati dapat menggunakan alpha-glucosidase inhibitors, dan insulin. Penderita diabetes mellitus perlu memantau kadar gula darah secara berkala. Paling tidak setiap 6 bulan sekali perlu dievaluasi pengobatan dan modifikasi pola hidup. Diharapkan penderita diabetes mellitus dapat hidup sehat dan penyakitnya dapat terkontrol.

 

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.