Bell's Palsy: Klinis dan Penanganannya

Bell's Palsy: Klinis dan Penanganannya

Bell’s palsy merupakan kelemahan atau kelumpuhan saraf fasialis perifer akibat proses nonsupuratif, nonneoplastik, nondegeneratif yang diakibatkan oleh peradangan di bafian saraf fasialis (foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen stilomastoideus), bersifat akut dan penyebabnya belum diketahui secara pasti (idiopatik) dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan (Kartadinata dan tjandra, 2011).

Kejadian Bell’s palsy ini berkisar 23 kasus per 100.000 orang setiap tahunnya. Berdasarkan gejala klinisnya, terkadang masyarakat menganggap Bell’s palsy ini sebagai serangan stroke arau tumor sehingga perlu diketahui penerapan klinis Bell’s palsy tanpa melupakan diagnosis banding yang kemungkinan diperoleh dari klinis yang sama (Lowis dan Gaharu, 2012).

Masalah kecacatan yang ditimbulkan oleh bells palsy cukup kompleks, yaitu meliputi

- Impairment (kelainan di tingkat organ) berupa ketidaksimetrisan wajah

- Kaku bahkan berakibat terjadi kontraktur

- Disability atau ketidakmampuan (di tingkat individu) berupa keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari berupa gangguan makan dan minum, menutup mata, serta gangguan berbicara dan ekspresi wajah

- Handicap (di tingkat lingkungan) berupa keterkaitan dalam profesi dan masalah dari segi kejiwaan pasien

 

Onset Bell’s palsy adalah akut, dan sekitar satu-setengah dari kasus mencapai kelumpuhan maksimal selama 48 jam dan hampir semua berjalan dalam waktu lima hari. Nyeri di belakang telinga daapat mendahului kelumpuhan selama satu atau dua hari. Kelainan yang dapat terjadi lainnya termasuk:

- Kelumpuhan di seluruh otot ekspresi wajah

- Sudut mulut jatuh  

- Garis dan lipatan kulit juga terpengaruh

- Garis dahi menghilang

- Lipatan palpebral menghilang dan kelopak mata tidak tertutup sempurna

- Airmata yang menetes melewati pipi  

- Makanan atau minuman dapat menetes dari sudut mulut

- Rasa tebal atau mati rasa dan terkadang mengeluh nyeri di wajah

- Dapat menjadi lebih sensitif dan merasa nyeri jika mendengar suara-suara yang keras

- Gangguan pendengaran dan terkadang pusing berputar (dizziness)

 

Djamil dan Basjiruddin (Harsono, 2009 ) mengemukakan bahwa penyebab dari Bell’s palsy umumnya dikelompokkan sebagai:

Idiopatik: sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Namun, beberapa faktor yang diduga berperan menyebabkan Bell’s palsy antara lain: sesudah berpergian jauh dengan kendaraan, tidur di tempat terbuka, tidur di lantai, hipertensi, stress, hiperolesterolemia, diabetes mellitus, penyakit vascular, gangguan imunologik, dan faktor genetik.

Kongenital: kelahiran yang didapat saat lahir.

 

Beberapa teori mengenai etiologi Bell’s palsy, terdapat 4 teori yang dihubungkan dengan etiologi dari Bell’s palsy:

Teori iskemik vascular: saraf fasialis menjadi lumpuh secara tidak langsung karena gangguan regulasi sirkulasi darah di kanalis fasialis.

Teori infeksi virus: virus yang dianggap bertanggung jawab adalah Herpes Simplex Virus (HSV), yang terjadi karena proses reaktivasi dari HSV (tipe 1).

Teori herediter: terjadi karena kanalis fasialis yang sempit pada keturunan keluarga tersebut, sehingga menyebabkan predisposisi untuk terjadinya paresis fasialis.

Teori Imunologi: dikatakan Bell’s palsy terjadi akibat reaksi imnunologi terhadap infeksi virus yang timbul sebelumnya atau sebelum pemberian imunisasi (Annsilva, 2010)

 

Penatalaksanaan pada bells palsy dapat dilakukan dengan:

- Kortikosteroid (anti inflamasi) yang dapat diberikan 72 jam setelah onset, dengan dosis dimulai 50 mg prednisone selama 5 hari lalu diturunkan 10 mg per hari pada 5 hari berikutnya. Namun harus hati-hati pada pasien dengan kondisi sakit lain seperti diabetes mellitus, kelainan ginjal atau hepar, hipertensi, kehamilan, dan tukak lambung.

- Bila terdapat kecurigaan penyebabnya adalah virus dapat diberikan antivirus (acyclovir) dengan dosis 400 mg lima kali sehari selama tujuh hari.

- Menjaga kelembaban kornea dengan memberikan tetes mata pada siang hari untuk mencegah iritasi pada mata.

- Fisioterapi

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.