Berkenalan dengan Gangguan Kecemasan

Berkenalan dengan Gangguan Kecemasan

Cemas adalah salah satu dari bentuk emosi manusia.  Cemas merupakan respon normal manusia saat menghadapi bahaya, bahkan cemas sering disebut sebagai ‘alarm bahaya’ pada manusia. Dilihat dari fungsinya, sebenarnya cemas memiliki fungsi yang baik bagi manusia.  Hanya saja, jika ‘alarm’ ini berfungsi berlebihan, maka bisa menimbulkan gangguan pada manusia.

Cemas dalam kadar yang wajar, justru membantu manusia untuk mempersiapkan diri menghadapi masalah yang ada di sekitarnya. Saat kecemasan menjadi tidak terkendali dan memengaruhi fungsi manusia dalam kehidupan sehari-hari (fungsi pekerjaan dan fungsi sosial), maka kecemasan itu sudah menimbulkan gangguan pada manusia dan perlu dikelola. Bila kecemasan yang kita rasakan sudah tidak terkendali, maka itu saatnya kita membutuhkan bantuan profesional untuk menolong kita mengelola kecemasan yang kita rasakan.

Gangguan kecemasan dapat terjadi pada siapa saja dan cukup sering dijumpai pada masyarakat. Beberapa data menyatakan bahwa satu dari enam atau delapan orang dalam masyarakat, mengalami gangguan kecemasan. Ada beberapa jenis gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan panik dan beberapa pengelompokan yang lain.

 

 

Gejala Gangguan Cemas

Secara umum, kecemasan menimbulkan gejala fisik dan seringkali gejala fisik ini yang mempengaruhi fungsi seseorang.  Gejala fisik yang ditimbulkan dari masing-masing gangguan cemas memberikan gambaran yang belum tentu sama.

 

Gangguan Cemas Menyeluruh

Pada gangguan cemas menyeluruh didapatkan adanya rasa cemas dan khawatir yang berlebihan, yang berlangsung hampir setiap hari, sedikitnya sudah berlangsung selama 6 bulan, dan dirasakan pada beberapa situasi atau aktivitas. Pada kondisi ini, seseorang sulit untuk mengendalikan kekhawatirannya.

Pada gangguan cemas menyeluruh minimal dijumpai tiga dari beberapa gejala fisik berikut, yaitu rasa gelisah, mudah merasa lelah, sulit konsentrasi, mudah tersinggung, tegang pada beberapa otot dan gangguan tidur (sulit untuk memulai tidur atau terbangun-bangun atau tidur yang tidak memuaskan).

 

 

Gangguan Panik

Panik adalah ketakutan atau perasaan tidak nyaman yang memuncak dan mendadak yang terjadi dengan cepat (hitungan menit) yang terjadi bersamaan dengan gejala-gejala fisik. Letusan emosi ini dapat berawal dari kondisi yang tenang atau dari kondisi cemas.

Pada gangguan panik, minimal terjadi 4 dari gejala fisik berikut, yaitu: berdebar-debar atau denyut jantung yang berdetak kencang, berkeringat, tangan dan kaki gemetar, berat atau sulit bernafas, rasa seperti tersedak, nyeri dada, mual atau keluhan pada perut, rasa pusing, rasa seperti kepanasan, kebas atau hilang rasa pada tangan atau kaki, merasa seperti terlepas dari diri sendiri, timbul ketakutan untuk kehilangan kontrol diri dan timbul ketakutan akan kematian.  

Pada gangguan panik, gejala diatas minimal telah terjadi selama 1 bulan, disertai dengan kekhawatiran yang menetap tentang kemungkinan timbul panik selanjutnya atau adanya  perubahan perilaku bermakna  terkait panik (biasanya untuk menghindari timbulnya panik).

 

 

Penyebab Timbulnya Gangguan Cemas

Berbagai faktor berkonstribusi menyebabkan timbulnya gangguan cemas.  Faktor genetik menjadi salah satu faktor yang berperan. Hampir setengah dari pasien panik memiliki sedikitnya satu anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama. 

Dari faktor biologi, fungsi “alarm” pada cemas menstimulasi sistem syaraf otonom dan memberikan beberapa gejala kardiovaskuler (seperti takikardia), muscular (seperti sakit kepala), gastrointestinal (seperti diare) dan pernapasan (tachpnoe). Secara biologis juga terjadi perubahan pada beberapa neurotransmitter di otak.  Dari faktor psikologis, cemas dikatakan sebagai sinyal adanya bahaya bawah sadar (tanpa disadari), atau sebagai respon yang timbul pada stimulus lingkungan yang spesifik (misalnya seorang anak akan cemas bila melihat ayahnya yang abusive)

 

 

Tata Laksana Gangguan Cemas

Penatalaksanaan gangguan cemas meliputi tata laksana psikofarmaka dan nonpsikofarmaka.  Pada gangguan cemas, secara mekanisme biokimiawi terjadi perubahan pada beberapa neurotransmitter di otak, seperti pada serotonin, dopamine, Gaba, Glutamat dan Noradrenaline.  Dalam tata laksana psikofarmaka, maka obat-obat yang digunakan adalah obat-obat yang bekerja pada neurotransmitter tersebut.  Beberapa obat yang digunakan antara lain antidepresan (terutama golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) dan anxiolitik (sering digunakan golongan benzodiazepine).

Pada terapi nonpsikofarmaka,  digunakan terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavior Therapy / CBT).  CBT akan membantu pasien untuk mengubah pola pikir yang kurang tepat yang sering kali memicu timbulnya  kecemasan dan mempengaruhi perilaku orang tersebut. Pola pikir yang kurang tepat itu akan diganti dengan  pikiran alternatif yang lebih adaptif sehingga mengurangi gejala kecemasan yang timbul dan memberikan perilaku yang adaptif juga.  CBT juga akan membantu pasien mengenali kecemasan yang ada pada dirinya dan beradaptasi (bersahabat) dengan kecemasan tersebut.

 

Tata laksana kecemasan akan lebih maksimal jika kita  memanfaatkan kedua jenis tata laksana tersebut, psikofarmaka dan nonpsikofarmaka.  Proses pengelolaan kecemasan tidak bisa dilakukan secara instan, pasti memerlukan waktu. Semakin kita berlatih untuk mengubah pola pikir, maka semakin kita mengenal diri kita sendiri dan semakin kita bisa mengetahui bagaimana cara mengelolanya.  Mari berjuang bersama!

 

Jangan ragu untuk konsultasikan kesehatan jiwa Sahabat Hermina dengan dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS Hermina Mekarsari.

 

 

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.