Biduran yang Membandel: Apa Saja yang Harus Diketahui?

Biduran yang Membandel: Apa Saja yang Harus Diketahui?

Istilah biduran mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Urtikaria atau yang dikenal sebagai biduran, merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan munculnya bentol atau ruam kemerahan yang meninggi secara tiba-tiba yang disertai rasa gatal, panas seperti terbakar, atau disertai bengkak yang disebut angioedema. Kondisi ini dapat muncul di mana saja di seluruh area tubuh, termasuk wajah, mukosa bibir, lidah, tenggorokan, dan telinga. Umumnya, ruam yang muncul bersifat sementara dan hilang dalam waktu 24 – 36 jam. Akan tetapi, kondisi ini bisa berlangsung hilang timbul dalam waktu yang singkat (< 6 minggu) dan lama atau kronis (> 6 minggu).

Walau umumnya merupakan kondisi yang ringan, urtikaria yang berlangsung lama dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya. Pada kasus yang berat terutama angioedema yang mengenai mukosa mulut dan tenggorokan atau disertai reaksi anafilaksis, pasien bisa mengalami kondisi yang serius dan mengancam jiwa. Oleh karena itu, mari kita kenali lebih dalam apa saja yang menjadi penyebab biduran dan bagaimana mengatasinya.

 

Berbagai Penyebab Biduran

Berdasarkan penyebabnya, secara garis besar urtikaria dibagi menjadi 2 kelompok yaitu spontan dan terinduksi (tabel 1). Pada urtikaria spontan, ruam yang muncul biasanya bervariasi baik dalam hal ukuran dan bentuk. Terkadang pada kasus yang berat ruam bisa menjadi keunguan dan bertahan selama beberapa hari atau lebih lama dari biasanya. Pada kasus yang seperti ini, biduran bisa disebabkan oleh peradangan pembuluh darah kulit atau yang disebut dengan vaskulitis. Ruam biduran pada urtikaria terinduksi umumnya tersebar pada area tertentu yang terkena rangsangan fisik saja.

Studi epidemiologi menunjukkan urtikaria kronis diderita oleh 1–1,5% populasi dunia dan 66–93% disebabkan oleh urtikaria spontan kronis, tetapi hanya 4–33% yang berupa urtikaria terinduksi. Oleh karena itu, mayoritas masyarakat mengalami biduran yang terjadi secara spontan tanpa adanya rangsangan fisik atau mengetahui penyebabnya. Hal ini sering menimbulkan kekhawatiran karena biduran bisa hilang timbul dalam waktu yang cukup lama tanpa mengetahui pencetusnya sehingga mengganggu kualitas hidup penderitanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dan menyeluruh pada penderita urtikaria spontan kronis untuk mengetahui kemungkinan faktor pencetus yang menyebabkan.

Urtikaria spontan akut biasanya dicetuskan oleh beberapa faktor seperti infeksi virus dan bakteri yang akut, obat-obatan dan alergi (makanan, sengatan lebah). Umumnya koneksi antara faktor pencetus dan reaksi terlihat jelas, tetapi hampir setengah dari kasus sulit untuk ditentukan penyebabnya.

Pada kasus urtikaria kronis, infeksi sering ditemukan menjadi pencetus urtikaria meliputi Helicobacter pylori pada lambung, saluran kemih, cacingan, dan infeksi bakteri pada gigi berlubang. Selama masa pandemi COVID-19, beberapa penelitian menunjukkan sekitar 10% kasus infeksi virus SARS-COV-2 mengalami urtikaria sebelum gejala batuk, sesak, demam, hilangnya sensasi penciuman dan perasa muncul, serta 45% bersamaan dengan gejala tersebut.

Selain infeksi, gangguan fungsi kelenjar tiroid, penyakit autoimun, gigitan serangga dan reaksi hipersensitivitas non-alergi (pseudoallergy) terhadap bahan makanan yang mengandung salicylate, amine, zat aditif, dan obat anti-inflamasi nonsteroidal, ditemukan juga dapat menjadi penyebab terjadinya urtikaria kronis. Untuk itu, pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya perlu dilakukan untuk mengetahui faktor pencetus dari biduran, dan sangat penting dilakukan terhadap pasien urtikaria spontan kronis.

Pemeriksaan Penunjang yang Perlu Dilakukan

Urtikaria akut umumnya dapat sembuh sendiri dan hanya membutuhkan pengobatan untuk mengurangi gejala. Biasanya dokter dapat menegakkan diagnosis berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik, sehingga pemeriksaan penunjang biasanya tidak diperlukan pada kondisi seperti ini.

Dalam kasus dengan biduran yang berlangsung lebih dari 6 minggu, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit dan kelamin untuk menggali riwayat perjalanan penyakit yang lengkap dan pemeriksaan laboratorium sederhana meliputi pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah dan CRP untuk mengetahui proses peradangan dalam tubuh. Kemudian, baru ditentukan apakah melakukan pemeriksaan penunjang lain untuk menentukan penyebab dari infeksi atau reaksi alergi seperti tertera pada tabel 1.

 

Penanganan Kondisi Biduran

Pada kondisi dengan urtikaria akut, biasanya ruam dan gejala dapat diatasi dengan pemberian antihistamin atau obat alergi. Jika faktor pencetus diketahui, sebaiknya pasien menghindari sebisa mungkin.

Hal berbeda dibutuhkan dalam penanganan biduran yang membandel atau urtikaria kronis. Pengobatannya sering membutuhkan waktu beberapa bulan hingga tahun. Obat antihistamin generasi kedua (seperti cetirizine, levocetirizine, loratdine, desloratadine) merupakan pengobatan lini pertama pada kasus urtikaria kronis tetapi membutuhkan dosis yang ditingkatkan hingga empat kali. Pada pasien yang tidak memberikan respons yang baik dengan pengobatan ini, maka diperlukan obat tambahan seperti steroid, omalizumab, dan obat-obat imunosupresan seperti siklosporin. Yang paling ideal adalah menemukan faktor pencetus dari biduran sehingga selanjutnya dapat dihindari atau penyebabnya dapat diatasi.

Pengobatan urtikaria kronis dapat bervariasi tergantung dari penyebabnya. Pada kasus karena alergi obat, pasien disarankan untuk menghentikan penggunaan obat yang diperkirakan menjadi pencetus dan diganti dengan golongan obat jenis lain jika dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien. Biduran yang disebabkan oleh infeksi bakteri, pengobatan dengan antibiotik yang sesuai diperlukan untuk dapat mengatasi kondisi tersebut.

Umumnya, kasus urtikaria yang disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan jarang terjadi. Oleh karena itu, pengubahan pola makan harus melalui saran dokter dan anjuran ahli gizi, setelah dilakukan pemeriksaan yang memastikan makanan sebagai faktor pencetus. Pada kasus yang tidak diketahui faktor pencetusnya, pembuatan catatan harian mengenai kapan saja dan dalam kondisi apa biduran muncul akan sangat membantu dokter dalam menentukan kemungkinan penyebabnya.

Biduran yang membandel dapat disebabkan oleh berbagai faktor pencetus. Sering terjadi koneksi antara faktor pencetus tidak ditemukan secara langsung dengan terjadinya ruam biduran, sehingga membutuhkan pendalaman riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan penunjang yang akan membantu penelusuran penyebab dari urtikaria.

Sangat disarankan kepada penderita biduran yang berlangsung lama dan tidak teratasi dengan pemberian obat-obat antihistamin untuk berkonsultasi ke dokter spesialis kulit dan kelamin agar dapat dilakukan investigasi lebih lanjut mengenai penyebab dari kondisi urtikaria yang diderita. Dengan demikian, tatalaksana yang diberikan dapat menjadi lebih tepat sasaran dan efisien, yang disesuaikan dengan penyebab dari kondisi biduran.

 

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.