Cegah Gangguan Pendengaran Sejak Dini, Lakukan Tes OAE pada Anak

Cegah Gangguan Pendengaran Sejak Dini, Lakukan Tes OAE pada Anak

Memiliki anak yang sehat dan sesuai dengan tumbuh kembangnya tentu menjadi dambaan setiap orang tua. Tak ada orang tua yang ingin anaknya lahir dengan suatu kekurangan pada fisiknya.

Apalagi jika terjadi gangguan fungsi alat indera vital, seperti pendengaran. Inilah pentingnya melakukan tes EOA pada anak, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap fungsi indera pendengarannya. Apakah EOA dan apa fungsi tesnya ?

 

EOA, Upaya Cegah Gangguan Pendengaran pada Anak

Bayi yang lahir dengan resiko tinggi, seperti bayi dengan berat badan lahir rendah, kekurangan kadar oksigen atau disebut asfiksia perinatal, dan hiperbilirubinemia, memiliki kemungkinan menderita pendengaran buruk sekitar 2-4 dari 100 bayi.

Perburukan fungsi pendengaran dari lahir ini dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan bicara, bahasa, dan perkembangan kognitif.

Oleh karena itu,  perburukan fungsi pendengaran pada bayi seharusnya dapat diidentifikasi sejak awal sehingga  tenaga medis atau keluarga dapat melakukan tindakan untuk perkembangan sensor sistem.

Saat ini, banyak sekali kasus bayi dengan perburukan pendengaran yang tidak terdeteksi.

Oleh karena itu, perlu campur tangan tim medis dalam melakukan screening agar hal tersebut tidak terjadi.

Saat ini sudah terdapat alat yang cepat dan murah untuk melakukan tes pendengaran pada bayi dan anak, yaitu Otoacoustic Emission (OAE).

Apa itu Otoacoustic Emission (OAE)

OAE adalah screening pendengaran untuk menilai kepekaan sel rambut yang terdapat di rumah siput (koklea). Tujuan utamanya adalah untuk menentukan status koklea, terutama fungsi sel rambutnya. Informasi dari hasil tes OAE ini dapat digunakan untuk:

1. Memeriksa kondisi indera pendengaran, khususnya pada bayi baru lahir, bayi, atau seseorang dengan cacat perkembangan.

2. Memperkirakan sensitivitas pendengaran dalam ruang lingkup terbatas

Untuk melakukan tes ini, dokter atau tenaga medis akan menggunakan alat berbentuk headset yang dapat mengukur getaran suara dalam liang telinga.

Secara garis besar, OAE bekerja sebagai perangsang dan penerima. Rangsangan suara yang memancar melalui headset  kemudian ditangkap oleh sel rambut setelah sebelumnya terlebih dahulu menggetarkan gendang telinga dan melalui tulang pendengaran.

Rangsangan yang tertangkap oleh sel rambut ini kemudian menghasilkan getaran yang kembali ditangkap oleh penerima pada alat OAE.

Setelah getaran diterima, barulah dapat diputuskan apakah koklea berfungsi dengan baik atau tidak. Kesimpulan ini diambil berdasarkan perbedaan amplitudo yang telah diterima.

Jenis Pemeriksaan Otoacoustic Emissions (OAE)

Pada pemeriksaan OAE, petugas medis  menempelkan sejenis earphone kecil ke telinga bayi/anak selama beberapa detik. OAE screener biasanya dilengkapi dengan speaker dan mikrofon mini yang terbuat dari bahan lembut dan tidak berbahaya untuk anak. Speaker akan menghantarkan suara rangsangan ke liang telinga, dan akan direspon oleh koklea. Setelah itu, responnya akan dideteksi oleh mikrofon dan hasilnya dapat dilihat pada screener.

Ada empat jenis pemeriksaan OAE pada anak yang bisa Anda lakukan dalam dunia medis, yaitu:

1. Transient Otoacoustic Emissions (OAEs). Dalam pemeriksaan ini, suara yang dipancarkan merupakan respons terhadap rangsangan akustik, dan didengarkan dalam durasi yang sangat singkat. Rangsangan suara bisa berupa bunyi klik, atau bisa juga berupa nada semburan.

2. Distortion Product Otoacoustic Emission (DPOAEs). Dalam pemeriksaan ini, suara dipancarkan sebagai respon terhadap 2 nada yang diperdengarkan secara berurutan dengan frekuensi yang berbeda.

3. Spontaneous otoacoustic emissions (OAEs). rangsangan suara yang dipancarkan oleh OAE tanpa stimulus akustik, tetapi secara spontan.

4. Transient otoacoustic  (SF OAEs). Suara yang dipancarkan oleh  pemancar OAE merupakan respon terhadap nada kontinu.

Anda perlu melakukan pemeriksaan otoacoustic emission (OAE)  sedini mungkin, bahkan ketika bayi  baru lahir. Dengan pemeriksaan ini, Anda dapat mendeteksi secara dini gejala atau tanda adanya gangguan pendengaran pada anak. Pemeriksaan OAE dapat dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap.

Pemeriksaan awal tes OAE ini adalah dengan melakukan pengecekan menggunakan empat frekuensi berbeda, yaitu 2000 Hz, 3000 Hz, 4000 Hz, dan 5000 Hz. Pemeriksaan dilakukan dalam ruangan khusus yang memenuhi standar penggunaan suara dengan frekuensi di atas 40 desibel, yang diketahui dengan pengukuran sound level meter.

Bayi-bayi yang lahir dengan resiko tinggi dan gagal pada tes pendengaran yang pertama, perlu melakukan skrining kedua setidaknya satu bulan setelahnya. Bayi-bayi yang gagal dalam pemeriksaan pemeriksaan tersebut seharusnya menjalani rehabilitasi awal. Rehabilitasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari perkembangan sistem sensorik.

Upaya pencegahan juga bisa dilakukan dengan menjaga kehamilan sebaik mungkin. Selama masa pertumbuhan janin dalam kandungan, ibu bisa melakukan beberapa hal, seperti kontrol sesuai jadwal sepanjang masa kehamilan. Ibu hamil juga perlu melakukan pemeriksaan TORCHS, dan sebaiknya menghindari pemakaian obat-obatan yang bersifat toksik bagi telinga bayi, terutama pada trimester pertama kehamilan.

Tes OAE pada anak ini sangat penting, karena apabila dibiarkan, tumbuh dengan gangguan pendengaran yang tidak dapat terdeteksi. Jika hal ini terjadi,  resiko gangguan kemampuan bicara pada anak akan makin tinggi. Pencegahan sejak dini tentu akan sangat membantu anak untuk bisa tumbuh dengan sempurna dan sehat semua alat inderanya. Cegah risiko gangguan pendengaran pada anak dengan melakukan tes OAE sejak dini. 

Konsultasikan langsung dengan dokter spesialis THT di RS. Hermina terdekat atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.