Cinta pada Diri Sendiri

Cinta pada Diri Sendiri

Apa itu rasa cinta pada diri sendiri?

 

Mungkin sebagian orang akan beranggapan bahwa self-love atau cinta pada diri sendiri terdengar egois. Namun, kenyataannya, self-love ini adalah bagaimana kita bisa memperlakukan dan menerima diri sendiri dengan baik dan apa adanya.

 

Self-love biasa dikatakan sebagai sebuah penerimaan yang dapat digambarkan sebagai sebuah rasa dukungan dan kepedulian yang tidak terbatas pada diri sendiri. Self-love juga bisa dilihat sebagai kesediaan kita untuk memenuhi kebutuhan diri, tidak memikirkan hal-hal yang menghakimi diri sendiri, dan melihat diri sebagai sesuatu yang berharga, baik, bernilai, dan berhak mendapatkan kebahagiaan.

 

Meski self-love penting diterapkan, bukan berarti Anda bisa bebas melakukan apa pun tanpa memedulikan lingkungan sekitar. Self-love bukan berarti memenuhi diri dengan segala keinginan. Tetaplah berbuat baik, peduli, dan berempati kepada orang lain. Kalau sampai berlebihan, self-love yang bablas ini bisa membuat anda menjadi selfish (egois).

 

 

Apa bedanya self–love dengan selfish?

 

Banyak dari kita sulit membedakan apakah sebenarnya sedang self-love atau selfish. Self-love tidak mengabaikan orang lain, tidak menyingkirkan peran orang lain. Selfish itu meskipun perilakunya sama tapi tujuannya bebeda, yaitu tujuannya adalah “saya”. Pokoknya saya “enak”, pokoknya saya “nyaman”.

 

Contohnya ketika kita dapat saran atau masukkan dari orang lain, lalu tampilan perilaku kita tampaknya tidak merespon masukkan tersebut. Ketika perilaku tidak merespon itu dilatarbelakangi karena diri kita merasa belum dalam kondisi yang siap untuk menanggapi, maka itu adalah self-love. Misalnya merasa sedang sensitif karena lagi datang bulan dan memahami bahwa pasti saya akan merespon dengan tidak menyenangkan kalau dilakukan saat ini. Jadi, saya menawarkan untuk mendiskusikan hal tersebut di lain kesempatan, ketika saran atau masukkan tersebut tentu berguna untuk pengembangan diri menjadi lebih baik. Ini adalah contoh self-love.

 

Lalu bagaimana dengan selfish? Perilakunya mungkin sama, yaitu sama–sama tidak merespon saran atau masukkan dari orang lain. Tetapi alasan tidak meresponnya berbeda. Misalnya tidak merespon karena memang tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Balik lagi, selfish itu tujuannya adalah “saya”, “saya enak”, “saya nyaman” hanya untuk diri sendiri. Tidak peduli apakah akan mengabaikan, menyingkirkan, atau menyakiti perasaan orang lain.

 

Dalam selfish, kita melakukan sesuatu yang nyaman buat diri sendiri. Sedangkan self-love, kita melakukan sesuatu yang bermanfaat buat diri sendiri. Self-love tidak selalu nyaman. Contohnya, ketika kita sedang darah tinggi, kolesterol naik. Mana yang merupakan tindakan self-love? Memaksakan diri berolahraga, mengurangi makanan–makanan instan atau fast food yang sebelumnya sangat disukai, atau menghadiahi diri dengan makanan–makanan itu? Menurut Sahabat Hermina, mana yang merupakan tindakan self–love?

 

Self-love juga tindakan yang baik pada orang lain. Selfish hanya bertindak baik pada diri sendiri. Orang yang self-love memiliki pemahaman diri yang baik, punya kontrol yang baik, paham kapan ingin menyampaikan perasaan atau tidak menyampaikan perasaan karena kondisi tertentu, tahu kapan dirinya perlu beristirahat, dan tahu kapan waktunya untuk harus mulai memotivasi diri agar lebih produktif.  Turut memikirkan bagaimana keadaan orang-orang di sekitarnya, apakah merasa nyaman dan terbantukan? Sehingga hubungan dengan orang lain pun menjadi baik. Sedangkan pada orang yang selfish tidak seperti itu, karena fokus mereka adalah hanya diri sendiri.

 

Pada sudut pandang selfish, kita merasa diri kita lebih tinggi dari orang lain. Maka kita yang lebih penting untuk didengarkan, lebih penting untuk diperhatikan, kita lebih penting dari orang lain. Sedangkan pada sudut pandang self-love, melihat bahwa diri kita sama nilainya, harganya, pentingnya dengan orang lain. Ini bukan tentang cintai dirimu dahulu, tetapi cintai dirimu juga. Jangan hanya berusaha mencintai dan menyayangi orang lain, tetapi cintai dan sayangi dirimu juga. Begitu juga, jangan hanya mencintai diri sendiri, tapi sayangi juga orang- orang di sekitarmu. Jadi self–love tidak atas-bawah, tetapi semua setara.

 

Lalu apa bedanya dengan narsisme? Mencintai diri sendiri adalah penghargaan yang jujur ​​dan otentik untuk diri sendiri, sementara narsisme adalah tentang membuktikan bahwa Anda lebih baik dari orang lain dan memastikan orang lain melihat Anda sebagaimana Anda ingin dilihat. Cinta diri berfokus pada diri sendiri, sedangkan narsisme berfokus pada orang lain.

 

Mencintai diri sendiri adalah tentang memahami dan menerima kondisi diri sendiri tanpa perlu membuat perbandingan sosial dengan orang lain, dan mencari validasi atau pembuktian dari orang lain. Menyadari bahwa tidak apa-apa untuk merasa tidak pasti dan meragukan diri sendiri sesekali.

 

Narsisme adalah kebalikannya: narsisi membandingkan diri mereka dengan orang lain untuk merasa lebih baik, selalu ingin untuk "tampak" hebat dari pada menjadi hebat itu sendiri, mendambakan validasi terus-menerus dari orang lain, dan melihat hal-hal hitam dan putih.

 

 

Apa pentingnya self-love bagi hidup kita?

 

Self-love merupakan aspek penting dari kesehatan mental. Saat self-love diterapkan, Anda akan merasa lebih mudah untuk berpikir positif, menerima berbagai emosi yang menghampiri (marah, kecewa, atau sedih). Dengan self-love, kita akan lebih sering untuk menelusuri, berbicara, dan akhirnya memahami diri lebih dalam. Ketika kita sering berkomunikasi dan memahami kondisi diri, maka kita akan lebih paham apa yang dibutuhkan oleh diri saat ini.

 

Contohnya, jika pada orang lain, ketika teman dekat kita tiba–tiba jutek saat diajak ngobrol, tetapi karena kita sudah kenal dekat karena sering berkomunikasi dan memahami kondisi–kondisi atau perilakunya, maka kita paham bahwa dalam kondisi seperti ini biasanya dia sedang stress karena suatu hal, seperti misalnya, dikejar deadline. Saya tahu dia butuh waktu sendiri untuk fokus menyelesaikan pekerjaannya. Nanti saya akan ngobrol lagi dengan dia saat jam istirahat makan siang. Begitu pun dengan diri kita, kita perlu sering berkomunikasi dan memahami diri untuk memahami apa yang diri kita butuhkan. Sehingga dalam menghadapi berbagai persoalan pun menjadi lebih tenang, jernih.

 

Beberapa manfaat self-love adalah:

 

1. Mendapatkan kepuasan hidup

Saat benar-benar menerapkan self-love, Anda akan menerima diri sendiri apa adanya. Hal ini termasuk menerima semua kondisi dalam hidup, baik suka maupun duka, dan bertanggungjawab atas segala tindakan yang dilakukan. Semuanya tentu memengaruhi kepuasan dalam hidup karena Anda punya kontrol atas diri sendiri.

 

2. Membiasakan diri untuk hidup sehat

Dalam mencintai diri sendiri, Anda tentunya ingin memberikan yang terbaik bagi diri sendiri, termasuk dalam hal menjaga kesehatan tubuh. Dengan adanya self-love, Anda akan termotivasi untuk hidup lebih sehat, misalnya dengan lebih banyak mengonsumsi makanan bergizi, mencukupi waktu istirahat, dan berolahraga secara rutin.

 

3. Menjalin relasi yang semakin berkualitas dengan orang–orang di sekitar.

 

 

Kenapa sulit sekali mencintai diri sendiri?

 

Saat ini, kita dibombardir oleh informasi–informasi yang membuat kita selalu merasa lebih rendah dari realita. Kita dibuat oleh lingkungan sosial agar kita terlihat tidak terlalu baik. Misalnya banyak wanita di media sosial yang telihat lebih putih dan kurus, sehingga merasa kita lebih buruk penampilannya dari pada kebanyakan wanita pada umumnya. Misalnya lagi, yang lagi ngetren diperbincangkan bahwa di usia 20an tahun ‘seharusnya’ sudah memiliki tabungan sekian juta. Lalu ternyata tabungan kita lebih rendah dari nominal tersebut, sehingga merasa tidak bahagia. Kita merasa kalau belum sempurna itu belum menjadi manusia seutuhnya yang layak dan kompeten, jika pengakuan–pengakuan dari orang lain belum banyak.

 

 

Bagaimana cara menerapkan self-love?

 

Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menerapkan self-love kepada orang lain, di antaranya:

  • Memberi waktu, duduk bersama, dan dengarkan cerita orang yang butuh didengarkan.
  • Menoleransi kekurangan, dan membuat bertumbuh dari kekurangannya. Ingatlah bahwa tidak ada orang yang sempurna.
  • Tidak memaki–maki dan marah–marah, apa lagi menghakimi dengan alasan agar mereka jadi lebih termotivasi. Ada cara yang lebih nyaman. Tegur dengan cinta kasih. Tidak perlu marah–marah, karena tidak memperbaiki keadaan.

 

Teman terbaikmu adalah dirimu sendiri. Akan ada masa ketika kita sendirian. Akan ada masa ketika satu–satunya orang yang kita temui hanya orang yang di depan cermin. Akan ada masa, kita perlu bersahabat dengan dia yang ada di depan cermin tersebut. Berhentilah membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Jangan khawatir tentang pendapat orang lain.

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.