Depresi, Gejala dan Penanganannya
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri. Menurut Kaplan dan Saddock, depresi didefinisikan sebagai gejala yang dialami selama 2 minggu dengan 4 karakteristik gejala seperti perubahan dalam nafsu makan, adanya perasaan bersalah, perubahan dalam tidur dan aktivitas, hilangnya energi, adanya perasaan bersalah, masalah dalam proses berpikir dan mengambil keputusan, serta munculnya pemikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri.
Seseorang dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, mengalami hilangnya nafsu makan, berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetatif (termasuk tidur, aktivitas seksual, dan ritme biologis lain).
Menurut WHO depresi merupakan penyakit mental yang paling sering ditemui di seluruh dunia. 264 juta orang menderita depresi. Sekitar 800.000 orang bunuh diri karena depresi setiap tahunnya. Kasus depresi mengenai 76-85% orang yang berasal dari negara berpenghasilan rendah dan menengah yang tidak menerima pengobatan.
Berdasarkan data epidemiologi WHO tahun 2015, penduduk secara global dengan depresi mencapai 4.4%. Insidensi pada perempuan adalah 5.1% dan pada pria adalah 3.6%. Prevalensi bervariasi segala usia, tinggi pada usia dewasa tua (perempuan usia 55-74 sebesar 7.5%, pria sebesar 5.5%). Pada kelompok anak-anak dan remaja di bawah 15 tahun memiliki angka yang lebih rendah daripada kelompok dewasa.
Penyandang depresi di seluruh dunia telah mencapai 322 juta orang dengan setengah populasi dari penyandang berada di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat. Pada 2030, depresi diperkirakan menjadi penyebab utama penyakit global dengan persentase sebesar 6%. Depresi menyerang 5-10% remaja dan 10-15% orang dewasa. Persentase depresi di setiap negara bervariasi dari 8% hingga 12%. Gangguan depresi yang terjadi pada masa kanak-kanak dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi saat remaja sebesar 60-70% dengan 20-40% diantaranya mengalami gangguan afektif bipolar dalam 5 tahun. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi depresi pada penduduk umur >15 tahun didapatkan 6.1/1000 penduduk dan hanya 9% di antaranya yang minum obat atau menjalani pengobatan medis.
Etiologi gangguan depresi
- Faktor organobiologik: kelainan atau disregulasi pada metabolit amin biogenik: 5-Hidroxyindoleacetic acid (5-HIAA), 3-Methoxy-4-Hydroxyphenyl-glycol (MHPG) dalam darah, urin, cerebrospinal fluid (CSF) pasien gangguan mood; penurunan aktivitas norepinefrin, serotonin, dopamin. Faktor neuroendokrin à hipotalamus adalah pusat regulasi neuroendokrin dan menerima rangsangan neuronal yang menggunakan neurotransmiter biogenik amin.
Bermacam-macam disregulasi endokrin dijumpai pada pasien gangguan mood. Faktor Neuroanatomi à beberapa peneliti menyatakan hipotesisnya, bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbik, ganglia basalis dan hipotalamus.
- Faktor genetik : pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah 53-69 %, sedangkan dizigot 13–28 %.
Hasil penelitian: anak biologis dari orang tua yang terkena gangguan mood berisiko mengalami gangguan mood meski anak tersebut dibesarkan oleh keluarga angkat.
- Faktor psikososial: peristiwa kehidupan dan stres lingkungan (stresor); faktor kepribadian à semua orang, apapun pola kepribadiannya, dapat mengalami depresi sesuai dengan situasinya (peristiwa stressful).
- Formulasi lain dari depresi: teori kognisi à depresi merupakan hasil penyimpangan kognitif spesifik yang membuat seseorang memiliki kecenderungan menjadi depresi. Trias kognitif:
(a). pandangan terhadap diri sendiri: persepsi negatif terhadap dirinya,
(b). pandangan terhadap lingkungan: kecenderungan menganggap dunia bermusuhan terhadapnya,
(c). pandangan terhadap masa depan yaitu bayangan penderitaan dan kegagalan.
Faktor Risiko
Kriteria Diagnosis Gangguan Depresi Berat berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) adalah suatu keadaan perasaan depresi atau emosi yang iritabel, atau anhedonia yang terjadi dalam kurun waktu 2 minggu. Salah satu dari kriteria gejala harus disertai dengan empat gejala tambahan (contoh: gangguan tidur, kelelahan, pemikiran untuk mengakhiri hidup, gangguan psikomotor, perubahan dalam nafsu makan atau berat badan, perasaan tidak berharga atau tidak berguna, kesulitan untuk konsentrasi, atensi, atau dalam mengambil keputusan).
Menurut International Statistical Classification of Disease and Related Health Problems – Tenth Revision (ICD-10) dan PPDGJ III, kriteria diagnosis dari depresi terdiri dari:
- Gejala utama pada derajat ringan, sedang, dan berat
- Afek depresi
- Kehilangan kegembiraan dan minat
- Berkurangnya energi dalam melakukan sesuatu dan menurunnya aktivitas
- Gejala penyerta lainnya
- Kurangnya nafsu makan
- Waktu tidur terganggu
- Pikiran atau tindakan untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri
- Perasaan bersalah dan tidak berguna
- Konsentrasi dan fokus yang berkurang
- Kepercayaan dan harga diri berkurang
- Pemikiran masa depan yang pesimis dan suram
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan gejala sekurang-kurangnya 2 minggu dan dapat ditegakkan dalam periode yang lebih pendek jika gejala luar biasa berat dan berlangsung cepat.
Episode Depresi Ringan
- Sekurang-kurangnya ditemukan 2 hingga 3 gejala utama depresi
- Adanya sekurang-kurangnya 2 gejala lainnya
- Pada suatu episode dalam waktu sekurang-kurangnya 2 minggu, tidak ditemukannya gejala berat
- Terdapat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang dilakukan
Episode Depresi Sedang
- Sekurang-kurangnya terdapat 2 hingga 3 gejala utama episode depresi
- Ditemukan sekurang-kurangnya 3 atau 4 gejala lainnya
- Durasi episode berlangsung minimal dalam 2 minggu
- Memiliki kesulitan dalam melakukan pekerjaan, kegiatan sosial, dan pekerjaan rumah tangga
Episode Depresi Berat
- Ditemukannya 3 gejala depresi utama
- Ditemukannya 4 gejala depresi lainnya dan beberapa di antaranya memiliki intensitas berat
- Bila terdapat gejala penting yang menyolok, pasien enggan atau tidak mampu untuk melaporkan secara rinci
- Pasien tidak memungkinkan untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan rumah tangga, dan pekerjaan
Langkah-langkah pertolongan pertama dalam menghadapi depresi:
- Cobalah berbicara kepada orang terdekat tentang perasaan yang dirasakan
- Carilah pertolongan segera kepada tenaga medis yang berkompeten
- Tetaplah menjaga kontak komunikasi yang baik dengan keluarga dan sahabat
- Cobalah untuk olahraga teratur
- Bentuklah kebiasaan tidur dan waktu makan secara teratur
- Hindari penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang
- Cobalah lakukan hal yang selalu disenangi sebelumnya
- Cobalah mengganti pikiran negatif dengan pikiran positif
- Berikan penghargaan untuk diri sendiri terhadap setiap prestasi.
Gangguan depresi dapat dipulihkan. Jika Sahabat Hermina merasa mengalami gejala depresi, silakan berkonsultasi dengan dokter.