Deteksi Dini Kanker Payudara

Deteksi Dini Kanker Payudara

Kanker payudara adalah kondisi ketika sel kanker terbentuk di jaringan payudara. Kanker bisa terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran (duktus) yang membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga bisa terbentuk di jaringan lemak atau jaringan ikat di dalam payudara, terbentuk saat sel-sel di dalam payudara tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Sel tersebut umumnya membentuk tumor yang terasa seperti benjolan. Meski biasanya terjadi pada wanita, kanker payudara juga bisa menyerang pria dan merupakan penyakit kanker terbanyak di Indonesia dan di dunia.

 

 

Gejala Kanker Payudara

 

Gejala kanker payudara meliputi:

- Benjolan di payudara, atau ketiak yang sifatnya progresif, kurang lebih 100 hari ukuran menjadi 2x lipat

- Perubahan bentuk atau ukuran baik pada payudara maupun puting, bisa simetris atau tidak

- Bengkak di payudara bila dicubit tidak bisa, disebabkan penyumbatan limfe di bawah kulit

- Keluar cairan dari puting (darah, bening, susu atau nanah)

- Puting tertarik kedalam (insersi)

- Skin dimpling kulit tertarik (seperti lesung)

- Eksema pada puting (paget’s disease)

- Nyeri

- Kulit kemerahan

 

Sebaiknya dilakukan deteksi dini pada kanker payudara dengan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) yang sebaiknya dilakukan saat:

- Menstruasi (+), 7-10 hari setelah hari pertama, ketika kondisi payudara paling lunak

- Menstruasi (-), tidak teratur pada tanggal yang sama tiap bulan

- Laktasi, setelah pengosongan ASI maksimal

 

KEMENKES RI turut mengeluarkan panduan cara mendeteksi kanker payudara, yaitu sebagai berikut:

- Berdiri di depan cermin, melihat ukuran, bentuk, warna payudara. Apakah ada lesung (dimpling), kerutan, pembengkakan kulit atau puting yang tertarik ke dalam

- Angkat kedua lengan, tekuk siku, tangan di belakang kepala, dorong siku ke depan, benjolan terlihat lebih jelas

- Kedua tangan pada pinggang, condongkan bahu ke depan, payudara menggantung, dorong kedua siku ke depan, kencangkan otot dada

- Angkat lengan kiri ke atas, tekuk siku, tangan kiri memegang bagian atas punggung, menggunakan ketiga sisi jari tengah, raba dan tekan payudara, lihat seluruh bagian payudara kiri hingga ketiak, pola gerakan ada 3 macam, ulangi untuk payudara kanan

- Tekan kedua puting dan lihat bila ada cairan

- Posisi tiduran, bantal di bawah pundak kanan, angkat lengan ke atas dan taruh di belakang kepala, lakukan pemeriksaan payudara kanan seperti di atas, ulangi untuk payudara sebelah kiri

 

Sahabat Hermina juga bisa melakukan SADANIS atau Periksa Payudara secara Klinis, yaitu dengan bantuan dokter, perawat, bidan. Bisa dengan melakukan pemeriksaan payudara dan KGB (kelenjar getah bening), deteksi dini serta follow up pascaoperasi. Selain itu, ada juga pemeriksaan dengan mamografi, pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk screening dan diagnostik. Deteksi dini penting dilakukan, dan sebaiknya dilakukan secara rutin.

>20 tahun lakukan SADARI tiap bulan.

20–40 tahun lakukan SADANIS tiap 3 tahun.

>40 tahun lakukan SADANIS tiap tahun.

40–44 tahun lakukan inisial mammogram 1x.

45–54 tahun lakukan mamografi tiap tahun.

> 5 tahun lakukan mamografi setiap 1–2 tahun.

 

 

MODALITAS DIAGNOSTIK

 

Diagnostik dapat dilakukan dengan:

- Klinis

Untuk melihat progresifitas, infiltrasi dan metastasis

- Radiologis

Dengan menggunakan mammografi (>40th) atau USG (untuk semua umur)

- FNA

Pemeriksaan sel dengan menggunakan jarum halus

 

Penegakan diagnostik sebaiknya dilakukan saat:

35 tahun ketika semua tumor padat

<35 tahun ketika curiga ganas

Skrining mamografi ketika curiga ganas

Cairan berdarah keluar dari puting

Kista payudara (cairan hemoragis atau ada tumor padat di dalam kista)

 

Liang dkk melaporkan bahwa pasien COVID-19 dengan penyakit kanker aktif atau memiliki Riwayat kanker, memiliki resiko paparan yang lebih tinggi dan prognosis COVID-19 yang lebih buruk. Kondisi imunosupresif sistemik akibat pemberian terapi antikanker (kemoterapi, pembedahan) atau sebagai bagian dari proses keganasan itu sendiri. Selain itu, perawatan COVID-19 juga dapat menghambat program terapi antikanker yang sedang dijalani pasien.

 

Rekomendasi Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) terkait pelaksanaan vaksinasi COVID-19 pada pasien dengan kanker padat (tumor solid) di Indonesia:

- Pasien dengan kanker padat (tumor solid) direkomendasikan untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19 selama tidak ada komponen dalam vaksin yang menjadi kontraindikasi

- Jenis vaksin yang aman dan efektif pada populasi normal dapat digunakan pada populasi pasien dengan kanker padat (tumor solid) 

- Rekomendasi vaksinasi COVID-19 secara spesifik untuk situasi individual (rencana terapi, dalam terapi, dan pasca terapi)

- Perlu dilakukan monitoring ketat terkait efikasi dan keamanan vaksin melalui formulir pemantauan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) vaksin COVID-19 pada pasien kanker padat (tumor solid).

- Diperlukan pengumpulan data dan analisa lebih lanjut terkait pemberian vaksinasi COVID-19 pada pasien dengan kanker padat (tumor solid).

 

 

Jika Sahabat Hermina memiliki gejala atau keluhan dan ingin melakukan vaksin COVID-19 dalam keadaan terkonfirmasi kanker payudara, sebaiknya tetap konsultasikan dahulu ke dokter spesialis bedah onkologi.

 

 

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.