Diskolorasi pada Gigi

Diskolorasi pada Gigi

Sahabat Hermina, pernahkah memperhatikan adanya perubahan warna pada gigi seseorang? Dokter gigi sering menerima keluhan pasien tentang adanya perubahan warna pada gigi. Perubahan warna gigi yang muncul mulai dari kuning kecoklatan, abu abu hingga hitam. Perubahan warna pada gigi bisa dikeluhkan hanya pada satu gigi ataupun seluruh gigi di dalam mulut. Pasien sudah berupaya menyikat gigi dengan baik tetapi merasa gigi tetap berwarna lebih gelap atau tidak putih seperti yang diinginkan.

 

Perubahan warna pada gigi tersebut dikenal dengan istilah diskolorasi gigi. Diskolorasi gigi dibagi menjadi dua kategori berdasarkan penyebabnya yaitu diskolrasi instrinsik dan ekstrensik.

 

Diskolorasi ekstrinsik disebabkan karena adanya penodaan (staining) akibat warna bahan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Penggunaan produk tembakau, teh, kopi, obat kumur tertentu, dan pigmen di dalam makanan menyebabkan terbentuknya noda yang menempel pada permukaan gigi maupun bahan tambal gigi. Perubahan warna pada gigi ini muncul sesuai dengan makanan atau minuman yang sering dikonsumsi.

 

Diskolorasi instrinsik biasanya disebabkan perubahan warna gigi dari dalam jaringan gigi, sebagai contoh oleh karena adanya:

1. Proses penuaan (aging). Kejadian ini dapat ditemukan dengan membandingkan warna gigi pada orang dewasa dan anak–anak. Semakin bertambahnya umur pada gigi dewasa normal, jaringan dentin akan semakin tebal sehingga membuat warna gigi semakin gelap.

2.  Perubahan warna gigi akibat bahan-bahan kimia atau obat obatan. Pemakaian antibiotik, misalnya tetrasiklin. Tetrasiklin merupakan penyebab paling sering dari perubahan warna gigi. Pemakaian obat golongan tetrasiklin selama proses pertumbuhan gigi dapat menyebabkan perubahan warna gigi permanen karena molekul tetrasiklin tertimbun di dalam jaringan dentin dan email yang memberikan warna permanen pada gigi.

3. Ada nekrosis pada pulpa (kematian gigi) akibat gigi berlubang atau trauma pada gigi. Pulpa memiliki banyak vaskularisasi. Perubahan warna gigi disebabkan oleh karena adanya degradasi dari sel-sel darah merah dalam jaringan pulpa. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang dapat terdegradasi menjadi hematin dan hemosiderin yang memikiki karakteristik berwarna coklat kehitaman, sehingga akan menimbulkan kesan berbayang gelap di struktur mahkota gigi.

 

Diskolorasi pada gigi dapat diperbaiki dengan menggunakan bahan pemutih gigi atau yang disebut dengan bleaching. Bleaching adalah tindakan untuk meningkatkan warna gigi menjadi lebih putih dari sebelumnya. Jenisnya ada berbagai macam, antara lain menggunakan zat kimia hidrogen peroksida dan karbamid peroksida dengan berbagai konsentrasi. Kedua senyawa tersebut dapat membantu memutihkan gigi karena dapat menembus lapisan gigi dan memecah molekul kompleks dari zat-zat yang menyebabkan pewarnaan pada gigi. Diskolorasi ekstrinsik lebih mudah ditangani daripada yang instrinsik.

 

Proses tindakan bleaching pada diskolrasi gigi eksternal didahului dengan melakukan pemeriksaan mendalam terhadap kondisi gigi agar tidak ada kendala saat melakukan bleaching gigi atau sesudahnya. Misalnya, apakah ada gigi berlubang, gusi turun, atau masalah lainnya. Bahan bleaching dapat menimbulkan sensitifitas pada gigi atau nyeri bila prosudur pendahuluan tidak dijalankan. Perlu diketahui bahwa efek bleaching tidak dapat memutihkan tambalan gigi, mahkota gigi, atau veneer gigi.

 

Pada tindakan bleaching akibat diskolarsi instrinsik didahului dengan perawatan saluran akar gigi. Bahan bleaching akan diletakan didalam gigi (kamar pulpa) untuk beberapa hari sampai didapatkan warna gigi yang sesuai. Efek dari bleching internal akan bersifat permanen dan lebih tahan lama dibandingkan dengan bleaching eksternal. Pada kasus gigi dengan pewarnaan atau diskolorasi instrinsik akibat obat obatan biasanya hasil bleaching tidak dapat maksimal sehingga selain tindakan bleaching dapat dganti dengan menggunakan mahkota jaket atau veneering.

 

Perubahan warna gigi dapat dicegah dengan mengurangi konsumsi bahan makanan yang berwana. Menjaga suhu makanan agar tidak terlalu ekstrim yang dapat menyebabkan kematia pulpa, dan mencegah terjadinya gigi berlubang. Pasien diharapkan untuk selalu memeriksaan kesehatan gigi minimal enam bulan sekali. Mencega lebih baik daripada mengobati kerusakan gigi lebih lanjut.

 

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.