Eklamsia pada Kehamilan
Sahabat Hermina, eklamsia adalah suatu serangan kejang pada wanita hamil yang merupakan komplikasi dari preeklamsia. Ibu hamil dengan preeklamsia atau hipertensi berat dalam kehamilan berisiko muncul eklamsia yang ditandai dengan kejang dan kemudian diikuti penurunan kesadaran atau koma. Eklamsia jarang terjadi, tetapi apabila muncul harus segera ditangani karena mengancam nyawa ibu dan janin dalam kandungan.
Eklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi dan kejang sebelum, selama, atau setelah persalinan. Kondisi serius ini selalu di dahului dengan preeklamsia sebelumnya. Eklamsia merupakan kondisi yang jarang terjadi, namun harus segera ditangani karena dapat membahayakan nyawa ibu hamil dan janin
Eklamsia dibedakan menjadi eklamsia gravidarum (antepartum), eklamsia partuirentum, dan eklamsia puerperale (post partum), berdasarkan saat timbulnya serangan. Seluruh kejang eklamsia didahului preeklamsia. Lamanya koma setelah kejang eklamsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita biasanya segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun, pada kasus berat keadaan koma berlangsung bahkan penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya
Adapun gejala dan tanda eklampsia pada ibu hamil, yaitu:
- Kejang, awalnya kedutan atau kejang pada otot-otot wajah dan kemudian menyebar keseluruh tubuh.
- Penurunan kesadaran atau koma muncul setelah terjadi kejang seluruh tubuh.
Beberapa gejala ini dapat dialami sebelum kejang, meliputi:
- Sakit kepala
- Meningkatnya respon reflek fisiologis yang dapat dilihat dari lutut dan lengan
- Edema generalisata atau pembengkakkan seluruh tubuh
- Gangguan penglihatan
- Nyeri ulu hati
- Sesak nafas
- Gelisah
- Proteinuria, protein terdeteksi dalam pemeriksaan urine
Penyebab preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Meski demikian, ada dugaan bahwa kondisi ini disebabkan oleh kelainan perkembangan dan fungsi plasenta, yaitu organ yang berfungsi menyalurkan darah dan nutrisi untuk janin.
Kelainan tersebut menyebabkan pembuluh darah menyempit dan timbulnya reaksi yang berbeda dari tubuh ibu hamil terhadap perubahan hormon. Akibatnya, timbul gangguan pada ibu hamil dan janin. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan komplikasi dari preeklampsia menjadi eklampsia, meliputi:
- Hamil pada usia tua (diatas 35 tahun) atau usia remaja (dibawah 20 tahun)
- Memiliki riwayat eklamsia pada kehamilan sebelumnya
- Memiliki riwayat hipertensi sebelum kehamilan
- Riwayat diabetes gestasional, diabetes yang terjadi dalam masa kehamilan
- Kehamilan kembar
- Riwayat keluarga mengalami preeklamsia atau eklamsia
- Obesitas
- Memiliki riwayat penyakit lupus, arthritis rheumatoid, dan penyakit ginjal
Kejang pada eklamsia merupakan kondisi gawat darurat yang mengancam nyawa ibu dan bayi. Melakukan persalinan adalah pengobatan utama untuk eklamsia. Pertolongan pertama pada eklamsia adalah memutus kejang, baru kemudian setelah kejang teratasi dapat diputuskan untuk melakukan proses persalinan.
Sebaiknya periksakan kehamilan secara rutin agar preeklamsia dapat dideteksi secara dini dan dapat segera ditangani agar tidak muncul komplikasi eklamsia. Jika keluarga atau kerabat memiliki tanda-tanda atau gejala seperti di atas, segera diskusikan dengan dokter. Terlebih jika termasuk dalam risiko tinggi atau telah terdiagnosa preeklamsia, sebaiknya periksakan kehamilan secara rutin pada dokter.