Gangguan Penghidu

Gangguan Penghidu

Gangguan penghidu (indera penciuman) adalah berkurangnya kemampuan menghidu (hiposmia) hingga hilangnya kemampuan menghidu (anosmia). Penyebabnya bermacam-macam, di antaranya adalah gangguan mekanik hingga kerusakan saraf olfaktori. Secara umum 40% kasus anosmia berhubungan dengan anosmia pasca virus dewasa, sehingga diduga bila SARS-CoV-2 pun dapat menyebabkan anosmia pada penderita yang terinfeksi. Harus disingkirkan dahulu kemungkinan-kemungkinan lainnya seperti rhinitis alergi, rhinosinusitis akut, rhinosinusitis kronis, dan beberapa keadaan lainnya (riwayat trauma, rinoplasti dll). Walaupun anosmia bukan merupakan gejala utama presentasi klinik COVID-19, perlu diwaspadai sebagai salah satu indikator spesifik kasus terinfeksi COVID-19 bila dirasakan anosmia timbul secara mendadak tanpa disertai sumbatan hidung.

Pemeriksaan gangguan penghidu yang lebih cepat pada masa pandemi adalah dengan uji alkohol yang dilakukan hanya dalam waktu 5 menit. Namun, tetap harus konfirmasi swab untuk memastikan positif COVID-19. Bahaya anosmia untuk jangka panjang yaitu menimbulkan rasa tidak nyaman baik untuk diri sendiri maupun terhadap lingkungan sekitar. Dapat pula meimbulkan rasa cemas berlebih terutama orang tua hingga menimbulkan stress.

Perbaikan gangguan penghidu yang berkaitan dengan COVID-19 yang telah dilaporkan dalam beberapa penelitian didapatkan angka kesembuhan yang cukup bervariais. Lechien dkk menyebutkan 44% mengalami perbaikan, Klopfenstein dkk  menyebutkan 98% penderita mengalami perbaikan dalam 28 hari. Rerata waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan gejala anosmia adalah 7,2 hari berdasarkan laporan oleh Kaye dkk.

Dampak resiko terbahaya dari anosmia, jika memang ternyata hasil swab pasien anosmia tersebut positif COVID-19, dilaporkan bahwa penyebaran infeksi virus ke otak melalui bulbus olfaktorius penghidu kita, dan penyebarannya sangat cepat via trans-neuronal pathway.

Perlu diperhatikan, penderita dengan gangguan penghidu tanpa penyebab yang jelas, timbul mendadak (kurang dari 12 hari) tanpa disertai hidung tersumbat memerlukan pemeriksaan khusus untuk menegakkan diagnosis COVID-19. Meskipun demikian, tetap harus konfirmasi dengan tes swab untuk memastikan positif COVID-19.

Selalu laksanakan kebersihan THT ( tangan, hidung, dan tidur) sebagai upaya promotif, serta menjaga kesehatan diri dan meningkatkan sistem imunitas alamiah sebagai upaya preventif. Rutin cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, cuci hidung dengan larutan NaCl 0,9% 10-50 cc sebelum dan sesudah bangun tidur, serta menjaga kualitas tidur. Lakukan secara rutin kombinasi penggunaan cuci hidung menggunakan larutan NaCl 0,9% dan kortikosteroid intranasal serta dekongestan topikal sebagai dasar terapi yaitu fisiologi siklus regenerasi sel-sel penghidu hidung.

Secara garis besar manfaat cuci hidung diantaranya membersihkan debu dan kotoran yang menumpuk pada hidung. Dapat pula mengurangi gejala pada kasus alergi dan sinusitis. Mencegah peradangan dan infeksi pada rongga hidung. Membuat hidung terasa bersih dan segar juga termasuk manfaat mencuci hidung.

Apa yang terjadi ketika partikel di rongga hidung tidak dibersihkan? Jika tidak dibersihkan, dapat menyebabkan banyak gejala termasuk hidung tersumbat, gangguan telinga (telinga gatal), infeksi hidung berulang, pilek bahkan suara serak (dari post nasal drip).

Nah, Sahabat Hermina, tidak perlu takut dan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika merasakan gejala di atas. Semakin cepat mengunjungi rumah sakit untuk berobat, semakin cepat pula penanganan yang tepat dilakukan. Salam sehat.

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.