Kanker Mulut Rahim, Apakah dapat dicegah?

Kanker Mulut Rahim, Apakah dapat dicegah?

Mulut rahim / leher rahim / serviks merupakan 1/3 bagian bawah rahim yg menonjol ke dalam vagina.Kanker mulut rahim paling banyak ditemukan. Secara global jumlah kasusnya ada di bawah kanker payudara pada kaum wanita. Sedangkan di negara2 berkembang umumnya menempati peringkat pertama. Kenyataan ini menggambarkan angka kejadiannya yang terus meningkat atau pencegahan belum berhasil, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Kanker serviks sebetulnya dapat dicegah dengan cara pencegahan primer dengan pemberian vaksin anti HPV dan pencegahan sekunder dengan deteksi dini serta pencegahan tersier .

Penyebabnya yaitu Infeksi menetap menahun ( chronic persistent infection ) dari genotipe karsinogenik Human Papilloma Virus ( HPV ) atau sejenis virus DNA yang dapat menginfeksi manusia, terutama pada kulit dan selaput lendir (mulut, tenggorokan, dan alat kelamin) dengan tipe risiko tinggi yaitu tipe 16 dan 18 yang bertanggung jawab atas 70% kasus kanker serviks.

Faktor risikonya adalah pertama, aktifitas seksual pada usia muda dimana wanita yang melakukan hubungan seksual pertama kali dibawah 20 tahun lebih berisiko untuk terjadinya kanker serviks. Kedua, berhubungan seksual degan multipartner yaitu wanita yg memiliki pasangan seksual lebih dari 6 selama hidupnya dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Ketiga, merokok dimana perokok baik aktif maupun pasif dapat meningkatkan risiko kanker serviks 2-3x lipat. Keempat, multiparitas yaitu wanita degan anak 7 memiliki risiko terhadap kanker serviks 4x . Karena perubahan hormonal dan sistem daya tahan tubuh selama kehamilan menyebabkan wanita tersebut mudah terinfeksi oleh HPV. Kelima yaitu akses skrining dan pencegahan kanker serviks sangat terbatas. Keenam, pil kontrasepsi kombinasi jangka panjang dimana risiko terhadap kanker serviks 4x lebih besar dibanding yang tanpa kontrasepsi. Ketujuh, PMS dimana infeksi HPV merupakan salah satu infeksi menular seksual, sehingga kanker serviks pun sangat berhubungan degan aktifitas seksual. Kedelapan, gangguan imunitas dimana wanita degan riwayat HIV memiliki risiko untuk terjadinya kanker serviks.

Gejala yang terjadi adalah perdarahan uterus abnormal (perdarahan hebat atau perdarahan yang tidak biasanya), perdarahan post coitus (perdarahan yang terjadi setelah berhubungan seksual dan tidak berkaitan dengan menstruasi), Leukorrhea (keputihan), dispareunia (nyeri di area kelamin yang terjadi secara terus-menerus atau berulang ketika akan, sedang, atau setelah berhubungan seksual), gejala desakan tumor seperti nyeri pinggang, penyumbatan ureter, gejala lanjutan bisa terjadi sesuai dengan pergerakan sel kanker dari lokasi normalnya ke jaringan non-kanker di sekitarnya.

Sekalipun memiliki faktor risiko yang banyak, seorang wanita tidak akan menderita kanker serviks yg didahului oleh lesi prakanker (awal dari kanker serviks yang tidak menimbulkan keluhan, apabila dibiarkan akan berkembang menjadi kanker serviks yang dapat menginvasi jaringan sekitar atau bahkan menyebar ke organ/jaringan lain).

Upaya pencegahan kanker serviks  yaitu, pertama adalah pencegahan primer dimana tujuannya mencegah terjadinya penyakit degan mengeliminasi faktor etiologi maupun faktor risiko . Kedua pencegahan Sekunder yaitu dimana upaya untuk deteksi dini guna menemukan lesi pada awal penyakit yaitu dengan IVA test ( Inspeksi Visual dgn Asam Asetat , ), Papsmear (prosedur untuk mendeteksi kanker leher rahim (serviks) pada wanita, HPV DNA (prosedur untuk mendeteksi infeksi HPV tipe risiko tinggi pada wanita, Kolposkopi (suatu cara untuk melihat kondisi leher rahim dari dekat). Kedua adalah pencegahan tersier yaitu untuk mencegah berkembangnya penyakit dengan memberikan pengobatan sedini dan sebaik mungkin. Tindakan yang dilakukan adalah operasi, kemoradiasi (gabungan prosedur kemoterapi dan terapi radiasi yang dilaksanakan secara bersamaan) dan terapi paliatif (perawatan pada seorang pasien dan keluarganya yang memiliki penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan cara memaksimalkan kualitas hidup pasien serta mengurangi gejala yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan memperhatikan aspek psikologis dan spiritual).

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.