Kenali saat si buah hati mengalami tantrum
Halo Sahabat Hermina, siapa yang pernah berada dalam situasi di mana seorang anak menangis sambil mengamuk dan sulit untuk ditenangkan? Ataukah seorang ibu bahkan seorang ibu yang pernah mengalami keadaan ini? Seorang anak yang membuat ulah tanpa alasan yang jelas adalah marah. Tantrum adalah ledakan emosi yang sangat umum terjadi pada anak usia 1,5 hingga 4 tahun. Tantrum biasanya diasosiasikan dengan kemarahan yang kuat, teriakan yang keras, keras kepala dan kesulitan menenangkan diri. Nyatanya, anak di usia ini masih belum cukup baik untuk mengungkapkan keinginan dan perasaannya dengan kata-kata, sehingga tindakan emosional terwujud pada si kecil.
Ada dua jenis tantrum, yaitu tantrum manipulatif dan tantrum frustrasi. Amukan manipulatif terjadi ketika anak Anda ditolak atau keinginannya tidak dapat dipenuhi. Biasanya anak-anak membuat ulah manipulatif untuk membuat orang lain melakukan apa yang mereka inginkan.
Frustrasi disebabkan oleh ketidakmampuan anak untuk mengekspresikan keinginan dan perasaan mereka dengan benar. Kondisi ini sensitif pada anak-anak semuda 18 bulan. Karena dia tidak bisa mengucapkan kata itu dengan baik. Selain sulit mengungkapkan perasaannya, anak juga bisa mengalami tantrum frustasi saat merasa lelah, lapar, atau saat merasa gagal dalam suatu hal.
Lalu bagaimana cara mengatasi anak yang sedang tantrum?
1. Mengatasi perilaku agresifnya
Seorang anak yang mengamuk dapat melakukan beberapa hal agresif. Misalnya memukul, memukul atau melempar barang, menendang sesuatu. Ketika ini terjadi, Anda perlu memberi tahu anak dengan lembut bahwa menyakiti orang lain atau merusak barang itu buruk, dalam bahasa yang mudah mereka pahami.
2. Abaikan anak
Hal pertama yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi tantrum adalah mengabaikannya dan berhenti memperhatikannya untuk mencegah kemarahan anak meningkat. Namun, pengabaian ini hanya boleh terjadi saat anak tidak berada dalam situasi berbahaya. Oleh karena itu, ingatlah untuk tenang, tinggalkan anak sendiri sebentar dan kembali lagi setelah beberapa saat.
3. Biarkan anak marah
Anak tantrum hanya perlu melampiaskan amarahnya. Maka biarkanlah anak marah ketika membuat ulah, asalkan tidak melakukan hal yang membahayakan diri sendiri. Cara ini diyakini dapat membantu anak belajar bagaimana melampiaskan amarahnya dengan cara yang tidak merusak. Karena itu, anak diharapkan bisa mengendalikan diri dengan baik tanpa harus berdebat dengan orang tua.
4. Orang tua menahan diri untuk tidak berteriak
Saat orang tua membentak saat anaknya sedang marah, biasanya anak akan berteriak serempak dengan suaranya. Karena itulah yang dilakukan oleh anak-anak, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam komunikasi yang setara dengan orang tuanya. Oleh karena itu, saat anak Anda sedang marah, Anda sebagai orang tua harus bisa menghindari membentak dan memakinya dengan penuh emosi.
5. Bantu anak melakukan hal-hal yang tidak dapat mereka lakukan
Tantrum bisa dipicu oleh hal-hal sederhana seperti anak mencoba memakai sepatu tapi tidak bisa. Jika memang itu alasannya, orang tua dapat dengan lembut bertanya mengapa dia marah dan membantunya dengan hal-hal yang tidak dapat dia lakukan sendiri.
Wajar jika anak usia 4-6 tahun masih tantrum
Meskipun amukan adalah hal yang normal, bukan berarti orang tua dapat membiarkan mereka pergi saat mereka melewati batas. Jangan biarkan anak Anda menggunakan amukan sebagai senjata untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Usia normal tantrum pada anak adalah 4 tahun. Jika usia ini terlampaui, kita dapat berbicara tentang kesalahan pendidikan di pihak orang tua.