Masalah Makan pada Anak
Sahabat Hermina, pemberian makan merupakan bagian penting dari kehidupan bayi dan anak di bawah tiga tahun (batita) dan sebagian besar interaksi orangtua dan anak terjadi pada saat pemberian makan. Masalah makan berdampak buruk terhadap kesehatan anak, seperti gangguan pertumbuhan, rentan terhadap infeksi, dan bahkan kematian. Selain itu, masalah makan berpotensi menyebabkan gangguan kognitif dan perilaku, serta dikaitkan dengan gangguan cemas dan kelainan makan pada anak, remaja, dan dewasa muda.
Masalah makan dapat diklasifikasikan menjadi:
- Inappropriate feeding practice, yaitu masalah makan yang disebabkan oleh perilaku makan yang salah ataupun pemberian makanan yang tidak sesuai dengan usia. Inappropriate feeding practice dapat terjadi primer karena kurangnya pengetahuan orangtua mengenai pemberian makan yang benar atau sekunder sebagai respons terhadap small eaters, parental misperception, dan food preference (pilih-pilih makan atau penolakan terhadap makanan tertentu).
- Food preference dapat berupa picky eater, yaitu anak yang menolak makanan tertentu atau pilih-pilih makan, tetapi masih mengonsumsi minimal satu macam dari setiap kelompok makanan, yaitu karbohidrat, protein, sayur atau buah, dan susu, sedangkan selective eater adalah anak yang menolak semua jenis makanan dalam kelompok makanan tertentu, misalnya menolak semua makanan sumber protein.
- Small eaters, yaitu anak dengan keluhan makan sedikit, status gizi kurang, dan feeding rules benar. Anak yang termasuk small eaters adalah anak aktif, perkembangan normal, seringkali lebih tertarik pada lingkungan dibandingkan makanan, dan tidak memiliki masalah medis yang mendasari. Orangtua yang memiliki anak dengan masalah ini umumnya menjadi cemas dan mengompensasi makan yang sedikit dengan pemberian camilan, atau hanya susu yang justru menurunkan selera terhadap makanan utama dan pada akhirnya menyebabkan orangtua memaksa anak makan. Bila small eaters tidak ditangani dengan benar, anak dapat mengalami gagal tumbuh.
- Parental misperception didefinisikan sebagai anak yang menurut pendapat orangtua memiliki masalah makan, tetapi setelah dianamnesis lebih lanjut, orangtua atau pengasuh sudah menerapkan feeding rules dengan benar dan anak memiliki status gizi baik.
Penangan Masalah Makan pada Anak
Untuk menangani masalah makan pada anak, dapat dilakukan hal seperti:
- Terapkan feeding rules. Feeding rules adalah aturan dasar pemberian makan. Ada jadwal makanan utama dan makanan selingan (snack) yang teratur, yaitu tiga kali makanan utama dan dua kali makanan kecil di antaranya, susu dapat diberikan dua-tiga kali sehari. Hanya boleh mengkonsumsi air putih di antara waktu makan.
- Lingkungan yang menyenangkan (tidak boleh ada paksaan untuk makan). Tidak ada distraksi (mainan,televisi, perangkat permainan elektronik) saat makan. Jangan memeberikan makanan sebagai hadiah.
- Dorong anak untuk makan sendiri, Bila anak menunjukkan tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan kepala, menangis), tawarkan kembali makanan secara netral, yaitu tanpa membujuk ataupun memaksa. Bila setelah 10-15 menit anak tetap tidak mau makan, akhir proses makan.
- Pemberian makan sesuai usia, mencakup aspek tekstur dan rasio makanan padat dan cair. Beberapa orangtua mengeluhkan anak tidak mampu mengonsumsi makanan dengan tekstur yang sesuai dengan usianya, misalnya anak usia 1 tahun hanya mampu mengonsumsi makanan lumat atau diblender. Pada anak sehat dengan perkembangan normal, hal ini umumnya terkait dengan kurangnya latihan oromotor pada periode kritis, yaitu usia 6-12 bulan, sehinga sangat penting memberikan tekstur makanan sesuai usia.
Tatalaksana picky eater maupun selective eater adalah mengatasi ketidaksukaan terhadap makanan dengan pengenalan sistematik terhadap makanan baru (systematic introduction of new food), menggunakan prinsip berikut:
- Sajikan makanan dalam porsi kecil. Pilihan makanan orangtua akan mempengaruhi menu yang disajikan bagi anak. Oleh karena itu, perlu diperhatikan agar orangtua menyajikan berbagai jenis makanan walaupun makanan tersebut bukan kesukaan orangtua.
- Paparkan anak terhadap makanan baru sebanyak 10-15 kali. Penelitian menunjukkan 10 atau lebih paparan dibutuhkan untuk meningkatkan penerimaan terhadap makanan pada anak usia 2 tahun, sedangkan untuk anak usia 4-5 tahun dibutuhkan 8 sampai 15 kali paparan. Untuk pengenalan awal, makanan dapat disajikan di piring orangtua.
- Sajikan makanan di meja pada jarak yang terjangkau oleh anak, tanpa menawarkan ke anak. Batita umumnya lebih tertarik mencoba makanan baru bila mereka memegang kendali. Namun, bila mereka diminta atau disuruh memakan sesuatu, maka umumnya mereka secara spontan akan menolak.
- Orangtua memberikan contoh makan yang menyenangkan tanpa menawarkan makanan sampai ketakutan anak menghilang dan anak mengekspresikan ketertarikan pada makanan. Semakin banyak orang di sekitar anak yang makan makanan serupa, maka anak akan makin tertarik.
Jika paparan terhadap makanan menyebabkan anak ingin muntah bahkan muntah, hentikan makanan tersebut dan cobalah makanan yang lebih mendekati makanan yang disukai anak.
Campurlah sedikit makanan baru dengan makanan yang sudah disukai anak dan perlahan-lahan tingkatkan proporsi makanan baru (food chaining). Orangtua harus tetap bersikap dan berpikir netral dan tenang dalam menyikapi asupan makanan anak.
Sahabat Hermina, itulah sedikit pengetahuan mengenai permasalahan makan pada anak, Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan Sahabat Hermina.