Mengenal Hidrosefalus sebagai Kelainan Kongenital pada Anak
Hidrosefalus merupakan kondisi dimana terjadinya akumulasi cairan otak (cerebrospinal fluid) di dalam sistem ventrikel yang dapat disebabkan oleh adanya over-produksi, gangguan distribusi/aliran, ataupun penyerapan yang tidak optimal dari cairan otak tersebut. Dalam kondisi normal, cairan otak diproduksi oleh plexus coroideus yang nantinya akan dialirkan dan diserap untuk memberi nutrisi pada otak dan sumsum tulang belakang. Namun pada kasus hidrosefalus, oleh karena suatu penyebab tertentu, kondisi keseimbangan antara produksi-aliran-penyerapan tidak terjadi sebagaimana mestinya, sehingga terjadilah penumpukan cairan otak dan menimbulkan efek terhadap peningkatan tekanan intrakranial.
Penyebab terjadinya hidrosefalus secara umum dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu hidrosefalus kongenital (bawaan lahir) dan hidrosefalus non-kongenital (infeksi, perdarahan, tumor). Khusus pada pasien anak, umumnya hidrosefalus terjadi karena kelainan kongenital. Data menyebutkan sekitar 40 % kasus anak yang ditangani di bidang bedah saraf merupakan hidrosefalus. Penyebab tersering hidrosefalus kongenital dikarenakan terjadi stenosis aquaductus sylvii, sehingga menghambat laju aliran cairan otak. Hal ini sering dikaitkan dengan efek dari defisiensi/kekurangan kadar asam folat yang dikonsumsi oleh ibu selama hamil, sehingga berakibat pada kegagalan perkembangan otak selama masa janin. Data penelitian dari beberapa studi kasus menunjukkan efek pemberian asam folat selama kehamilan mampu menurunkan angka kejadian hidrosefalus pada anak. Oleh karena itu, hidrosefalus sebenarnya dapat kita cegah sejak pasangan suami-istri mulai merencanakan kehamilan, dengan rutin mengonsumsi tablet asam folat sejak sebelum dan selama kehamilan.
Gejala yang sering ditemukan pada anak yang mengalami hidrosefalus adalah pertumbuhan ukuran lingkar kepala yang tidak sesuai dengan usia anak, sehingga secara kasat mata kita dapat menilai bahwa besar kepala cenderung tidak sesuai dengan proporsi wajah anak. Selain itu kita juga dapat memeriksa kondisi dari ubun-ubun yang cenderung tegang/menonjol. Terjadi mual dan muntah yang tanpa sebab, kejang tanpa demam, bahkan pada kondisi yang lebih parah, anak bisa mengalami penurunan kesadaran. Hal ini terjadi karena efek dari peningkatan tekanan intrakranial yang sudah tidak lagi terkompensasi.
Penegakan diagnosis hidrosefalus pada zaman modern seperti sekarang ini sangatlah mudah. Hidrosefalus bahkan sudah dapat terdeteksi sejak janin masih dalam kandungan dengan screening menggunakan USG (ultrasonografi). Pada bayi/anak, diagnosis hidrosefalus dapat kita tegakkan melalui pemeriksaan CT (Computerized Tomography) scan kepala. Pemeriksaan ini cenderung simple dan cepat untuk mengetahui kondisi anatomi dan gambaran otak anak, sehingga pada kasus bayi rewel pun kita dapat melalukannya dan mendapatkan hasil yang baik.
Penanganan pada kasus hidrosefalus sebaiknya langsung dikonsultasikan pada dokter spesialis bedah saraf terdekat, ataupun jika fasilitas kesehatan belum memiliki dokter spesialis bedah saraf, maka dapat menjumpai dokter spesialis anak, sehingga orangtua bayi/anak dapat menerima informasi yang jelas dan akurat sesuai sudut pandang kedokteran. Kasus hidrosefalus harus ditangani secara cepat, tepat, dan akurat. Hal ini penting untuk menyelamatkan pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Karena kondisi akibat akumulasi cairan otak yang abnormal akan menghambat perkembangan otak, sehingga akan terjadi keterlambatan.
Saat ini sudah tersedia beberapa modalitas untuk penanganan kasus hidrosefalus. Tindakan operasi paling populer adalah dengan memasang selang pintasan untuk mengalirkan cairan otak yang “terperangkap” pada sistem ventrikel ke rongga paeritoneum untuk diserap, operasi ini dikenal dengan istilah Ventriculoperitoneal Shunt (VP Shunt). Tindakan VP shunt termasuk tindakan operasi yang sederhana, namun telah memberi dampak positif dalam meningkatkan angka harapan hidup serta tumbuh kembang pada anak yang mengalami hidrosefalus. Selain VP shunt, saat ini juga berkembang metode operasi minimal invasif pada penanganan kasus hidrosefalus, yang disebut Endoscopic Third Ventriculostomy (ETV). Namun untuk menentukan pilihan tindakan operasi yang terbaik untuk anak, maka diperlukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter spesialis bedah saraf.
Kelainan kongenital pada anak, termasuk hidrosefalus, masih banyak ditemui di masyarakat. Mari berjuang bersama untuk memberikan harapan hidup demi tumbuh kembang anak yang optimal.
Sahabat Hermina Serpong bisa langsung mengkonsultasikan seputar masalah & gejala tersebut dengan dokter spesialis bedah saraf di RS Hermina Serpong atau bisa melakukan pendaftran online melalui aplikasi Halo Hermina