Mengenal Program Keluarga Berencana yang perlu diketahui, simak selengkapanya
Keluarga berencana atau lebih akrab disebut KB adalah program skala nasional untuk menekan angka kelahiran dan mengendalikan pertambahan penduduk di suatu negara.Sebagai contoh, Amerika Serikat punya program KB yang disebut dengan Planned Parenthood.Program KB juga secara khusus dirancang agar menciptakan kemajuan, kestabilan, kesejahteraan ekonomi, sosial, serta spiritual setiap penduduknya.Keluarga berencana adalah program yang juga diatur dalam UU N0. 10 tahun 1992 yang dijalankan dan diawasi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Wujud dari program keluarga berencana adalah pemakaian alat kontrasepsi untuk menunda serta mencegah kehamilan.Berikut jenis alat kontrasepsi yang paling sering digunakan:
- Kondom
- Pil KB
- IUD
- KB suntik
- KB implan atau susuk
- Vasektomi dan tubektomi (KB permanen)
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dari BKKBN menyebutkan tren angka kelahiran total (total fertility rate/TFR) di Indonesia nyatanya memang mengalami penurunan.Pada akhir tahun 1991, angka kelahiran total tercatat mencapai 3 persen. Sementara catatan terbaru melaporkan bahwa angka kelahiran total di Indonesia berhasil turun menjadi 2,38 anak per wanita pada 2019.
Begitu juga dengan penggunaan alat kontrasepsi yang tergolong masih rendah yaitu sekitar 57,2 persen, sedangkan target peserta aktif adalah sekitar 61,2 persen. Itulah kenapa pemerintah berencana untuk kembali melanjutkan kampanye program Keluarga Berencana demi mencapai target tersebut.
Program keluarga berencana tidak semata-mata dibuat untuk memenuhi target pemerintah saja. Jika dilihat dari kacamata medis, program ini sebenarnya memiliki banyak keuntungan, termasuk kesehatan fisik juga mental setiap anggota keluarga. Tak hanya ibu, anak dan suami juga bisa merasakan manfaat atau efek dari program KB secara langsung. Manfaat KB bahkan juga terasa ketika Anda dan pasangan masih menunda dan masih mempersiapkan kehamilan. Berikut berbagai manfaat menjalankan program keluarga berencana (KB) Di Indonesia, ada sekitar 20% insiden kehamilan tidak direncanakan atau diinginkan dari total jumlah kehamilan yang tercatat pada populasi pasangan menikah. Ini menandakan bahwa akses informasi dan pengetahuan soal kontrasepsi masih tergolong rendah. Berbeda dengan program hamil (promil), kehamilan yang tidak direncanakan bisa terjadi pada wanita yang belum atau sudah pernah hamil tetapi sedang tidak ingin punya anak. Kejadian ini juga bisa saja terjadi karena waktu kehamilan yang tidak sesuai, misalnya jarak usia anak pertama dan kedua terlalu dekat.
Ada berbagai risiko komplikasi kesehatan yang mungkin terjadi akibat kehamilan yang tidak diinginkan, baik untuk sang ibu sendiri maupun bayi. Kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur, berat rendah (BBLR), hingga cacat lahir. Sementara risiko pada ibu termasuk depresi saat hamil dan setelah melahirkan (postpartum), hingga komplikasi melahirkan. Dikutip dari WHO, penggunaan alat kontrasepsi dapat mencegah risiko kesehatan jangka panjang yang berkaitan dengan kehamilan bagi perempuan. Oleh karena itu, penting bagi setiap pasangan untuk mengetahui keluarga berencana dan pentingnya merencanakan kehamilan sebelum berhubungan seksual. Kehamilan di luar rencana akibat tidak menjalani program keluarga berencana sangat berisiko meningkatkan angka aborsi ilegal yang bisa berakibat fatal. Pada dasarnya, hukum Indonesia menyatakan aborsi adalah tindakan ilegal dengan beberapa pengecualian tertentu. Tindak aborsi sangat diatur ketat dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Berdasarkan dua aturan tersebut, prosedur aborsi di Indonesia hanya boleh dilakukan di bawah pengawasan tim dokter setelah didasari alasan medis yang kuat. Sebagai contoh, karena kehamilan berisiko tinggi yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, korban perkosaan, dan kasus gawat darurat tertentu. Di luar itu, tindakan aborsi dinyatakan ilegal dan termasuk ranah hukum pidana. Nyatanya, kebanyakan kasus aborsi ilegal di Indonesia dilakukan diam-diam dengan prosedur yang tidak sesuai standar medis.
Sebelumnya sudah dijelaskan sedikit di atas bahwa kehamilan yang tidak direncanakan dapat memperbesar peluang risiko komplikasi, termasuk kematian ibu. Komplikasi kehamilan dan melahirkan sebagian besar ditunjukkan oleh kelompok perempuan yang menikah di usia terlalu dini. Data kolaborasi BPS dan UNICEF Indonesia melaporkan, anak perempuan usia 10-14 tahun berisiko 5 kali lebih besar meninggal akibat komplikasi daripada perempuan yang hamil di usia 20-24 tahun. Beberapa risiko komplikasi yang harus dihadapi oleh anak perempuan yang hamil di usia belia adalah fistula obstetri, infeksi, perdarahan hebat, anemia, dan eklampsia. Hal ini bisa terjadi karena tubuh anak perempuan belum “matang” secara fisik maupun biologis. Alhasil, mereka lebih berisiko mengalami dampak dari kehamilan yang tidak direncanakan dengan matang. Risiko berbagai komplikasi ini juga mungkin terjadi jika Anda semakin sering hamil dengan jarak yang berdekatan. Kabar baiknya, berbagai penyebab kematian ibu akibat komplikasi kehamilan dan persalinan sebenarnya dapat dicegah salah satunya dengan mengikuti program keluarga berencana. Selain menekankan pentingnya kontrasepsi, program ini juga menyediakan akses layanan untuk merencanakan waktu, jumlah, dan jarak kehamilan yang tepat bagi setiap pasangan.
Oleh karena itu, program keluarga berencana diharapkan bisa mencegah risiko penyakit berbahaya. Meski pahit untuk didengar, kenyataannya tidak semua anak hasil kehamilan di luar rencana tergolong sejahtera lahir batin selama hidupnya. Kehamilan yang tidak diinginkan berpotensi merampas hak anak untuk tumbuh secara maksimal dari segala aspek, mulai dari tumbuh kembang secara biologis, sosial, dan pendidikan. Ingat, setiap anak yang dilahirkan berhak untuk mendapatkan kasih sayang yang tulus dari orangtua.Jadi, tentu saja, kehadiran buah hati perlu dipersiapkan secara matang.
Di sisi lain, wanita juga sangat rentan mengalami depresi saat hamil dan setelah melahirkan, apalagi jika kehamilan terjadi pada usia belia atau bahkan ketika Anda dan pasangan belum siap memiliki anak. Pria juga bisa mengalami depresi selama istrinya hamil atau melahirkan karena belum siap secara fisik, finansial, hingga mental untuk menjadi seorang ayah. Melalui program keluarga berencana, Anda dan pasangan bisa menentukan sendiri kapan waktu yang tepat untuk memiliki momongan. Hal ini membuat Anda dapat mempersiapkan kehamilan secara fisik, finansial, dan mental dengan lebih baik. Program keluarga berencana juga dapat membantu Anda merencanakan masa depan si kecil dengan lebih matang. Lebih jauh lagi, program KB bisa memberikan kesempatan bagi Anda dan pasangan untuk mengembangkan potensi diri sebelum merasa mantap untuk membangun keluarga. Anda bisa merencanakan untuk meniti karir, melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi, atau mengasah kemampuan yang Anda miliki.
Di buat oleh : dr. Ulky Nur Mulkia Prio
Di tinjau oleh : dr. Risa Risfiandi, Sp.OG