Mengenal Sindrom Polikistik Ovarium
Sahabat Hermina, gangguan ovarium tak hanya dialami oleh perempuan yang berusia lanjut saja, tetapi wanita di usia subur juga bisa mengalaminya. Gangguan ovarium ini tentunya dapat disebabkan oleh suatu kondisi, salah satunya sindrom polikistik ovarium (polycystic ovary syndrome/PCOS).
Sindrom polikistik ovarium (PCOS) adalah penyakit ketika ovum atau sel telur pada perempuan tidak berkembang secara normal karena ketidakseimbangan hormon. Hal ini dapat menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur disertai pembentukan kista multipel pada ovarium. Kondisi ini juga dapat menyebabkan kemandulan.
Sindrom polikistik ovarium sendiri merupakan kondisi terganggunya fungsi ovarium pada wanita yang berada di usia subur. Kondisi ini akan membuat hormon wanita yang mengidap PCOS jadi tidak seimbang, karena hal-hal yang tidak diketahui.
Tanda-tanda awal yang dapat mengindikasikan seorang wanita mengidap sindrom ini adalah:
1. Meningkatnya kadar hormon pria (androgen) dalam tubuh. Hormon androgen ini sering disebut sebagai hormon laki-laki. Sebab, hormon ini sangat dominan dalam tubuh lelaki, sedangkan pada perempuan hormon ini hanya diproduksi dalam jumlah yang sedikit. Perempuan dengan PCOS akan memproduksi androgen lebih banyak dari normal. Selain menyebabkan pertumbuhan rambut yang tidak normal dan jerawat, kondisi ini juga menyebabkan masalah lainnya. Misalnya, perempuan dengan PCOS tidak dapat melepaskan ovum dari ovarium pada setiap siklus menstruasi. Siklus menstruasi menjadi tidak teratur.
2. Munculnya banyak kista (kantung berisi cairan).
3. Masa ovulasi atau subur yang tidak beraturan.
Bila seorang wanita mengalami setidaknya dua dari tiga tanda awal di atas, ada kemungkinan ia mengidap PCOS.
Ada beberapa hal yang diduga dapat memicu meningkatnya produksi hormon androgen, yaitu:
1. Gen
Tidak dapat dipungkiri bahwa gen merupakan faktor terbesar yang memengaruhi kondisi tubuh seseorang. Gen pula menjadi salah satu faktor yang diduga memicu peningkatan hormon androgen pada wanita. Artinya, wanita yang terlahir dari seorang ibu yang mengidap sindrom polikistik ovarium, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa.
2. Resistensi Insulin
Sebagian besar kasus sindrom polikistik ovarium terjadi pada wanita yang mengalami resistensi insulin, yaitu kondisi ketika sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan baik. Perlu diketahui bahwa insulin adalah hormon yang diproduksi pankreas untuk membantu tubuh menggunakan gula dari makanan untuk energi. Ketika sel-sel tidak dapat menggunakan insulin dengan baik, permintaan tubuh akan insulin akan meningkat. Pankreas pun akan menghasilkan lebih banyak insulin sebagai kompensasi. Insulin tambahan itu kemudian memicu ovarium untuk menghasilkan lebih banyak hormon pria.
3. Inflamasi atau Peradangan
Wanita dengan sindrom polikistik ovarium sering mengalami peningkatan tingkat peradangan di tubuh mereka. Kelebihan berat badan juga dapat berkontribusi terhadap peradangan. Kondisi ini kemudian memicu kadar hormon androgen menjadi lebih tinggi dari normalnya. Walaupun PCOS tak sepenuhnya bisa dikoreksi, pengobatan dapat mengendalikan gejala dan memperbaiki kesuburan penderita.
Dengan demikian, sebagian besar wanita dengan PCOS tetap bisa memiliki hidup yang normal tanpa komplikasi yang bermakna. Apabila Anda kerap mengalami siklus haid yang tidak teratur, jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan karena bisa jadi Anda mengalami PCOS. Prinsipnya, semakin cepat didiagnosis dan diobati, maka gangguan kesuburan dan berbagai komplikasi PCOS bisa diminimalkan atau bahkan dihindari.