Menu Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Kaya Protein Hewani: Kunci Pencegahan Stunting dan Masa Depan Generasi Emas

Menu Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Kaya Protein Hewani: Kunci Pencegahan Stunting dan Masa Depan Generasi Emas

“Mengapa harus protein hewani? Apakah protein hewani memiliki manfaat yang lebih baik daripada protein nabati?”. Pertanyaan tersebut seringkali muncul sehubungan dengan sosialisasi masif terkait panduan pemberian MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) untuk mencegah terjadinya stunting. Secara komposisi gizi, protein yang berasal dari sumber hewani memiliki asam amino esensial yang lengkap dibandingkan protein nabati. Asam amino esensial adalah zat pembentuk protein yang penting untuk tubuh tetapi tubuh tidak dapat membuat sendiri. Kelebihan protein hewani lainnya jika dibandingkan dengan protein nabati adalah lebih mudah dicerna dan diserap oleh sistem pencernaan.

Dengan kelebihan tersebut diatas, keberadaan lauk hewani dalam MP-ASI sebagai sumber protein hewani berperan penting pada tumbuh kembang anak. Selain itu lauk hewani juga sebagai makanan sumber mikronutrien penting yang dibutuhkan seperti zat besi, zinc, kalsium, vitamin A, vitamin B12 dan lain-lain. Secara spesifik protein hewani dan berbagai mikronutrien penting dalam lauk hewani akan mendukung perkembangan sel-sel otak, pertumbuhan sel-sel tulang dan membentuk sel-sel imunitas serta menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Untuk memenuhi kriteria MP-ASI yang layak dan berkualitas, setidak ada 2 aspek yang harus dipenuhi, berdasarkan rekomendasi WHO 2 aspek tersebut terkait kualitas dan kuantitas. Dari segi kualitas atau dikenal dengan istilah Minimal Dietary Diversity, setidaknya memenuhi 4 dari 7 kategori pangan yg harus ada dalam setiap kali makan. Apa saja 4 dari 7 itu?

  • Daging-dagingan.
  • Biji-bijian.
  • Susu atau produk susu.
  • Serealia atau sumber karbohidrat lainnya.
  • Telur.
  • Buah.
  • Sayur.

Sementara itu, dari segi kuantitas atau dikenal dengan istilah Minimal Meal Frequency, jumlah porsi minimal yang perlu diterapkan secara bertahap pada bayi yang memulai MP-ASI sebagai berikut :

  • 6-9 bulan, ASI 70% dan MP-ASI 30%.
  • 9-11 bulan, ASI 50% dan MP-ASI 50%.
  • 12-24 bulan, ASI 20% dan MP-ASI 80%.

Pada bayi berusia 6-9 bulan diperlukan protein sebanyak 15 gram, atau setara dengan 2 potong lauk hewani dalam sajian MP-ASI per hari. Kemudian usia 12-24 bulan diperlukan protein sebanyak 20 gram atau setara dengan 3 potong lauk hewani. Perlu diingat pada anak usia 6 bulan - 2 tahun protein hewani menempati 30% dari total energi harian yang dibutuhkan.

Cara mengolah lauk hewani agar tidak mengurangi kualitas ataupun kuantitas kandungan gizinya yaitu tidak disarankan untuk melakukan terlalu banyak proses pengolahan, seperti direbus kemudian digoreng, lalu dipanaskan kembali atau yang sejenisnya. Semakin panjang proses memasak akan semakin berpeluang mengurangi nilai gizi yang terkandung.

Makanan sumber protein hewani yang sesuai dengan pangan lokal untuk MP-ASI yang terjangkau tapi tentunya tetap berkualitas bisa berupa :

  • Ikan laut (ikan bandeng, ikan kembung, ikan layang, dll), udang, kepiting.
  • Ikan air tawar (ikan lele, ikan gabus, ikan patin, belut, dll).
  • Daging merah (sapi, kambing, domba).
  • Daging putih (ayam, bebek).
  • Telur (ayam, bebek, burung puyuh).
  • Jeroan (hati, ampela, ginjal, jantung, otak, usus).
  • Ceker ayam.

Fase bayi diberikan MP-ASI adalah suatu proses belajar makan, sehingga ketika ditemui beberapa kendala, orang tua perlu lebih menikmati seluruh prosesnya dengan sabar, karena selain bertujuan untuk memberikan nutrisi dan melatih kemampuan makan si kecil, MP-ASI juga bermaksud membentuk kedekatan bayi dengan orang tua. Mari bersama-sama ciptakan generasi emas. 

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.