Migrain dan Vertigo

Migrain dan Vertigo

Migrain dan vertigo mempunyai gejala yang berbeda satu sama lain. Migrain merupakan salah satu jenis sakit kepala yang banyak dikeluhkan penderita. Serangan sakit kepala migrain terasa lebih menyiksa dan terkadang datang tiba-tiba, nyeri dan berdenyut seperti dipukuli dan ditarik-tarik, serta biasanya disertai dengan gangguan saluran cerna seperti mual dan muntah. Penderitanya pun cenderung menjadi lebih sensitif terhadap cahaya, suara dan bau-bauan. Hal itu tentu amat mengganggu dan bisa menghambat segala aktivitas si penderita.

 

Sementara itu, vertigo (yang berputar atau gerakan berputar) adalah suatu bentuk gangguan orientasi di ruangan ketika perasaan dirinya bergerak berputar ataupun bergelombang terhadap ruangan sekitarnya (vertigo subjektif) atau ruangan sekitarnya bergerak terhadap dirinya (vertigo objektif).

 

 

Migrain

 

Kata migrain berasal dari bahasa Yunani yaitu hemicrania (hemi=setengah, cranium = tengkorak kepala) yang berarti sakit kepala sesisi.

 

Dua pertiga hingga tiga perempat kasus migrain terjadi pada wanita, yang terjadi pada awal kehidupan-sekitar 25% pada dekade pertama, 55% pada 20 tahun, dan lebih dari 90% sebelum usia 40. Riwayat migrain pada keluarga ditemukan dalam banyak kasus.

 

Klasifikasi sakit kepala berdasarkan IHS (International Headache Society) 2005 menyebutkan bahwa hanya dua kategori yang paling sering digunakan adalah migrain tanpa aura dan migrain dengan aura. Diagnostik kriteria migrain tanpa aura (common migraine) membutuhkan setidaknya lima serangan untuk memastikannya, masing-masing berlangsung dengan durasi 4 sampai 72 jam, dengan dua dari empat gambaran nyeri migrain (lokasi satu sisi, berdenyut, nyeri intensitas sedang atau berat, diperburuk oleh atau dapat menyebabkan penurunan dari aktivitas fisik rutin) dan ditemukan salah satu dari dua gejala berikut (mual/muntah atau fotofobia/fonofobia).

 

Migrain dengan aura (classic migraine) adalah suatu serangan nyeri kepala berulang ketika didahului adanya gejala neurologi fokal yang reversibel berupa gejala gangguan visual positif ditemukan gejala penglihatan berbintik dan garis atau kerlip, sedangkan visual negatif contohnya adalah scotomata (hilangnya penglihatan), gejala sensorik negatif (mati rasa) atau positif (kesemutan) dan gangguan berbicara disfasia secara bertahap 5-20 menit dan berlangsung kurang dari 60 menit. Gambaran nyeri kepala menyerupai migrain tanpa aura biasanya timbul sesudah gejala aura.

 

 

Patofisiologi Migrain

 

Migrain sebenarnya belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun, diperkirakan migrain disebabkan karena adanya hiperaktifitas impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) otak serta proses inflamasi.

 

 

Terapi Migrain

 

Migrain dapat dihindari, yaitu dengan cara menghindari pencetusnya, seperti alkohol, makanan dan minuman yang mengandung kafein (misalnya, kopi, cokelat), monosodium glutamat (MSG), nitrat, pemanis buatan (misalnya, aspartam).

 

Selain itu, hindari juga stress, dan faktor lingkungan seperti cuaca, cahaya silau/berkedip, gaduh, ketinggian, panas, lembab, ruang berasap, zona perubahan waktu, perubahan hormonal pada wanita, tidak makan atau telat makan, kurang tidur atau kebanyakan tidur, bau menyengat (parfum, rokok).

Untuk terapi obat, dapat menggunakan medikamentosa : Abortif : analgetik/NSAID dan obat spesifik yang preventif bila migrain tidak dapat diatasi.  

 

 

Vertigo

 

Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani yaitu vertere yang artinya memutar. Vertigo merupakan pusing berputar, biasanya disertai dengan perasaan tubuhnya bergerak atau lingkungan di sekitarnya yang bergerak. Kelainan ini terjadi karena gangguan keseimbangan baik sentral atau perifer, kelainan pada telinga sering menyebabkan vertigo.

 

Vertigo ditemukan sekitar 20%-30% dari populasi umum. Prevalensi vertigo meningkat dengan bertambahnya usia.

 

 

Patofisiologi Vertigo

 

Reseptor vestibuler, visual, dan propioseptik menerima informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh. Dalam hal ini, reseptor vestibuler memegang kontribusi terbesar yaitu lebih dari 50%, disusul oleh reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah propioseptik.

 

Pada kondisi normal, informasi yang tiba di pusat otak, yang berasal dari vestibuler, visual, propioseptik kanan dan kiri dibandingkan, bila seimbang, diproses secara wajar, sehingga respon yang muncul adanya penyesuaian dari otot mata dan penggerak tubuh, sehingga orang sadar, posisi kepala atau tubuh terhadap sekitarnya.

 

Dalam kondisi tidak normal, dari fungsi alat keseimbangan tubuh perifer/sentral atau adanya informasi yang salah, maka proses pengolahan yang wajar tidak terjadi, timbullah gejala vertigo, respon penyesuaian tubuh tidak adekuat.

 

Klasifikasi vertigo dibagi menjadi 2 bagian yaitu vertigo vestibular (vertigo perifer dan sentral) dan vertigo nonvestibular.

 

Vertigo vestibuler memiliki karakteristik yaitu lesi di bagian perifer dari apparatus vestibuler. Penderita merasa lingkungan sekitarnya berputar (oscillopsia), rasanya naik turun seperti berada di atas kapal, seringkali diikuti dengan gejala otonom seperti mual dan muntah serta nistagmus. Lesi vestibuler di bagian sentral contohnya lesi pada nukleus vestibuler di batang otak atau serebelum.

 

Lesi sentral vestibuler secara umum lebih ringan dibandingkan lesi perifer. Gejala otonom juga cenderung lebih minim atau bahkan tidak ada. Vertigonon vestibuler seringkali sulit dideskripsikan secara jelas oleh pasien. Pasien biasanya mengeluhkan rasa pusing, kepala terasa ringan dan gelap pada mata. Hipotensi ortostatik dan stenosis aorta dapat menjadi penyebab vertigo nonvestibuler.

 

Ada beberapa penyebab vertigo, yaitu:

  • Trauma di dalam telinga atau trauma kepala
  • Kelainan di telinga bagian dalam (sistem vestibular perifer) atau saraf vestibular, batang otak dan cerebellum (sistem vestibular sentral)
  • Kelompok abnormal partikel kalsium di telinga bagian dalam, yang dikenal sebagai benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)
  • Penyakit Meniere
  • Gangguan saraf vestibulocochlear juga bisa menyebabkan vertigo
  • Gangguan lain dari telinga bagian dalam atau saraf yang bertanggung jawab untuk koneksi vertigo, termasuk infeksi bakteri, dan tumor saraf seperti tumor pada saraf pendengaran
  • Obat-obatan tertentu seperti antibiotik, antikanker, antiepilepsi, dan obat-obatan antipsikotik bisa merusak bagian dalam telinga
  • Penurunan suplai darah ke batang otak dan otak kecil dapat menyebabkan vertigo

 

 

Pemeriksaan Vertigo

 

- Fungsi Vestibuler.                              

1. Tes Nylen Barany atau Dix Hallpike                              

2. Tes Kalori                                      

3. Elektronistagmogram

 

- Fungsi Pendengaran                                   

1. Tes Garputala                                       

2. Audiometri

  • Laboratorium
  • Rontgen foto:
  • Tengkorak
  • Leher
  • Stenvers

3. Neurofisiologi

- Elektroensefalografi (EEG),

- Elektromiografi (EMG),

- Brainstem Audiotory Evoked Potential (BAEP)         

4. Neuroimaging                                 

- CT Scan

- Arteriografi

- Magnetic Resonance Imaging (MRI)

 

 

Terapi Vertigo

 

Untuk mengatasi vertigo, dapat melakukan hal berikut:

  • Pengobatan kausal                            
  • Pengobatan simptomatik                                  
  • Pengobatan rehabilitatif
Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.