Multivitamin di Masa Pandemi

Multivitamin di Masa Pandemi

Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-COV-2) atau COVID-19 secara cepat menjadi sebuah pandemi global dan telah menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Sejak WHO mendeklarasikan virus ini menjadi pandemi global pada 31 Desember 2019, sudah lebih dari ribuan orang di Indonesia dinyatakan positif terkena COVID-19.

Terapi pengobatan virus COVID-19 masih terus dalam penelitian dan belum ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi virus tersebut. Memperkuat sistem imun tubuh merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menangkal penularan virus ini. Tidak hanya virus korona, sistem imun tubuh yang kuat juga dapat melindungi tubuh dari berbagai penyakit lainnya. Banyak orang yang berusaha untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka dengan salah satunya mengkonsumsi multivitamin dan suplemen.

Pada dasarnya, tubuh manusia memiliki sistem imun untuk melawan virus dan bakteri penyebab penyakit. Namun, ada hal-hal yang dapat melemahkan sistem imun atau daya tahan tubuh seseorang, antara lain penuaan, kurang gizi, penyakit, bahkan obat-obatan tertentu. Oleh karena itu, fungsi sistem imun perlu senantiasa dijaga agar daya tahan tubuh kuat.

Ada beberapa penelitian, artikel, dan jurnal yang dilakukan untuk meneliti tingkat efektivitas multivitamin dan suplemen dalam membantu meningkatkan daya tahan tubuh di masa pandemi ini. Multivitamin dan suplemen memang tidak dapat dijadikan terapi dalam mengatasi infeksi virus ini, tetapi asupan multivitamin dan suplemen dapat membantu memperkuat system imun agar tidak mudah terinfeksi virus.

Salah satu yang sedang banyak dikonsumsi oleh orang di Indonesia sekarang adalah kunyit, atau dalam bahasa latinnya disebut curcumin, dan madu alami. Kunyit memiliki salah satu efek antioksidan dan antiinflamasi sehingga sangat baik untuk dikonsumsi sebagai suplemen nutrisi.

Namun, ada baiknya juga untuk memperhatikan efek samping lain yang disebabkan oleh konsumsi kunyit dengan dosis berlebihan. Salah satunya adalah gangguan saluran cerna. Gejala gangguan saluran cerna ini memang tidak dialami oleh semua orang namun dapat terjadi pada beberapa orang yang memang sebelumnya memiliki gangguan saluran cerna seperti gangguan lambung, diare, ataupun konstipasi.

Madu alami juga memiliki efek antiinflamasi, antiviral, mengurangi gejala batuk, bahkan di salah satu jurnal menyatakan bahwa madu alami dapat menjadi antimikroba karena tingginya kadar osmolaritas dan peroksida (H202), sehingga dapat digunakan untuk salah satunya terapi luka di kulit atau topikal.

Konsumsi madu alami berlebihan juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan seperti peningkatan kadar gula darah. Tentunya hal ini akan memperberat gejala peningkatan gula darah pada pasien dibetes atau orang yang beresiko menjadi diabetes.

Vitamin C atau ascorbic acid saat ini paling sering dikonsumsi oleh orang Indonesia. Hampir setiap orang mengonsumsi vitamin C setiap hari dengan alasan yang sama yaitu menjaga kondisi tubuh agar tetap fit dan sehat. Vitamin C memang menjadi primadona di masa pandemi, karena salah satu efek dari vitamin C ini adalah antioksidan yang dapat membantu melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas.

Dulu vitamin C hanya digunakan orang pada saat timbul keluhan sariawan. Saat ini, seiring berkembangnya penelitian, vitamin C juga sering digunakan untuk membantu mencerahkan kulit dan meperlambat efek penuaan pada kulit atau disebut anti-aging.

Menurut US Food and Drug Administration (FDA) dosis rekomendasi vitamin C untuk rata-rata harian adalah 75 mg untuk wanita dewasa, 85 mg untuk wanita hamil, dan 120 mg untuk wanita menyusui. Sedangkan untuk pria dewasa dosis harian sebanyak 90 mg.

Konsumsi berlebihan dari vitamin C juga dapat menimbulkan efek samping yang cukup berbahaya seperti peningkatan resiko terjadinya batu oksalat di saluran kemih, batu di ginjal, infeksi saluran kemih dan gangguan fungsi ginjal. Pada kasus tertentu dimana terdapat orang dengan gangguan defisiensi glucose-6-phoshate dehydrogenase (G6PD) akan meningkatkan resiko terjadinya gangguan kelainan darah hemolysis atau sel darah mudah pecah.

Pemakaian multivitamin dan suplemen di masa pandemi memang dibutuhkan untuk menjaga sistem imun tubuh sehingga mencegah resiko penularan virus COVID-19. Namun, perlu diperhatikan kembali untuk dosis dan efek samping yang dapat ditimbulkan dalam jangka panjang. Tetap yang paling utama adalah 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dan selalu menjaga jarak. Salam sehat.

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.