Pencegahan Diare Akut pada Anak dengan Mencuci Tangan
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil survei kesehatan rumah tangga, diare menempati urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia. Menurut data Riskesdas 2018, terjadi penurunan kejadian diare pada balita di Indonesia pada tahun 2018, yaitu 12,3% dibandingkan pada tahun 2013, yaitu 18,5%.
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa.
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati penyebab diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Salah satu cara pencegahan diare adalah dengan mencuci tangan. Namun, kebiasaan mencuci tangan masih jarang diterapkan oleh masyarakat Indonesia.
Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kesadaran kesehatan masyarakat yang masih rendah, ditunjukkan dengan perilaku masyarakat yang jauh dari pola hidup sehat dan bersih. Kesadaran masyarakat Indonesia untuk hidup sehat dengan kebiasaan cuci tangan masih kurang. Padahal kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun merupakan tindakan sederhana, namun efektif mencegah pertumbuhan penyakit.
Penelitian yang dilakukan di 11 negara yaitu Ghana, India, Madagaskar, Kyrgistan, Senegal, Peru, China, Tanzania, Uganda, Vietnam, dan Kenya menunjukkan bahwa kebiasaan masyarakat untuk melakukan cuci tangan masih rendah. Kebiasaan mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan rata-rata hanya 13%, setelah dari toilet rata-rata hanya 17%, dan sebelum memberikan makanan kepada anak hanya 5%.
Menurut data Riskesdas 2018, proporsi perilaku cuci tangan dengan benar pada penduduk berusia lebih dari 10 tahun mengalami peningkatan, yaitu 49,8% dibandingkan pada data Riskesdas tahun 2007 dan 2013, yaitu 23,2% dan 47%.
Patogen peyebab diare biasanya ditularkan melalui fecal-oral. Hal ini dapat terjadi akibat konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh tinja, kontak dari orang-ke-orang, atau kontak langsung dengan tinja yang terinfeksi. Beberapa penelitian menyatakan bahwa lebih dari 75% kasus diare berhubungan dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Perilaku yang meningkatkan kontak manusia dengan kontaminan, seperti pembuangan tinja yang tidak benar dan tidak mencuci tangan setelah buang air besar, setelah membuang feses (termasuk feses anak) atau setelah membersihkan daerah perineum anak dan tidak mencuci tangan sebelum mengolah makanan.
Pengolahan makanan tanpa dicuci, dimasak, atau diolah dengan baik, merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan diare akibat kontaminasi patogen pada makanan dan minuman. Selain itu, lalat dapat berfungsi sebagai vektor patogen penyebab diare pada manusia. Status ekonomi rumah tangga secara tidak langsung berhubungan dengan prevalensi diare, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah di mana rumah penduduk mungkin kekurangan infrastruktur dasar, seperti fasilitas pembuangan tinja yang tepat. Selain itu, meskipun sarana tersedia, namun tidak disesuaikan penggunaannya pada anak. Hal ini sering menyebabkan anak buang air besar sembarangan, sehingga meningkatkan risiko kontak tinja dengan ibu, pengasuh atau anak sendiri.
Intervensi pencegahan dengan promosi kebersihan merupakan salah satu dari sejumlah strategi yang ditentukan oleh World Health Organization (WHO) untuk mengendalikan diare. Hal ini meliputi berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mendorong setiap orang dan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan kebersihan yang dapat mencegah terjadinya diare, seperti mencuci tangan. Mencuci tangan bertujuan untuk dekontaminasi tangan dan mencegah transmisi silang oleh patogen penyebab diare.
Mencuci tangan dengan sabun dan air akan menghilangkan patogen secara mekanis dan secara kimia membunuh patogen dan kolonisasi bakteri, sehingga mencuci tangan akan lebih efektif. Selain itu, mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir atau sejumlah besar air sambil digosok akan lebih efektif dibandingkan hanya mencelupkan tangan ke dalam mangkuk air (sering tanpa sabun), yang merupakan praktek umum di banyak negara berpenghasilan rendah, terutama sebelum makan.
Berikut ini adalah paparan pentingnya melakukan cuci tangan dengan memakai sabun:
- Mencuci tangan dengan menggunakan air saja tidak cukup karena lemak dan kotoran masih menempel di tangan.
- Setelah ke jamban dan sebelum menyentuh makanan (sebelum mengolah atau memakan makanan) adalah saat-saat yang sangat penting untuk mencuci tangan dengan memakai sabun karena dapat menghilangkan kuman yang menempel di tangan.
- Membiasakan diri mencuci tangan dengan memakai sabun adalah kegiatan preventif yang paling murah dan efektif dan dapat mengurangi biaya pengobatan kesehatan kita.
- Kebiasaan cuci tangan pakai sabun sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan karena penyakit yang disebabkan oleh kuman seperti diare seringkali membuat para siswa tidak masuk sekolah.
Berikut ini adalah langkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO:
- Basahi tangan dengan air dan tuangkan sabun ke telapak tangan
- Usap kedua telapak tangan dengan gerakan memutar
- Lalu, letakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan kaitkan jari-jari kedua tangan sambil diusap ke atas dan ke bawah
- Setelah itu, tangkupkan kedua telapak tangan sambil mengaitkan jari-jari lalu gosok sela-sela jari
- Taruh buku-buku jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya, lalu gosok dengan arah memutar
- Genggam ibu jari tangan kiri menggunakan tangan kanan dan sebaliknya lalu gosok dengan arah memutar
- Bentuk tangan kanan menjadi bentuk kuncup, lalu gosok-gosok kuku di atas permukaan telapak tangan kiri dan sebaliknya
Mencuci tangan tidak hanya perlu dilakukan saat tangan terlihat kotor. Berikut ini, waktu mencuci tangan yang benar, agar terhindar dari infeksi penyebab diare:
- Sebelum, saat, dan setelah menyiapkan makanan (memasak)
- Sebelum makan
- Sebelum dan setelah merawat orang yang muntah atau diare di rumah
- Sebelum dan setelah merawat luka di kulit
- Setelah menggunakan toilet
- Setelah mengganti popok atau membersihkan anak seusai buang air
- Setelah mengeluarkan lendir dari hidung, batuk atau bersin
- Setelah menyentuh binatang, memberi makan binatang, atau membersihkan kotorannya
- Setelah memegang makanan binatang
- Setelah menyentuh sampah
Kejadian diare dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor lingkungan, faktor risiko ibu dan faktor risiko pada anak. Cuci tangan merupakan tindakan pencegahan yang murah, namun efektif untuk menurunkan penyakit yang dapat ditularkan melalui tangan (misalnya diare). Keberhasilan praktek mencuci tangan pakai sabun bukan hanya ditunjang oleh perilaku cuci tangan saja, namun juga oleh adanya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam menjaga keberlangsungan kegiatan cuci tangan. Peran dan Kerjasama antara keluarga, personil sekolah dan petugas kesehatan sangat dibutuhkan pada praktek mencuci tangan dengan sabun dalam upaya pengendalian kejadian diare pada anak.