Pentingnya Peran Orangtua dan Terapi ABK Autisme
Tahukah Sahabat Hermina bahwa 1-2% anak di dunia terdeteksi autis atau 1 dari 59 anak menderita autisme. Anak laki-laki lebih banyak terdiagnosa autisme dibanding perempuan.
Autisme merupakan gangguan dalam perkembangan komunikasi, interaksi sosial, dan tidak bisa mengamati dan mengelola informasi. Sangat penting untuk mewaspadai gejala atau ciri-ciri autisme sedini mungkin, karena meskipun autisme tidak bisa disembuhkan, terdapat berbagai metode untuk menangani autisme yang bertujuan agar penderita dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, kondisi anak yang bagaimana yang harus orang tua waspadai? Di antaranya adalah:
- Tidak merespon jika dipanggil namanya
- Tidak tertarik berinteraksi atau menarik diri
- Kontak mata kurang
- Kesulitan memahami perasaan orang lain atau megungkapkan perasaannya sendiri
- Permainannya terbatas dan kurang imajinasi
- Kurang atau tidak dapat mencontoh kegiatan
- Tidak bisa bermain pura-pura
- Kesulitan mengekpresikan apa yang diinginkan
- Mengucapkan kata-kata yang tidak jelas atau pengulangan kata-kata yang tidak mempunyai arti
- Sulit beradaptasi dengan lingkungan baru
- Anak menunjukkan respon yang tidak lazim terhadap rangsangan
Meskipun banyak metode yang bisa menangani penderita autisme agar dapat menyesuaikan diri, namun peran orangtua menjadi hal yang paling penting. “Guru pertama seorang anak adalah orang tuanya, namun guru terbaik bagi orang tua adalah anaknya”, sebagai orangtua, kita harus bisa menerima seutuhnya terlebih dahulu kondisi anak yang terdiagnosa autisme.
Peran orangtua merupakan salah satu aspek dalam keberhasilan proses terapi, selain profesional dan terapis. Pada kenyataannya sering dijumpai orangtua menyerahkan sepenuhnya terapi anak autisnya pada klinik terapi yang dipilih, dengan alasan sudah membayar dengan mahal dan terapislah yang memahami metode terapi, padahal kerjasama profesional (dokter, terapis dan psikolog) dan orangtua (ayah dan ibu) diperlukan untuk keberhasilan terapi. Bentuk peran orangtua yang diharapkan dalam pelaksanaan terapi adalah menyediakan waktu untuk mengantar anak terapi, patuh menerapkan diet, memberi pengertian dan membangun kerja sama dengan saudara kandung lainnya, menambah ilmu seputar autisme, menjalin komunikasi dengan terapis tentang kemajuan belajar anak, membaca buku penghubung, konsisten dan menindaklanjuti program terapi di rumah.
Tentunya anak autisme dengan orangtua yang menerima akan lebih dapat mengejar ketinggalan dibanding dengan anak autis yang mendapat penolakan dari orangtuanya. Maka dari itu sangat penting kerjasama antara orangtua, saudara kandung (keluarga), dan paramedis (dokter, terapis, psikolog).
Sejauh ini belum diketahui penyebab autisme, siapa saja bisa mempunyai anak autisme. Namun keterlambatan tumbuh kembang penderita autisme bisa dikejar dengan penerimaan dan kasih sayang orangtua, dan tentunya dibantu dengan tenaga profesional (dokter dan terapis).
Pecegahan sedini mungkin akan lebih baik, konsultasikan segera ke Klinik Tumbuh Kembang (KTK). Rumah Sakit Hermina Ciputat memiliki tim yang terdiri dari dokter (spesialis anak dan spesialis ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi), terapis (okupasi terapi, terapi wicara, fisioterapi) dan juga psikolog anak.