Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Jantung Koroner seringkali dikenal dengan berbagai istilah di masyarakat. Ada yang menyebutnya “Angin duduk”, “Serangan Jantung”, “Jantung lemah” dan masih banyak istilah lainnya. Penyakit jantung koroner atau angina pectoris (istilah medis) terjadi ketika pembuluh darah jantung (arteri koroner) mengalami penyempitan. Pembuluh darah jantung mempunyai fungsi untuk mengalirkan darah yang kaya oksigen ke otot jantung, agar jantung dapat memompa darah dengan baik. Ketika pembuluh darah koroner menyempit, asupan/suplai oksigen ke jantung akan terganggu, sehingga jantung tidak dapat memompa darah dengan maksimal. Hal ini yang menyebabkan keluhan dan kita kenal dengan penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung koroner disebabkan oleh adanya plak (penyempitan pembuluh darah akibat tumpukan kolesterol, radikal bebas, dan pengapuran yang terjadi di pembuluh darah koroner) yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga darah tidak cukup untuk menyuplai sel otot-otot jantung. Ada beberapa jenis dari jantung koroner yaitu angina stabil, angina tidak stabil hingga infark miokard. Angina stabil ini nyeri akibat aktivitas fisik, emosi ataupun stres, rasa nyeri nya tidak lebih dari 15 menit, keluhan akan berkurang dengan istirahat atau penggunaan obat-obatan seperti ISDN (obat nitrat yang dikonsumsi di bawah lidah). Angina tidak stabil terjadi bila nyeri pada saat melakukan aktivitas ringan atau saat istirahat dan keluhan nyeri dada yang dialami sebelumnya menjadi lebih berat, sering, dan lebih lama dibandingkan yang terjadi sebelumnya. Angina tidak stabil biasanya tidak membaik dengan pengobatan atau istirahat dan terjadi lebih dari 15-20 menit. Apabila angina tidak stabil terjadi dan tidak segera ditangani akan mengakibatkan terjadinya infark miokard, yaitu adanya sel-sel otot jantung yang rusak.
Apa saja tanda-tanda penyakit jantung koroner? Penyakit jantung koroner ditandai dengan adanya nyeri dada terasa seperti tertekan, terasa berat seperti tertindih benda berat (paling berat bisa serasa sensasi seperti mau meninggal), rasa terbakar, atau rasa tercekik. Nyeri ini biasa dialami di dada kiri yang dapat menjalar hingga ke leher, bahu kiri, lengan kiri, dan punggung. Ada pula gejala lain berupa sesak nafas, rasa mau pingsan, keringat dingin, mual, atau muntah. Nyeri yang tidak khas juga bisa dialami seperti gejala maag (rasa nyeri atau menusuk-nusuk di daerah ulu hati) terutama pada pasien yang mempunyai gula darah tinggi, pasien usia lanjut, dan perempuan.
Apa yang harus dilakukan ketika kita menemui orang dengan gejala yang mengarah ke jantung koroner atau rasa tidak nyaman di dada? Pada kondisi ini, pasien harus segera dibawa ke Rumah Sakit terdekat untuk mendapat pertolongan tenaga medis di IGD. Jangan membiarkan penderita menganggap hanya sakit biasa/ masuk angin atau malah melanjutkan aktivitas berat. Penderita dalam kondisi tenang, menghirup nafas panjang dan tidak emosional. Hal ini harus dilakukan segera dan cepat, karena penderita akan dapat mengalami perburukan secara cepat dan mendadak tanpa tanda yang dapat dikenali segera.
Siapa saja yang berisiko terkena penyakit jantung koroner? Seseorang yang usianya lanjut, mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner di usia muda, mempunyai penyakit seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol (dislipidemia), gula darah tinggi (diabetes mellitus), merokok aktif/pasif, mengalami obesitas (berat badan lebih)/ sindrom metabolik, kurang olahraga, dan seringkali terjadi pada jenis kelamin laki-laki (perempuan mempunyai risiko yang sama setelah mengalami menopause). Sehingga pada orang-orang yang berisiko, misalnya pada usia >40 tahun, seseorang hendaknya sering melakukan kontrol/check up secara berkala untuk memantau kondisi kesehatan demi mencegah terjadinya penyakit jantung koroner.
Apabila sudah terkena penyakit jantung koroner atau sudah pernah pasang ring, hal apa saja yang perlu dilakukan? Hal yang harus diperhatikan terutama minum obat-obatan secara teratur, kontrol rutin ke dokter jantung, mengontrol tekanan darah, gula darah dan kolesterol darah, mengurangi makanan yang berlemak / kolesterol tinggi, berhenti merokok, mengurangi konsumsi karbohidrat, asupan garam / makanan asin dan daging merah, meningkatkan konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, menjaga/menurunkan berat badan, berolahraga secara rutin 5- 7x seminggu minimal 30 menit aktivitas sedang seperti berjalan, bersepeda, atau renang.