Penyebab Anak menjadi Fobia atau Trauma saat Buang Air Besar (BAB)

Penyebab Anak menjadi Fobia atau Trauma saat Buang Air Besar (BAB)

Sulit BAB pada anak seringkali memiliki dampak psikologis yang menyebabkan trauma pada anak sehingga anak semakin tidak mau untuk BAB. Keengganan anak untuk BAB semakin lama akan membuat feses menjadi lebih keras sehingga membuat BAB semakin sulit. Mata rantai seperti ini akan terus berputar dan pada akhirnya menyebabkan kondisi yang jauh lebih berbahaya.

Penting untuk kita mengetahui mengapa anak sampai mengalami konstipasi sehingga mengakibatkan terjadinya trauma pada anak. Berikut penjelasan mengenai konstipasi yang dikaitkan dengan trauma anak.

Kata konstipasi atau constipation berasal dari bahasa Latin constipare yang mempunyai arti bergerombol bersama. Konstipasi secara awam seringkali disebut sebagai Sembelit. Secara definisi, konstipasi adalah kesulitan mengeluarkan tinja secara sempurna yang digambarkan dengan terjadinya penurunan frekuensi buang air besar dari biasanya, tinja lebih keras, lebih besar dan nyeri dibandingkan sebelumnya serta pada perabaan perut teraba massa tinja.

Penyebab konstipasi pada anak bermacam-macam mulai dari kurangnya asupan cairan maupun makanan berserat sehingga feses menjadi lebih keras, seringnya menahan buang air besar akibat toilet fobia hingga riwayat trauma sebelumnya. Pada kondisi toilet fobia atau trauma, orang tua harus segera cepat mengenali penyebab anak menjadi fobia atau trauma. Pada beberapa kasus, bisa jadi anak menjadi fobia akibat toilet yang kotor, bau dan banyak binatang seperti kecoa. Hal ini menyebabkan anak menjadi cenderung menahan keinginan untuk buang air besar. Semakin lama ditahan, feses yang tertimbun di dalam usus akan semakin mengeras karena air terus diserap oleh usus sehingga lambat laun anak seringkali sakit perut karena sulit untuk buang air besar. Kesulitan buang air besar ini menyebabkan trauma pada anak karena setiap kali ini buang air besar, anak harus menahan rasa sakit baik di perut maupun di anus.

Tanda Konstipasi (Sembelit)  Pada Anak

Anak beberapa hari tidak BAB. Setiap mules, anak akan menahan supaya tidak BAB. Terkadang anak akan menyilangkan kedua kakinya untuk menahan BAB dan anak akan pergi menyendiri. Bila terjadi hal ini, maka harus dicurigai ke arah konstipasi. Kadang-kadang di celana anak ada bercak kuning karena adanya feses cair yang keluar yang tidak dapat ditahan oleh anak tetapi orang tua beranggapan itu adalah diare padahal bukan.

 

Penanganan Konstipasi (Sembelit)  Pada Anak

a. Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan evakuasi tinja yang sudah menumpuk di usus besar. Penanganan ini dapat dilakukan dengan pemberian suppositoria  maupun melalui tindakan klisma bergantung pada derajat keparahan konstipasi. Untuk gejala konstipasi yang ringan, anak dapat diberikan obat pelancar buang air besar yang dimasukkan melalui anus (suppositoria). Pada gejala yang cukup berat dan feses terlalu banyak, dapat dilakukan tindakan klisma dengan memasukkan cairan gliserin ke dalam anus anak dengan tujuan merangsang keluarnya feses.

b. Tahap kedua adalah mencari penyebab dari konstipasi tersebut sehingga dapat teridentifikasi sumber masalah utamanya. Identifikasi sumber masalah ini sangat penting untuk menentukan rencana penatalaksanaan selanjutnya bagi pasien

Tips yang harus dilakukan orang tua :

  • Orang tua agar senantiasa memberikan asupan cairan yang cukup untuk anak
  • Pola makan dengan pemberian makanan sayur dan buah-buahan yang tinggi kandungan serat seperti papaya.
  • Toilet training bagi anak-anak yang masih terbiasa buang air besar di pampers dengan sabar dan usahakan tetap menjaga kebersihan toilet sehingga anak tidak takut untuk BAB di kamar mandi. Toilet training akan mengembangkan refleks gastrokolik dan selanjutnya akan membangkitkan refleks defekasi. Cara melakukan toilet training bervariasi tergantung pada kebutuhan setiap anak. Sebagai pengenalan awal, anak cukup diminta duduk di toilet 3-5 menit ditemani oleh orang tuanya. Kemudian setiap kali anak merasa ingin buang air besar, ajak anak untuk buang air besar di kamar mandi agar anak menjadi terbiasa. Hal terpenting adalah jangan memaksakan anak untuk langsung berhasil buang air besar di toilet karena akan berdampak stress pada anak. Bila anak sudah dapat berhasil BAB di toilet, berikan hadiah atas pencapaiannya.
  • Konsultasikan dengan Dokter Spesialis Anak

Jika Si Kecil tak kunjungan sehat, segera konsultasikan dengan Dokter Spedsialis Anak di RSU Hermina Pasteur.

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.