Sembuhkan Sejuta Penyakit dengan Memaafkan
Sahabat Hermina, Lebaran menjadi momentum yang banyak digunakan masyarakat untuk saling memaafkan atau mengampuni. Pengampunan sendiri, dapat diartikan ketika seseorang mengambil keputusan secara sadar dan sengaja untuk melepaskan perasaan dendam atau kebencian terhadap seseorang atau kelompok yang telah menyakitinya, terlepas dari apakah mereka benar-benar pantas mendapatkan pengampunan atau tidak. Dengan cara tersebut, segala luka batin diharapkan akan sirna dan dosa pun terhapus. Namun, tahukah Anda bahwa memaafkan pun memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, baik kesehatan jiwa maupun raga.
Secara ilmiah, memaafkan kesalahan orang lain dapat bermanfaat baik bagi kesehatan fisik maupun mental. Secara sosial, memaafkan orang lain merupakan wujud kebesaran jiwa dan perilaku yang dianggap baik. Ada banyak manfaat kesehatan dari memaafkan orang lain seperti dilansir Mayo Clinic dan Telegraph, antara lain:
- Hindari tekanan darah tinggi. Para peneliti University of California, San Diego menemukan bahwa orang-orang yang bisa melepaskan kemarahannya dan memaafkan salah orang lain cenderung lebih rendah risikonya mengalami lonjakan tekanan darah.
- Terhindar dari Risiko Penyalahgunaan Obat dan Alkohol. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa rasa dendam dan permusuhan dapat memicu tekanan darah tinggi. Stres muncul ketika kita merasa kecewa atau tersakiti. Memaafkan adalah sebuah proses perdamaian dengan diri sendiri. Seseorang yang memberi maaf justru akan merasa rileks untuk menerima kondisinya.
- Turunkan Risiko Serangan Jantung. Para ilmuwan membuktikan bahwa permintaan maaf yang ditujukan pada seseorang bisa meningkatkan kesehatan jantungnya. Orang yang mengalami perlakuan kasar akan mengalami peningkatan tekanan darah yang memicu serangan jantung. Namun ketika mendengar kata “maaf”, tekanan darah akan menurun kembali.
- Mencegah kanker. Hal ini berhubungan dengan kurangnya memaafkan dan menyimpan kebencian, dapat mencetuskan keadaan cemas. Hal ini, akan berpengaruh terhadap peningkatan adrenalin dan korsitol, yang akan menimbulkan kerentanan seseorang terhadap kanker.
- Jauh dari Stres dan Depresi. Penelitian yang dimuat Personality and Social Psychology Bulletin menemukan bahwa memaafkan secara positif dapat mengurangi gejala depresi. Tak hanya itu, memaafkan akan mengembalikan pikiran positif, dan memperbaiki hubungan. Selain itu, memaafkan juga berkaitan dengan perilaku positif lain seperti sifat dermawan, murah hati dan tidak mudah tertekan.
Sementara itu, orang yang memilih untuk tidak memaafkan biasanya dikuasai oleh amarah dan kepahitan, tidak bisa menikmati masa kini, menjadi lebih cemas, dan merasa sulit menghargai sebuah hubungan. Anda bisa memanfaatkan momentum Lebaran untuk mulai memaafkan orang lain. Ambil komitmen untuk melepaskan dendam yang merusak hidup dan menjadikan maaf yang tulus untuk membebaskan Anda. Beberapa cara yang harus dilakukan untuk memaafkan:
- Singkap dan pahami amarah dengan menelusuri akarnya. Sadari bahwa Anda membutuhkan pemulihan dengan cara memaaafkan orang lain.
- Bila Anda tidak mampu sendiri, pertimbangkan untuk menemui konselor atau orang yang Anda percaya untuk menceritakan hal ini.
- Lihatlah orang yang menyakiti kita dengan kacamata welas kasih.
- Akui bahwa Anda menyimpan emosi yang tidak baik bagi Anda dan emosi negatif itu mempengaruhi perilaku Anda.
- Ambil keputusan untuk memaafkan orang yang bersalah kepada Anda dan berhentilah bertindak sebagai korban karena Anda telah bebas.
Nah Sahabat Hermina, setelah memaafkan, Anda tidak harus melakukan rekonsiliasi dengan orang yang bersalah pada Anda. Jangan terjebak pula dengan harapan bahwa si pelaku dapat berubah melalui maaf yang Anda berikan. Ingatlah, memaafkan itu demi diri Anda sendiri. Salam sehat.