Spina Bifida - Jenis, Gejala, Penyebab dan Pencegahan

Spina Bifida - Jenis, Gejala, Penyebab dan Pencegahan

Spina bifida adalah cacat lahir yang terjadi akibat terganggunya pembentukan tabung saraf pada bayi selama dalam kandungan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya celah ruas tulang belakang.
 
Spina bifida atau yang disebut juga dengan myelodisplasia / rachischisis merupakan salah satu jenis dari defek tuba neural (neural tube defect) yang paling sering terjadi, bersifat non kromosomal dan non letal. Kondisi tersebut ditandai dengan penutupan tuba beural yang tidak sempurna pada bagian kaudal lubang neural pada minggu keempat perkembangan janin.
 
Sistem saraf berkembang dari piringan sel di sepanjang punggung embrio. Dalam satu bulan pertama kehamilan, ujung piringan ini melengkung, menutup, dan membentuk tabung saraf. Dimana tabung saraf ini akan berkembang menjadi otak dan sistem saraf di tulang belakang.

 

Beragam jenis Spina Bifida

Penyakit Spina Bifida tergolong langka terjadi. Penyakit ini memiliki tiga kelompok di dalamnya berdasarkan ukutan celah yang terbentuk, antaranya:

 

  • Spina bifida okulta

Adalah jenis penyakit spina bifida paling ringan karena celah yang muncul pada ruas tulang belakang berukuran kecil sehingga spina bifida ini umumnya tidak memengaruhi sisterm kerja saraf. Sehingga kemunculannya jarang sekali disadari oleh penderitanya.

  • Meningokel

Adalah jenis spina bifida dengan celah ruas tulang belakang yang lebih besar. Pada kondisi ini selaput pelindung saraf tulang belakang  mencuat keluar dari celah sehingga membentuk kantung pada punggung bayi.

Kantung yang keluar melalui celag ruas tulang belakang ini biasanya berisi cairan sumsum tulang belakang tanpa serabut saraf sehingga penderitanya bisa atau tidak bisa merasakan keluhan tertentu.

  • Mielomeningokel

Adalah jenis spina bifida yang paling berat. Kondisi ini, kantung yang keluar dari celah tulang belakang yang berisi cairan dan sebagian saraf tulang. Gejala dan keluhan yang muncul akan bergantung lokasi dan tingkat kerusakan saraf pada tulang belakang.

Jika saraf tulang belakang yang berfungsi berkemih mengalami kerusakan saraf akan muncul gangguan berkemih. Kasus ini lebih parah bisa terjadi kelemahan total atau paralisis dari tungkai yang disertai dengan gangguan berkemih.

 

Gejala Penyakit Spina Bifida 

Gejala spina bifida ini mempunyai gejala berbeda-beda, tergantung jenisnya. Spina bifida okulta jarang sekali menimbulkan gejala karena tidak melibatkan saraf tulang belakang. Tanda dari penyakit jenis spina bifida okulta adalah akan terlihat sejumput rambut di punggu bari yang baru lahir atau adanya lekukan (lesung) kecil di punggung bawag bari baru lahir.
 
Berbeda dengan spina bifida okulta, jenis meningokel dan mielomeningokel ditandai dengan adanya kantung yang mencuat di bagian punggung bayi. Pada meningokel kantung ini memiliki lapisan kulit yang tipis. Sedangkan pada mieomeningokel, kantung ini bisa muncul tanpa lapisan kulit sehingga cairan dan serabut saraf di dalamnya dapat terlihat langsung.
 
Selain adanya kantung di bagian punggung bayi, penderita mielomeningokel yang baru lahir juga dapat mengalami beberapa gejala di bawah ini:
  • Tidak dapat menggerakkan tungkai sama sekali.
  • Mengalami kejang dan gangguan berkemih.
  • Bentuk tulang belakang, pinggul, atau tulang belakang tidak normal.

 

Penyebab Spina Bifida

Spina bifida disebabkan oleh tabung saraf yang tidak menutup atau tidak berkembang dengan sempurna pada masa kehamilan. Meskipun begitu, belum diketahui dengan pasti kenapa hal tersebut dapat terjadi.
 
Adapun beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang ibu melahirkan bayi spina bifida, yaitu:
  • Mengalami kekurangan asam folat (asam folat adalah vitamin yang berfungsi penting untuk perkembangan janin).
  • Memiliki riwayat mengonsumsi obta-obatan seperti asam valproat.
  • Memiliki riwayat keluarga dengan spina bifida.
  • Mengalami hipertemia pada awal minggu kehamilan.
  • Menderita obesitas atau diabetes.

 

Diagnosis Spina Bifida

Penyakit spina bifida bisa dideteksi selama masa kehamilan atau setelah bayi dlahirkan. Cara diagnosis dapat dilakukan diantaranya :

 

Diagnosis saat hamil

Ada beberapa tes yang dapat membantu dokter untuk memastikan kondisi spina bifida atau cacat lahir selama masa kehamilan, yaitu :

 

  • Ultrasonografi (USG)

USG dapat membantu untuk mendeteksi spina bifida. Melalui tes ini, dokter dapat melihat kelainan pada struktur di tubuh janin. Seperti, jeda ruas tulang belakang yang terlalu lebar atau adanya benjolan pada tulang belakang.

  • Tes darah

Tes darah dapat berfungsi untuk memeriksa kadar AFP (alfa-fetoprotein) yang terkandung dalam darah ibu hamil. AFP merupakan suatu protein yang di produksi oleh janin. Kadaf AFP yang tinggi dapat menandakan janin berptensi mengalami kecacatan tabung saraf, seperti spina bifida

  • Amniosentesis

Adalah prosedur pengambilan sampel cairan ketuban. Pada tes ini yang dinilai kadar AFP. Kadar AFP yang tinggi menandakan adanya robekan pada kulit sekitar kantung bayi. Hal ini dapat menjadi tandanya spina bifida atau cacat lahir lainnya.

 

Diagnosis setalah bayi lahir

Spina bifida terkadang baru terdeteksi setelah bayi lahir. Dikarenakan ibu hamil tidak rutin menjalani pemeriksaan kehamilan atau karena tidak tampajnya kelainan pada tulang belakang janin selama melakukan pemeriksaan USG.
 
Pemeriksaan pada bayi yang telah lahir dapat dilakukan dengan melihat langsung gejalanya. Lalu, untuk memastikan diagnosis  dan tingkat kondisi keparahannya, dapat dilakukan pemindaian pada bayi , seperti dengan MRI atau Rontgen.

 

Pencegahan Spina Bifida

Langkah pertama untuk menghindari terjadinya spina bifida adalah dengan mencukupi kebutuhan asam folat, terutama kita berencana hamil dan selama kehamilan. Dosis asam folat yang aman disarankan adalah sebanyak 400mg per hari.
 
Ibu hamil bisa memenuhi kebutuhan ini dengan cara mengonsumsi suplemen asam folat berserta memperbanyak konsumsi makanan yang kaya akan vitamin folat, seperti kuning telur, brokoli, bayam, kacang-kacangan, nasi, dan roti
 
Selain mengonsumsi suplemen asam folat, lakukan juga pencegahan di bawah ini:
  • Melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter saat merencanakan program kehamilan dan selama masa kehamilan.
  • Menghindari kegiatan yang membuat tubuh terlalu panas saat hami;, seperti berendam di air panas dan sauna.
  • Melakukan tes pemetiksaan kesehatan secara berkala bisa mempunyai diabetes dan obesitas.

 

Oleh karena itu,Sahabat Hermina pentingnya untuk ibu hamil dalam mencukupi kebutuhan asam folat untuk menhindari penyakit asam folat, memperbanyak mengonsumsi makanan sehat yang kaya vitamin folat, dan tidak lupa juga untuk rutin melakukan peneriksaan ke dokter. Menghindari kegiatan yang berat atau yang membuat tubuh panas sehingga Sahabat Hermina dapat terhindari dari Spina Bifida dan jenis Spina Bifida lainnya.
Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.