Susah Buang Air Kecil? Memahami Retensi Urin

Susah Buang Air Kecil? Memahami Retensi Urin

Retensi urin merupakan hilang atau berkurangnya kemampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara sempurna. Keadaan ini merupakan bagian dari gejala-gejala saluran kemih bawah / lower urinary tract symptoms (LUTS).

Secara umum, retensi urin dibagi menjadi 2 keadaan, yaitu retensi urin akut dan retensi urin kronik

  1. Retensi Urin Akut
  • Umumnya disertai rasa nyeri
  • Tidak dapat berkemih sama sekali 
  • Kandung kemih penuh 
  • Terjadi secara tiba-tiba
  • Termasuk kedaruratan dalam urologi
  1. Retensi Urin Kronik
  • Bisa tanpa rasa nyeri
  • Masih dapat berkemih, namun tidak lancar 
  • Tidak dapat mengosongkan kandung kemih dengan sempurna (tidak tuntas) Sulit memulai berkemih (hesitancy)
  • Tidak mengancam nyawa, namun dapat menyebabkan komplikasi

Penyebab retensi urin dapat dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:

  • Supravesika: gangguan inervasi saraf motorik dan sensorik akibat penyakit neurologis seperti stroke, HNP dll
  • Vesika: kelemahan otot detrusor kandung kemih, obat antimuskarinik/ antikolinergik (tekanan kandung kemih yang rendah)
  • Infravesika:  bladder outlet obstruction (BPH, striktur urethra, meatal stenosis, edema urethra, massa urethra, batu urethra, prolaps organ panggul), meningkatnya resistensi uretra, detrusor-sphincter dyssynergia (DSD),

Penanganan segera pada kasus retensi urin akut adalah melakukan dekompresi buli menggunakan kateterisasi uretra, pungsi suprapubik atau kateterisasi suprapubik (sistostomi). Sebagian besar kasus, klinisi lebih memilih melakukan pemasangan kateter uretra dan hanya melakukan pungsi suprapubic atau sistostomi jika kateter uretra gagal. Kateterisasi suprapubik sering berhubungan dengan insiden hematuria dan obstruksi kateter dibandingkan kateter urin.

Pada studi oleh Horgan et al dilaporkan bahwa kejadian infeksi saluran kemih (ISK) lebih jarang rendah pada kateterisasi suprapubik dibandingkan dengan kateter uretra (18% vs 40%; p<0.05) dan kejadian striktur uretra yang lebih sedikit pada follow-up 3 tahun (0% vs 17%; p<0.01) (Fitz; yoon). Pemasangan kateter suprapubic juga memiliki beberapa resiko, yaitu 2.5% terjadi cedera usus dan 1.8% resiko mortalitas dalam 30-hari. Oleh karena itu, The British Association of Urological Surgeons merekomendasikan pemasangan kateter suprapubik dengan bantuan pencitraan (USG).

Sebelum berkonsultasi dengan dokter Urologi,  Sahabat Hermina disarankan mencatat keluhan yang dialami. Mengingat apa yang Sahabat Hermina lakukan sebelum keluhan terasa, apakah Sahabat Hermina mengalami cedera atau tidak. Selain itu, kumpulkan riwayat medis yang lengkap, termasuk riwayat pengobatan atau riwayat penyakit tertentu. Hal ini berguna bagi dokter untuk mendiagnosis penyakit apa yang Sahabat Hermina alami.

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.