Yuk Cari Tahu Bagaimana Cara Pencegahan Sifilis

Yuk Cari Tahu Bagaimana Cara Pencegahan Sifilis

Sifilis merupakan infeksi menular seksual disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum (T. pallidum) subspecies pallidum dengan ulseratif genital dan komplikasi jika tidak diobati, serta dapat mempermudah penularan infeksi HIV. Sifilis dapat tidak bergejala (asimtomatik) ataupun bergejala berupa ruam merah dikulit, luka pada alat kelamin, benjolan dan lain sebagainya

Pencegahan sifilis dapat dilakukan dengan :

  • Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah,
  • Setia terhadap pasangan,
  • Penggunaan kondom,
  • Tidak mengkonsumsi narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA)
  • Skrining sifilis dan infeksi menular seksual lain,
  • Deteksi dini pasangan dan terapi.

Pemeriksaan sifilis

Pemeriksaan darah merupakan alat diagnosis sifilis yang terdiri atas pemeriksaan treponema dan non treponema. Pemeriksaan nontreponemal standar berupa pemeriksaan Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan Rapid Plasma Reagin (RPR). Titer antibodi pemeriksaan non treponemal berhubungan dengan aktivitas penyakit dan digunakan untuk melihat respons tatalaksana. Pada pemeriksaan nontreponemal reaktif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan treponemal seperti Treponema Pallidum Hemagglutination Assay (TPHA) atau pemeriksaan cepat sifilis (TP Rapid) untuk menegakkan diagnosis sifilis. Antibodi non treponemal bertahan setelah terapi dapat menunjukkan kegagalan toleransi imun.

Skrining sifilis

Skrining sifilis dan infeksi menular seksual lain dilakukan pada kelompok risiko tinggi dan ibu hamil. Skrining juga penting dalam mengidentifikasi pasien tanpa gejala. Pasien laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki (LSL) yang aktif secara seksual harus diskrining minimal setiap tahun dan setiap 3 hingga 6 bulan jika berisiko tinggi (misalnya, pasien atau pasangan seksual memiliki banyak pasangan).

Ibu hamil diskrining pada kunjungan prenatal pertama, dengan pemeriksaan ulang awal trimester ketiga dan saat melahirkan jika berisiko tinggi sipilis. Skrining pasien sifilis dengan infeksi HIV aktif secara seksual harus dilakukan pada evaluasi HIV pertama selanjutnya minimal setiap tahun, skrining lebih sering dilakukan tergantung pada perilaku berisiko individu dan epidemiologi lokal.

Pada komunitas dan populasi dengan risiko sifilis kongenital tinggi, tes serologi dan riwayat seksual harus diperiksa pada usia kehamilan 28 minggu dan saat melahirkan. Pemeriksaan ini sebagai bagian dari tatalaksana ibu hamil dengan sifilis, informasi tentang pengobatan pasangan seksual harus diketahui untuk menilai risiko infeksi ulang. Skrining rutin serum dari bayi baru lahir atau darah tali pusat tidak dianjurkan. Pemeriksaan serum serologi ibu lebih disukai daripada pemeriksaan serum bayi karena tes serologis serum bayi dapat menjadi non reaktif jika hasil tes titer serologis ibu rendah atau ibu terinfeksi sifilis pada kehamilan lanjut.

Deteksi dini pasangan dan terapi.

Deteksi dini dan terapi pada pasangan seksual penderita sifilis, dilakukan jika melakukan hubungan seksual dalam kurun waktu 3 bulan setelah timbul gejala sifilis pada alat kelamin, 6 bulan setelah timbul gejala sifilis ruam kulit, 12 bulan sampai 24 bulan pada pasien dengan sifilis tanpa gejala. Hasil pemeriksaan dan laboratorium mengarah sifilis pada pasangan seksualnya dapat diberikan terapi.

Jika orang terdekat atau diri sendiri mengalami beberapa gejala telah disebutkan diatas maka segera hubungi layanan kesehatan terdekat dan segera mendatangi dokter spesialis kulit dan kelamin untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.