- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 05 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>
Multivitamin di Masa Pandemi<\/a><\/h3>
Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-COV-2) atau COVID-19 secara cepat menjadi sebuah pandemi global dan telah menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Sejak WHO mendeklarasikan virus ini menjadi pandemi global pada 31 Desember 2019, sudah lebih dari ribuan orang di Indonesia dinyatakan positif terkena COVID-19. \n\n Terapi pengobatan virus COVID-19 masih terus dalam penelitian dan belum ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi virus tersebut. Memperkuat sistem imun tubuh merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menangkal penularan virus ini. Tidak hanya virus korona, sistem imun tubuh yang kuat juga dapat melindungi tubuh dari berbagai penyakit lainnya. Banyak orang yang berusaha untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka dengan salah satunya mengkonsumsi multivitamin dan suplemen. \n\n Pada dasarnya, tubuh manusia memiliki sistem imun untuk melawan virus dan bakteri penyebab penyakit. Namun, ada hal-hal yang dapat melemahkan sistem imun atau daya tahan tubuh seseorang, antara lain penuaan, kurang gizi, penyakit, bahkan obat-obatan tertentu. Oleh karena itu, fungsi sistem imun perlu senantiasa dijaga agar daya tahan tubuh kuat. \n\n Ada beberapa penelitian, artikel, dan jurnal yang dilakukan untuk meneliti tingkat efektivitas multivitamin dan suplemen dalam membantu meningkatkan daya tahan tubuh di masa pandemi ini. Multivitamin dan suplemen memang tidak dapat dijadikan terapi dalam mengatasi infeksi virus ini, tetapi asupan multivitamin dan suplemen dapat membantu memperkuat system imun agar tidak mudah terinfeksi virus. \n\n Salah satu yang sedang banyak dikonsumsi oleh orang di Indonesia sekarang adalah kunyit, atau dalam bahasa latinnya disebut curcumin, dan madu alami. Kunyit memiliki salah satu efek antioksidan dan antiinflamasi sehingga sangat baik untuk dikonsumsi sebagai suplemen nutrisi. \n\n Namun, ada baiknya juga untuk memperhatikan efek samping lain yang disebabkan oleh konsumsi kunyit dengan dosis berlebihan. Salah satunya adalah gangguan saluran cerna. Gejala gangguan saluran cerna ini memang tidak dialami oleh semua orang namun dapat terjadi pada beberapa orang yang memang sebelumnya memiliki gangguan saluran cerna seperti gangguan lambung, diare, ataupun konstipasi. \n\n Madu alami juga memiliki efek antiinflamasi, antiviral, mengurangi gejala batuk, bahkan di salah satu jurnal menyatakan bahwa madu alami dapat menjadi antimikroba karena tingginya kadar osmolaritas dan peroksida (H202), sehingga dapat digunakan untuk salah satunya terapi luka di kulit atau topikal. \n\n Konsumsi madu alami berlebihan juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan seperti peningkatan kadar gula darah. Tentunya hal ini akan memperberat gejala peningkatan gula darah pada pasien dibetes atau orang yang beresiko menjadi diabetes. \n\n Vitamin C atau ascorbic acid saat ini paling sering dikonsumsi oleh orang Indonesia. Hampir setiap orang mengonsumsi vitamin C setiap hari dengan alasan yang sama yaitu menjaga kondisi tubuh agar tetap fit dan sehat. Vitamin C memang menjadi primadona di masa pandemi, karena salah satu efek dari vitamin C ini adalah antioksidan yang dapat membantu melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. \n\n Dulu vitamin C hanya digunakan orang pada saat timbul keluhan sariawan. Saat ini, seiring berkembangnya penelitian, vitamin C juga sering digunakan untuk membantu mencerahkan kulit dan meperlambat efek penuaan pada kulit atau disebut anti-aging. \n\n Menurut US Food and Drug Administration (FDA) dosis rekomendasi vitamin C untuk rata-rata harian adalah 75 mg untuk wanita dewasa, 85 mg untuk wanita hamil, dan 120 mg untuk wanita menyusui. Sedangkan untuk pria dewasa dosis harian sebanyak 90 mg. \n\n Konsumsi berlebihan dari vitamin C juga dapat menimbulkan efek samping yang cukup berbahaya seperti peningkatan resiko terjadinya batu oksalat di saluran kemih, batu di ginjal, infeksi saluran kemih dan gangguan fungsi ginjal. Pada kasus tertentu dimana terdapat orang dengan gangguan defisiensi glucose-6-phoshate dehydrogenase (G6PD) akan meningkatkan resiko terjadinya gangguan kelainan darah hemolysis atau sel darah mudah pecah. \n\n Pemakaian multivitamin dan suplemen di masa pandemi memang dibutuhkan untuk menjaga sistem imun tubuh sehingga mencegah resiko penularan virus COVID-19. Namun, perlu diperhatikan kembali untuk dosis dan efek samping yang dapat ditimbulkan dalam jangka panjang. Tetap yang paling utama adalah 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dan selalu menjaga jarak. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 01 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>
Gejala COVID-19 pada Anak<\/a><\/h3>
Tahukah Sahabat Hermina bahwa tingkat kematian COVID-19 cukup tinggi di Indonesia? Yaitu sekitar 0,9% dan menjadi 45x lebih besar. COVID-19 sangat menular, apalagi pada orang dengan daya tahan tubuh atau imun yang masih rentan seperti anak-anak. \n\n COVID-19 dapat menulari siapa saja, termasuk anak-anak. Gejala infeksi virus korona yang bisa muncul pada anak meliputi: \n\n \n Demam \n Pilek \n Radang tenggorokan atau tenggorakan kering \n Batuk-batuk \n Sesak napas \n \n\n Selain itu, gejala gangguan pencernaan seperti muntah juga bisa terjadi meskipun sangat jarang. Walaupun umumnya ringan, gejala pada anak-anak juga bisa berkembang menjadi syok sepsis atau gagal napas akut yang sangat berbahaya. Bahkan untuk saat ini tanda gejalanya masih belum bisa dipastikan karena bisa saja terkena virus COVID-19 tanpa gejala. \n\n \n\n Gejala COVID-19 pada anak dapat lebih jelas dilihat pada bagan berikut: \n\n \n\n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n Untuk mencegah anak agar tidak tertular COVID-19 dapat dengan cara mengikuti protokol kesehatan yang berlaku, seperti mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan hand sanitizer, menggunakan masker jika harus keluar rumah, tetap tinggal di rumah, menjaga kebersihan, menjaga jarak, dan hindari kerumunan. WHO turut merilis anjuran penggunaan masker pada anak, yaitu: \n\n \n Anak > 12 tahun : memakai masker seperti orang dewasa \n Anak 6 – 11 tahun : memakai masker atau tidak, ditentukan dengan risiko lingkungannya (gunakan jika berada di lingkungan risiko tinggi C19) \n Anak 5 tahun ke bawah: Penggunaan masker harus hati-hati \n \n\n Sementara itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan agar anak usia lebih dari 2 tahun menggunakan masker. \n\n Jaga kesehatan dan daya tahan tubuh anak dengan asupan makanan bergizi, vaksinasi, dan rajin mengukur tumbuh kembang anak. \n\n Orang tua juga dapat melakukan beragam aktivitas bersama anak selama di rumah agar Si Kecil tidak mudah bosan, yaitu: \n\n \n Buat jadwal yang fleksibel, tetapi rutin dan konsisten untuk dilakukan anak seperti olahraga, belajar, bermain \n Ajarkan anak untuk selalu menaati protokol kesehatan yang telah ditetapkan \n Buat kegiatan mencuci tangan dan menjaga kebersihan menjadi menyenangkan dengan memberi pujian atau hadiah kecil \n Tularkan energi positif pada anak \n \n\n Nah, Sahabat Hermina, mari kita selalu terapkan protokol kesehatan agar keluarga senantiasa terhindar dari COVID-19. Jika terdapat gejala seperti yang telah disebutkan pada anak, segera bawa ke rumah sakit agar bisa segera ditangani. Salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 29 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
Apa itu Aritmia?<\/a><\/h3>
Tahukah Sahabat Hermina, detak jantung cepat dan tidak beraturan bisa saja terjadi karena kita sedang mengalami gangguan pada organ jantung kita? Irama detak jantung yang cepat dan tidak beraturan seperti drum yang bertalu-talu, ada jeda hilang timbul, atau irama jantung yang melambat, disertai pusing, pingsan atau hampir pingsan, sesak nafas, bahkan nyeri dada, besar kemungkinan merupakan aritmia atau gangguan irama jantung. Ada beberapa jenis aritmia yang sering kita jumpai, yaitu : \n\n \n Atrial fibrilasi, yaitu kondisi detak jantung berdetak lebih cepat dan tidak beraturan \n AV block, yaitu ketika detak jantung melambat dan dapat disertai dengan pusing, pingsan, atau hampir pingsan \n Supraventrikular Takikardia, yaitu kondisi ketika detak jantung berdenyut dengan cepat, disertai nyeri dada dan sesak nafas \n Ventrikular Ekstra Sistol, yaitu kondisi ketika ada denyut tambahan lain diluar denyut jantung yang regular. \n \n\n \n\n Apakah penyebab aritmia? \n\n Aritmia terjadi ketika impuls listrik yang berfungsi mengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi seperti: \n\n \n Konsumsi obat \n Sleep apnea \n Darah tinggi \n Kencing manis \n Gangguan elektrolit \n Gangguan tiroid \n Kelainan katup jantung \n Penyakit jantung bawaan \n Penyakit jantung koroner \n Serangan jantung \n Kardiomiopati \n \n\n Selain kondisi medis, aritmia juga dapat dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti: \n\n \n Tidak dapat mengelola stres dengan baik \n Kurang tidur \n Merokok \n Konsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan \n Penyalah gunaan obat-obatan NAPZA \n \n\n \n\n Langkah awal mengenali aritmia yang bisa kita lakukan dirumah adalah dengan memeriksa denyut nadi di beberapa area seperti pergelangan tangan, bagian siku dalam, juga leher. \n\n Apabila ingin memeriksa denyut nadi di area pergelangan tangan, Anda dapat meletakkan ujung jari telunjuk dan jari tengan ke pergelangan tangan yang ingin diperiksa, tepatnya di pangkal bawah ibu jari. Jika sudah terada jelas denyut nadinya, hitung selama 1 menit untuk mendapatkan jumlah denyut nadi Anda. Apabila saat pemeriksaan anda merasakan denyut nadi tidak beraturan, bisa teraba sangat cepat atau lambat, ada denyut tambahan, maupun ada denyut yang hilang, maka sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter. \n\n Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan seperti rekam jantung (EKG), pemeriksaan ekokardiogram, uji latih jantung, holter, studi elektrofisiologi, CT-scan atau MRI. \n\n Detak jantung yang tidak beraturan bisa mengakibatkan stroke, serangan jantung, bahkan kematian mendadak. Oleh sebab itu, lakukan kontrol kesehatan rutin. Jangan takut untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung. Semakin cepat keluhan diketahui penyebabnya, maka akan semakin cepat dapat ditangani dan diobati. Risiko berbahaya dan komplikasi juga bisa dihindari atau di minimalkan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Solo<\/a><\/li>
- 22 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
Diet Seimbang Ibu Hamil<\/a><\/h3>
Masa hamil adalah masa penting untuk pertumbuhan optimal janin dan persiapan persalinan. Penambahan zat-zat gizi diet seimbang ibu hamil dapat dimulai sejak sebelum konsepsi. 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah masa selama 270 hari dalam kandungan sampai dengan anak berusia 2 tahun, dengan perhitungan: (9x30hari) = 270 hari, ditambah tahun pertama kelahiran (365 hari) dan tahun kedua kelahiran (365). \n\n Jika berat badan bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), maka akan beresiko terkena penyakit degeneratif. Kekurangan gizi akan memiliki pengaruh yang negatif seperti pertumbuhan janin terhambat, cacat, keguguran, prematur. BBLR disebabkan akibat simpanan zat gizi ibu tidak mencukupi kebutuhan tumbuh kembang janin di dalam kandungan dan kesehatan ibu hamil. Kelebihan gizi pun akan berdampak bagi kesehatan ibu hamil yang mengakibatkan penyakit metabolik dan infeksi nifas. \n\n \n\n Fisiologi Kehamilan \n\n Trimester I \n\n 1. Pembentukan sel hiperblasi dan hipertrofi pada janin \n\n 2. Sebagian besar organ sudah terbentuk dan bergerak \n\n 3. Kekurangan gizi akan berpengaruh pada jangka panjang, abortus \n\n 4. Ibu sering mengalami mual dan muntah. Oleh karena itu, disarankan untuk mengonsumsi makanan padat gizi \n\n Trimester II \n\n 1. Perkembangan janin mulai kelihatan seperti bayi \n\n 2. Pengaruh negatif tidak seburuk trimester I \n\n Trimester III \n\n 1. Pada trimester ini masa kritis pertumbuhan janin \n\n 2. Janin tumbuh cepat \n\n 3. Sel mengalami hipertofi dan maturasi \n\n 4. Status gizi ibu hamil \n\n \n\n Berat badan sebelum hamil \n\n Index Massa Tubuh/IMT (18,5 – 22,9) \n\n Pertambahan berat badan selama hamil \n\n Lingkar Lengan Atas/LILA ( ≥ 22) \n\n Pada umumnya, 40% ibu hamil gagal memenuhi gizi seimbang. Untuk gizi, secara prinsip sama dengan pada saat tidak hamil. Akan tetapi, konsumsi makanan ibu hamil harus memperhatikan jumlah dan mutu gizi yang lebih ditingkatkan. Porsi untuk ibu hamil sebaiknya porsi kecil dan lebih sering terutama pada trimester 1 karena biasanya masih mengalami mual dan muntah. \n\n Susunan makanan seimbang pada ibu hamil untuk sekali porsi makan sebaiknya ada karbohidrat, protein, vitamin dan mineral dengan energi 2000 – 2400 kkal/hari. Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jumlah dan jenis yang sesuai kebutuhan tubuh. \n\n Contoh gizi seimbang yaitu, karbohidrat (3-8 porsi), sayuran (2-3 porsi), sumber protein (2-3 porsi), sumber protein hewani (2-3 porsi), buah (3-5 porsi), garam, gula, lemak dan minyak (dibatasi). Ciri kehamilan berjalan dengan baik jika umur kehamilan normal minimal 37 minggu, ibu hamil mengalami penambahan berat badan selama hamil. Berat bayi lahir normal sekitar 2,5 kg – 4kg. \n\n Gangguan fisiologis yang sering terjadi pada ibu hamil biasanya adalah: \n\n Mengidam \n\n Biasanya ibu hamil mengalami mengidam karena perubahan hormonal dan lebih peka terhadap bau dan rasa \n\n Mual dan muntah \n\n Biasanya terjadi pada trimester I dan terjadi pada pagi hari (morning sickness). Hindari makanan berlemak dan terlalu berbumbu dan sebaiknya mengkonsumsi makan-makanan segar dengan porsi kecil tapi sering \n\n Oedem/Pembengkakan anggota tubuh akibat penumpukan cairan \n\n Untuk mengurangi oedem bisa dilakukan dengan mengurangi garam, meninggikan kaki saat tidur dengan mengganjal bantal \n\n Anemia \n\n Pemberian Fe/zat besi dan mengkonsumsi makanan sumber Fe/zat besi \n\n Diabetes mellitus \n\n Bisa mengakibatkan janin besar dan beresiko untuk mengalami partus sulit, resiko hipoglikemia \n\n Hipertensi kehamilan \n\n Resiko ini tinggi terjadi jika usia ibu ˂17 tahun atau ˃35 tahun, sering hamil, riwayat hipertensi atau mengkonsumsi makanan kurang seimbang \n\n \n\n Gizi seimbang sangat diperlukan tidak hanya untuk ibu hamil, tetapi juga untuk janin yang sedang dikandung. Dengan mencukupi gizi, ibu hamil sehat dan janin dapat tumbuh dengan baik. Jangan ragu untuk mengunjungi rumah sakit dan melakukan konsultasi dengan dokter agar kondisi kesehatan ibu dan bayi bisa tetap terjaga. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 16 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Happy Hypoxia COVID-19<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, saat ini banyak yang membicarakan tentang Happy Hypoxia pada penderita COVID-19, yaitu ketika penderita mengalami perburukan kondisi kesehatan secara tak kasat fisik, dan pada kondisi terburuk dapat mengakibatkan kematian tiba-tiba. \n\n COVID-19 atau Corona Virus Diseases 19 pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok, pada tahun 2019. COVID-19 sendiri merupakan penyakit infeksius yang disebabkan oleh virus SARS CoV – 2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2) yang dapat menyebabkan gangguan ringan hingga berat pada sistem pernafasan manusia, dan pada kondisi terburuk dapat menyebabkan kematian. \n\n Akhir–akhir ini, mulai muncul istilah Happy Hypoxia COVID-19 yang dapat terjadi akibat adanya tanda hipoksia atau kurang oksigen di jaringan tubuh pada pasien yang terjangkit COVID-19, tetapi tidak diikuti dengan munculnya gejala seperti sesak nafas. Pada umumnya pasien datang dengan keluhan ringan dengan tidak disertai gangguan pernafasan yang berat. Namun, saat dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan adanya nafas cepat dan saturasi oksigen turun hingga 70% atau bahkan dibawah 50% (saturasi oksigen normal adalah lebih dari 95%). \n\n Akibat dari turunnya kadar oksigen tersebut adalah dapat menyebabkan seseorang mengalami kerusakan jaringan tubuh dan akan mudah terjadinya perburukan gejala yang sangat cepat sehingga dapat menyebabkan kematian. \n\n Laporan pertama mengenai adanya diagnosa pada pasien yang mengidap Happy Hypoxia COVID-19 terjadi pada April–Mei 2020 di Ottesstad, Norwegia, dengan kasus adanya seorang pasien datang dengan keluhan: \n\n \n Demam \n Batuk \n Lemas \n Konfirmasi PCR COVID-19 reaktif \n Riwayat bepergian ke Eropa Tengah 9 hari sebelumnya \n \n\n Pada pemeriksaan fisik, ditemukan terjadi peningkatan frekuensi pernafasan (takipneu) dengan disertai penurunan saturasi oksigen hingga 66%. Pasien tersebut tidak menggambarkan gambaran hipoxemia yang berat, tetapi langsung mengalami perburukan dengan cepat. \n\n Karena Happy Hypoxia COVID-19 ini dapat terjadi tanpa disertai gejala atau hanya dengan gejala ringan, sebaiknya kita harus tetap waspada dan menjalankan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: \n\n \n Menjaga jarak \n Menghindari kerumunan \n Menggunakan masker \n Rajin mencuci tangan \n Istirahat yang cukup \n Mengkonsumsi makanan yang bergizi \n \n\n \n\n Sahabat Hermina, di tengah pandemi ini, apabila mengalami keluhan demam yang disertai dengan gejala pernapasan seperti batuk, pilek, nyeri tenggorokan, atau sesak napas, segera periksa kesehatan dan konsultasi dengan dokter di rumah sakit terdekat. Tidak perlu ragu ke rumah sakit, karena Rumah Sakit Hermina telah menerapkan protokol kesehatan dalam mencegah terjadinya penularan COVID-19 di lingkungan rumah sakit. Salam Sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 16 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
Gangguan Irama Jantung<\/a><\/h3>
Gangguan irama jantung (aritmia) kerap tidak terdeteksi dengan baik sejak dini. Padahal hal ini dapat berakibat fatal dan dapat berakhir dengan kematian mendadak. Permasalahan irama jantung dapat terjadi dalam bentuk detak jantung yang terlampau cepat (takikardia) atau sangat lambat (bradikardia). Irama jantung dengan detak yang lambat akan mengganggu aliran darah ke otak sehingga penderitanya sewaktu-waktu dapat pingsan. Sebaliknya, jika jantung berdetak terlalu cepat dalam jangka waktu yang lama maka fungsi pompa jantung akan melemah. \n\n Untuk menentukan apakah pasien menderita aritmia jantung, dokter akan memeriksakan gejala yang muncul dan kondisi fisik pasien tersebut. Kemudian dokter membutuhkan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tambahan yang dimaksud antara lain: \n\n 1. Elektrokardiogram (EKG) \n\n Pemeriksaan ini lebih dikenal dengan sebutan rekam jantung. Pemeriksaan ini dilakukan untuk merekam aktivitas listrik jantung saat istirahat. Kadang kala pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada saat aktivitas sehari-hari. Untuk rekam jantung selama 24 jam dokter akan memasangkan alat rekam jantung portable yang disebut holter monitoring. \n\n 2. Uji latih beban jantung (treadmill test) \n\n Uji latih beban jantung adalah pemeriksaan tambahan yang memberikan informasi apakah jantung mendapatkan cukup asupan darah dan oksigen dari sirkulasi saat aktivitas berat. Treadmill test juga dapat dilakukan untuk memperoleh informasi penting mengenai irama jantung dan tekanan darah. Treadmill test pada pasien dengan gangguan irama jantung sebaiknya dilakukan sesuai anjuran atau konsultasi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah. \n\n 3. USG jantung (Echocardiography) \n\n Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai struktur dan fungsi jantung. Masalah irama jantung sering disertai dengan adanya permasalahan struktur jantung. \n\n \n\n Deteksi dini untuk mengetahui gangguan irama jantung adalah dengan menghitung frekuensi denyut nadi per menit. Detak jantung yang normal berkisar antara 60-100 kali per menit saat istirahat. Beberapa orang mungkin mengalami kesulitan menghitung frekuensi denyut jantungnya sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh denyut nadi di pergelangan tangannya yang cenderung sulit diraba. \n\n Sahabat Hermina, agar yakin dengan permasalahan jantung yang mungkin dialami, jangan sungkan untuk berkonsultasi dengan dokter di fasilitas kesehatan terdekat untuk memastikan adanya gangguan irama jantung. Salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 16 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
Deteksi Dini Penyakit Jantung dengan Pemeriksaan Treadmill<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, banyak orang yang menanyakan, bagaimana cara mendeteksi penyakit jantung koroner sedini mungkin? Salah satu cara yang mudah, murah, dan relatif aman adalah treadmill test. Tujuan utama treadmill test yaitu mendeteksi penyakit jantung koroner, baik pada orang dengan keluhan nyeri dada (angina pektoris) maupun tidak. \n\n Apa itu Pemeriksaan Treadmill? \n\n Pemeriksaan treadmill, atau yang juga dikenal dengan sebutan stress test, merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat kinerja jantung selama seseorang melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik membuat jantung memompa lebih keras dan cepat sehingga permasalahan aliran darah pada jantung dapat terdeteksi melalui pemeriksaan ini. Dalam pemeriksaan ini, irama jantung, tekanan darah, dan pernapasan akan dipantau dengan ketat. \n\n Treadmill test adalah pemeriksaan yang umum dilakukan oleh dokter jantung untuk deteksi penyakit jantung koroner. Pada penderita penyakit jantung koroner, hasil \npemeriksaan EKG (rekam jantung) pada saat istirahat bisa saja normal. Kadang keluhan atau gejala penyakit jantung baru akan timbul pada saat aktivitas berat, misalnya berlari atau olah raga. Sehingga penyakit jantung koroner baru dapat terdeteksi melalui treadmill test. \n\n Treadmill test tidak hanya efektif untuk menegakkan diagnosis penyakit jantung koroner. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penderita penyakit jantung koroner dapat melakukan aktivitas dengan aman. Treadmill test juga dapat menilai kegawatan gangguan irama jantung, respon tekanan darah terhadap latihan, dan kemampuan kebugaran sistem kardiovaskular untuk aktivitas fisik. \n\n \nDi Mana Pemeriksaan Treadmill Dilakukan? \n\n Sahabat Hermina, pemeriksaan treadmill dapat dilakukan di rumah sakit atau laboratorium yang menyediakan perlengkapan yang memadai untuk melakukan pemeriksaan tersebut. Lakukan pemeriksaan treadmill untuk mengetahui kondisi jantung dan kesehatan Anda, Salam Sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Serpong<\/a><\/li>
- 16 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
Tips Jaga Kesehatan Mata Selama WFH<\/a><\/h3>
Perubahan pola bekerja dari konvensional menjadi berbasis daring yang kita alami selama masa pandemi ini tidak bisa dipungkiri dapat memengaruhi kesehatan mata. Pasalnya, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dengan menggunakan perangkat elektronik seperti komputer, laptop, atau gadget lainnya, sehingga mata menjadi cepat lelah akibat seharian bekerja sambil menatap layar gadget tersebut. Oleh karena itu penting bagi kita untuk menjaga kesehatan mata selama work from home (WFH). \n\n Perangkat elektronik seperti komputer, smartphone dan gadget sejenis merupakan alat yang biasa digunakan oleh pekerja kantoran saat ini. Namun yang membedakan saat WFH adalah koordinasi dengan rekan kerja. Pada saat work from office (WFO), koordinasi pekerjaan dapat dilakukan secara langsung dengan rekan kerja tanpa menggunakan alat penunjang, sedangkan saat WFH, gadget sangat dibutuhkan saat melakukan koordinasi tersebut. Banyak hal yang sulit disampaikan jika melakukan komunikasi dengan menggunakan gadget, sehingga kita membutuhkan waktu lebih lama dengan gadget tersebut agar pekerjaan dapat selesai seperti yang kita inginkan. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap mata pekerja yang seharian berurusan dengan layar gadget. \n\n Mata merupakan salah satu dari panca indra manusia yang terdiri dari komponen optikalami, saraf dan otot mata. Komponen otot mata bertugas untuk menggerakan mata sesuai tujuan manusia dan membantu komponen optik agar mata dapat fokus terhadap objek yang dilihat. Seperti layaknya otot di seluruh tubuh manusia, otot mata dapat mengalami kelelahan (fatigue) jika melakukan aktivitas yang berlebihan; dalam hal ini adalah menatap layar gadget dalam waktu yang lama. Selain itu mata dapat menjadi lebih kering akibat kurangnya frekuensi berkedip saat konsentrasi bekerja dengan gadget. Oleh sebab itu, diperlukan perhatian khusus agar kita dapat mengoptimalisasi kinerja dan kesehatan mata kita. \n\n Berikut adalah tips yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mata selama WFH: \n\n Perhatikan kualitas dan kelembaban udara \n\n Kelembaban udara dalam ruangan menjadi hal utama agar mata tetap lembab. Hindari penggunaan AC atau kipas angin yang mengarah langsung ke wajah karena dapat menghilangkan kelembaban udara disekitar wajah sehingga permukaan mata menjadi lebih kering. Sensasi yang dirasakan saat mata menjadi kering adalah mata perih, merah dan mengganjal. Dalam keadaan yang sangat ekstrim, seseorang dapat merasakan sensasi tertusuk duri dan panas yang berlangsung hingga beberapa menit hingga orang tersebutmengeluarkan air mata berlebih sebagai kompensasi mata yang kering. \n\n Mengatur kecerahan layar \n\n Layar yang terlalu cerah dapat menyebabkan mata menjadi cepat lelah. Hal tersebut sebagai akibat mengecilnya jendela mata (pupil), sebagai kompensasi untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk kedalam mata. \n\n Perbesar huruf dalam layar \n\n Huruf yang besar dalam layar yang besar dapat membuat mata menjadi lebih rileks saat beraktivitas. Mata lebih sedikit menggunakan kemampuan optiknya untuk focus jika objek atau tulisan yang dilihat cukup besar. Penggunaan huruf lebih besar dari Times New Roman dengan ukuran lebih besar atau sama dengan 12 sangat dianjurkan. \n\n Mengedipkan Mata \n\n Dalam keadaan normal, tanpa disadari seseorang dapat berkedip setiap 3 detik. Kedipan mata sangat dibutuhkan agar permukaan mata dapat terjaga lembab. Konsentrasi yang tinggi saat bekerja dapat mengurangi frekuensi berkedip. Oleh sebab itu, dianjurkan untuk lebih sering berkedip saat menatap layar. \n\n Istirahat \n\n Istirahat memiliki peran yang sangat besar dalam menunjang pemulihan penyakit atau kondisi buruk apapun dalam tubuh manusia. Istirahat sangat dibutuhkan saat tubuh mengalami kelelahan. Mata juga membutuhkan istirahat saat mengalami kelelahan. Kelelahan mata dapat dirasakan jika seseorang sudah mengalami rasa pegal atau nyeri yang tumpul di sekeliling mata setelah seharian bekerja. Ada pun anjuran yang dapat dilakukan antara lain istirahat kan mata selama 20 detik saat mata sudah bekerja selama 20 menit dengan cara menutup mata atau melihat objek yang jaraknya 20 kaki atau 6 meter. \n\n \n\n Nah, Sahabat Hermina, yuk jaga kesehatan mata saat WFH di kala pandemi. Jika ada keluhan lebih lanjut, segera kunjungi rumah sakit agar segera mendapatkan penanganan medis. Salam sehat. \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Daan Mogot<\/a><\/li>
- 15 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal dan Mengatasi Hipoglikemia <\/a><\/h3>
Hipoglikemi merupakan keadaan kadar gula darah rendah <70mg/dl yang dapat diketahui melalui pemeriksaan kadar gula darah. Hipoglikemi patut diwaspadai karena dapat menyebabkan penurunan kesadaran bahkan sampai meninggal jika tidak teratasi. Dalam keadaan normal, tubuh manusia memiliki respon terhadap kadar gula darah tinggi. Hormon insulin merupakan hormon yang berperan sangat penting terhadap kadar gula darah dan bertanggung jawab untuk menurunkan kadar gula darah yang tinggi misalnya dalam keadaan setelah makan. Pengidap diabetes melitus (DM) akan mendapatkan obat-obatan yang berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan sekresi (pengeluaran) hormon insulin. Sehingga jika tidak di imbangi dengan pola makan yang baik dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia. \n\n Hipoglikemi sering terjadi pada: \n\n \n Orang-orang yang mengidap diabetes melitus dan menggunakan obat diabetes baik obat makan maupun berupa suntik insulin \n Pola asupan makan yang tidak baik \n Keadaan puasa \n \n\n Hal ini sering menjadi masalah kesehatan dalam kehidupan sehari-hari sehingga sangat penting untuk mengenali tanda dan gejala hipoglikemi. Berikut tanda dan gejala hipoglikemi yang mudah dikenali: \n\n \n Terasa lapar \n Lemah, lesu, pusing \n Gemetar \n Penurunan konsentrasi, linglung \n Penurunan kesadaran seperti mengantuk bahkan tertidur terus-menerus \n \n\n Jika mengalami keadaan seperti yang disebutkan diatas, maka penting untuk memberikan penanganan segera untuk mencegah kondisi yang semakin memburuk. Penanganan hipoglikemi tahap awal termasuk hal sederhana karena dapat dilakukan dirumah serta tidak memakan biaya besar. Namun hal ini hanya dapat dilakukan jika kondisi pasien masih sadar. Berikan larutan gula murni sebanyak 30 gram (setara dengan 2 sendok makan) yang dilarutkan dalam air atau sirup/permen gula murni (bukan pemanis pengganti gula/gula diabetes). Diperbolehkan juga mengkonsumsi makanan maupun minuman lain yang mengandung karbohidrat seperti coklat, biskuit, jus buah, minuman dan makanan manis lainnya yang tersedia. Hentikan sementara konsumsi obat-obat DM dan obat suntik berupa insulin. Setelah itu, periksakan keadaan setelah dilakukan penanganan awal ke fasilitas kesehatan terdekat seperti klinik maupun puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah. Sangat disarankan bagi para penderita diabetes mellitus memiliki alat ukur kadar gula sendiri di rumah dengan alat stik gula darah, sehingga dapat memonitor sewaktu-waktu apabila terjadi kondisi hipoglikemia. \n\n Jika terjadi penurunan kesadaran, hindari pemberian minum dan makanan melalui mulut untuk mencegah tersedak sehingga pasien tersebut harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Sangat tidak disarankan untuk menunda penanganan karena hipoglikemi memiliki komplikasi yang dapat merusak otak bahkan kematian. \n\n Para penderita DM juga sebaiknya melakukan kunjungan rutin ke dokter spesialis penyakit dalam minimal 1 bulan sekali, untuk dilakukan pemeriksaan dan evaluasi apakah terdapat faktor-faktor resiko untuk dapat terjadinya hipoglikemia. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Podomoro<\/a><\/li>
- 14 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
Tuberkulosis; Penyebab dan Penanganannya<\/a><\/h3>
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkolosa yang ditularkan melalui udara dan percikan dahak (droplet atau partikel air yang dihasilkan saat penderita batuk, bersin, berbicara, bernyanyi). \n\n Dulu, penyakit ini dikenal dengan penyakit TBC kemudian lebih dikenal dengan sebutan TB saja. Gaya hidup yang buruk, sering terpapar udara kotor, kurang udara segar, makanan tidak sehat, cuaca dingin atau hujan, lingkungan yang kumuh dan kotor dapat menjadi pencetus terinfeksi TB. Umumnya, penyakit ini menyerang anak balita dan geriatric (kondisi klinis pada usia lanjut yang dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup), pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau sedang menurun, misalnya penderita Diabetes Melitus, pasien dengan HIV- AIDS, Malignancy (tumor). \n\n Bermula dari menyerang paru kemudian menyebar ke tulang, kelejar getah bening, sistem saraf pusat, jantung dan organ lain, TB juga berpotensi menyerang organ lain, seperti sistem saraf pusat, mata, telinga, laring paru, jantung, kelenjar getah bening, hati, usus, pleura, genital, tulang bahkan kulit. TB juga dapat menyebabkan komplikasi kematian, kelainan paru (sequelae), pneumothorax (kondisi gawat darurat karena ada udara di antara paru-paru dan dinding dada), hemoptysis massif (batuk darah), efnsi pleura (penumpukan cairan pada lapisan pleura/membran yang memisahkan paru-paru dengan dinding dada bagian dalam). \n\n Menurut dokter spesialis paru RS Hermina Podomoro dr. Titi Sundari, Sp.P, penyakit TB dapat dideteksi dini sehingga dapat diobati lebih cepat. \n\n Gejala TB yaitu: \n\n \n Batuk berdahak lebih dari 2 minggu \n Berat badan turun \n Demam/meriang \n Berkeringat saat malam hari \n Pembesaran pada kelenjar, misalnya pada leher, ketiak, dan lipat paha \n \n\n Jika merasakan gejala di atas, segera ke dokter untuk diobati dan untuk mengurangi penyebaran atau perburukan penyakit. \n\n Pemeriksaan pasien TB dilakukan dengan memeriksa dahak memakai TCM (Tes Cepat Molekuler) untuk mendekteksi adanya infeksi TB yang dilakukan dalam 90 menit. Cara lainnya, yaitu dengan metode mikroskopis BTA (Basil Tahan Asam) ditunjang dengan pemeriksaan lain seperti rontgen atau tes mantoux atau menyuntikkan larutan tuberkulin atau protein kuman TB di bawah kulit. Metode ini dilakukan sebelum dilakukan pengobatan. \n\n \n\n TB dapat disembuhkan dengan OAT (Obat Anti TBC). Pengobatan TB ada 2 tahap, yaitu fase awal atau intensif dan fase lanjutan. Pengobatan harus dilakukan secara rutin dan teratur, tidak boleh putus karena akan berpengaruh pada keberhasilan pengobatan dan dapat menyebabkan resistensi. Pengobatan dilakukan selama 6-8 bulan dan setelah dinyatakan sembuh harus dilakukan pengecekan berkala pada 3, 6, dan 12 bulan. Untuk minum obat, ada ketentuannya, yaitu obat diminum saat perut kosong pada pagi hari 1 jam sebelum makan dengan PMO (Pengawasan Menelan Obat). Salah satu cara terbaik mencegah penyakit TB yang berat adalah dengan melakukan vaksis BCG saat bayi baru lahir yang tidak terkena HIV. \n\n \n\n TB bisa disembuhkan dengan pengobatan yang tepat. Karena itu, jika merasakan gejala tersebut, segera kunjungi dokter agar cepat mendapatkan penanganan dan penyakit tidak menjadi lebih parah. Selalu terapkan juga pola hidup sehat agar tubuh senantiasa sehat dan terhindar dari penyakit. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Banyumanik<\/a><\/li>
- 14 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
Nafas Tak Sedap, Bisa Jadi Anda Mengidap Halitosis<\/a><\/h3>
Halitosis atau nafas tidak sedap menjadi keluhan bagi banyak orang. Halitosis dirasa mengganggu bahkan menimbulkan rasa malu. \n\n Halitosis sendiri bisa merupakan hal yang lumrah (fisiologis) atau memang sebuah penyakit (patologis). Bau mulut saat kita bangun tidur atau saat berpuasa disebabkan karena kondisi mulut yang kering. Hal tersebut merupakan kondisi yang lumrah (fisiologis). \n\n Penyebab halitosis dikarenakan kondisi patologis terdiri dari berbagai hal, antara lain : \n\n \n Luka di dalam rongga mulut, seperti sariawan. \n Tertimbunnya sisa makanan misalnya pada lubang gigi, celah-celah gigi, atau lidah. \n Penyakit gusi, seperti gusi bengkak, bernanah, gusi berdarah, dll. \n Peradangan pada saluran pernafasan. \n Peradangan pada salurah pencernaan. \n Faktor lain yang dapat menyebabkan halitosis adalah faktor risiko seperti tembakau, alkohol, mulut kering, diet, makanan dan minuman, obat-obatan, dan gigi tiruan. \n \n\n Bau yang tercium oleh kita merupakan produk yang dihasilkan oleh bakteri anaerob, yang dikenal dengan istilah VSC (Volatile Sulfur Compounds). Bakteri anaerob ini terdapat dalam jumlah banyak di dalam mulut kita, terutama saat terjadi kondisi patologis. \n\n Apa yang harus kita lakukan saat kita memiliki bau nafas tidak sedap? \n\n Pertama, kenali dulu penyebabnya. Jika memang karena kondisi patologis, segeralah berkonsultasi dengan tenaga ahli untuk mengatasi penyebabnya. \n\n Jika penyebab berada di dalam rongga mulut, kita bisa memulai dengan perawatan di rumah untuk mengatasinya, sebelum terburu-buru datang ke dokter gigi. \n\n Cara merawat kesehatan mulut: \n\n 1. Lakukan sikat gigi secara teratur. Sikatlah gigi 2 kali sehari, setelah sarapan dan sebelum tidur. Lakukan penyikatan gigi dengan baik pada seluruh permukaan gigi. \n\n 2. Gunakan pasta gigi ber-detergent. Busa pada pasta gigi ber-detergent diperlukan untuk mengangkat plak-plak di seluruh permukaan gigi. \n\n 3. Pilih pasta gigi dengan kandungan menthol yang kuat. Nafas yang segar sebagai efek dari menthol tersebut mampu menyamarkan bau nafas yang tidak sedap. \n\n 4. Gunakan obat kumur jika diperlukan. Hanya efek dari obat kumur ini hanya bersifat sementara. \n\n \n\n Jika setelah dilakukan tahap pembersihan di rumah masih terasa bau mulut tidak sedap, rasa asam di dalam mulut, maka segeralah berkonsultasi dengan dokter gigi untuk mendiskusikan penyebab, evaluasi tahapan pembersihan di rumah, perawatan yang harus dilakukan, obat-obatan yang harus dikonsumsi, atau bahkan penambahan alat bantu kebersihan gigi lain selain sikat gigi. \n\n Pembersihan mulut yang optimal membuat kita bisa terhindar dari nafas tidak sedap. Jangan biarkan nafas yang tidak sedap mengganggu aktifitas kita sehari-hari. Salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Grand Wisata<\/a><\/li>
- 14 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
Serangan Jantung; Gejala, Penyebab, dan Pencegahan<\/a><\/h3>
Sindrom koroner akut atau serangan jantung adalah gangguan jantung serius ketika otot jantung tidak mendapat aliran darah akibat adanya sumbatan mendadak pada pembuluh darah koroner. Kondisi ini akan mengganggu fungsi jantung dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Dalam dunia kedokteran, serangan jantung disebut juga sebagai infark miokard. \n\n \n\n Gejala Sindrom Koroner Akut \n\n Serangan jantung bisa muncul secara mendadak dengan beberapa gejala berikut: \n\n 1. Nyeri dada seperti tertekan atau tertindih. Gejala ini dapat menyebar ke daerah leher, rahang, lengan, atau punggung. \n\n 2. Sesak napas. \n\n 3. Keringat dingin. \n\n 4. Pusing. \n\n 5. Mual, muntah. \n\n 6. Merasa sangat gelisah dan cemas. \n\n 7. Penurunan kesadaran. \n\n \n\n Faktor Risiko Sindrom Koroner Akut \n\n 1. Berusia lanjut (pria berusia 45 tahun ke atas atau wanita berusia 55 tahun ke atas) \n\n 2. Jarang berolahraga \n\n 3. Merokok \n\n 4. Menderita hipertensi \n\n 5. Menderita kolesterol tinggi atau trigliserida tinggi \n\n 6. Diabetes \n\n 7. Mengalami obesitas \n\n 8. Mengalami stres \n\n 9. Memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami serangan jantung \n\n \n\n Diagnosis Sindrom Koroner Akut \n\n Orang yang mengalami gejala serangan jantung perlu segera dibawa ke IGD rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan. Dokter IGD akan memastikan diagnosis dan melakukan pengobatan awal secepatnya. Ada beberapa pemeriksaan yang akan dilakukan dokter untuk memastikan serangan jantung, antara lain: \n\n \n EKG atau elektrokardiografi \n Tes darah \n Rontgen dada \n Angiografi koroner atau kateterisasi jantung \n Ekokardiografi \n CT scan atau MRI jantung \n Treadmill \n \n\n \n\n Komplikasi Sindrom Koroner Akut \n\n Serangan jantung bisa menyebabkan komplikasi yang beragam, mulai dari yang ringan hingga yang bisa menyebabkan kematian. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita serangan jantung: \n\n \n\n 1. Aritmia \n\n 2. Gagal Jantung \n\n 3. Syok kardiogenik \n\n \n\n Pencegahan Sindrom Koroner Akut \n\n Serangan jantung dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat. Cara yang bisa dilakukan antara lain: \n\n 1. Memperbanyak konsumsi lemak tak jenuh dan serat \n\n 2. Mengurangi konsumsi gula dan garam \n\n 3. Menangani diabetes dan hipertensi \n\n 4. Berhenti merokok \n\n 5. Berolahraga secara teratur \n\n 6. Mengelola stres \n\n \n\n Serangan jantung masih menjadi penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Karena itu, mari kita terapkan pola hidup sehat dan rajin untuk melakukan check up kesehatan rutin untuk mengetahui kondisi kesehatan. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 14 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 14 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 14 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 15 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 16 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 16 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 16 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 16 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 22 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 29 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 01 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 05 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>