- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 15 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Memilih Kontrasepsi Aman Setelah Melahirkan<\/a><\/h3>
Setelah melewati proses persalinan, Bunda tetap berpeluang untuk langsung hamil lagi kembali. Peluang untuk hamil ini tetap ada meski Bunda masih menyusui Si Kecil. Namun, Bunda tidak perlu khawatir. Jika Bunda ingin menunda kehamilan, ada beberapa pilihan jenis kontrasepsi yang aman. Kita mengenal alat kontrasepsi dengan sebutan KB. Saat ini KB digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan keslamatan ibu dan bayi dengan cara mengatur jarak kelahiran. Agar tujuan ini tercapai, perlu kiranya Bunda mengetahui kapan waktu yang tepat untuk KB setelah melahirkan serta jenis alat kontrasepsi yang paling tepat untuk digunakan. Lalu, alat kontrasepsi apa saja yang bisa digunakan untuk mencegah kehamilan setelah melahirkan? Simak penjelasannya berikut. \n\n Kapan waktu yang tepat untuk KB setelah melahirkan? \n\n Meski menyusui disebut-sebut bisa menjadi KB alami setelah melahirkan, tidak semua ibu mampu menjalani metode amenore laktasi. Amenore laktasi merupakan metode kontrasepsi atau KB alami setelah melahirkan karena mengandalkan kerja hormon prolaktin. Itulah mengapa biasanya ibu memilih pakai alat KB pasca melahirkan guna menunda kehamilan untuk sementara waktu. \n\n Berbeda dengan kondisi tubuh sebelum hamil dan melahirkan, ibu yang baru melahirkan biasanya tidak langsung mengalami pelepasan sel telur kembali. Butuh beberapa waktu sampai kesuburan tubuh ibu melahirkan kembali seperti semula. Periode menstruasi tiap ibu yang baru saja melahirkan bisa berbeda-beda antara satu dan lainnya. Secara rata-rata, periode menstruasi yang normal biasanya akan kembali dari 5-12 minggu setelah melahirkan. Sebelum menstruasi datang, masa subur ibu mungkin sudah kembali dua minggu lebih dulu. Jadi, jika Anda belum ingin hamil lagi usai melahirkan, sebaiknya Bunda mulai mempertimbangkan kira-kira metode KB apa yang ingin digunakan nantinya. \n\n Waktu mulai memakai alat KB setelah melahirkan mungkin akan berbeda bagi tiap ibu. Hal ini tergantung dari kesiapan dan bagaimana rutinitas menyusui si kecil yang baru lahir. Seperti yang sudah disinggung di awal, ibu yang memberikan ASI Eksklusif dapat menunda kembalinya periode menstruasi lebih lama. Namun, bila tidak ingin memberikan jarak untuk memiliki momongan lagi, sebaiknya Bunda sudah mulai menggunakan KB sejak 4 minggu setelah melahirkan. Ini dapat membuat Bunda lebih tenang saat melakukan hubungan seks setelah melahirkan dengan pasangan. \n\n Apa Jenis KB yang dapat digunakan? \n\n Berikut ini adalah beberapa jenis kontrasepsi yang dapat digunakan untuk ibu pasca bersalin: \n\n 1. Pil KB progestin \n\n Pil KB yang mengandung hormon progestin bisa menjadi salah satu pilihan kontrasepsi bagi ibu yang masih memberikan ASI eksklusif. Jenis KB ini memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan. Meski demikian, Bunda diharuskan untuk mengonsumsi pil KB tersebut pada jam yang sama setiap harinya. Apabila lupa diminum maka tetap melanjutkan minum sesuai jadwal namun tidak berhubungan intim atau bisa menggunakan kondom selama 7 hari ke depan. \n\n 2. Suntik KB progestin (3 bulan) \n\n Jenis kontrasepsi ini bisa Bunda gunakan karena tidak mengganggu produksi ASI dan bersifat jangka panjang. Jika penggunaan dihentikan maka masa subur akan kembali bervariasi antara 3 bulan bisa sampai dengan 1 tahun. Suntik progestin kerap dikaitkan dengan penurunan kepadatan tulang jika digunakan dalam jangka waktu lama, namun masih dalam penelitian lebih lanjut. \n\n 3. KB susuk atau implan progestin \n\n Alat kontrasepsi ini digunakan dengan cara memasukkan implan atau susuk ke lengan bagian atas. Di dalam implan ini, terkandung hormon progestin yang akan dilepaskan sedikit demi sedikit selama 3 tahun. Setelah itu, Bunda harus menggantinya dengan implan baru. Selama menggunakan implan hormonal, siklus menstruasi mungkin menjadi tidak teratur. \n\n 4. IUD (intrauterine device) \n\n Jenis kontrasepsi ini dilakukan dengan memasukkan alat berbentuk huruf ‘T’ ke dalam rahim. Dalam jangka waktu 1-3 bulan setelah pemasangan, Bunda perlu melakukan pemeriksaan ke dokter untuk memastikan IUD masih terpasang di tempatnya, dan setelahnya diharapkan tetap kontrol setiap 6 bulan atau 1 tahun sekali. Saat ini IUD yang umumnya tersedia adalah IUD dengan tembaga dan IUD dengan progestin, yang dapat digunakan hingga 5 tahun. Pada IUD dengan tembaga tidak mengganggu siklus menstruasi namun mempengaruhi banyaknya / lamanya perdarahan menstruasi. Sedangkan pada IUD dengan progestin, Bunda dapat mengalami gangguan menstruasi yang ditandai dengan darah yang lebih sedikit atau bahkan berhenti sama sekali. \n\n 5. Kondom \n\n Penggunaan kondom dapat dikatakan sebagai metode kontrasepsi yang paling aman bagi ibu menyusui. Selain dapat mencegah kehamilan, kondom juga dapat mencegah penyakit menular seksual. Saat menggunakan kondom, pastikan Bunda atau Ayah memilih kondom dengan pelumas yang larut dalam air, sebab pelumas yang berbahan dasar minyak bisa membuat kondom menjadi lebih mudah rusak. \n\n Sebelum Bunda memilih metode kontrasepsi yang aman untuk ibu pasca bersalin dan menyusui, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter kandungan di RS Hermina Pandanaran. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 13 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Mitos-Mitos Seputar Imunisasi Anak<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, banyak beredar mito-mitos di tengah masyarakat terkait imunisasi sehingga beberapa orangtua enggan untuk membawa anak imunisasi. Padahal imunisasi itu sangat penting untuk kesehatan anak. Yuk simak beberapa mitos yang beredar di masayarakat terkait imunisasi \n\n \n\n Mitos 1: Higiene dan sanitasi yang baik cukup dalam memberantas penyakit – imunisasi tidak penting. \n\n \n\n Fakta 1: Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi dapat menyerang kembali apabila program vaksinasi dihentikan. Sementara perbaikan kebersihan, cuci tangan, dan air bersih dapat membantu melindungi kita dari penyakit infeksi, banyak penyakit infeksi yang tetap menyebar seberapa pun bersihnya seseorang. Jika orang-orang tidak divaksinasi, penyakit yang tidak biasa ditemukan seperti campak dan polio , dapat dengan cepat timbul kembali. \n\n \n\n \n\n Mitos 2: Vaksin memiliki beberapa kerugian dan efek samping jangka panjang yang belum diketahui. Vaksinasi bahkan bisa fatal \n\n \n\n Fakta 2: Vaksin itu aman. Kebanyakan reaksi vaksin bersifat minor dan sementara, seperti nyeri pada tempat penyuntikan atau lengan atau demam ringan. Masalah kesehatan serius atau berat sangat jarang terjadi dan diinvestigasi dan dimonitor secara ketat. Orang-orang jauh lebih berisiko untuk sakit parah akibat terinfeksi penyakit-penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin daripada karena divaksin. Sebagai contoh, penyakit polio dapat menyebabkan kelumpuhan, campak dapat menyebabkan radang otak dan kebutaan, dan beberapa penyakit lainnya bahkan dapat menyebabkan kematian. Sementara sakit berat atau kematian akibat vaksin hanya terjadi 1 dari sekian banyak, lebih banyak keuntungan yang didapat karena divaksinasi daripada kerugiannya, dan banyak kesakitan dan kematian akan terjadi tanpa vaksin. \n\n \n\n \n\n Mitos 3: Vaksin kombinasi difteri, tetanus, dan pertusis (batuk rejan) dan vaksin polio menyebabkan sndrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/ SIDS). \n\n \n\n Fakta 3: Tidak ada hubungan sebab-akibat antara pemberian vaksin dengan kematian mendadak pada bayi, namun demikian, vaksin mulai diberikan pada masa ketika bayi dapat mengalami SIDS. Dengan kata lain, kejadian SIDS hanya kebetulan dengan vaksinasi dan akan tetap terjadi bila tidak divaksinasi. Penting untuk diingat bahwa 4 penyakit ini termasuk penyakit yang mengancam jiwa dan bayi-bayi yang tidak divaksinasi berisiko tinggi untuk mengalami cacat berat sampai kematian. \n\n \n\n \n\n Mitos 4: Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi hampir dieradikasi di negara saya sehingga tidak ada alasan untuk divaksinasi. \n\n \n\n Fakta 4: Walaupun penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sudah jarang di banyak negara, agen infeksius yang menyebabkan penyakit tersebut masih tetap beredar di beberapa bagian di dunia. Agen-agen ini dapat menyebar melewati batas geografis dan menginfeksi siapa pun yang belum terlindungi. Di Eropa Barat, misalnya, wabah campak terjadi di populasi yang tidak divaksinasi di Austria, Belgia, Denmark, Perancis, Jerman, Itali, Spanyol, Swiss, dan Inggris sejak 2005. Jadi dua alasan utama untuk vaksinasi adalah untuk melindungi diri kita dan orang-orang sekeliling kita. Program vaksinasi yang berhasil, seperti masyarakat yang berhasil, tergantung dari kerja sama setiap individu untuk menjamin kebaikan bersama. Kita sebaiknya tidak sekedar bergantung kepada orang-orang sekitar kita untuk menghentikan penyebaran penyakit; kita juga harus melakukan apa yang kita bisa. \n\n \n\n \n\n Mitos 5: Penyakit-penyakit masa kanak-kanak yang dapat dicegah dengan imunisasi hanya salah satu musibah yang wajar terjadi dalam hidup. \n\n \n\n Fakta 5: Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi tidak harus menjadi “takdir”. Penyakit seperti campak, gondongan, dan rubela merupakan penyakit serius dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius baik pada dewasa maupun anak-anak, termasuk pneumonia, radang otak, kebutaan, diare, infeksi telinga, sindrom rubela kongenital (jika seorang wanita hamil terinfeksi rubela pada trimester pertama), dan kematian. Semua penyakit dan penderitaan yang terjadi ini dapat dicegah dengan vaksin. Kegagalan dalam memberikan vaksin membuat anak-anak rentan terhadap penyakit yang seharusnya tidak perlu. \n\n \n\n \n\n Mitos 6: Memberikan lebih dari 1 vaksin dalam waktu yang bersamaan dapat meningkatkan risiko timbulnya efek samping yang berbahaya, yang dapat membebani sistem imun anak tersebut. \n\n \n\n Fakta 6: Bukti ilmiah menunjukkan bahwa memberikan beberapa vaksin pada waktu yang bersamaan tidak berpengaruh pada sistem imun anak tersebut. Anak-anak yang terpapar oleh beberapa ratus zat asing yang dapat memicu respons imun setiap hari. Peristiwa sederhana seperti memakan makanan membuat tubuh mengenal antigen baru dan banyak bakteri yang hidup di mulut dan hidung. Seorang anak lebih banyak terpapar antigen dari selesma atau nyeri tenggorok daripada oleh vaksin. Keuntungan kunci dari menerima beberapa vaksin sekaligus adalah mengurangi jumlah kunjungan, sehingga menghemat waktu dan uang, serta anak-anak pun lebih pasti mendapatkan vaksinasi yang dianjurkan sesuai jadwal. Vaksinasi kombinasi seperti MMR (measles-mumps-rubella/campak-gondongan-rubela) berarti mendapat suntikan yang lebih sedikit. \n\n \n\n \n\n Mitos 7: Influenza hanya penyakit sepele dan vaksinnya tidak terlalu efektif. \n\n \n\n Fakta 7: Influenza lebih dari sekedar penyakit yang sepele. Influenza merupakan penyakit serius yang menyebabkan 300.000 - 500.000 kematian di seluruh dunia tiap tahunnya. Wanita hamil, anak kecil, lansia dengan tingkat kesehatan yang kurang, dan siapa pun dengan penyakit kronis seperti asma atau penyakit jantung, lebih berisiko mengalami infeksi serius dan mematikan. Memberikan vaksinasi kepada ibu hamil memberikan keuntungan dalam melindungi bayi yang akan dilahirkan (saat ini tidak terdapat vaksin influenza untuk bayi di bawah 6 bulan). Kebanyakan vaksin influenza memberikan kekebalan terhadap 3 strain tersering di musim apapun. Vaksin influenza mencegah kita terserang flu berat dan menularkan kepada orang lain. Menghindari flu berarti menghindari biaya besar yang harus dikeluarkan untuk berobat dan kehilangan waktu bekerja atau sekolah. \n\n \n\n \n\n Mitos 8: Lebih baik kebal melalui penyakit daripada vaksin. \n\n Fakta 8: Vaksin berinteraksi dengan sistem imun tubuh kita untuk menghasilkan respons imun yang sama dengan respons imun infeksi alamiah, tetapi vaksin tidak dapat menyebabkan sakit atau membuat seseorang menderita komplikasi. Kebalikannya, dampak yang didapat dari infeksi alamiah Haemophilus influenzae tipe b (Hib) adalah retardasi mental, dari rubela berupa cacat bawaan lahir, dari virus hepatitis B berupa kanker hati, atau kematian akibat campak. \n\n \n\n \n\n Mitos 9: Vaksin mengandung merkuri yang berbahaya. \n\n \n\n Fakta 9: Thiomersal adalah bahan organik, senyawa yang mengandung merkuri yang ditambahkan ke beberapa vaksin sebagai pengawet. Thiomersal telah digunakan secara luas sebagai pengawet vaksin multidosis. Tidak ada bukti yang menunjukan jumlah thiomersal dalam vaksin berisiko pada kesehatan. \n\n \n\n \n\n Mitos 10: Vaksin menyebabkan autisme. \n\n \n\n Fakta 10: Pada tahun 1998 sebuah studi sempat menghebohkan masyarakat akibat pernyataan yang menyatakan terdapat hubungan antara vaksin MMR dengan autisme. Namun pada akhirnya studi ini salah dan ditarik oleh jurnal yang menerbitkannya. Sayangnya, publikasi ini terlanjur membuat publik panik dan membuat cakupan imunisasi menurun yang diikuti dengan kejadian luar biasa dari campak, rubela, dan gondongan. Ditekankan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan hubungan antara vaksin MMR dengan autisme. \n\n \n\n Dan Fakta bahwa Imunisasi anak sebagai langkah perlindungan terhadap ancaman penyakit menular merupakan salah satu hak seorang anak. Sayangnya, masih ada beberapa orang tua yang ragu bahkan menolak akan pentingnya imunisasi anak. \n\n \n\n Keraguan antara lain muncul akibat faktor pengetahuan orang tua mengenai imunisasi. \n\n \n\n Maka dari itu, yuk perkaya diri dengan ilmu tentang mitos dan fakta imunisasi. Kita tunggu kehadirannya untuk imunisasi di RS Hermina Galaxy ya sahabat Hermina. \n\n \n\n Untuk pendaftaran ke dokter spesialis silahkan melakukan pendaftaran online melalui : \n\n 1. Call Center : 1500 488 \n2. Mobile apps : klik disini \n3. Website : klik disini \n\n Sehat bersama RS Hermina Galaxy \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 09 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Medical Check Up Setelah Sembuh dari COVID-19<\/a><\/h3>
Selama terinfeksi COVID-19, sistem kekebalan tubuh kita berjuang keras untuk melawan virus. Tetapi, tahukah Sahabat Hermina bahwa COVID-19 tak hanya memengaruhi sistem pernapasan, melainkan juga berbagai organ dalam tubuh. Infeksi virus corona bisa berdampak pada banyak organ vital tubuh, baik secara langsung maupun tak langsung, seperti menghambat respons imun. Itulah sebabnya, para penyintas perlu melakukan pemeriksaan Kesehatan atau Medical Check Up setelah dinyatakan sembuh. Medical Check Up sangat penting untuk mengetahui seberapa baik tingkat pemulihan setelah terinfeksi. \n\n Jika Sahabat Hermina baru saja pulih dari infeksi COVID-19, berikut ini adalah beberapa pemeriksaan kesehatan yang perlu dilakukan. \n\n \n Tes Antibodi \n \n\n Setelah melawan infeksi, tubuh memproduksi antibodi yang berguna untuk mencegah infeksi di masa depan. Menentukan tingkat antibodi tidak hanya membantu mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang seberapa terlindunginya tubuh Anda, tetapi juga sangat membantu jika Anda ingin menjalani donor plasma. \n\n Biasanya, tubuh membutuhkan sekitar satu atau dua minggu untuk mengembangkan antibodi, jadi untuk melakukan pemeriksaan ini Sahabat Hermina harus menunggu sampai pulih dari infeksi COVID-19. \n\n \n Rontgen Thorax \n \n\n Rontgen thorax adalah foto dada yang menunjukkan jantung, paru-paru, saluran pernafasan, pembuluh darah, dan nodus limfa Anda. Rontgen dada juga bisa menunjukkan tulang belakang dan dada, termasuk tulang rusuk, tulang selangka, dan bagian atas tulang belakang Anda. Rontgen thorax merupakan tes pencitraan yang paling umum digunakan untuk menemukan masalah dalam dada, terutama untuk mendiagnosis penyebab kondisi sesak nafas dimana keluahan tersebut merupakan salah satu gejala dari COVID-19. \n\n \n Spirometri \n \n\n Spirometri adalah salah satu metode pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi dan mendiagnosis kondisi paru-paru. Tak hanya itu, spirometri juga dapat digunakan untuk mendiagnosis berbagai penyakit pada sistem pernapasan, seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), fibrosis paru, emfisema, dan bronkitis kronis. Saat hendak melakukan tes spirometri, sebaiknya hindari mengenakan pakaian yang ketat. Selain itu, Anda juga disarankan untuk berhenti merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol serta tidak menjalani olahraga berat atau makan dalam porsi besar beberapa jam sebelum pemeriksaan spirometri. \n\n \n Tes Glukosa dan Kolesterol \n \n\n Karena virus rentan menyebabkan peradangan dan pembekuan, beberapa orang melaporkan fluktuasi dan peningkatan parameter vital mereka, termasuk kadar glukosa dan tingkat tekanan darah. Ini juga menjadi salah satu alasan mengapa pasien COVID-19 diminta untuk melacak tanda vitalnya selama masa pemulihan. \n\n Meskipun demikian, setelah sembuh dari COVID-19, melakukan tes fungsi rutin seperti ini juga penting jika Anda memiliki kondisi yang sudah ada sebelumnya seperti diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, kolesterol, atau rentan terhadap komplikasi jantung. \n\n \n Rapid Test Antigen \n \n\n Peranan rapid test antibodi adalah untuk dapat mendeteksi keberadaan antibodi Immunoglobulin M (IgM) dan Immunoglobulin G (IgG) terhadap virus SARS-CoV-2 dari sampel darah manusia. Pemeriksaan ini hanya membutuhkan waktu 15 menit dan dapat mendeteksi infeksi COVID-19 dalam berbagai stadium penyakit. Antibodi IgM diketahui memiliki peranan penting sebagai pertahanan utama saat terjadi infeksi virus, sementara respon IgG adalah melindungi tubuh dari infeksi dengan cara mengingat virus yang sebelumnya pernah terpapar di dalam tubuh. \n\n Apabila Sahabat Hermina memiliki keluhan kesehatan seputar paru, segera konsultasikan dengan dokter spesialis paru kami dengan dr. Indah Rahmawati, Sp. P. Atau apabila Sahabat Hermina ingin melakukan pemeriksaan kesehatan (Medical Check Up) usai alami COVID-19, Rumah Sakit Hermina Purwokerto telah menyediakan Paket Medical Check Up Post COVID-19. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 14 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
Kupas Tuntas Operasi Katarak Tanpa Jahitan (Phacoemulsifikasi)<\/a><\/h3>
Mata merupakan salah satu indra tubuh yang berfungsi untuk melihat. Mata dapat menyesuaikan dengan jarak dan cahaya ketika melihat objek. Kerusakan pada mata dapat juga terjadi pada setiap manusia. Hal tersebut dapat mengakibatkan seseorang mengalami penurunan fungsi penglihatan hingga menyebabkan kebutaan. Katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak, tetapi bersifat tidak permanen. \n\n Katarak merupakan suatu kondisi dimana lensa mata berubah menjadi keruh atau berawan. Pada mata kita, lensa mata berfungsi sebagai alat untuk memfokuskan cahaya yang masuk dari pupil ke retina. Jika lensa mata sudah mengalami kekeruhan, maka tajam penglihatan akan terganggu sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah sudah perlu dilakukan operasi katarak. Salah satu kendala tingginya kasus kebutaan akibat katarak adalah kurangnya informasi tentang tatalaksana yang tepat. Banyak yang menganggap, operasi mengerikan, menyebabkan pendarahan dan membutuhan waktu lama untuk pulih. \n\n Tahukah Sahabat Hermina teknologi saat ini telah berkembang semakin canggih, termasuk di bidang kesehatan salah satunya teknik operasi katarak tanpa jahitan, atau yang dikenal dengan istilah phacoemulsification (phacoemulsifikasi). \n\n Apa itu Phacoemulsifikasi? \n\n Phacoemulsifikasi adalah teknik operasi katarak menggunakan mesin bergelombang ultrasonik. Phacoemulsifikasi ini bertujuan memperbaiki penglihatan pasien yang terganggu karena katarak. Pada phacoemulsifikasi, katarak akan dihancurkan menjadi fragmen kecil dan dihisap melalui sebuah probe sebesar pensil, kemudian dilakukan pemasangan lensa tanam sesuai dengan ukuran refraksi pasien. Setelah operasi, rawat inap lanjutan tidak diperlukan dan pasien bisa langsung pulang. \n\n Mengapa Phacoemulsifikasi diperlukan? \n\n Prosedur ini dilakukan untuk mengembalikan penglihatan pasien yang kabur atau berkabut karena katarak. Tanda dan gejala katarak dapat meliputi: \n\n \n Pandangan kabur seperti kabut/kaca berembun \n Kabut saat melihat cahaya \n Kontras warna berkurang \n Sering berganti ukuran kacamata \n Warna-warna tampak lebih pucat atau kekuningan \n Pandangan ganda saat melihat dengan mata yang mengalami katarak \n Pada awalnya, katarak hanya terjadi pada bagian kecil lensa mata. Jadi pasien mungkin tidak menyadari adanya gangguan penglihatan. \n \n\n Seiring berjalannya waktu, katarak akan membuat lensa menjadi lebih keruh dan mengganggu jalannya cahaya melalui lensa. Gejala berupa pandangan kabur pun akan mulai dirasakan oleh pasien. \n\n Apa kelebihan Phacoemulsifikasi? \n\n Beberapa kelebihan dari operasi katarak dengan menggunakan teknik Phaco Emulsifikasi antara lain: \n\n \n Sayatan sangat kecil (± 2,75 mm) \n Proses cepat (± 15 menit) \n Tanpa Jahitan \n Pasien dapat langsung pulang setelah operasi \n Perawatan dan pemulihan lebih cepat \n Dapat dilakukan pada semua tingkatan katarak \n Mengurangi rasa nyeri, ngeres dan ketidaknyamanan setelah operasi \n \n\n Rumah Sakit Umum Hermina Pandanaran telah membuka layanan pengobatan katarak dengan teknik Phacoemulsifikasi. Dengan teknik operasi modern, Sahabat Hermina tidak perlu ragu karena dengan teknik ini penyembuhan lebih cepat dan tidak perlu menginap di rumah sakit sehingga dapat segera kembali beraktifitas. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 06 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
TOILET TRAINING<\/a><\/h3>
Salah satu tahapan penting dalam perkembangan anak adalah Kemampuan anak untuk buang air sendiri di toilet. Menjadi tantangan bagi orangtua dan pengasuh dalam membantu anak dalam toilet training Keberhasilannya diukur dari seberapa jauh anak mengerti penggunaan toilet untuk buang air, bukan dari kemahiran penguasaan proses belajarnya. Berbagai metode dapat digunakan dalam mengupayakan keberhasilan toilet training. Perlunya kepekaan orangtua dan pengasuh dalam mengenali isyarat dan kesiapan anak untuk belajar, konsistensi, serta tidak dipaksakan. \n\n Tidak ada usia yang pasti untuk memulai toilet training pada seorang anak. Dapat dilihat dari kematangan fisik dan psikologis yang secara umum timbul sekitar usia 18 bulan sampai 2,5 tahun. \n\n \nBeberapa tanda buah hati sudah siap belajar antara lain: \n\n \n 1.Mampu menirukan Anda dan menunjukkan rasa tertarik untuk belajar, misalnya mengikuti Anda ke kamar mandi. \n 2.Mampu mengembalikan benda-benda ke tempatnya, baik diminta ataupun tidak. \n 3.Mampu menunjukkan tanda kemandirian dengan berkata tidak. \n 4.Mampu berjalan dan duduk dengan baik. \n 5.Mampu menyampaikan rasa ingin buang air (kecil atau besar). \n 6.Mampu melepas dan mengenakan pakaiannya. \n\n \nMelaksanakan Toilet Training \n\n \n Perlunya perencanaan yang disepakati seluruh pihak dan keterlibatan pengasuh dalam melaksanaan toilet training yang konsisten, seperti anggota keluarga besar atau petugas tempat penitipan anak. Penting untuk memperhatikan bagaimana perilaku dan temperamen anak, waktu dalam sehari yang kira-kira tepat untuk mulai berkenalan dengan penggunaan toilet, serta dukungan yang ia perlukan setiap saat. Dokter Anda dapat membantu menentukan kesiapan anak serta rencana pendekatan yang akan dilakukan. \n\n \n Tahap toilet training meliputi penyampaian maksud buang air, melepas pakaian atau celana, buang air di toilet, membersihkan bagian tubuh sekitar tempat buang air, mengenakan pakaian kembali, menyiram toilet, dan mencuci tangan. Buatlah pengalaman belajar ini sebagai kegiatan yang bersifat alami dalam hidup sehari-hari. Dorong rasa percaya diri anak bahwa ia mampu melakukannya sendiri. Berikan pujian apabila ia berhasil pada setiap tahap. Pendekatan yang baik akan membuat anak tidak merasa dipaksa buang air di toilet. Apabila anak merasa tertekan atau tidak nyaman, ia mungkin akan menahan buang airnya. Demikian juga halnya apabila sikap Anda menunjukkan kecemasan dan harapan bahwa ia harus segera mampu mandiri. \n\n \n Pada waktu-waktu tertentu, sesekali anak masih akan buang air di celana. Saat sedang sakit atau mengalami perubahan besar dalam hidup sehari-hari, kemajuan yang dicapai mungkin akan berkurang. Hal ini wajar terjadi, dan sikap terbaik adalah tetap mendukung seperti biasa. Hindari reaksi berlebihan atau tekanan pada kemunduran kemampuannya. Apabila keadaan sudah kembali normal, anak akan segera kembali pada kemampuan yang sudah dicapainya. \nSetelah buang air besar, jangan lupa melihat apakah kotoran yang dikeluarkan anak padat dan keras. Hal ini menyebabkan rasa sakit saat buang air dan menghambat proses belajar, karena anak akan menahan buang airnya. Ketika hal ini terjadi, perbanyak serat dalam asupan makanan anak serta minum air dalam jumlah yang cukup. Yakinkan anak bahwa buang air besar tidak menyakitkan lagi apabila kotoran yang dikeluarkan melunak. \n\n \nBeberapa hal lain yang mungkin perlu diingat ketika buah hati sedang dalam proses toilet training adalah: \n\n \n 1.Kenali isyarat ketika anak akan buang air, seperti ekspresi wajah, perilaku, atau posisi tertentu. Tanyakan apakah ia ingin ke toilet saat isyarat itu timbul. \n 2.Selalu berikan contoh, baik tentang cara duduk di toilet maupun dalam kebiasaan makan banyak serat. \n 3.Pada awal toilet training, anak laki-laki perlu belajar buang air kecil dalam posisi duduk dulu. Belajar buang air kecil langsung dalam posisi berdiri mungkin dapat \n\n menyulitkan proses belajar duduk di toilet untuk buang air besar. Anak laki-laki juga umumnya butuh waktu lebih lama dalam proses belajar ini. \n\n 4.Latihan buang air dapat dimulai satu kali sehari pada waktu yang sama, seperti setelah makan atau saat mandi, ketika anak tidak berpakaian. \n 5.Ketika anak sudah mulai belajar mengendalikan proses buang airnya, Anda dapat mengurangi pemakaian diaper secara bertahap. Mulai kenakan celana kain biasa pada \n\n siang hari ketika anak bangun dan bermain. Kendali buang air saat tidur mungkin baru akan timbul setahun setelah anak mampu menahan buang air di siang hari. \n 6.Ajari anak untuk buang air di malam hari sebelum tidur. Apabila ia masih sering buang air kecil di malam hari, mungkin Anda perlu mengajaknya buang air di tengah \n\n malam satu kali lagi. \n 7.Berkonsultasilah dengan dokter anak apabila anak Anda belum dapat mengendalikan buang air saat ia berusia 7 tahun. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 30 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Deteksi Dini Gangguan Pendengaran dengan OAE (Oto Acoustic Emissions)<\/a><\/h3>
Tahukan Sahabat Hermina? Risiko ketulian yang terjadi pada bayi baru lahir berada pada angka 2%. Berdasarkan data WHO, 1 dari 1.000 kelahiran bayi di Indonesia mengalami gangguan pendengaran. Berkaitan dengan kasus ini, tes atau skrining pendengaran harus dilakukan tidak hanya untuk mendeteksi namun juga menghindari terjadinya risiko gangguan pendengaran. Saat bayi baru lahir sebaiknya langsung memeriksakakan kesehatan pendengarannya dengan OAE (Oto Accoustic Emission). Apa itu OAE (Oto Acoustic Emission)? \n\n Pengertian OAE (Oto Acoustic Emission) \n\n OAE (Oto Accoustic Emission) merupakan skrining untuk menilai sela rambut yang terdapat dirumah siput (koklea). Tes yang menggunakan alat berbentuk headset ini dapat megukur getaran suara dalam liang telinga \n\n Mengapa Butuh Tes Oto Acoustic Emission (OAE)? \n\n Pemeriksaan dengan OAE dapat dilakukan pada bayi baru lahir, sehingga orang tua dapat melakukan penanganan selanjutnya sedini mungkin untuk masa depan Si Kecil. \n\n Apa yang terjadi jika anak terlambat mendapatkan penanganan karena tidak terdeteksi memiliki gangguan pendengaran? \n\n \n Kesulitan Berkominikasi \n Kesulitan berinteraksi \n Performa belajar anak akan tertinggal \n Membutuhkan sekolah atau Pendidikan yang khusus \n Kesulitan bersaing bahkan sampai ke dunia kerja \n \n\n \n\n Bagi ibu yang melahirkan di hermina ciputat dapat langsung memeriksakakan kesehatan pendengaran bayinya dengan OAE (Oto Accoustic Emission). Tes ini menjadi penting, karena apabila bayi dibiarkan tumbuh dengan gangguan pendengaran yang tidak dapat terdeteksi, risiko gangguan kemampuan bicara pada anak juga semakin tinggi. Pada pasien dengan umur di bawah satu tahun, rehabilitasi pendengaran masih sangat mungkin dilakukan apabila orangtua secara sigap melakukan tes pendengaran sejak dini. Jika tidak ditemukan masalah pada pendengarannya maka bayi tanpa resiko dapat dipantau Kembali perkembangan bicaranya sampai dengan usianya 2 tahun. Sedangkan untuk bayi dengan factor resiko wajib evaluasi audiologi minimal 6 bulan sekali sampai dengan usia anak 3 tahun. Untuk bayi yang terdeteksi memili gangguan saat pemeriksaan pertama maka di usia 1 bulan harus dilakukan evaluasi Kembali dengan pemeriksaan pendengaran selanjutnya. \n\n Sahabat Hermina, periksakan segera kemampuan pendengaran Si Kecil dengan OAE di hermina ciputat. Selain itu sahabat hermina juga bisa mengkonsultasikan langsung dengan dokter spesialis THT. Klik link disini untuk update jadwal dan buat janji dengan dokter! \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 22 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Sindrom Metabolik Itu Apa Sih ?<\/a><\/h3>
Eits, jangan sampai salah pengertian ya. Sindrom metabolik bukanlah penyakit, melainkan kumpulan dari faktor risiko yang mengarah pada beberapa gangguan kesehatan tertentu. Sindrom metabolik disebabkan oleh pola makan kurang sehat, kurangnya aktivitas fisik, usia lanjut, dan ketidakseimbangan hormonal. Faktor utama yang mendasarinya adalah obesitas di daerah perut, dan suatu kondisi yang disebut dengan resistensi insulin. \n \nDalam dekade terakhir, sindrom metabolik semakin mendapat perhatian serius dari praktisi kesehatan karena angka kejadian yang semakin meningkat dan peningkatan penderita obesitas pada populasi Asia. \n \nSindrom metabolik dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit berbahaya seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan diabetes mellitus, lho! \n\n Menurut dr. Ken Ayu, SpPD, dokter spesialis penyakit dalam RS Hermina Galaxy, faktor utama yang mendasari sindrom metabolik adalah resistensi insulin. Namun, Anda bisa berisiko lebih tinggi untuk menderita sindrom metabolik, jika: \n1. Berusia lebih tua. Risiko Anda terkena sindrom metabolik akan meningkat jika Anda berusia 40-an, dan semakin tinggi jika Anda berusia 50 tahun ke atas \n2. Memiliki risiko lebih tinggi terhadap penggumpalan darah dan inflamasi (Anda dapat melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui hal ini) \n3. Memiliki riwayat keluarga dengan obesitas atau diabetes mellitus \n4. Memiliki kondisi medis lain, seperti polycystic ovary syndrome (PCOS), fatty liver, batu empedu akibat kolesterol, dan lipodistrofi. "Jika Anda memiliki salah satu dari faktor risiko tersebut, maka Anda perlu lebih waspada. Semakin banyak faktor risiko yang Anda miliki, semakin tinggi pula risiko Anda mengalami sindrom metabolik dan komplikasi penyertanya,” tambah dr. Ken Ayu. \n \nPada kasus sindrom metabolik, ada beberapa upaya pencegahan yang bisa dilakukan, yaitu: \n \n1. Pencegahan primer, dilakukan sebelum sindrom metabolik terjadi, dengan menjalani pola hidup sehat, yaitu dengan mengatur pola makan, olahraga teratur, dan pemeriksaan kesehatan berkala. \n2. Pencegahan sekunder, yakni bagi Anda yang telah mengalami sindrom metabolik. Pada tahap ini, Anda perlu kontrol ke dokter secara rutin dan mungkin akan diberikan obat-obatan tertentu untuk mencegah terjadinya komplikasi. \n3. Pencegahan tersier, yakni jika sudah terjadi komplikasi, dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih berat atau berakibat fatal, serta mencegah agar kualitas hidup tidak semakin menurun. \n \nTidak ada yang susah kok, selama ada niatnya. Yuk, segera lakukan langkah pencegahannya! \n\n Yuk, jangan tunda lagi untuk memulai pola hidup sehat, olahraga teratur, dan cek kesehatan berkala agar terhindar dari sindrom metabolik! \n\n Tak ada yang mau sakit, tapi sudahkah Anda berusaha maksimal untuk menjaga diri agar tubuh tetap fit? \n\n Untuk pendaftaran ke dokter spesialis silahkan melakukan pendaftaran online melalui : \n\n 1. Call Center: 1500 488 \n2. Mobile apps: PT. Medikaloka Hermina Tbk (tersedia untuk IOS download disini dan Android download disini) \n3. Website: www.herminahospitals.com \n\n Sehat bersama RS Hermina Galaxy \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 18 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Atasi ketakutan anak pada jarum suntik<\/a><\/h3>
Atasi ketakutan anak pada jarum suntik \n\n \n\n Fobia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami rasa takut yang berlebihan terhadap suatu objek tertentu sehingga menimbulkan ketakutan tidak rasional yang dapat mengancam keselamatan diri. Terutama pada anak-anak, memiliki ketakutan berlebih terhadap jarum suntik. \n\n \n\n 1. Apa yang membuat anak kerap takut ketika hendak disuntik? \n\n \n Takut akan rasa sakit yang disebabkan oleh jarum suntik \n Pengalaman tidak menyenangkan dengan suntikan sebelumnya \n Pengalaman masa kecil dimana orang tua menakut-nakuti anak untuk disuntik ketika melakukan perilaku yang tidak diinginkan orang tua \n \n\n \n\n 2. Bisa kasih tips, bagaimana cara-cara supaya anak tidak ketakutan saat hendak disuntik? \n\n \n Berikan gambaran \n \n\n Anak-anak merasa takut pada jarum suntik karena belum memahaminya. Berikan informasi tentang alasan dilakukannya vaksinasi, sekaligus ceritakan proses berlangsungnya vaksinasi. Selain itu, berikan gambaran bentuk dan ukuran jarum suntik yang digunakan. Kalau bisa, biarkan anak melihat teman-temannya yang sudah berani dan akhirnya berhasil melakukan vaksinasi. \n\n \n Beri tahu anak waktu penyuntikan \n \n\n Sebelum dilakukan vaksinasi, beri tahu anak bahwa hari itu dia akan diimunisasi dengan cara disuntik menggunakan jarum suntik. Di satu sisi, mungkin anak akan merasa cemas, tapi hal ini dianggap lebih baik daripada langsung datang ke dokter tanpa memberitahunya terlebih dahulu. \n\n \n Kejujuran \n \n\n Hindari mengatakan bahwa tusukan jarum pada proses vaksinasi tidak menyakitkan. Jika anak menyadari bahwa rasanya sakit, Anda akan dicap sebagai pembohong. Lebih baik mengatakan dengan jujur bahwa proses vaksinasi mungkin terasa sakit, tetapi hanya sebentar dan rasa sakitnya dapat ditahan. \n\n \n Jangan menunda \n \n\n Makin dini pemberian imunisasi, maka makin mudah pula prosesnya, sebab bayi tidak bisa mengingat rasa sakit ketika diimunisasi. Sebaliknya, balita dan anak-anak prasekolah akan lebih sulit karena mereka sudah tahu bahwa jarum suntik menyakitkan. Jika anak Anda masih bayi, jangan menunda pemberian imunisasi bila usianya sudah cukup untuk mendapatkannya. Selain memastikan pemberian imunisasinya tepat waktu, juga mempermudah prosesnya. \n\n \n\n \n Berikan senyuman \n \n\n Penelitian menunjukkan, orang tua yang berkata ‘jangan khawatir’ atau ‘ tidak apa-apa’ justru membuat anak stres karena mereka menangkap ada sesuatu yang mengkhawatirkan. Sebaliknya, jika Anda memperlihatkan senyum dan sikap yang tenang, bisa membuat anak juga merasa tenang. \n\n \n Berikan dukungan moral \n \n\n Usahakan Anda menunggu anak selama proses vaksinasi. Bawakan mainan atau boneka kesayangannya. Dukungan moral seperti ini membantu menjadikan anak merasa nyaman. \n\n \n Mengurangi rasa sakit \n \n\n Anda dapat menempelkan es pada kulit anak. Lakukan sesaat sebelum vaksinasi, selama satu menit. Hal ini akan mengurangi rasa sakit ketika jarum suntik menembus kulit. \n\n \n\n 3. Apa yang perlu diperhatikan orangtua sebelum anaknya disuntik? \n\n \n Pastikan anak istirahat cukup \n Beri anak makan 2 jam sebelum disuntik \n Kenakan pakaian yang mudah dibuka ssat anak akan disuntik \n Buat anak merasa tenang, tapi jangan membohongi anak dengan megatakan disuntik tidak sakit. \n Bawa mainan atau benda yang bisa mengalihkan perhatiannya \n Buat jadwal kegiatan lain setelah disuntik \n \n\n \n\n 4. Kenapa sebagian orang takut bahkan enggan untuk disuntik? Mengingat, masih banyaknya orang dewasa yang juga takut disuntik \n\n Penyebab orang takut dengan jarum suntik paling dasar adalah rasa sakit yang ditimbulkan ketika jarum masuk menembus kulit dan daging. Selain itu, takut disuntik juga bisa disebabkan oleh trauma, misalnya trauma saat disuntik dokter sewaktu kecil. Saat disuntik, dokter mungkin melakukan dengan tidak lembut dan pelan-pelan sehingga menimbulkan rasa sakit. Alhasil, seseorang jadi trauma atau takut disuntik hingga dewasa. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 10 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Tips Isolasi Mandiri Bagi Ibu Hamil<\/a><\/h3>
Ibu hamil termasuk dalam kelompok yang rentan terpapar Covid-19. Infeksi Covid-19 tak pernah pilih-pilih orang. Usia tua-muda, laki-laki atau perempuan, bisa terinfeksi Covid-19. Kondisi serupa pun bisa menimpa ibu hamil. Jika ibu terpapar covid-19 dengan gejala ringan atau tidak bergejala, disarankan isolasi mandiri di rumah. Lalu, bagaimana kiat isolasi mandiri pada ibu hamil agar tetap sehat dan segera sembuh dari Covid-19? \n\n 1. Berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter \n\n Jika ibu hamil atau menyusui terpapar Covid-19 ataupun tes PCR menunjukkan hasil positif, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan. Konsultasi bisa dilakukan via telepon atau chat. Nantinya, dokter atau petugas kesehatan akan memonitor keadaan Ibu Hamil untuk memastikan apakah diperbolehkan isolasi mandiri atau harus di rumah sakit. Biasanya, dokter akan menanyakan riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, jantung, atau penyakit paru-paru. Dokter juga akan menanyakan gejala atau kondisi setelah terpapar COVID-19, meliputi suhu tubuh dan kadar saturasi oksigen. \n\n 2. Menerapkan Protokol Kesehatan Ketat \n\n Selama isolasi mandiri, ibu hamil perlu menerapkan protokol kesehatan ketat. Hindari menggunakan alat pribadi yang sama dengan anggota keluarga lain, seperti alat makan, peralatan mandi, dan lainnya. Pastikan Ibu Hamil menempati ruangan isolasi dengan ventilasi udara yang baik dan cukup terkena matahari agar dapat mendapatkan sinar matahari pagi yang cukup. Pastikan juga selalu membersihkan benda-benda di sekitar yang sering disentuh dengan disinfektan. \n\n 3. Konsumsi Makanan Sehat dan Air \n\n Pola makan sehat bergizi dan mengonsumsi makanan sehat yang terdiri dari karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, serta buah. Ibu Hamil lebih selektif dalam memilih makanan. Hindari makanan olahan, fast food, makanan tinggi gula dan garam, serta makanan dengan pengawet. Konsumsi air putih minimal 2 liter per hari dan air mineral. Sebaiknya minum air sedikit demi sedikit setiap jam dan tidak minum banyak air putih di satu waktu karena bisa menyebabkan perut kembung dan rasa tidak nyaman di perut. \n\n 4. Konsumsi Vitamin dan Obat Sesuai Anjuran Dokter \n\n Ibu hamil perlu mengonsumsi obat atau vitamin tambahan. Namun, obat yang dikonsumsi harus sesuai anjuran dokter, tidak boleh mengonsumsi obat lain yang tidak dianjurkan dokter. Jangan menggunakan resep orang lain selama penyembuhan COVID-19. Tidak semua obat dapat memberikan efek yang sama pada semua orang. Hal ini penting terutama bagi ibu hamil. Karena, konsumsi obat dan vitamin selama kehamilan dapat berpengaruh pada janin. \n\n 5. Cukup Beristirahat dan Hindari Pemicu Stres \n\n Ibu hamil yang positif COVID-19 juga perlu istirahat yang cukup. Tidur 8 jam sehari bisa membantu proses penyembuhan penyakit. Tidur siang selama sekitar 1 jam bisa membantu tubuh kembali bugar dan fit. Dikarenakan stres dapat memperburuk gejala virus Covid-19, sebaiknya, usahakan tetap berpikir positif dan hindari hal-hal yang dapat memicu stres. Hindari pula memusingkan hal-hal yang tidak perlu. Usahakan untuk selalu merasa tenang dan nyaman. Karena, kondisi mental juga akan berpengaruh pada janin di kandungan. \n\n 6. Berolahraga Ringan \n\n Selama hamil, seyogyanya Ibu Hamil dapat melakukan olahraga pasif atau ringan dengan pergerakan perut seminimal mungkin, menggerakkan tangan dan mengayunkan kaki saat sedang menonton TV atau melakukan aktivitas ringan dirumah.. Aktivitas ini baik untuk membantu persalinan berjalan lancar, dengan harapan pembuluh darah lancar dan suplai makanan ke bayi terpenuhi. \n\n 7. Segera ke rumah sakit jika mengalami gejala yang semakin parah \n\n Apabila gejala yang dirasakan ibu hamil bertambah berat, segera ke rumah sakit untuk dilakukan penanganan lebih lanjut. Gejalanya antara lain saturasi kurang dari 95, sesak napas, gerak janin lemah atau tidak terasa dan tanda bahaya kehamilan atau nifas. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangkuban Perahu<\/a><\/li>
- 10 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Tanda - Tanda Tangisan Bayi<\/a><\/h3>
Sebagai makhluk yang tidak berdaya, bayi mempunyai cara khusus untuk menarik perhatian orang di sekitarnya bila memerlukan sesuatu. Tangisan merupakan cara yang tepat. Bila bayi menangis, maka ada keinginan kuat dari orangtua untuk segera menghampirinya. \n \nSelain makan dan tidur, seorang bayi juga menangis secara teratur. Segera setelah dilahirkan, bayi menangis dengan suara yang cukup keras. Hal tersebut merupakan pengalaman yang menakjubkan bagi seorang ibu. \n\n Sebagai mahluk baru, penyesuaian dengan lingkungan tidak boleh diremehkan. Tidak jarang tangisan bayi malah membuat kita bingung. Bila bayi menangis dan kita tidak dapat menghiburnya, seringkali membuat kita merasa terpukul. Mengapa ia menangis? Mengapa ia tidak dapat dihibur?. Rasa khawatir seringkali menyita perhatian cukup banyak, sehingga tidak jarang membuat kita sangat lelah, terutama bila waktu tidur kita terganggu. \n\n Tangisan bayi pada saat badan kita sedang lelah seringkali secara tidak sengaja menimbulkan kemarahan dan rasa putus asa. Rasa marah dan putus asa merupakan tanda ’bahaya’, karena kita tidak dapat menguasai keadaan akibat emosi yang meningkat. Keadaan ini harus segera diatasi. Secepatnya menghubungi orang yang dapat dipercayai untuk berbagi perasaan. Apabila tidak ada yang dapat dihubungi, segera letakkan bayi pada tempat tidurnya agar bayi berada dalam posisi aman. Menutup telinga dan mata beberapa saat dapat membantu menjadi diri kita kembali. Jangan pernah mengambil tindakan pada saat sedang marah. \n\n Tangisan bayi pasti ada ’sebab’nya \nBayi menangis pasti ada sebabnya. Oleh karena itu harus dicari apa penyebabnya. \n \nBayi merasa lapar \nDalam beberapa kali sehari bayi mempunyai perasaan tidak enak di dalam perutnya, yaitu lapar. Menangis karena lapar umumnya jarang membuat kita cemas, karena hal tersebut sudah dapat diprediksi kapan kira-kira akan berlangsung dan keinginannya dapat kita penuhi. Sebenarnya bayi yang minum pada waktu yang selalu tidak ada. Bayi kadang-kadang merasa lapar sebelum waktunya atau kurang selera, bahkan tidak ada selera sama sekali untuk minum atau makan. Menangis hebat dapat membuat bayi sangat terganggu, sehingga bayi tidak mau minum meskipun lapar. Kalau hal ini yang terjadi maka cobalah menenangkan si bayi terlebih dahulu. \n \nApakah minuman bayi sudah sesuai kebutuhan ? \nBila ada yang mengatakan bahwa bayi akan lebih tenang bila diberikan tambahan susunya atau persediaan ASI terlalu sedikit sehingga bayi sering menangis, jangan segera percaya dan mulai ber ’eksperimen’. Jangan ragu untuk membicarakan kebutuhan minum bayi kita kepada dokter. \n \nBayi mengalami kolik \nBayi kadang-kadang menangis dengan keras sekali. Bila hal ini terjadi, mungkin saja bayi mengalami kolik infantil. Pada umur 2 minggu, bayi dapat tiba-tiba menangis dengan hebat terutama pada sore hari atau menjelang malam hari. Keadaan ini dapat terjadi setiap hari (kadang-kadang sampai 3 jam atau lebih). Mengapa sering terjadi pada saat itu dan menangisnya begitu hebat, serta apa penyebabnya, tidak seluruhnya jelas. Tetapi umumnya keluhan tersebut akan hilang dengan sendirinya pada umur 3-4 bulan. Mendekap si bayi dan meminjat perutnya dengan lembut kadang-kadang dapat membantu menenangkannya. Bagaiman bila bayi tetap tidak mau berhenti menangis ? Letakkan bayi dengan nyaman di tempat tidurnya dan coba kembali menghiburnya. \n \nBayi merasa bosan \nBeberapa bayi cepat merasa bosan dibanding bayi lain. Kebosanan merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan bagi bayi dan hal itu diutarakan dengan menangis. Mendengar bunyi-bunyian atau melihat gerakan-gerakan sangat disenangi oleh bayi. Mainan dengan bentuk dan warna yang menarik perhatian atau mengeluarkan suara musik dapat digunakan untuk mengalihkan perasaan bosan. Kita harus melalukannya dengan waktu yang cukup dan santai sehingga kita dapat menikmatinya pula. Bahkan tidak jarang malah kita yang menjadi ’mainan’ yang paling dapat dinikmati dan disenangi si bayi. \n \nBayi tidak menyenangi keramaian \nBeberapa bayi sangat peka terhadap keramaian, sehingga segala sesuatu harus dilakukan dengan lebih tenang. Keadaan terlalu ramai dapat membuat bayi menjadi lelah dan menangis. Kadang-kadang bayi menangis disebabkan oleh bunyi-bunyian yang tidak pernah terpikir oleh kita, misalnya suara TV, radio, bahkan suara lemari es dapat mengejutkannya. \n \nBayi mengalami iritasi \nAdakah iritasi pada bayi yang dapat menyebabkan dia menangis, misalnya cuaca terlalu dingin atau terlalu panas, ruam kulit, tidak dapat buang angin (flatus), selimut yang kurang nyaman, dsb. Walaupun demikian, seringkali kita sulit menemukan penyebabnya. \n \nBayi sedang sakit \nSeringkali kita sebagai orangtua berpikir bahwa bayi menangis karena dia sakit dan tidak jarang perasaan kita tersebut dianggap sebagai suatu “kekhawatiran berlebihan” oleh orang di sekitar kita. Yang melihat dan paling dapat merasakan sesuatu pada bayinya adalah orangtua (terutama ibu), maka bila ibu merasa perlu untuk membawa bayinya ke dokter untuk diperiksa sebaiknya dilakukan. Apabila ternyata bayi sehat, maka ibu merasa lebih nyaman, sehingga tidak perlu terlalu khawatir lagi dengan tangisan-tangisan berikutnya. \n \nPerlu diingat bahwa seorang bayi sangat peka, oleh karena itu bila kita menduga ada sesuatu yang salah dengan kesehatannya, segeralah berkujung fasilitas kesehatan Untuk mendapatkannya, Anda dapat mengunduh aplikasi Halo Hermina di App Store bagi pengguna Apple, dan bagi pengguna Android bisa Anda dapatkan di Google Play \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 08 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Menjaga Kesehatan Gigi di Masa Kehamilan<\/a><\/h3>
Kesehatan mulut dan gigi ibu hamil sebaiknya mendapat perhatian yang serius, bahkan sejak sebelum menikah. Hal ini mengingat bahwa dampak yang ditimbulkan dapat berpengaruh terhadap kehamilan. Salah satu bentuk kepedulian tentang kesehatan gigi ibu hamil adalah dengan menyebarluaskan informasi cara yang benar dalam merawat gigi, sejak sebelum hamil dan saat kehamilan. Menjaga kesehatan janin dan bayi sering menjadi fokus dan prioritas ibu hamil (bumil). Padahal, menjaga kesehatan gigi bumil tak kalah penting untuk diperhatikan. \n\n Ini disebabkan oleh perubahan hormon selama kehamilan sangat rentan terhadap timbulnya berbagai masalah gigi dan mulut. Jika dibiarkan, tentu dapat membahayakan kesehatan mereka sendiri dan juga bayi. Sebab, kerusakan gigi atau masalah mulut lainnya yang dialami wanita hamil dapat menyebabkan berbagai keadaan seperti kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, dan preeklampsia. Menjaga kesehatan mulut secara tepat dan teratur dapat dianggap sebagai bagian penting dari perawatan prenatal agar kesehatan gigi dapat terjaga dengan baik. \n\n \n\n Mengapa kesehatan gigi dan mulut penting bagi ibu hamil? \n\n 1. Selama kehamilan, ibu membutuhkan asupan zat makanan bergizi. \n\n Bila ibu hamil mengalami gangguan pada mulut dan gigi, maka kebutuhan pemenuhan makanan tersebut akan terganggu, terutama jika ibu hamil mengalami karies atau gigi keropos dan berlubang. Si ibu tidak dapat mengunyah makanan dengan baik sehingga gizi janin kurang, dan bayi mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan. \n\n 2. Ibu hamil mengalami perubahan hormon, baik itu progesteron maupun estrogen. \n\n Dampak dari perubahan hormon kehamilan itu dapat memengaruhi kesehatan mulut dan gigi. Contohnya, ibu hamil trimester pertama sering muntah dan kelebihan air liur, dan rasanya ingin meludah terus-menerus. Bila tidak rajin kumur dan menggosok gigi, maka kuman dan bakteri penyakit mudah tumbuh, serta muncul bau mulut (halitosis) dan jamur atau sariawan pada rongga mulut. \n\n 3. Peningkatan risiko terjadinya pembengkakan gusi ataupun perdarahan pada gusi. \n\n Hal ini terjadi akibat pelunakan dari jaringan daerah gusi akibat peningkatan hormon. Kadang timbul benjolan-benjolan berwarna bengkak kemerahan pada gusi, dan gusi mudah berdarah. \n\n 4. Ibu Hamil Berisiko Mengalami Kelahiran Prematur \n\n \n\n Jangan menyepelekan masalah mulut dan gigi selama masa kehamilan, jika infeksi parah terjadi, kuman akan masuk ke dalam tubuh maka dapat meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur. Bukan itu saja, gigi berlubang yang dialami oleh ibu hamil dapat berujung pada radang gusi dan memicu infeksi bakteri. Nah, racun dari bakteri ini kemudian akan merusak gusi yang menyebabkan bakteri masuk ke dalam tubuh, dan menyebar melalui aliran darah. \n\n 5. Memicu Terjadinya Infeksi pada Janin \n\n Ibu hamil yang mengidap infeksi pada gusi akan berdampak pada kesehatan janin dalam kandungan. Berkaitan dengan hal tersebut, infeksi bisa saja menular pada janin melalui aliran darah plasenta. Bakteri yang menyebar ke seluruh tubuh akan memicu gangguan jantung pada ibu. Lebih dari itu, infeksi dapat berakibat fatal pada janin, seperti keguguran. \n\n \n\n Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi pada ibu hamil? \n\n Bunda Sahabat Hermina dapat menjaga kesehatan gigi dimulai dimasa sebelum kehamilan seperti: \n\n \n Melakukan penyikatan gigi secara benar serta gerakan sikat melingkar dengan hati-hati di sela–sela gigi. Sikat gigi arah atas ke bawah dan sebaliknya, arah bawah ke atas. \n Sikatlah gigi secara teratur dengan pasta gigi yang sesuai, dua kali sehari dan pada malam saat menjelang tidur. \n Hindari makanan terlalu panas, dingin, dan asam serta menggigit makanan yang terlalu keras. \n Hindari kebiasaan menusuk lubang pada gigi, terlebih dengan alat yang tidak bersih. Bila terdapat lubang di gigi, lakukan perawatan ke dokter. \n Bersihkan plak atau karang gigi secara teratur ke dokter gigi. Enam bulan sebelum menikah, cek kesehatan gigi dan mulut ke dokter. \n \n\n Pada masa kehamilan, Sahabat Hermina dapat melakukan tips perawatan gigi sebagai berikut: \n\n \n Gunakan sikat gigi yang lembut dan ukuran yang sesuai. \n Pada waktu ibu hamil muntah atau sering mengeluarkan air liur, jangan lupa untuk berkumur. Berkumur bisa dilakukan dengan air hangat yang dibubuhi garam. Berkumur dengan air hangat juga bermanfaat untuk membersihkan sisa-sisa lemak pada rongga mulut dan sela gigi. \n Pilih pasta gigi yang tidak merangsang alergi, terutama untuk gusi sensitif. \n Lakukan penyikatan gigi secara benar dan gerakan sikat melingkar dengan hati-hati di sela–sela gigi. Sikat gigi arah atas ke bawah; dan sebaliknya, arah bawah ke atas. \n Bila ada gangguan kesehatan pada mulut yang perlu menggunakan obat kumur, sebaiknya memperhatikan label pada kemasan tentang keterangan kontra indikasi untuk ibu hamil. Ibu hamil perlu berkonsultasi dengan dokter gigi dalam penggunaan obat kumur, terutama untuk mengatasi bakteri penyebab bau mulut ataupun membersihkan keasaman pada rongga mulut. \n Konsumsi buah-buahan berserat yang banyak mengandung vitamin C. \n Penuhi kebutuhan kalsium sesuai dengan anjuran dokter atau bidan, terutama dari sumber zat makanan alami. \n \n\n Sahabat Hermina yang memiliki keluhan seputar permasalahan gigi, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan di RS Hermina Pandanaran. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 01 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Anosmia, Kehilangan Kemampuan Menghidu<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, kehilangan kemampuan indra penciuman atau kita sebut dengan anosmia dapat mempengaruhi hidup seseorang. Selain tidak bisa mencium bebauan, kondisi ini tentunya akan memicu kehilangan nafsu makan bahkan sampai menyebabkan penurunan berat badan, mal nutrisi bahkan depresi. \n\n \n\n \n\n Anosmia semakin familiar semenjak adanya pandemi COVID-19. Ternyata anosmia suatu kondisi yang sudah terlajadi sejak lama jauh sebelum pandemic COVID-19. Anosmia bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain: \n\n -penyakit flu \n\n -sinusitis \n\n -rhinitis (alergi) \n\n -orang yang sudah usia lanjut \n\n \n\n Begitu juga dengan kondisi yang berat seperti: \n\n -tumor di hidung \n\n -seseorang dengan kecelakaan yang mengalami benturan dikepala. \n\n -orang dengan infeksi otak seperti meningioma \n\n \n\n \n\n Sahabat Hermina, ada beberapa kondisi gangguan penciuman atau penghidu yang lain yaitu: \n\n 1. Partial anosmia \n\n Partial anosmia merupakan ketidak mampuan untuk mendeteksi bau hanya pada odoran (bau) tertentu. \n\n 2. Hyposmia \n\n Hipo artinya penurunan, jadi hiposmia adalah terjadinya penurunan kemampuan menghidu, baik secara sensitivitas maupun secara kualitas. \n\n 3. Parosmia \n\n Parosmia adalah sebuah keadaan ketika seseorang bisa mendeteksi bau, tetapi salah mengenalnya. Misalnya, wewangian yang sebenarnya tidak cukup bau diartikan sebagai bau yang tidak menyenangkan. \n\n 4. Phantosmia \n\n Phantosmia artinya halusinasi terhadap bau-bau yang sebenarnya tidak ada. Misalnya, Anda tiba-tiba mencium bau bawang putih atau bau busuk padahal kenyataannya tidak ada wewangian seperti itu. \n\n \n\n Lalu, kapan seseorang harus kerumah sakit jika mengalami anosmia? \n\n Kondisi penurunan kemampuan menghidu Sahabat Hermina dapat mengidentifikasi sendiri dirumah. Sahabat hermina dapat menanyakan kepada diri sendiri pertanyaan berikut: \n\n \n Apakah dalam 12 bulan terakhir, apakah anda merasa ada perubahan kemampuan menghidu anda? Misalnya anda tidak ada penciuman sama sekali atau kehilangan sensasi. \n Bagaimana penilaian anda tentang kemampuan menghidu anda sekarang apabila dibandingkan saat anda berusia 20 sampai 25 tahunan? Apakah sama? Membaik? Atau menurun? \n Apakah anda sering merasa mencium yang tidak enak misalnya seperti bau gosong padahal tidak ada apa-apa \n \n\n \n\n Apabila dari pertanyaan diatas ada jawaban “ya” sebaiknya segera periksakan ke dokter THT kesayangan anda untuk mencari tahu lebih lanjut. Setelah sahabat hermina datang ke dokter spesialis THT, sahabat hermina akan melakukan pemeriksaan yang lebih spesifik dan akan dievaluasi kemampuan mnghidunya. \n\n \n\n Pastikan sahabat hermina memeriksakan kesehatan hidung dengan dokter spesialis THT yang handal dan profesional. Selain tetap selalu menerapkan protokol kesehatan, Rumah Sakit Hermina ciputat memiliki dokter spesialis THT yang handal dan peralatan untuk pemeriksaan penunjang. Tentunya dengan seluruh karyawan dan tenaga kesehatan yang telah di vaksin. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 01 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 08 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 10 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 10 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 18 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 22 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 06 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 14 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 09 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 13 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 15 November 2021<\/li><\/ul><\/div>