- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 15 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Menangani Konstipasi dan Sulit Makan pada Anak<\/a><\/h3>
Orang tua sering khawatir ketika anaknya tak kunjung buang air besar dalam sehari. Apalagi bila melihat perut sang buah hati menggembung seolah-olah banyak menampung sisa makanan yang belum terbuang. Namun sebetulnya setiap anak punya jadwal tersendiri untuk ke toilet. Yang patut menjadi perhatian adalah ketika ada gejala konstipasi alias sembelit yang membuat anak tak nyaman. Karena itu, orang tua perlu tahu cara menangani konstipasi pada anak. \n\n \n\n Mengenal Konstipasi Anak \n\n Konstipasi adalah masalah kesehatan yang umum sangat umum terjadi pada anak-anak. Orang tua tak perlu cemas berlebihan. Anak dianggap mengalami konstipasi bila buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu, sulit buang air besar, atau fesesnya keras, kering, dan amat besar. \n\n Menangani konstipasi pada anak tergantung penyebab dan kondisi yang dialami anak. Orang tua dapat mencegah konstipasi anak dengan menerapkan kebiasaan makan yang sehat serta mengajaknya beraktivitas fisik, termasuk berolahraga, secara rutin. \n\n Konstipasi terjadi ketika feses bergerak terlalu lambat di dalam usus besar. Usus besar merupakan organ yang berperan dalam pembuangan sisa makanan atau buang air besar. Usus besar menyerap air ketika akan mengeluarkan feses. Gerakan otot mendorong feses menuju rektum. Saat anak mengalami sembelit, gerakan otot di usus besar terlalu lambat dan usus besar menyerap terlalu banyak air. \n\n Walhasil, feses menjadi sangat keras dan kering sehingga susah bergerak. Tatkala mencapai rektum, sebagian besar air di usus besar sudah terserap dan feses sulit keluar. Anak akan merasa kesakitan ketika hendak mengeluarkan feses dan tidak nyaman beraktivitas. \n\n Gejala Konstipasi pada Anak \n\n Harus digarisbawahi bahwa setiap anak memiliki kebiasaan buang air besar yang berlainan. Seorang anak yang tidak buang air besar sekali pun dalam sehari belum tentu mengalami konstipasi. Secara umum, gejala konstipasi pada anak meliputi: \n\n \n Buang air besar lebih jarang ketimbang biasanya \n Merasa sakit saat buang air besar \n Susah payah untuk buang air besar \n Perut terasa kembung \n Terdapat darah di feses \n Terdapat noda bekas feses di celana \n Kehilangan nafsu makan \n \n\n Gejala konstipasi pada anak mungkin menyerupai masalah kesehatan lain. Untuk mendapatkan informasi yang valid, termasuk cara menangani konstipasi itu, kunjungi dokter untuk berkonsultasi. \n\n \n\n Penyebab Konstipasi \n\n Penyebab umum konstipasi adalah menu makan yang kurang memuat cukup air dan serat. Keduanya berperan penting untuk membantu otot usus besar bergerak mendorong feses ke rektum. Anak yang lebih banyak mengonsumsi karbohidrat dan protein lebih berpotensi mengalami sembelit. \n\n Sembelit juga bisa terjadi akibat penggunaan obat-obatan tertentu oleh ibu menyusui. Biasanya, obat antidepresan atau suplemen zat besi bisa menyebabkan konstipasi. Begitu juga ketika anak berpindah dari air susu ibu ke susu formula atau ke makanan padat. \n\n Anak cenderung menahan buang air besar ketika tengah asyik bermain, jauh dari rumah, atau takut minta izin untuk ke toilet. Hal ini juga dapat membuat anak mengalami konstipasi. \n\n Anak berusia lebih besar bisa terkena konstipasi ketika mengalami stres. Misalnya ketika akan memulai tahun ajaran baru dan bertemu dengan teman-teman baru. Demikian pula bila ada masalah di rumah yang membuat mereka tertekan secara emosional. \n\n Sebagian anak mengalami sembelit karena sindrom iritasi usus besar. Pemicunya antara lain makanan yang berlemak atau terlalu pedas. Dalam kasus yang jarang terjadi, konstipasi juga bisa disebabkan penyakit yang lebih serius. Itu sebabnya penting untuk memeriksakan anak bila curiga terjadi konstipasi. \n\n Penanganan yang tepat jika Anak mengalami Konstipasi \n\n Cara menangani sembelit anak tergantung kondisi yang dialami si anak itu sendiri. Dokter akan menentukan penanganan yang tepat dengan mempertimbangkan beberapa hal ini: \n\n \n Usia anak \n Kondisi kesehatan secara keseluruhan \n Riwayat kesehatan \n Seberapa parah konstipasi \n Apa penyebabnya \n Penerimaan anak terhadap pengobatan, prosedur, atau terapi tertentu \n \n\n Orang tua juga dapat menangani konstipasi pada anak sendiri bila memungkinkan, antara lain melalui: \n\n \n Perubahan pola makan menjadi lebih sehat dengan memperbanyak sayur dan buah serta minum cukup air putih \n Menghindari makanan cepat saji, camilan, dan gorengan \n Makan secara teratur dan tidak melewatkan sarapan \n Mengajak berolahraga rutin \n Batasi penggunaan gadget \n \n Hal penting lain dalam menangani konstipasi pada anak adalah orang tua jangan sampai terbawa emosi hingga memaksa anak ke toilet untuk buang air besar. Buatlah suasana senyaman mungkin bagi anak agar mereka lebih mudah buang air besar tanpa tekanan. Bila perlu, hubungi dokter untuk mengkonsultasikan kondisi anak. \n \n \n\n Apakah Konstipasi mempengaruhi sulit makan pada Anak? \n\n Bila mengalami konstipasi kronis, anak mungkin merasa amat tidak nyaman. Kadang anak juga mengalami kram perut yang hebat dan muntah-muntah. Selain itu, rasa sakit ketika hendak buang air besar dapat membuat anak kian tak nyaman. Anak mungkin merasa hendak buang air besar, tapi feses tak dapat keluar. Ketidaknyamanan ini pada akhirnya bisa menurunkan nafsu makan anak. \n\n Apalagi masih penuhnya perut membuat anak terus merasa kenyang atau kembung. Anak akan sulit makan atau bilapun mau makan, pasti akan banyak bersisa. Nafsu makan dapat kembali naik ketika anak dapat buang air besar, tapi lalu susah makan lagi ketika konstipasi kembali menyerang. \n\n \n\n Tips Mengatasi Anak yang Susah Makan \n\n Banyak orang tua bertanya-tanya apakah anaknya sudah cukup memakan makanan yang sehat. Terlebih bila anak pilih-pilih makanan atau susah makan. Patut diketahui bahwa anak balita umumnya makan dalam porsi sedikit dan wajar menolak makanan tertentu. Adapun anak yang lebih besar lebih menerima jenis makanan apa pun yang diberikan. \n\n Ketika anak susah makan, orang tua mesti mencari tahu sumber penyebabnya. Terdapat beberapa cara untuk mengatasi anak susah makan, antara lain: \n\n \n Kurangi porsi makan, mungkin selama ini porsi dari orang tua berlebih \n Hindari memaksa anak makan hingga habis karena akan membuat anak tertekan ketika tiba waktunya makan \n Berikan pujian ketika anak sanggup menghabiskan makanan untuk menaikkan motivasi \n Ikuti kemauan anak, misalnya saat meminta air putih di sela makan \n Mencoba menu makanan baru \n Tanyakan kepada anak ingin makan apa \n \n\n Namun, jika anak susah makan dengan gejala konstipasi, ada baiknya orang tua mendatangi dokter. Terutama ketika upaya menangani konstipasi pada anak di rumah tidak berhasil. Dokter akan memeriksa anak dan memberikan penanganan yang tepat untuk memulihkan nafsu makan anak. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 15 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Tips Menjaga Kesehatan Telinga<\/a><\/h3>
Tips Menjaga Kesehatan Telinga \n\n \nTelinga merupakan salah satu pancaindera yang menunjang fungsi tubuh manusia. Tanpanya, seseorang tidak akan mampu menikmati indahnya melodi dunia. Kendati demikian, tak sedikit pula orang yang mengabaikan kesehatan telinga. Orang-orang tersebut umumnya baru akan menyadari tentang pentingnya telinga saat organ tersebut terkena masalah. \n \nMerawat kebersihan dan kesehatan telinga penting dilakukan untuk mencegah berbagai masalah pada telinga, seperti infeksi telinga, telinga berdenging, hingga gangguan pendengaran atau bahkan tuli mendadak. \n \nSerumen atau kotoran telinga adalah gumpalan lunak yang dihasilkan secara alami dari kelenjar minyak di bagian luar liang telinga. Serumen tersebut berfungsi sebagai pelindung, mulai dari melindungi telinga dari debu, pertumbuhan kuman patogen, dan menjaga agar binatang tidak masuk dalam telinga. Pada dasarnya, serumen tidak berbahaya jika jumlahnya tidak berlebihan. \n \nNamun, produksi serumen yang terlalu banyak dapat berdampak pada kualitas pendengaran seseorang. Keluhan yang dapat timbul akibat kotoran yang memenuhi liang telinga antara lain telinga terasa penuh dan kadang disertai gangguan komunikasi dengan lawan bicara. Maka itu, penting untuk membersihkan kotoran telinga sebelum timbul keluhan lebih parah. \n \nPerlukah Bersihkan Telinga dengan Cotton Bud? \n\n \nTelinga otomatis membersihkan dirinya ketika kita berbicara, mengunyah atau kegiatan menggerakan rahang. Biasanya, jika sudah kotor, ear wax keluar dengan sendirinya bersama dengan gerakan rahang yang membuat otot pipi bergerak. Lalu, apakah masih perlu membersihkan telinga dengan cotton bud? Faktanya, membersihkan telinga dengan cotton bud adalah tindakan yang kurang tepat. Kamu boleh menggunakan cotton bud, namun hanya untuk bagian daun telinga saja. Hindari menggunakan cotton bud untuk bersihkan telinga bagian dalam. \n \nMengorek telinga dengan cotton bud membuat kotoran semakin masuk ke dalam dan menyebabkan kotoran malah mengendap pada bagian dalam telinga yang panjangnya 2,5-3 cm saja. Kotoran yang mengendap dapat menjadi keras dan menghambat sirkulasi dalam telinga. Kondisi ini menyebabkan seseorang mengalami gangguan pendengaran. Pada dasarnya telinga memiliki mekanisme untuk membersihkan dirinya sendiri, sehingga kita tak perlu membersihkan sendiri bagian dalamnya. Sahabat Hermina hanya perlu mengusap bagian luar telinga dengan sabun dan air, lalu keringkan dengan kain atau handuk. \n \nKetahui Cara Menjaga Kesehatan Telinga yang Tepat \n\n \nMenjaga kebersihan tubuh dengan cara mandi setiap hari, terutama setelah bepergian ke luar rumah. Cara ini membantu melunakkan kotoran telinga akibat air yang mengalir dari kepala saat mandi atau mencuci rambut. \n \nSahabat Hermina juga dapat menghindari membersihkan telinga secara mandiri dengan cotton bud karena hal ini berpotensi mendorong kotoran telinga masuk lebih dalam. \n \nHindari mengorek telinga dengan alat yang tidak bersih serta benda tajam dan runcing karena dapat mengakibatkan luka pada liang telinga bahkan gendang telinga. Kerusakan yang ditimbulkan dapat bersifat sementara atau permanen. \n \nLalu, hindari juga memasukkan cairan atau obat tetes telinga tanpa rekomendasi dari dokter. Kesalahan dalam terapi dapat merusak pendengaran. \n \nSegera berkunjung ke dokter spesialis THT jika terjadi penumpukan kotoran telinga dan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan telinga secara berkala \n \nMari bersama tingkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan indera pendengaran kita. Pencegahan gangguan pendengaran yang dapat timbul hingga masalah ketulian bisa dilakukan sedini mungkin dengan menerapkan cara menjaga kesehatan telinga secara tepat. Konsultasikan masalah kesehatan telinga Sahabat Hermina pada Dokter Spesialis THT RSIA HERMINA Mutiara Bunda Salatiga. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 15 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 15 November 2021<\/li><\/ul><\/div>