- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 03 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kifosis: Kelainan Tulang Belakang yang Beresiko Menyerang Lansia<\/a><\/h3>
Berbicara mengenai penyakit yang beresiko dan dapat menyerang lansia, ada banyak jenisnya. Salah satunya yaitu kelainan tulang belakang yang umumnya disebut sebagai Kifosis. Walaupun beresiko menyerang lansia namun tidak berarti tidak dapat menyerang anak muda. Dalam artikel ini akan dijelaskan terkait pengertian, penyebab serta treatment atau penanganan yang tepat pada penderita Kifosis. \n\n Pengertian Kifosis, Kelainan Tulang Belakang yang Membungkuk \n\n Apabila seseorang mengalami kelainan tulang belakang dikarenakanan tulang terlalu membungkuk kedepan, maka dapat dikatakan sebagai kelainan tulang belakang atau kifosis. Kondisi ini dapat menyerang siapa saja, namun umumnya lebih beresiko menyerang orang yang sudah lanjut usia khususnya memasuki usia 40 tahun. \n\n Menurut jurnal dari National Library of Medicine Amerika Serikat, dijelaskan bahwa usia diatas 40 tahun sudut kifosis lebih cepat meningkat dan lebih signifikan pada penderita wanita dibandingkan pria. Sedangkan untuk sudut bungkuknya beragam dan beberapa pasien dapat mencapai lebih dari 52 derajat. Dengan sudut ini tentu akan menekan tubuh dan menyebabkan penderitanya bungkuk. \n\n \n\n Penyebab Kifosis Berdasarkan Tipe/Jenisnya \n\n Jika dilihat berdasarkan penyebabnya, terbagi menjadi 3 penyebab. Diantaranya yaitu: \n\n \n Scheuermann’s Kyphosis : Penyebab pertama terjadi dimana kelainan tulang belakang terjadi pada masa pertumbuhan anak atau sebelum memasuki fase pubertas. Kifosis ini akan memburuk seiring berkembangnya anak. Jika penderita mengalami kifosis tipe ini, maka terasa nyeri pada punggung dan dapat memburuk saat aktivitas. \n Congenital Kyphosis : Penyebab kedua terjadi jika seorang penderita kelainan tulang belakang telah menderita kifosis sejak dalam kandungan. Kondisinya akan memburuk seiring tumbuh dan berkembangnya anggota tubuh secara keseluruhan. \n Postural Kyphosis : Penyebab ketiga yang paling umum dialami ditengah masyarakat. Dimana kifosis terjadi akibat kesalahan postur duduk dan beraktivitas. Kifosis yang disebabkan oleh postural tidak menimbulkan nyeri serta tidak berdampak besar bagi kegiatan sehari-hari. \n \n\n Sedangkan jika penyebab kifosis diluar dari tipe dan jenis diatas bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya saja: \n\n \n Osteoporosis \n Fraktur \n disk generation \n other causes atau penyebab lain \n \n\n \n\n Treatment atau Penanganan Kifosis \n\n Berdasarkan penanganan atau pengobatan kifosis, ada beberapa cara yang dapat disarankan bagi penderita. Diantaranya yaitu: \n\n \n Obat-obatan \n Fisioterapi, khususnya bagi yang menderita kifosis ringan \n Penyangga punggung atau braces, khususnya bagi pasien anak dan digunakan setiap hari kecuali saat mandi. \n Operasi tulang belakang khususnya bagi pasien Scheuermann’s Kyphosis dan Congenital Kyphosis yang dapat membungkukan tubuh pasien hingga lebih dari 50 derajat dan menimbulkan rasa nyeri serta tidak nyaman. \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 24 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Nyeri Sendi Lutut? Yuk Kenali Total Knee Replacement (TKR)<\/a><\/h3>
Total Knee Replacement (TKR) atau disebut juga dengan Total Knee Arthoplasty merupakan prosedur tindakan untuk mengganti permukaan sendi lutut yang mengalami peradangan dengan sendi baru (sendi lutut buatan Prostetik). Pada TKR, ujung tulang femur akan dibuang dan akan diganti dengan metal shell dan ujung dari tibia akan digantikan dengan metal stem diantara keduannya dihubungan dengan plastik yang berguna sebagai peredam gerakan. \n\n Prosedur pergantian lutut total adalah solusi efektif untuk prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengganti sendi lutut. Prosedur ini dilakukan karena adanya peradangan di sendi sehingga kaki terasa kaku dan sakit jika digerakkan. \n\n Banyak hal yang mempengaruhi rasa nyeri di lutut, nyeri bisa terjadi karena cedera, selain cedera faktor pertambahan usia juga meningkatkan risiko memunculkan penyakit tersebut. Degenerasi lutut tersebut diperberat oleh kondisi lutut yang mengalami trauma yang tidak segera ditangani. \n\n \n\n Penyebab Nyeri Lutut \n\n \n Osteoartritis menjadi penyebab nyeri lutut, hal ini tulang rawan bergesekan sehingga menyebabkan menipisnya tulang rawan, lutut menjadi kaku dan kelainan bentuk. karena faktor usia. Ostroartritis biasanya terjadi pada pasien di usia 50 tahun ke atas, tetapi dapat juga terjadi kepada pasien yang lebih muda. \n Rheumatoid Arthritis. Penyakit autoimun juga dapat menyebabkan peradangan pada lapisan sendi lutut (sinovitis) sehingga menyebabkan kerusakan sendi. Hal ini dapat mempengaruhi banyak sendi. \n Post-Traumatic Arthritis dapat terjadi setelah cedera tulang rawan atau patah. \n \n\n \n\n Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Melakukan Tindakan Operasi Penggantian Lutut? \n\n \n Saat nyeri atau kaku pada lutut yang mulai mengganggu aktivitas harian seperti, saat berjalan, menaiki tangga, duduk maupun jongkok. \n Adanya radang pada sendi di lutut yang tidak kunjung sembuh meski sudah mengonsumsi obat. \n Nyeri lutut dengan intensitas sedang, tetapi berlanjut walaupun sedang tidak melakukan aktivitas, seperti saat sedang tidur hingga nyeri hebat. \n \n\n Oleh karena itu, untuk menangani gangguan tulang, Sahabat Hermina perlu tindakan yang cepat tepat dalam penangan lebih baik segera konsultasikan kepada dokter spesialis ortopedi. dan pentingnya kita menjaga kesehatan sendi dengan hindari duduk terlalu lama, menjaga berat badan, dan konsumsi makanan bergizi serta olahraga secara teratur. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 09 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Keseleo Yakin Diurut, Bisa Jadi Berdampak Fatal<\/a><\/h3>
Muscle strain yang sering disebut sebagai keseleo adalah peregangan hingga robeknya otot. Sebagian besar penyebab dari muscle strain, yaitu otot diregangkan melampaui batas atau otot dipaksa berkontraksi terlalu kuat. Dalam kasus yang ringan, hanya beberapa dari serat otot yang teregang atau robek tapi otot masih tetap kuat. Namun dalam kasus yang berat, otot yang teregang mungkin mengalami robekan dan tidak dapat berfungsi dengan baik. \n\n Muscle strain dapat dibagi dalam tiga derajat kerusakan otot : \n\n 1. Grade I atau muscle strain ringan : hanya beberapa dari serat otot yang mengalami regangan atau robekan. Meskipun terasa nyeri, tetapi kekuatan otot masih dapat berfungsi dengan normal. \n\n 2. Grade II atau muscle strain sedang : lebih banyak serat otot yang teregang atau robek dan terdapat nyeri yang lebih berat dibandingkan dengan grade I disertai dengan nyeri tekan pada bagian otot yang cedera. \n\n 3. Grade III atau muscle stain berat : otot mengalami robekan pada tendon bagian atas otot hingga tendon bagian bawah otot. Pada muscle strain derajat III ini, dapat mengakibatkan hilangnya fungsi otot, rasa sakit yang cukup hebat, pembengkakan pada bagian otot yang robek, nyeri tekan dan perubahan warna yang mencolok, serta dapat diikuti dengan terlihatnya celah antara otot satu dengan otot yang lain di bawah kulit. \n\n Gejala yang dirasakan pada muscle strain : \n\n \n Nyeri otot dan nyeri tekan, terutama setelah meregangkan otot. Nyeri biasanya meningkat pada saat melakukan gerakan pada otot yang cedera dan dapat berkurang dengan mengistirahatkan otot yang cedera. \n Pembengkakan otot atau memar dan perubahan warna pada jaringan bawah kulit \n Kaku dan kram pada otot yang cedera \n Fungsi otot yang menurun atau hilangnya fungsi otot pada muscle strain derajat III \n Terdapatnya celah pada otot yang mengalami cedera berat \n Kelemahan pada otot yang cedera \n \n\n Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah cedera pada otot, antara lain : \n\n \n Melakukan pemanasan sebelum beraktivitas atau berolahraga \n Menjaga berat badan ideal, karena kelebihan berat badan dapat menyebabkan stress pada otot terutama di daerah punggung dan kaki \n Meningkatkan intensitas latihan otot secara bertahap \n Melatih postur yang baik saat berdiri dan duduk \n Gunakan teknik yang benar saat mengangkat beban berat \n \n\n Penanganan yang dapat dilakukan saat terjadi cedera pada otot (PRICE), antara lain : \n\n \n Protect \n \n\n lindungi dari cedera lebih lanjut misalnya dengan menggunakan brace \n\n \n Rest \n \n\n Istirahatkan pergelangan kaki selama 48–72 jam setelah cedera. Pertimbangkan menggunakan tongkat berjalan. Akan tetapi, pergelangan kaki tidak boleh diistirahatkan terlalu lama karena dapat menunda penyembuhan. \n\n \n Ice \n \n\n Gunakan segera setelah cedera selama 10–30 menit (kurang dari 10 menit hanya memiliki sedikit efek. Lebih dari 30 menit dapat merusak kulit). Jangan langsung letakkan es pada kulit karena dapat menyebabkan luka dingin. Tekan dengan lembut pada area yang cedera. Pengompresan ini dapat mengurangi nyeri, peradangan dan memar. Beberapa dokter menyarankan untuk mengompres selama 15 menit setiap jam selama 48–72 jam pertama. \n\n \n Compression \n \n\n Penekanan dengan perban dapat mengurangi pembengkakan dan membantu sendi untuk istirahat. Jangan menggunakan perban terlalu kencang. Buka perban sebelum tidur, serta disarankan untuk membuka perban setelah 48 jam sehingga sendi dapat bergerak. \n\n \n Elevation \n \n\n Bertujuan untuk membatasi dan mengurangi pembengkakan. Yang dapat dilakukan dengan cara otot yang cedera diangkat atau diganjal menggunakan bantal dalam posisi yang lebih tinggi dari jantung agar bengkak yang timbul segera berkurang. \n\n Hindari HARM selama 72 jam setelah cedera : \n\n \n Heat \n \n\n Misalnya air panas, sauna, kompres panas. Panas mendorong aliran darah yang akan meningkatkan memar dan peradangan. Sehingga, panas harus dihindari ketika terjadi peradangan. \n\n \n Alkohol \n \n\n Dapat meningkatkan perdarahan dan pembengkakan dan menurunkan penyembuhan. \n\n \n Running \n \n\n Dapat menyebabkan cedera lebih lanjut. \n\n \n Massage \n \n\n Pemijatan dapat meningkatkan perdarahan dan pembengkakan. Akan tetapi setelah 72 jam pijat ringan dapat dilakukan. \n\n Apa yang terjadi bila terburu-buru diurut? \n\n Cedera pada otot yang terkilir dapat melibatkan kerusakan pada tendon, kapsul sendi, tulang, tulang rawan, saraf atau jaringan lunak lainnya. Bila pemijatan dilakukan segera dan tanpa dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu, pemijatan dapat memperberat cedera (misalnya robekan tendon atau ligamen). \n\n Kontraindikasi diurut/pijatan \n\n \n Putusnya otot pada tahap akut, otot yang putus mungkin masih mengalami perdarahan. Pemijatan akan meningkatkan perdarahan dan kerusakan jaringan, dan memperlambat penyembuhan. Setelah 48–72 jam pertama, pemijatan dapat dilakukan tetapi bergantung pada luasnya otot yang cedera. \n Ruptur atau robekan sebagian pada otot atau tendon \n \n\n Dibuat oleh : dr. Carmelia Suharsa \n\n Ditinjau oleh : dr. Sandy Armandha.,SpOT \n\n Rerensi : \n\n \n https://www.health.harvard.edu/a_to_z/muscle-strain-a-to-z \n https://www.webmd.com/fitness-exercise/guide/muscle-strain \n www.sportsinjuryclinic.net/sport-injuries/ankle-achilles-shin-pain/sprained-ankle/sports-massage-ankle-sprains \n www.sportsinjuryclinic.net/treatments-therapies/sports-massage \n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 24 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
Atasi Nyeri Tulang Belakang<\/a><\/h3>
Nyeri tulang belakang adalah nyeri yang dapat terjadi pada seluruh ruas tulang belakang seperti pada leher, punggung, pinggang, dan tulang ekor. Nyeri tulang belakang sering dikaitkan dengan pemilihan posisi duduk yang salah, akibat aktivitas atau angkat berat, atau karena posisi tidur yang tidak baik. Gejala yang dirasakan selain tulang belakang sakit, dapat berupa nyeri yang menjalar dari leher atau pinggang ke lengan atau kaki, kesemutan, kebas atau mati rasa pada lengan dan tungkai, serta adanya kelemahan anggota gerak atas dan bawah. \n\n \n\n Nyeri tulang belakang bisa terjadi di salah satu area spesifik pada tulang belakang atau di sepanjang ruas punggung. Nyeri bisa bersifat akut yang terjadi secara tiba-tiba karena cedera atau aktivitas berlebihan, nyeri tersebut bisa sembuh atau menetap (kronis). \n\n \n\n \n\n Tanda Nyeri Tulang Belakang \n\n \n\n Secara umum, berikut adalah tanda-tanda yang bisa dirasakan ketika tulang belakang sakit: \n\n \n Nyeri tulang belakang (leher, punggung, pinggang dan tulang ekor) \n Nyeri menjalar dari leher dan pinggang ke tangan atau kaki \n Kesemutan atau mati rasa \n Kelemahan pada tangan \n Postur tubuh terlihat tidak normal \n Terjadi kejang otot saat beraktivitas atau beristihat \n \n\n \n\n \n\n Apa Penyebab Nyeri Tulang Belakang? \n\n \n\n Nyeri tulang belakang umum terjadi akibat trauma atau cedera mendadak maupun penggunaan berlebihan dalam jangka waktu panjang. Hal ini membuat serat-serat otot (ligamen) meregang secara abnormal sehingga mungkin kram, menegang, terpelintir, atau sobek. Penyebab nyeri tulang belakang diantaranya: \n\n \n\n - Saraf terjepit (HNP dan Stenosis) \n\n Saraf terjepit pada bagian belakang menyebabkan nyeri menjalar ke lengan atau kaki, disertai dengan rasa kesemutan dan rasa tidak nyaman. \n\n \n\n - Infeksi tulang belakang (TBC tulang belakang/Spondylitis TB) \n\n Spondylitis TB adalah infeksi kuman tuberkulosa pada tulang belakang yang banyak terjadi. Gejala awal diawali dengan nyeri tulang belakang. Jika tidak dilakukan pengobatan bisa menyebabkan komplikasi berupa kelumpuhan akibat kerusakan tulang belakang dan saraf. \n\n \n\n - Kelainan bentuk tulang belakang (Scoliosis/ Kifosis) \n\n Bentuk tulang belakang yang normal adalah sejajar lurus ke bawah dan sedikit melengkung. Lengkungan alami ini membantu menopang postur dan menyeimbangkan tubuh Anda. Namun, ketika lengkungannya sangat ekstrem atau bahkan sampai membuatnya bengkok, ini adalah pertanda adanya kelainan pada tulang belakang, seperti lordosis, kifosis, atau skoliosis. Kelainan bentuk ini akan memberi tekanan yang berlebih pada ruas-ruas tulang belakang dan cakramnya, sehingga menyebabkan nyeri. \n\n \n\n - Trauma/ jatuh \n\n Cedera fisik yang menyebabkan patah tulang belakang bisa menimbulkan nyeri. \n\n \n\n - Osteoporosis \n\n Risiko patah tulang juga dapat meningkat akibat kondisi medis tertentu, seperti osteoporosis yang dapat membuat tulang melemah dan rapuh. \n\n \n\n \n\n Bagaiamana Cara Mengatasinya? \n\n \n\n Diperlukan pemeriksaan fisik dan penunjang untuk menentukan penyebab nyeri tulang belakang seperti rontgen dan MRI tulang belakang. Penanganan nyeri tulang belakang tergantung pada penyebabnya. Jadi, periksakan diri Anda sedini mungkin jika memiliki tanda-tanda nyeri tulang belakang. \n\n \n\n \n\n Hal yang terpenting, selalu konsultasikan ke dokter untuk mengetahui pengobatan yang sesuai dan tepat untuk mengatasi nyeri pada tulang belakang. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 03 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
Komplikasi Patah Tulang<\/a><\/h3>
Patah tulang atau fraktur adalah kondisi ketika tulang patah sehingga posisi atau bentuknya berubah. Patah tulang dapat terjadi jika tulang menerima tekanan atau benturan yang kekuatannya lebih besar daripada kekuatan tulang. \n\n \n\n Penanganan baik medis dan nonmedis pada kasus patah tulang bila tidak ditangani dengan prosedur yang baik dan tidak benar dapat menimbulkan komplikasi yang akan membuat kasus patah tulang tersebut menjadi semakin sulit dan berbahaya bagi keselamatan pasien. Penting untuk mengetahui langkah awal dalam mendeteksi dan mengetahui gejala pada kasus ini. \n\n \n\n Patah tulang seringkali terjadi akibat kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja. Penanganan terapi patah tulang dapat dilakukan secara konservatif (non-operatif) dan operatif. \n\n \n\n \n\n Mencegah Komplikasi \n\n \n\n Dalam mencegah perburukan yang akan terjadi pada kasus-kasus patah tulang, yang paling penting adalah menangani kasus per kasus secara individual dan tidak melakukan manipulasi berlebihan yang dapat memperburuk keadaan. \n\n \n\n Perlu diperhatikan mekanisme cedera dan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien tersebut. Langkah awal adalah memberikan antinyeri dan antibiotik profilaksis pada kasus patah tulang dengan luka terbuka. Tindak lanjut penanganan kasus ini adalah dengan proses pembidaian anggota gerak pada posisinya. Yang harus diingat adalah proses pembidaian tidak boleh terlalu kuat dan ketat karena dapat mengganggu aliran peredaran darah ke bagian tepi dari anggota gerak dan bertujuan untuk mencegah munculnya kematian jaringan. \n\n \n\n Hal lainnya yang tidak kalah penting adalah melakukan kontrol perdarahan dan memonitor cappilary refill pada ujung anggota gerak bagian bawah. Setelah hal ini ditangani, maka perlu tindak lanjut memindahkan pasien ke fasilitas kesehatan terdekat guna mendapatkan penanganan medis dan rujukan ke instansi kesehatan yang memiliki instalasi gawat darurat, serta spesialis bedah tulang sebagai pembuat keputusan penanganan/terapi. \n\n \n\n Perlu di ingat, sekali lagi tidak diperkenankan memanipulasi trauma dengan cara diurut atau dipijat. Hal ini, selain dapat meningkatkan penderitaan pada pasien, juga dapat memperparah pergeseran tulang dan akan berpengaruh pada keputusan terapi di kemudian hari. Maka, sangat diperlukan pemeriksaan lanjutan berupa imagining dari anggota gerak yang mengalami trauma, sehingga dapat membantu pemilihan tindak terapi. \n\n \n\n \n\n Tanda-Tanda Klinis Patah Tulang \n\n \n\n Tanda awal yang dapat diketahui pada kasus patah tulang akibat trauma antara lain; \n\n \n Keluhan nyeri pada daerah anggota tubuh yang mengalami trauma, pembengkakan, memar, angulasi/bengkok \n Tidak dapat menggerakan anggota tubuh, ditemukan adanya krepita, aliran pembuluh darah tepi yang menurun, rasa tebal dan kebas akibat penurunan sensasi pada anggota tubuh yang mengalami trauma \n \n\n \n\n \n\n Derajat Keluhan Patah Tulang \n\n \n\n Kasus patah tulang dibagi menurut jenisnya menjadi; \n\n - Patah tulang tertutup \n\n - Patah tulang terbuka (disertai luka), sesuai derajatnya; \n\n \n Grade 1, luka terbuka ringan <1cm dengan perdarahan minimal dan simple fracture pattern \n Grade 2, luka terbuka sedang >1cm disertai perdarahan dan moderate fracture pattern \n Grade 3, luka terbuka besar, disertai perdarahan hebat dan gangguan vaskuler tepi sampai ditemukannya bone loss \n \n\n \n\n \n\n Komplikasi pada Patah Tulang \n\n \n\n Komplikasi yang ditemukan pada kasus ini bila terlambat ditangani terbagi menjadi: \n\n \n Komplikasi dini (early) \n Perdarahan masif \n Nyeri yang berkepanjangan \n Infeksi \n Komplikasi lama (late) \n Nonunion \n Malunion \n Infeksi berat (osteomyelitis) \n Gangren \n Complex regional pain syndrome \n Post traumatic arthritis \n Thromboembolic Disease \n Fat Embolism Syndrome \n \n\n \n\n \n\n Jika Anda mengalami gangguan tulang atau mendapatkan gejala patah tulang seperti yang telah dijelaskan di atas, segera konsultasikan ke Dokter Spesialis Orthopedi di RS Hermina Pasteur agar segera mendapatkan tindakan dan tidak menjadi komplikasi penyakit yang membahayakan tubuh. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n Sumber: \n\n \n\n @dacosta_ortho \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 03 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
Ketahui Penyebab Terjadinya Dislokasi Sendi <\/a><\/h3>
Dislokasi merupakan masalah pada tulang berupa bergesernya atau terlepasnya tulang dari sendi atau posisi yang semestinya. Dislokasi dapat terjadi pada sendi manapun, tetapi yang tersering mengalaminya adalah sendi bahu, jari, siku, lutut, dan panggul. Sendi yang pernah mengalami dislokasi memiliki faktor risiko lebih besar untuk mengalami dislokasi berulang. \n\n \n\n Kasus yang terjadi pada keadaan ini selalu seringkali disebabkan oleh karena riwayat trauma atau benturan pada anggotan pergerakan tubuh. \n\n \n\n Mekanisme trauma yang terjadi pun dapat membedakan jenis dan tipe dislokasi yang dihasilkan. Dalam hal ini sangat penting diperhatikan keterangan mengenai waktu trauma, mekanisme trauma, dan juga posisi yang tampak terlihat dari anggota gerak tersebut pasca trauma. \n\n \n\n \n\n Faktor Risiko Dislokasi \n\n \n\n Setidaknya ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya dislokasi, sehingga menyebabkan cedera. Misalnya: \n\n \n Olahraga, seperti basket, sepak bola, senam, atau gulat \n Kecelakaan kendaraan bermotor \n Keturunan, yang dipengaruhi kondisi ligamen yang lebih lemah sejak lahir \n Orang lanjut usia, oleh karena lebih cenderung mudah jatuh \n Anak-anak, karena melakukan aktivitas fisik yang tinggi \n \n\n \n\n \n\n Penyebab Dislokasi \n\n Penyebab utama dislokasi adalah cedera atau trauma yang disebabkan oleh benturan keras. Contohnya ketika seseorang terjatuh, tertabrak, atau bentuk trauma lainnya yang bisa menyebabkan benturan keras. \n\n \n\n \n\n Gejala Dislokasi \n\n \n\n Dislokasi bisa menimbulkan beragam gejala pada setiap orang yang mengalaminya. Berikut beberapa gejala dislokasi yang mungkin muncul: \n\n \n Kejanggalan bentuk sendi \n Pembengkakan, lebam, atau kemerahan pada send. \n Sulit atau tidak dapat menggerakkan sendi \n Nyeri saat sendi berusaha digerakkan \n Mati rasa atau rasa kesemutan pada daerah sekitar sendi \n \n\n \n\n \n\n Diagnosis Dislokasi \n\n \n\n Untuk mendiagnosis dislokasi, pada tahap awal dokter akan melakukan wawancara medis. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik di area yang mengalami trauma. Dalam beberapa kasus, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penujang, seperti: \n\n \n\n 1. Foto Rontgen, pemeriksaan ini untuk melihat kerusakan yang terjadi pada sendi dan sekitarnya yang mengalami cedera atau patah tulang. \n\n \n\n 2. MRI, pemeriksaan pemindaian ini bertujuan untuk melihat kerusakan pada jaringan lunak di daerah yang mengalami trauma. \n\n \n\n \n\n Komplikasi Dislokasi \n\n \n\n Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan dislokasi, antara lain: \n\n \n Kerusakan saraf dan pembuluh darah di daerah sekitar sendi \n Robeknya ligamen, otot, bahkan jaringan lunak yang menghubungkan otot dengan tulang \n Peradangan pada sendi yang mengalami dislokasi \n Meningkatnya risiko cedera kembali pada sendi yang mengalami dislokasi \n \n\n \n\n \n\n Pencegahan Dislokasi \n\n \n\n Pencegahan dislokasi utamanya adalah dengan menghindari trauma pada sendi. Oleh karena itu, lakukan pergerakan dengan hati-hati dan aman. Contohnya, berhati-hati ketika hendak berolahraga atau berkendara. Bila perlu, gunakan alat pelindung diri untuk meminimalisir dampak dari benturan. \n\n \n\n \n\n Penanganan Pertama pada Kasus Dislokasi \n\n \n\n Kasus ini termasuk kasus kegawat daruratan, karena kasus ini sering berhubungan dengan gangguan vaskularisasi (pembuluh darah) dan penjepitan persyarafan. \n\n \n\n Untuk penanganan pertama pada kasus dislokasi sendi, yang perlu diperhatikan adalah mengutamakan imobilisasi anggota gerak selama proses pemindahan pasien ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas dokter spesialis bedah tulang (orthopedic surgeon). \n\n \n\n Dalam hal ini, imobilisasi anggota gerak dapat menggunakan bidai ataupun karton dan kayu yang dijadikan sebagai bahan penyangga pada anggota gerak yang mengalami cedera. \n\n \n\n Hal penting lainnya adalah waktu penanganan yang diharapkan kurang dari golden period (masa kritis) sampai dengan penderita mendapatkan penanganan reduksi oleh ahli ortopedi di kamar tindakan dengan anestesi umum. Hal ini penting karena penderita harus dalam keadaan pembiusan dalam proses manuver reposisi sendi, untuk menghilangkan nyeri, serta merelaksasi jaringan lunak atau otot di sekitar persendian agar mempermudah proses reposisi sendi. \n\n \n\n \n\n Pengobatan Dislokasi \n\n \n\n Prinsip penanganan yang dilakukan dokter pada kasus dislokasi adalah sebagai berikut: \n\n - Reduksi, yaitu suatu tindakan untuk mengembalikan tulang ke posisi semula. \n\n - Imobilisasi, yaitu suatu tindakan untuk menghambat gerak sendi dengan menggunakan penyangga sendi, seperti gips, selama beberapa minggu. Tindakan ini dilakukan setelah tulang dikembalikan ke posisi semula. \n\n - Operasi, yaitu suatu tindakan yang dilakukan jika tulang tidak dapat dikembalikan ke posisi semula atau jika terdapat kerusakan pembuluh darah, saraf, atau ligamen yang berdekatan dengan sendi yang mengalami dislokasi. \n\n - Rehabilitasi, prosedur ini akan dilakukan setelah peyangga sendi sudah boleh dilepas. Rehabilitasi ini bertujuan untuk memulihkan jangkuan gerak, sekaligus kekuatan sendi. \n\n \n\n Beberapa langkah penanganan lainnya yang dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan, antara lain: \n\n - Istirahatkan sendi yang cedera, jangan banyak digerakkan. \n\n - Mengonsumsi obat pereda nyeri jika diperlukan untuk meredakan rasa nyeri yang menimbulkan ketidaknyamanan. \n\n - Kompres sendi yang sakit menggunakan es. Tindakan ini bisa dilakukan pada 1-2 hari pertama untuk mengurangi rasa nyeri. Bisa juga mengompresnya dengan air hangat pada hari berikutnya untuk membantu melemaskan otot yang tegang. \n\n \n\n \n\n Bila sendi yang telah diobati sudah membaik, cobalah latih sendi secara bertahap. Namun, pastikan lakukan latihan ini atas saran dan rekomendasi dari dokter. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n Referensi: \n\n Faisal, et al. (2019). Monitoring Methods of Human Body Joints: State-of-the-Art and Research Challenges. Sensors (Basel), 19(11), pp. 2629. \n\n Rozzi, et al. (2018). National Athletic Trainers Association Position Statement: Immediate Management of Appendicular Joint Dislocations. Journal of Athletic Training, 53(12), pp. 1117–1128. \n\n National Institute of Health (2016). U.S. National Library of Medicine. Medline Plus. Dislocations. \n\n Cleveland Clinic (2018). Diseases & Conditions. Dislocation. \n\n Mayo Clinic (2019). Diseases & Conditions. Dislocation. \n\n Dock, E. Healthline (2018). Dislocations. \n\n Campagne, D. MSD Manuals (2019). Injuries & Poisoning. Overview of Dislocations. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 30 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
Solusi Atasi Gangguan Tulang Belakang (SPINE)<\/a><\/h3>
Gangguan tulang belakang atau spinal pain adalah nyeri yang terjadi pada bagian dari ruas tulang belakang. Nyeri atau sakit ini dapat terjadi di ruas tulang belakang bagian leher (tulang servikal), punggung atas dan tengah (tulang toraks), punggung bawah atau pinggang (tulang lumbal), dan/atau tulang ekor (tulang sakral). \n\n Sekitar 80 persen orang dewasa pernah mengalami sakit tulang belakang setidaknya sekali dalam hidup mereka. Sakit tulang belakang bisa terjadi di mana saja di sepanjang tulang belakang, mulai dari daerah lumbar (punggung bawah) sampai ke leher. Keseleo atau ketegangan otot lumbar adalah penyebab paling umum dari nyeri punggung bawah. \n\n Penting untuk mengetahui penyebab sekaligus cara mengatasi gangguan tulang belakang yang dialami karena gangguan tulang belakang bisa sangat mengganggu. \n\n Seseorang yang mengalami masalah gangguan di tulang belakang (spine) seringkali merasakan keluhan nyeri punggung yang terjadi baik secara tiba-tiba atau berlangsung dalam waktu lama (kronis) serta keluhan kesemutan, kebas dan bila tidak tertangani dapat menurunkan fungsi secara keseluruhan. \n \nMenurut dr. Heka Priyamurti, SpOT (K), dokter spesialis orthopedi di RS Hermina Galaxy-Bekasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan pada tulang belakang, yaitu : \n1. Gaya Hidup, disebabkan oleh postur tubuh yang kurang tepat seperti duduk yang terlalu lama, berdiri terlalu lama,atau posisi saat aktivitas yang kurang tepat, seperti mengangkat benda-benda dengan menumpu langsung pada tulang belakang. \n2. Trauma, seperti benturan, terjatuh, atau kecelakaan \n3. Gangguan bentuk tulang belakang \n4. Infeksi \n5. Tumor tulang belakang \n6. Osteoporosis \n7. Proses degeneratif \n \nGangguan tulang belakang/spine tidak harus dilakukan tindakan operasi, penanganan harus sesuai dengan penyebab nyerinya, yang diantaranya dapat dilakukan dengan : \n1. Obat-obatan \n2. Fisioterapi \n3. Tindakan operatif ( Operasi Spine ), bila nyeri tidak berkurang \na. Tehnik konvensional \nb. Microsurgery (pembedahan minimal / operasi Spine) \n \nEvaluasi penyebab gangguan tulang belakang mutlak harus dilakukan untuk kesesuaian tatalaksana.Selain itu, lengkapi juga dengan menerapkan gaya hidup sehat, konsumsi makanan bergizi, serta vitamin tambahan untuk menjaga kesehatan tulang dan tentunya rutin kontrol ke dokter. \n \nUntuk pendaftaran ke dokter spesialis orthopedi, khususnya dr Heka Priyamurti, SpOT(K) silahkan melalui : \n1. Call Center : 1500 488 \n2. Mobile apps : PT. Medikaloka Hermina Tbk (tersedia untuk IOS dan Android) klik disini \n3. Website : www.herminahospitals.com klik disini \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 08 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Dislokasi Sendi dan Mencegah Komplikasi Buruk pada Kasus Patah Tulang <\/a><\/h3>
\n \n Dislokasi sendi, seringkali dikenal sebagai suatu kondisi terlepasnya sebuah artikulasi pada bagian anggota gerak tubuh. \n\n \n\n \n\n \n\n Kondisi terlepasnya suatu artikulasi di anggota gerak tubuh sering kita kenal dengan nama dislokasi. Kasus yang terjadi pada keadaan ini selalu seringkali disebabkan oleh karena riwayat trauma atau benturan pada anggota pergerakan tubuh. \n\n \n\n Persendiaan pada anggota gerak yang sering kali mengalami dislokasi adalah sendi bahu, sendi panggul, dan sendi siku. Mekanisme trauma yang terjadi pun dapat membedakan jenis dan tipe dislokasi yang dihasilkan. Dalam hal ini sangat penting diperhatikan keterangan mengenai waktu trauma, mekanisme trauma dan juga posisi yang tampak terlihat dari anggota gerak tersebut pasca trauma. \n\n \n\n \n\n Penanganan Pertama Kasus Dislokasi \n\n \n\n Kasus ini termasuk kasus kegawatdaruratan, karena kasus ini sering kali berhubungan dengan gangguan vaskularisasi (pembuluh darah) dan penjepitan persarafan. \n\n \n\n Untuk penanganan pertama pada kasus dislokasi sendi yang sangat penting diperhatikan adalah mengutamakan immobilisasi anggota gerak selama proses transport ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas dokter spesialis bedah tulang (orthopedic surgeon). Dalam hal ini immobilisasi anggota gerak dapat menggunakan bidai ataupun karton dan kayu yg dijadikan sebagai bahan splinting (penyangga) pada anggota gerak yang mengalami cedera. \n\n \n\n Hal penting lainnya adalah timing (waktu penanganan) yang diharapkan kurang dari golden period (masa kritis) sampai dengan penderita mendapatkan penanganan reduksi oleh ahli Orthopedic di kamar tindakan dengan anestesi umum. Hal ini penting, karena penderita harus dalam keadaan pembiusan pada proses manuver reposisi sendi, agar menghilangkan nyeri dan merelaksasi jaringan lunak atau otot di sekitar persendian agar mempermudah dalam proses reposisi sendi. \n\n \n\n \n\n Komplikasi Patah Tulang \n\n \n\n \n\n Penanganan baik medis dan nonmedis pada kasus patah tulang bila tidak ditangani dengan prosedur yang baik dan benar akan menimbulkan sebuah komplikasi yang akan membawa kasus patah tulang tersebut menjadi semakin sulit dan berbahaya bagi keselamatan pasien. Patut diketahui langkah awal dalam mendeteksi dan mengetahui gejala pada kasus ini. Dimana kasus ini sering kali muncul dari kasus kasus kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja. \n\n \n\n \n\n \n\n Penanganan terapi patah tulang sendiri dapat dilakukan secara conservative (non operatif) dan operatif. \n\n \n\n \n\n \n\n Tanda-tanda Klinis Patah Tulang \n\n \n\n Tanda awal yang dapat diketahui pada kasus patah tulang akibat trauma antara lain: \n\n \n Keluhan nyeri pada daerah anggota tubuh yang mengalami trauma, pembengkakan, memar, angulasi/bengkok \n Tidak dapat menggerakan anggota tubuh, ditemukan adanya krepita, aliran pembuluh darah tepi yang menurun, rasa tebal dan kebas akibat dari penurunan sensasi pada anggota tubuh yang mengalami trauma. \n \n\n \n\n Derajat Keluhan Patah Tulang \n\n \n\n Kasus patah tulang dibagi menurut jenisnya menjadi; \n\n \n Patah tulang tertutup \n Patah tulang terbuka (disertai luka), sesuai derajatnya: \n \n\n \n Grade 1, luka terbuka ringan <1cm dengan perdarahan minimal dan simple fracture pattern \n Grade 2, luka terbuka sedang >1cm disertai perdarahan dan moderate fracture pattern \n Grade 3, luka terbuka besar, disertai perdarahan hebat dan gangguan vaskuler tepi sampai ditemukannya bone loss \n \n\n \n\n \n\n Mencegah Komplikasi \n\n \n\n Dalam mencegah perburukan yang akan terjadi pada kasus- kasus patah tulang yang paling penting adalah menangani kasus per kasus secara individual dan tidak melakukan manipulasi berlebihan yang dapat memperburuk keadaan (do no harm). \n\n \n\n Perlu diperhatikan mekanisme injury dan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien tersebut. Langkah awal adalah memberikan antinyeri (pain management) dan antibiotik profilaksis pada kasus patah tulang dengan luka terbuka. Tindak lanjut penanganan kasus ini adalah dengan proses pembidaian anggota gerak pada posisinya serta yang harus diingat proses pembidaian tidak boleh terlalu kuat dan ketat sehingga dapat mengancam gangguan peredaran darah ke bagian tepi dari anggota gerak yang bertujuan mencegah munculnya kematian jaringan. \n\n \n\n Hal lainnya yang tidak kalah penting adalah melakukan kontrol perdarahan dan memonitor cappilary refill pada ujung anggota gerak bagian bawah (distal). Setelah hal ini ditangani maka perlu tindak lanjut dalam transportasi pasien tersebut ke fasilitas kesehatan terdekat, guna mendapatkan penanganan medis dan juga rujukan ke instansi kesehatan yg memiliki instalasi gawat darurat serta spesialis bedah tulang sebagai decision maker therapy. \n\n \n\n Untuk hal yang perlu di ingat, sekali lagi tidak diperkenankan memanipulasi trauma dengan cara diurut ataupun dipijat, hal ini selain akan meningkatkan penderitaan pasien juga dapat menghasilkan pergeseran pada tulang yang patah semakin besar yang akan berpengaruh pada keputusan terapi nantinya. Maka sangat diperlukan adanya pemeriksaan lanjutan berupa imaging dari anggota gerak yang mengalami trauma sehingga dapat membantu pemilihan tindak terapi. \n\n \n\n \n \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 08 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 03 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 03 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 09 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 03 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>