- Hermina Solo<\/a><\/li>
- 26 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Upaya Pencegahan Penularan Covid-19 Varian Omicron<\/a><\/h3>
\n\n Munculnya Varian Omicron membuat semua orang khawatir akan hal ini. Gejala utama Varian Omicron ialah Batuk,Hidung Tersumbat hingga Sesak Napas. Untuk Gejalanya memang terlihat ringan. Tetapi kita tetap perlu waspada dengan Varian Omicron karena terinfeksi atau tidak kita tidak bisa menduganya sendiri, dapat terdeteksi setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke Rumah Sakit. \n\n Covid 19 varian Omicron memiliki tingkat penularan yang jauh lebih cepat dibandingkan varian Delta. Sejak ditemukan pertama kali pada 24 November 2021 di Afrika Selatan, Omicron telah terdeteksi di lebih dari 110 negara dan diperkirakan akan terus meluas. Di level nasional, pergerakan Omicron juga terus meningkat sejak pertama kali dikonfirmasi pada 16 Desember 2021. Penambahan kasus konfirmasi Omicron di Indonesia masih didominasi oleh WNI yang baru kembali dari perjalanan luar negeri. \n\n Berdasarkan update kasus konfirmasi Omicron, Kemenkes mencatat ada 92 kasus konfirmasi baru pada 4 Januari 2021. Kini total kasus Omicron menjadi 254 kasus terdiri dari 239 kasus dari pelaku perjalanan internasional (imported case) dan 15 kasus transmisi lokal. Mayoritas (penularan) masih didominasi pelaku perjalanan luar negeri. Dari hasil pemantauan, sebagian besar kondisinya ringan dan tanpa gejala. Gejala paling banyak adalah batuk (49%) dan pilek (27%). \n\n Pencegahan penularan Covid-19 varian omicron yang dapat dilakukan masyarakat antara lain: \n\n \n Vaksinasi Covid 19 \n \n\n Segera dapatkan vaksin Covid-19 untuk memberikan proteksi diri terhadap virus corona. Vaksin telah terbukti aman dan efektif untuk mengurangi penularan dan gejala Covid-19. \n\n \n Pakai masker dengan benar. \n \n\n Gunakan masker dengan benar. Pastikan masker benar-benar menutup mulut dan hidung. Ganti masker setiap empat jam atau saat sudah basah. Masker N95 merupakan pilihan terbaik. Namun, masker medis, dan masker dua lapis juga bisa mencegah penularan dengan efektif. \n\n \n Cuci tangan \n \n\n Virus akan mati saat digosok dengan sabun dan air mengalir. Selalu ingat untuk cuci tangan kapan saja dan di mana saja. Hand sanitizer dengan kandungan alkohol bisa menjadi alternatif saat tak ada air dan sabun. \n\n \n Tetap di rumah \n \n\n Hindari keluar rumah jika tak ada keperluan yang mendesak. Berada di luar meningkatkan risiko penularan. \n\n \n Jaga Jarak \n \n\n Saat berada di luar rumah, hindari keramaian dan selalu terapkan social distancing untuk mencegah penularan. \n\n \n Tingkatkan imun tubuh \n \n\n Perkuat daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup sehat seperti makan bergizi, perbanyah buah dan sayur, vitamin, dan berolahraga teratur. \n\n \n Periksa kondisi tubuh \n \n\n Selalu periksa kondisi tubuh Anda dan juga keluarga setiap saat. Jika terdapat perubahan gejala seperti demam disertai dengan batuk, kelelahan, dan sebagainya segera lakukan tes Covid-19 dan periksa ke dokter. \n\n \n\n Demikian upaya yang bisa kita lakukan untuk mencegah penularan covid -19 varian omicron. Apapun varian COVID-19, tetap lakukan protokol kesehatan 5M, vaksinasi COVID-19 serta menjaga tubuh tetap bugar. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 09 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Medical Check Up Setelah Sembuh dari COVID-19<\/a><\/h3>
Selama terinfeksi COVID-19, sistem kekebalan tubuh kita berjuang keras untuk melawan virus. Tetapi, tahukah Sahabat Hermina bahwa COVID-19 tak hanya memengaruhi sistem pernapasan, melainkan juga berbagai organ dalam tubuh. Infeksi virus corona bisa berdampak pada banyak organ vital tubuh, baik secara langsung maupun tak langsung, seperti menghambat respons imun. Itulah sebabnya, para penyintas perlu melakukan pemeriksaan Kesehatan atau Medical Check Up setelah dinyatakan sembuh. Medical Check Up sangat penting untuk mengetahui seberapa baik tingkat pemulihan setelah terinfeksi. \n\n Jika Sahabat Hermina baru saja pulih dari infeksi COVID-19, berikut ini adalah beberapa pemeriksaan kesehatan yang perlu dilakukan. \n\n \n Tes Antibodi \n \n\n Setelah melawan infeksi, tubuh memproduksi antibodi yang berguna untuk mencegah infeksi di masa depan. Menentukan tingkat antibodi tidak hanya membantu mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang seberapa terlindunginya tubuh Anda, tetapi juga sangat membantu jika Anda ingin menjalani donor plasma. \n\n Biasanya, tubuh membutuhkan sekitar satu atau dua minggu untuk mengembangkan antibodi, jadi untuk melakukan pemeriksaan ini Sahabat Hermina harus menunggu sampai pulih dari infeksi COVID-19. \n\n \n Rontgen Thorax \n \n\n Rontgen thorax adalah foto dada yang menunjukkan jantung, paru-paru, saluran pernafasan, pembuluh darah, dan nodus limfa Anda. Rontgen dada juga bisa menunjukkan tulang belakang dan dada, termasuk tulang rusuk, tulang selangka, dan bagian atas tulang belakang Anda. Rontgen thorax merupakan tes pencitraan yang paling umum digunakan untuk menemukan masalah dalam dada, terutama untuk mendiagnosis penyebab kondisi sesak nafas dimana keluahan tersebut merupakan salah satu gejala dari COVID-19. \n\n \n Spirometri \n \n\n Spirometri adalah salah satu metode pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi dan mendiagnosis kondisi paru-paru. Tak hanya itu, spirometri juga dapat digunakan untuk mendiagnosis berbagai penyakit pada sistem pernapasan, seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), fibrosis paru, emfisema, dan bronkitis kronis. Saat hendak melakukan tes spirometri, sebaiknya hindari mengenakan pakaian yang ketat. Selain itu, Anda juga disarankan untuk berhenti merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol serta tidak menjalani olahraga berat atau makan dalam porsi besar beberapa jam sebelum pemeriksaan spirometri. \n\n \n Tes Glukosa dan Kolesterol \n \n\n Karena virus rentan menyebabkan peradangan dan pembekuan, beberapa orang melaporkan fluktuasi dan peningkatan parameter vital mereka, termasuk kadar glukosa dan tingkat tekanan darah. Ini juga menjadi salah satu alasan mengapa pasien COVID-19 diminta untuk melacak tanda vitalnya selama masa pemulihan. \n\n Meskipun demikian, setelah sembuh dari COVID-19, melakukan tes fungsi rutin seperti ini juga penting jika Anda memiliki kondisi yang sudah ada sebelumnya seperti diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, kolesterol, atau rentan terhadap komplikasi jantung. \n\n \n Rapid Test Antigen \n \n\n Peranan rapid test antibodi adalah untuk dapat mendeteksi keberadaan antibodi Immunoglobulin M (IgM) dan Immunoglobulin G (IgG) terhadap virus SARS-CoV-2 dari sampel darah manusia. Pemeriksaan ini hanya membutuhkan waktu 15 menit dan dapat mendeteksi infeksi COVID-19 dalam berbagai stadium penyakit. Antibodi IgM diketahui memiliki peranan penting sebagai pertahanan utama saat terjadi infeksi virus, sementara respon IgG adalah melindungi tubuh dari infeksi dengan cara mengingat virus yang sebelumnya pernah terpapar di dalam tubuh. \n\n Apabila Sahabat Hermina memiliki keluhan kesehatan seputar paru, segera konsultasikan dengan dokter spesialis paru kami dengan dr. Indah Rahmawati, Sp. P. Atau apabila Sahabat Hermina ingin melakukan pemeriksaan kesehatan (Medical Check Up) usai alami COVID-19, Rumah Sakit Hermina Purwokerto telah menyediakan Paket Medical Check Up Post COVID-19. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 02 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Apa Yang Harus Dilakukan Bila Mengalami Sakit Gigi Di Masa Pandemi COVID-19<\/a><\/h3>
\n\n Pandemi COVID-19 telah berlangsung selama lebih dari satu tahun dan telah banyak mengubah hidup penduduk dunia. Perubahan gaya hidup bersih dan sehat terus ditingkatkan. Kondisi pandemi saat ini umumnya membuat masyarakat menjadi kuatir untuk datang ke Klinik Gigi dan Mulut guna melakukan pemeriksaan dan perawatan kesehatan gigi dan mulut. \n\n Sakit gigi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat mengganggu aktivitas keseharian seseorang. Sakit gigi adalah suatu kondisi ketika muncul rasa nyeri di dalam atau di sekitar gigi dan rahang, dengan tingkat keparahan nyeri yang bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Sakit gigi bisa terasa secara terus menerus, bisa juga hilang-timbul. \n\n \n\n Beberapa penyebab timbulnya sakit gigi antara lain : \n\n \n Karies Gigi \n \n\n Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur jaringan keras gigi. Penyakit ini ditandai dengan gigi berlubang. Karies gigi berkembang saat bakteri di dalam mulut menghasilkan asam yang akan merusak jaringan enamel gigi. Makanan yang mengandung gula, karbohidrat dan dengan kandungan asam yang tinggi dapat meningkatkan risiko terbentuknya karies gigi. Bila tidak dirawat, karies akan semakin besar dan berinfiltrasi ke lapisan dalam dan mengakibatkan timbulnya sensitivitas gigi dan penyakit pulpa sehingga perawatan karies bervariasi tergantung dari besarnya dan kedalaman karies sendiri. \n\n \n Penyakit Periodontal \n \n\n Bakteri di dalam mulut membentuk kantung (pocket) dibawah garis gusi (gingiva line) akan menyebabkan terjadinya resesi atau penurunan gusi yang melemahkan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang (periodontal) dan tulang. Bila penyakit periodontal tidak dirawat maka dapat menimbulkan sakit gigi, bau mulut, peningkatan karies serta gigi menjadi goyang. \n\n \n Abses Periodontal \n \n\n Luka yang timbul akibat infeksi bakteri (abses) dapat terjadi saat bakteri dalam mulut masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan peradangan/inflamasi serta infeksi di dalam jaringan pada bagian ujung akar gigi (periapikal). \n\n \n Gigi Patah (Cracked teeth) \n \n\n Kerusakan gigi akibat tekanan gigitan yang berlebihan serta mengunyah makanan yang terlalu keras dapat menyebabkan sakit gigi, sehingga apabila terjadi gigi patah dan harus dievaluasi langsung oleh dokter gigi untuk mencegah bakteri berpenetrasi ke dalam lapisan pembuluh darah. \n\n \n\n Apa yang harus kita lakukan saat sakit gigi pada masa pandemi COVID-19? Apakah aman untuk mengunjungi dokter gigi? \n\n Hal tersebut seringkali menjadi pertanyaan pada pasien dan sekaligus menjadi kekuatiran dari pasien. \n\n Berikut beberapa tips untuk menjaga kesehatan gigi pada masa pandemi COVID-19, antara lain: \n\n \n Menyikat gigi secara teratur \n \n\n Waktu yang paling tepat untuk menyikat gigi adalah di pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur untuk membersihkan sisa plak dan makanan. Sebaiknya tunggu selama 30 (tiga puluh) menit setelah selesai makan sebelum menyikat gigi. \n\n \n Sikat gigi perlu diganti setiap 2 - 3 bulan. Dianjurkan untuk menggunakan sikat gigi dengan bulu sikat yang halus dan hindari penggunaan sikat gigi bersama. \n Menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride. \n Menggunakan dental floss (benang gigi) untuk flossing daerah sela-sela gigi secara rutin, untuk mengurangi jumlah plak dan bakteri penyebab gigi berlubang. \n Berkumur dengan obat kumur secara rutin dapat membantu membersihkan dan mengurangi bau mulut. \n Mengurangi konsumsi gula dan asam secara berlebihan. \n Melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter gigi minimal setiap 6 (enam) bulan. \n Bila terdapat keluhan, dapat langsung mengunjungi dokter gigi \n \n\n \n\n Walaupun pada umumnya kondisi sakit gigi tidak sampai mengancam nyawa, namun sebaiknya segera diperiksakan ke dokter gigi untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan. \n\n Rumah Sakit Umum Hermina Medan telah menerapkan protokol pencegahan penularan COVID-19 di seluruh area rumah sakit, sehingga tidak perlu kuatir untuk datang mengunjungi dokter gigi. \n\n Jika Anda mempunyai keluhan pada kesehatan gigi, dapat konsultasikan dengan Dokter Spesialis Konservasi Gigi di RSU Hermina Medan \n\n \n\n Beberapa sumber : \n\n Shenuka S. 2020. Public Oral Health During COVID-19: Time for Reflection And Action. Front Medicine \n\n World Health Organization 2020. Oral Health. (2020). Available online at : http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/oral-health. \n\n Brian Z. Weintraub A J. 2020. Oral Health and COVID-19 : Increasing teh Need for Prevention and Access. Prev Chronic Dis August 27:17:E93 \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 25 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
Nutrisi Ibu Hamil Selama Pandemi Covid-19<\/a><\/h3>
\n\n Hallo sahabat Hermina, di saat pandemi covid-19 ini kita harus lebih memperthatikan protokol kesehatan, Di negara kita, protokol kesehatan ini dikenal dengan sebutan 5M. Sudah tahu apa saja protokol kesehatan 5M yaitu : \n\n 1. Mencuci Tangan \n\n Rutin mencuci tangan hingga bersih adalah salah satu protokol kesehatan yang cukup efektif untuk mencegah penularan virus corona. Untuk hasil yang maksimal, kamu disarankan untuk mencuci tangan setidaknya selama 20 detik beberapa kali sehari \n\n 2. Memakai Masker dua lapis \n\n 3. Menjaga Jarak \n\n Protokol kesehatan lainnya yang perlu dipatuhi adalah menjaga jarak. Protokol kesehatan ini dimuat dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI dalam “Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.” \n\n Di sana disebutkan, menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena droplets dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan. \n\n 4. Menjauhi Kerumunan \n\n Menjauhi kerumunan merupakan protokol kesehatan yang juga harus dilakukan. semakin banyak dan sering kamu bertemu orang, maka kemungkinan terinfeksi virus corona pun semakin tinggi.Oleh sebab itu, hindari tempat keramaian. \n\n 5. Mengurangi Mobilitas \n\n Virus penyebab corona bisa berada di mana saja. Jadi, semakin banyak dirimu menghabiskan waktu di luar rumah, maka semakin tinggi pula terpapar virus jahat ini. Oleh karena itu, bila tidak ada keperluan yang mendesak, tetaplah berada di rumah. \n\n Nah saat ini yang paling penting juga terhadap Ibu hamil sebagai salah satu yang rentan terkena covid-19. Bunda harus tau bagaimana caranya agar imunitas terjaga \n\n Untuk meningkatkan imunitas ibu hamil yaitu dengan melakukan \n\n Olah raga ringan, Olahraga akan membantu meningkatkan kekebalan dengan beberapa cara berbeda. Pertama, kenaikan suhu tubuh untuk sementara dapat membantu mencegah pertumbuhan bakteri. Kedua, antibodi dan sel darah putih akan dilepaskan lebih cepat ke aliran darah saat ibu berolahraga, yang memungkinkan tubuh mendeteksi penyakit lebih awal. Selain itu, olahraga adalah pereda stres alami, yang mengurangi kemungkinan ibu terkena penyakit. Setelah itu bunda dapat juga meminum banyak air karena dengan banyak minum air bunda terhindar dari hidrasi dan membantu tubuh berfungsi dengan optimal dan sebagai langkah meningkatkan imunitas tubuh. Istirahat yang cukup dengan banyak tidur karena kurang tidur dapat merusak sistem kekebalan tubuh dan membuat ibu semakin berisiko terserang penyakit. Usahakan tidur pada waktu yang sama setiap malam dan bangun pada waktu yang sama setiap pagi untuk membantu mengatur pola tidur. Setelah itu jangan lupa untuk menJaga Kebersihan Pastikan untuk sering mencuci tangan dan hindari kontak langsung dengan siapa pun yang sedang sakit. Penyakit selama kehamilan biasanya tidak memengaruhi bayi, tetapi bisa serius dan menyebabkan komplikasi seperti persalinan prematur. Jika ibu tidak enak badan atau mengalami gejala pilek atau flu. Yang paling penting adalah Makan Makanan Sehat Karena Selama kehamilan, sebetulnya makan untuk dua orang tidak diperlukan. Kebutuhan energi hanya akan meningkat pada trimester kedua dan ketiga karena bayi akan berkembang pesat. Ibu mungkin perlu makan sedikit lebih banyak, seperti segelas susu ekstra dan sepotong roti sudah cukup. \n\n Untuk makanan yang sehat ini juga perlu diperhatikan nutrisi pada ibu hamil apa lagi di era pandemi covid-19 ini. Untuk meningkatkan imunitas. Apa saja sih makanan yang meningkatkan imunitas ibu hamil. Makanan yang meningkatkan imunitas ibu hamil yaitu: \n\n 1. Protein \n\n Protein adalah nutrisi untuk ibu hamil yang sangat penting untuk memperbaiki jaringan, sel, dan otot yang mengalami kerusakan. Selain itu, protein juga zat gizi untuk ibu hamil yang ikut andil untuk meningkatkan suplai darah pada tubuh.Terlebih selama kehamilan, tubuh ibu hamil butuh memproduksi darah dengan jumlah dua kali lipat lebih banyak dari biasanya.Asupan protein yang mencukupi juga mendukung proses tumbuh kembang janin lebih optimal, terutama perkembangan otaknya. memenuhi kebutuhan protein bisa berasal diolah dari daging sapi, ayam ikan, telur, susu, kacang-kacangan, dan biji-bijian. \n\n 2. Karbohidrat \n\n Karbohidrat adalah nutrisi bagi ibu hamil yang sangat penting untuk menyuplai energi tubuh. \n\n Setelah dicerna dalam perut, karbohidrat akan diubah menjadi glukosa yang menjadi sumber utama energi tubuh. \n\n Kecukupan energi tubuh pada gilirannya dapat memperlancar kerja metabolisme sekaligus mencegah ibu hamil cepat lelah dan lemas saat beraktivitas. \n\n Yang perlu dikonsumsi yaitu : Nasi merah, roti gandum, dan kentang jauh lebih baik ketimbang nasi putih, mie, dan roti putih agar nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu hamil tetap tercukupi dengan baik. \n\n 3. Lemak \n\n Lemak tidak selamanya buruk untuk tubuh, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi atau gizi untuk ibu hamil.Pada kenyataannya, lemak adalah bagian dari asupan gizi ibu hamil (nutrisi ibu hamil) yang harus dicukupi sehari-hari.Lemak penting untuk mendukung tumbuh kembang janin di seluruh trimester kehamilan, terutama untuk perkembangan otak dan matanya. Makanan yang diPilihlah sumber nutrisi ibu hamil yang mengandung lemak sehat, seperti ikan salmon, buah alpukat, dan dari kacang-kacangan. \n\n 4. Serat \n\n Asupan zat gizi ini juga membantu mempertahankan berat badan sehat ibu hamil dengan membuat perut kenyang lebih lama. Selain itu, nutrisi ibu hamil yang mengandung serat dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan. Selama hamil, calon ibu rentan mengalami sembelit di trimester awal. \n\n \n\n 5. makana yang mengadung zat besi \n\n Zat besi adalah salah satu nutrisi ibu hamil yang sangat berguna untuk menambah pasokan darah, mengutip. Zat besi sendiri berfungsi untuk membuat sel darah merah. \n\n Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tubuh ibu membutuhkan pasokan darah dua kali lipat lebih banyak daripada waktu sebelum hamil. \n\n Selain untuk mengakomodasi perubahan tubuh sendiri, janin dalam kandungan juga perlu menerima suplai darah, oksigen, dan nutrisi guna mendukung proses tumbuh kembangnya. \n\n Nah, permintaan pasokan darah segar yang lebih banyak berbanding lurus dengan kebutuhan zat besi ibu sebesar dua kali lipat. \n\n Mencukupi kebutuhan zat besi dengan mengonsumsi nutrisi yang tepat bagi ibu hamil dapat mencegah ibu dari anemia. \n\n 6. Asam folat \n\n \n\n Asam folat adalah nutrisi untuk ibu hamil yang sangat penting sejak saat merencanakan kehamilan. \n\n Asam folat dapat membantu mencegah risiko cacat lahir pada bayi karena mengalami cacat tabung saraf serta kelainan pada otak dan sumsum tulang belakang. Namun, Sahabt Hermina juga bisa mencukupi kebutuhan nutrisi ibu hamil yang mengandung asam folat dari makanan, seperti: \n\n \n Sayuran hijau (bayam dan brokoli misalnya) \n Jeruk \n Lemon \n Mangga \n Tomat \n Kiwi \n Melon \n Straoberi \n Kacang-kacangan \n Sereal dan roti yang sudah diperkaya dengan asam folat \n \n\n \n\n 7. Kalsium \n\n Nutrisi untuk ibu hamil yang tidak kalah penting adalah kalsium. Selama masa kehamilan, tubuh ibu hamil butuh banyak kalsium untuk mendukung pertumbuhan tulang dan gigi janin.Janin akan mengambil kebutuhan kalsiumnya dari cadangan di tubuh ibu. Jika tidak bisa mencukupi asupan kalsium, Anda berisiko lebih besar terkena osteoporosis di kemudian hari. \n\n Ini karena asupan kalsium sebagai nutrisi penting yang hilang saat hamil tidak tercukupi dengan baik. \n\n \n\n Biasanya untuk mempertahankan berat badan bunda dengan makanan bergizi dan meningkatkan imunitas juga dapat melakukan isi piringku. Apa sih isi piringku : \n\n \n\n \n Karbohidrat \n \n\n Makanan pokok adalah pangan dengan karbohidrat seperti beras, jagung, singkong, ubi, talas, sagu, dan produk olahannya misalnya roti, pasta, mi, dll. Sebagai panduan makanan gizi seimbang dalam satu piring, disarankan mengonsumsi makanan pokok sekitar 150 gram nasi, setara 3 centong nasi, atau 3 buah kentang ukuran sedang (300 gram), atau 1,5 gelas mi kering (75 gram). \n\n 2. Lauk-Pauk \n\n Lauk-pauk terdiri dari protein hewani dan nabati. Beberapa jenis sumber protein hewani misalnya seperti daging (sapi, kambing), unggas (ayam, bebek), ikan dan makanan laurt, telur, susu dan hasil olahannya. \n\n Sementara, lauk-pauk nabati berupa tahu, tempe, dan kacang-kacangan (kacang merah, kacang tanah, kacang hijau, dll.) \n\n Dalam satu piring, panduan makan gizi seimbang disarankan sekitar 75 gram ikan kembung, setara 2 potong ayam tanpa kulit ukuran sedang (80 gr), atau 2 potong sapi ukuran sedang (70 gram). \n\n Untuk protein nabatinya, bisa dengan tahu 100 gram, atau 2 potong tempe ukuran sedang (50 gram). \n\n \n Sayur-sayuran \n \n\n Kalau setengah porsi piring sudah terisi dengan karbohidrat dan lauk-pauk, penuhi setengahnya dengan sayur dan buah. \n\n Menurut data dari Badan Pusat Statistik, konsumsi sayur masyarakat Indonesia tergolong rendah, yaitu hanya 180 gram setiap harinya. Padahal, jumlah yang disarankan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah 400 gram. \n\n Dengan panduan tersebut, Anda dianjurkan untuk mengisi 2/3 bagiannya dengan sayuran. Bisa dikonsumsi mentah, ditumis, dikukus, atau direbus. \n\n Tetap sehat, Sahabat Hermina. Karena kesehatan adalah modal utama untuk beraktivitas. Jika ingin konsultasi gizi, segera konsultasikan dengan ahlinya. \n\n \n\n Untuk pendaftaran dr. Patricia Halim Puteri, SpGK Silahkan klik di link : https://www.herminahospitals.com/id/doctors/dr-patricia-fergie-claudia-halim-puteri-spgk \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 07 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gejala COVID-19 pada Anak<\/a><\/h3>
Virus COVID-19 tidak hanya menyerang dewasa, tetapi juga anak-anak. Terlebih lagi, dengan merebaknya virus corona varian Delta. Anak-anak memiliki risiko yang lebih kecil untuk mengalami gejala COVID-19 yang bertahan lama seperti orang dewasa. Data Satgas Penanganan COVID-19 mengungkapkan secara kumulatif hingga 16 Juli 2021, ada 777 anak di Indonesia meninggal dunia akibat COVID-19. Persentase angka kematian tertinggi (CFR) berada pada kelompok usia 0-2 tahun, diikuti kelompok usia 16-18 tahun dan usia 3-6 tahun \n\n \n\n Data Ikatan Dokter Anak (IDAI) juga menunjukkan rawannya penularan virus COVID-19 pada kelompok usia anak. Ketua Umum IDAI memaparkan sebanyak 1 dari 8 kasus COVID-19 adalah anak-anak. Dari jumlah kasus itu, sebanyak 3-5 persen diantaranya meninggal dunia dan separuhnya adalah balita \n\n \n\n Pada minggu pertama, gejala COVID-19 pada anak rata-rata hanya berlangsung selama enam hari. Untuk gejala sendiri, umumnya anak-anak akan merasakan sakit kepala, kelelahan, sakit tenggorokan, dan gangguan penciuman atau anosmia. Gejala yang muncul juga tergantung dari lamanya durasi anak-anak terinfeksi virus. \n\n \n\n Pada minggu pertama, biasanya anak-anak akan merasakan enam gejala yang berbeda, dan bertambah menjadi delapan gejala untuk total durasi selama mereka sakit. Menariknya, tidak ada laporan gejala neurologis serius yang muncul, seperti kejang atau kejang, gangguan konsentrasi atau perhatian, atau kecemasan \n\n \n\n Adapun gejala COVID-19 pada anak, yaitu: \n\n \n Demam \n Pilek \n Radang tenggorokan \n Batuk \n Sesak napas \n \n\n \n\n Selain itu, gejala gangguan pencernaan, seperti muntah dan diare juga bisa terjadi meskipun sangat jarang. Walaupun umumnya ringan, gejala pada anak-anak dapat berkembang menjadi syok sepsis dan acute respiratory distress syndrome atau gagal napas akut yang sangat berbahaya. Setelah sembuh, anak-anak juga berisiko mengalami kondisi long COVID-19 pada anak \n\n \n\n \n\n Mencegah Infeksi COVID-19 pada Anak \n\n \n\n Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah anak tertular COVID-19, yaitu: \n\n 1. Ajari Si Kecil untuk membiasakan cuci tangan \n\n Cuci tangan hingga bersih adalah salah satu cara yang paling efektif dalam menghindari virus dan kuman. Selain itu, mencuci tangan termasuk ke dalam protokol kesehatan 5M. Sahabat Hermina dapat memberitahu anak untuk mencuci tangan dengan air dan sabun setidaknya 20 detik atau dapat menggunakan hand sanitizer dengan kadar alkohol 60% bila air bersih dan sabun tidak tersedia. \n\n \n\n 2. Bimbing Si Kecil untuk tahu apa yang harus dilakukan bila keluar rumah \n\n Mengurangi mobilitas penting untuk dilakukan selama masa pandemi guna mencegah penularan dan penyebaran virus. Sahabat Hermina bisa selalu ingatkan anak pentingnya penggunaan masker saat keluar rumah. Selain itu, dapat diajari bagaimana etika batuk dan bersin. Menutup mulut dan hidungnya menggunakan tisu atau bagian dalam siku. \n\n \n\n 3. Pemberian asupan vitamin untuk imun Si Kecil \n\n Agar sistem imun Si Kecil semakin optimal, makanan bergizi harus diberikan. Adapun vitamin yang baik untuk imunitas adalah Vitamin C., Vitamin D, Vitamin E, dan Zinc. Adapun makanan yang mengandung itu adalah: \n\n \n Bayam \n Brokoli \n Bawang putih \n Wortel \n Buah-buahan seperti jeruk, kiwi, alpukat, dan strawberry \n Ikan \n Ayam \n Daging Sapi \n \n\n Selain itu Ayah dan Bunda dapat memberikan vitamin maupun suplemen tambahan. Namun, hal ini harus dengan resep dokter. \n\n \n\n Yuk Konsultasikan kesehatan Si Kecil dengan Dokter Spesialis Anak. Konsultasi dapat dilakukan secara daring (obat dikirimkan dari rumah sakit) dan langsung ke rumah sakit. Untuk informasi dan pendaftaran, hubungi: 061 80862525. \n\n \n\n Sehat bersama RSU Hermina Medan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 30 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gejala COVID-19 pada Ibu Hamil dan Pengaruhnya pada Janin<\/a><\/h3>
Hamil di saat pandemi Covid-19 dapat menimbulkan kecemasan, apalagi bagi ibu hamil yang rentan stress dan kelelahan. Kondisi tersebut menyebabkan imun tubuh cenderung menurun. \n\n \n\n Imunitas yang rendah bisa menjadi penyebab tubuh mudah terinfeksi virus. Sebagai antisipasi, berikut ini beberapa poin penting yang harus diketahui seputar kehamilan dan virus corona. \n\n \n\n \n\n Gejala atau Tanda Ibu Hamil Terinfeksi Virus Corona \n\n \n\n Gejala Covid-19 pada ibu hamil biasanya lebih banyak dirasakan karena adanya infeksi virus menyebabkan beberapa penyakit di saluran pernapasan. Terutama ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit bawaan, seperti asma, paru-paru, gangguan kerusakan hati, diabetes, darah tinggi dan kondisi medis lainnya. Selain gejala yang ditimbulkan cukup parah, Covid-19 pada ibu hamil bisa menjurus pada komplikasi. \n\n \n\n Hal tersebut tentu menimbulkan rasa takut dan khawatir yang berlebihan, mengingat harus memikirkan kondisi dan keselamatan janin. Oleh sebab itu sangat penting bagi ibu hamil melakukan pencegahan demi melindungi diri dan bayi yang dikandungnya. \n\n \n\n Cara untuk melakukan pencegahan sama seperti pada umumnya, yaitu dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti: \n\n \n Sesering mungkin mencuci tangan menggunakan sabun atau cairan antiseptik yang menggunakan bahan dasar alkohol \n Jaga jarak minimal 1 meter, terutama dengan orang yang sedang batuk dan bersin \n Gunakan masker berlapis yang sesuai dengan standar kesehatan \n Hindari menyentuh hidung, mata, dan mulut terutama setelah Anda memegang benda \n Jaga kebersihan pernapasan \n Jika batuk atau bersin, tutup hidung dan mulut menggunakan bagian siku tangan yang dilipat atau bisa dengan menggunakan tisu. Jangan lupa membuang tisu yang sudah dipakai tersebut ke tempat sampah \n \n\n \n\n \n\n Kondisi Janin pada Ibu Hamil yang Terkena Covid-19 \n\n \n\n Ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 tidak harus melakukan operasi caesar. Cara melahiran bisa dilakukan secara normal dan berdasarkan keinginan ibu serta indikasi kebidanan. \n\n \n\n Informasi mengenai virus corona pada ibu hamil masih simpang siur, seperti janin yang prematur, cacat pada janin, janin terinfeksi, dan sebagainya. Berdasarkan fakta, sejauh ini tidak ada efek yang ditimbulkan pada bayi. Para ahli juga belum mengetahui apakah bayi tertular virus pada waktu sebelum, selama, ataukah setelah melahirkan. \n\n \n\n Jadi, ada beberapa kemungkinan setelah melahirkan bayi yang terinfeksi Covid-19, yaitu memliki gejala ringan atau tanpa gejala dan sembuh. Namun, ada beberapa laporan bayi yang baru lahir bisa tekena Covid-19 dengan gejala yang parah. \n\n \n\n Untuk mencegah risiko tersebut, sebaiknya ibu dan bayi dirawat terpisah. Namun, ibu masih bisa memberikan ASI kepada bayinya. Salah satu cara yang paling aman adalah dengan memompa ASI atau pumping agar tidak terjadi kontak langsung dengan bayi. \n\n \n\n Pada saat memompa ASI, ibu harus menggunakan masker dan mencuci tangan menggunakan sabun untuk menghindari virus menempel di peralatan pumping atau masuk ke susu. \n\n \n\n Dengan memahami informasi seputar kehamilan dan Covid-19, diharapkan dapat lebih berhati-hati menjaga kesehatan dan keselamatan diri dan janin dalam kandungan. Sahabat Hermina juga dapat melakukan konsultasi dengan dokter spesialis obgyn dengan layanan Halo Hermina jika mengalami kondisi kesehatan yang kurang baik. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 30 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gejala Covid-19 pada Si Kecil<\/a><\/h3>
Virus Covid-19 bisa menginfeksi siapa pun, tidak mengenal status, jabatan, jenis kelamin, dan usia. Bahkan anak-anak pun bisa terinveksi virus ini. Berdasarkan data Satgas Covid-19, jumlah anak-anak yang positif Covid-19 semakin meningkat. \n\n \n\n Oleh sebab itu, para orang tua wajib mengenali gejala Covid-19 pada anak dan mengetahui langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk menjaga anak-anak tetap aman selama pandemi. \n\n \n\n \n\n Gejala-Gejala Covid-19 Pada Anak \n\n \n\n Pada anak, gejala Covid-19 yang muncul tampak lebih ringan. Umumnya, gejala akan terlihat di hari ke 2–14 sejak terpapar virus. Namun ada beberapa kasus, anak yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala. Sedangkan, infeksi Covid-19 pada anak yang memiliki riwayat penyakit bawaan dan kondisi medis lainnya rentan mengalami gejala yang parah. \n\n \n\n Gejala Covid-19 yang umum terjadi pada anak-anak adalah mengalami demam dan batuk. Selain itu anak juga bisa mengalami gejala lainnya, seperti: \n\n \n Flu atau hidung tersumbat \n Kehilangan indra penciuman \n Sakit tenggorokan \n Sesak napas atau mengalami kesulitan bernafas \n Muntah dan mual-mual \n Sakit perut \n Diare \n Sakit kepala \n Mengalami kelelahan \n Nyeri pada otot atau tubuh \n Nafsu makan menurun \n \n\n \n\n \n\n Langkah Tepat Melindungi Anak dari Covid-19 \n\n \n\n Sudah menjadi kewajiban para orang tua mengawasi anak secara ketat dan menerapkan protokol kesehatan. Berikut ini langkah yang harus dilakukan oleh orang tua untuk melindungi anak dari virus corona: \n\n \n Awasi anak saat di rumah maupun di luar rumah. Namun cara paling aman adalah tidak mengizinkan anak bermain atau membawanya ke luar rumah \n Mengajarkan dan menerapkan disiplin pada anak mengenai protokol kesehatan, seperti rajin mencuci tangan menggunakan sabun, menggunakan masker berlapis, menjaga jarak aman dengan orang sekitar, dan menghindari kerumunan \n Menjaga kebersihan rumah \n Penuhi kebutuhan nutrisi anak agar imun tubuhnya tetap terjaga. \n \n\n \n\n Apabila anak terindikasi mengalami gejala Covid-19 segera temui layanan kesehatan dan jalani tes kesehatan yang diperlukan untuk memastikan apakah anak postif atau tidak. \n\n \n\n Sebelum memutuskan merawat anak, pastikan kondisi kesehatan orang tua. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memperbolehkan anak untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Dengan catatan kedua orang tua atau salah satu dalam kondisi sehat dan beresiko rendah terpapar virus. \n\n \n\n Orang tua harus tetap waspada karena anak yang positif Covid-19 juga dapat menularkan virus kepada orang lain. Pantau kondisi anak setiap hari dan beri dukungan psiklogis anak agar tidak ketakutan. Ajak anak untuk tetap beraktivitas yang menyenangkan selama Isoman dan beri obat dan vitamin yang direkomendasikan oleh dokter. Sahabat Hermina juga dapat melakukan konsultasi dengan dokter spesialis anak dengan layanan Halo Hermina. Apabila terjadi kondisi darurat, segera hubungi pusat layanan kesehatan terdekat. \n\n \n\n Demikian informasi singkat mengenai gejala Covid-19 pada anak dan langkah tepat menjaga buah hati tetap aman selama pandemi. Dengan mengetahui informasi ini, diharapkan orang tua dapat mengenali gejala Covid-19 pada anak lebih awal dan melakukan tindakan atau langkah yang tepat untuk mengatasinya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Solo<\/a><\/li>
- 29 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
PERBEDAAN GEJALA FLU BIASA DAN COVID 19<\/a><\/h3>
Dalam beberapa kasus, gejala Covid-19 akan mirip dengan gejala flu biasa. Namun, tak menutup kemungkinan akan memiliki gejala yang berbeda. Misalnya, salah satu gejala Covid-19 yang paling umum adalah demam. Gejala ini tidak selalu terjadi pada penderita flu biasa. Keduanya berkembang sebagai akibat dari virus pernapasan, menyebar dari orang ke orang melalui droplet yang berasal dari hidung dan mulut. Namun, penting untuk diingat bahwa keduanya berbeda. Seseorang dapat terkena Covid-19 akibat tertular virus SARS-CoV-2, yang merupakan jenis virus corona. \n\n \n\n Berikut ini beberapa hal yang perlu diketahui mengenai Covid-19, seperti dirangkum dari Pusat Pengendalian dan PencegahanPenyakit AS (CDC) : \n\n \n Memiliki Masa Inkubasi Potensial Yang Lebih Lama \n Memiliki Gejala Yang Lebih Bervariasi \n Memiliki Risiko Komplikasi Dan Kematian Yang Lebih Tinggi \n \n\n \n\n Oleh karena itu, penting untuk mengetahui perbedaan gejala antara Covid-19 dan flu biasa. Dengan mengetahui perbedaan gejalanya, seseorang dapat menentukan langkah terbaik dalam menanganinya Flu biasa akan memiliki gejala berikut : \n\n \n Hidung Meler Atau Tersumbat \n Bersin \n Sakit Tenggorokan \n Berkurangnya Indra Penciuman Atau Perasa \n Batuk Kelelahan \n \n\n \n\n Gejala-gejala tersebut juga dapat terjadi pada orang dengan Covid-19. Namun, COVID-19 juga dapat menyebabkan munculnya beberapa gejala lain berikut : \n\n \n Demam \n Sesak Napas \n Batuk Kering \n Kelelahan \n Sakit Kepala \n Nyeri Otot Atau Tubuh \n Kehilangan Bau Atau Rasa Baru \n Mual \n Diare \n \n\n \n\n Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada beberapa gejala kurang umum yang mungkin bisa muncul pada pasien Covid-19. Sebagai berikut : \n\n \n Ruam Kulit \n Konjungtivitis (Mata Merah) \n Panas Dingin \n Pusing \n Lekas marah \n Cemas, Atau Depresi \n Gangguan Tidur \n \n \n\n Demikian penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam beberapa kasus, gejala Covid-19 akan mirip dengan gejala flu biasa dan munculnya beberapa gejala yang bervariasi. \n\n dr. A Farih Raharjo,Sp.P \n\n Dokter Spesialis Paru RS Hermina Solo \n\n Hermina Hospitals : \nMobile Apps : Hermina Mobile Aplikasi \n\n Call Center : 1500488 \n\n www.herminahospitals.com \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 26 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
Atasi Bosan Di Rumah kala Pandemi <\/a><\/h3>
Selama pandemi Covid-19 ini, kita diwajibkan lebih banyak di rumah. Seperti bekerja di rumah, sekolah di rumah, dan hanya bisa bertatap muka melalui panggilan video daring yang bertujuan agar kita terhindar dari virus corona. Banyak sekali iklan atau anjuran dari pemerintah untuk selalu di rumah dan diperbolehkan bepergian jika ada kebutuhan yang memang mendesak. \n\n \n\n Pandemi Covid-19 sudah satu tahun lebih dan pastinya membuat siapa saja merasa bosan di rumah. Ini dapat menjadi sumber stres yang dapat memengaruhi kesehatan mental masyarakat saat ini, terlebih pada anak-anak kita yang masih belajar ketrampilan resiliensi. \n\n \n\n Mayoritas masalah pada anak yaitu adanya hambatan dalam belajar. Anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan dituntut untuk menyesuaikan cara belajar dari tatap muka menjadi virtual yang berarti berhadapan dengan objek yang tidak langsung terlihat. Ini menjadi faktor yang kurang baik dan dapat mengakibatkan kecemasan, suasana hati mudah berubah, bahkan gangguan kecemasan. \n\n \n\n Pentingnya peran orang tua sangat dibutuhkan dalam pembelajaran. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama, sekolah hanyalah fasiltator karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah didalam keluarga. \n\n \n\n Keluarga memiliki peran dalam perkembangan anak yaitu sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak, menjamin kehidupan emosional anak, menanamkan dasar pendidikan moral, memberikan dasar pendidikan sosial, peletakan dasar- dasar keagamaan. \n\n \n\n Berikut beberapa tips parenting bagi orang tua: \n\n \n Dampingi anak yang belajar dari rumah yaitu ciptakan komunikasi proaktif dan ciptakan suasana yang kondusif \n Lakukan pemantauan pengerjaan tugas dan diskusi interaktif dengan anak \n Berikat penilaian evaluasi pada hasil kerjanya yang tentunya berupa reward atau hadiah yang dapat berwujud kegiatan positif yang disukainya. \n \n\n \n\n Selain pembelajaran, Sahabat Hermina juga harus pandai mencari aktivitas yang menyenangkan agar anak tidak merasa bosan di rumah. Orang tua juga harus berperan menjadi teman sekaligus orang tua. \n\n \n\n Pada dasarnya kesehatan mental anak tidak akan terganggu hanya karena bosan, tetapi akan mendorong anak untuk mencari kegiatan lain. Sebagai contoh, saat anak bosan dengan pelajarannya, ia akan memulai bersosialisasi dengan teman sebangkunya atau teman sepermainanya. Hal ini bisa dilakukan di sekolah tetapi tidak bisa di lakukan di rumah. Tidak ada sosialisasi yang bisa mengalihkan rasa bosan yang menyerang. Bila kondisi ini berlangsung lama, dapat memengaruhi emosinya, misalnya anak mengalami kecemasan dan merasa tertekan. Di sinilah pentingnya peran orang tua dalam mencari cara untuk mengatasi rasa bosan anak saat di rumah di masa pandemi Covid-19. \n\n \n\n Sahabat Hermina bisa mencari kegiatan lain yang bisa dilakukan di rumah, jangan terbatas dengan gawai, karena dampak penggunaan gawai terlalu lama bisa memberikan dampak negatif salah satunya pada emosi dan kerusakan pada mata karena sering menatap layar gawai. \n\n \n\n Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan bersama anak untuk membantu mengurangi rasa bosannya, misalnya: \n\n \n Masak bersama anak \n Membuat sesuatu prakarya bersama \n Membersihkan rumah bersama \n Mewarnai atau menggambar \n Olahraga bersama \n Nonton film bersama \n Membuat cerita dalam tulisan bersama \n \n\n \n\n Cara ini salah satu dapat membuat anak mengatasi bosan, selain itu dapat melatih rasa tanggung jawab anak sesuai usianya, itu membantu anak ada kegiatan rutin yang menyenangkan. \n\n \n\n Buatlah permainan seru yang sering dimainkan waktu kita kecil seperti: \n\n \n Congklak \n Ular tangga \n Tali karet \n Gangsing \n Kelereng \n Permainan keluarga lain seperti kartu atau ludo dapat menjadi sarana buat mempererat bonding dengan anak. Cara lain, buat permainan yang bisa dilakukan di rumah sesuai dengan usia anak. Sebagai contoh, tebak gambar, petak umpet, bermain cerita boneka. \n \n\n \n\n \n\n Untuk melatih emosi anak yang tidak stabil karena sering di rumah, Sahabat Hermina harus tau cara menyiasatinya. \n\n \n\n Berikut cara mengatasi emosi selama masa pandemi di rumah: \n\n \n Buat jadwal sehari-hari agar lebih mudah \n Kurangi ekspektasi, misalnya rumah harus bersih tiap hari, makanan harus ideal tiap saat berbeda, dan lainnya. Sesuaikan saja dengan kemampuan Anda \n Kerja sama dan bagi tugas dengan pasangan dan anak \n Sempatkan waktu untuk bercerita masalah anak. Selain itu, jaga anak secara bergantian dengan pasangan, sementara yang lainnya melakukan me-time \n Lakukan olahraga rutin,misalnya setiap pagi senam lewat internet. \n \n\n \n\n \n\n Tetap sehat, Sahabat Hermina. Karena kesehatan adalah modal utama untuk beraktivitas. Jika anak sakit, segera konsultasikan dengan ahlinya sebelum menjadi semakin parah. \n\n \n\n \n\n Untuk pendaftaran dr. Ketut Indriani,SpA Silahkan klik di link : https://herminahospitals.com/id/doctors/dr-ketut-indriani-sp-a \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 11 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
Waspada Happy Hypoxia<\/a><\/h3>
Banyak yang tidak tahu bahwa happy hypoxia adalah salah satu gejala Covid-19 yang kerap tidak disadari tapi berisiko fatal. \n\n \n\n Istilah happy hypoxia digunakan untuk menunjukkan kondisi berkurangnya kadar oksigen di dalam tubuh tanpa menimbulkan gejala. Meski sulit dikenali, kondisi ini perlu diwaspadai karena dapat berakibat fatal, terutama bagi penderita Covid-19. \n\n \n\n Hingga saat ini, penyebab happy hypoxia belum diketahui secara pasti. Namun, ada teori yang menyebutkan bahwa happy hypoxia terjadi akibat peradangan pada jaringan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi virus corona. \n\n \n\n Sementara itu, ada pula teori lain yang menyebutkan bahwa happy hypoxia terjadi karena gangguan pada sistem saraf yang mengatur kadar oksigen dalam darah. \n\n \n\n Jika terlambat terdeteksi dan tertangani, kondisi berkurangnya oksigen dalam darah tentu dapat membahayakan nyawa penderitanya. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk mengetahui gejala happy hypoxia agar penanganan dapat segera dilakukan. \n\n \n\n \n\n Tanda-Tanda Happy Hypoxia \n\n \n\n Pada kondisi normal, kadar oksigen di dalam darah (saturasi oksigen) ada pada rentang 95–100% atau sekitar 75–100 mmHg. Kadar oksigen dalam darah yang berada di bawah batas tersebut mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen, sehingga menimbulkan kondisi hipoksemia atau hypoxia. \n\n \n\n Gejala hipoksia berbeda-beda pada setiap penderitanya. Gejala kondisi ini bisa muncul secara tiba-tiba dan memburuk dengan cepat (akut) atau berkembang secara perlahan (kronis). \n\n \n\n Ada beberapa gejala Hipoksia yang umum terjadi, di antaranya: \n\n \n Tubuh terasa lemas \n Kulit terlihat pucat \n Kuku dan bibir berwarna kebiruan (Sianosis) \n Detak jantung menjadi cepat atau melambat \n Batuk-batuk \n Sesak napas \n Sakit kepala \n \n\n \n\n Jika tidak segera ditangani, Hipoksia dapat menyebabkan penderitanya mengalami linglung, penurunan kesadaran, atau bahkan koma. \n\n \n\n Meski demikian, pada kondisi tertentu, hipoksia bisa terjadi tanpa gejala apa pun dan baru terdeteksi ketika seseorang menjalani pemeriksaan darah atau pemeriksaan saturasi oksigen menggunakan alat Pulse Oximeter. \n\n \n\n Kondisi hipoksia tanpa gejala inilah yang dinamakan silent hypoxia atau happy hypoxia. Kondisi happy hypoxia dilaporkan dapat terjadi pada sebagian penderita Covid-19. \n\n \n\n \n\n Cara Menangani Happy Hypoxia \n\n \n\n Pada happy hypoxia, pasien Covid-19 mengalami kekurangan oksigen tanpa mengalami gejala apapun. Bahkan, ia bisa merasa sehat-sehat saja. Padahal saat itu, di dalam tubuhnya terdapat virus corona yang tentunya harus dilawan. \n\n \n\n Berikut adalah cara penanganan happy hypoxia jika kondisi ini ditemukan pada orang di sekitar Anda: \n\n \n\n - Pemberian Oksigen \n\n Kondisi hipoksia, baik yang menunjukkan gejala maupun tidak, perlu segera ditangani oleh dokter. Langkah penanganan umumnya bertujuan untuk mengembalikan kadar oksigen di dalam tubuh dan mengatasi penyebab terjadinya hipoksia. \n\n \n\n Untuk hipoksia yang bersifat ringan dan membuat penderitanya masih dapat bernapas, penanganan dilakukan dengan pemberian oksigen melalui masker atau selang oksigen. \n\n \n\n Namun, bila penderita Hipoksia tidak dapat bernapas atau kesadarannya mulai menurun, dokter mungkin akan memberikan bantuan pernapasan melalui mesin ventilator. Setelah itu, pasien juga mungkin perlu dirawat di ruang ICU. \n\n \n\n - Meningkatkan daya tahan tubuh \n\n Sebenarnya, tubuh memiliki sistem imun yang mampu melawan virus dan bakteri penyebab penyakit. Namun, ada beberapa hal yang membuat sistem imun melemah, seperti malnutrisi atau penyakit tertentu. Oleh karena itu, penting untuk selalu menjaga daya tahan tubuh, misalnya dengan mengonsumsi makanan bernutrisi. \n\n \n\n Salah satu makanan bernutrisi yang dapat dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh adalah buah-buahan yang mengandung vitamin C, seperti jambu biji. Jambu biji adalah sumber vitamin C dari alam yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga lebih kuat melawan infeksi, termasuk infeksi virus corona, dan membantu tubuh melawan radikal bebas. \n\n \n\n Jika Anda memiliki kondisi medis tertentu yang membuat Anda rentan terinfeksi virus corona atau Anda pernah kontak dengan orang yang positif Covid-19, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. \n\n \n\n Apabila memang dianggap perlu, Anda akan diarahkan dokter untuk menjalani pemeriksaan swab atau PCR untuk mendiagnosis Covid-19. \n\n \n\n Bila hasil pemeriksaan menyatakan Anda positif terinfeksi virus corona, Anda dianjurkan untuk tetap waspada meski tidak mengalami gejala apa pun. Hal ini dikarenakan happy hypoxia dapat menyerang secara tiba-tiba dan tanpa gejala. Bagi Anda yang tidak mengalami gejala apapun (OTG) dapat melakukan isolasi mandiri dibawah pengawasan dokter. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n Narasumber: dr. Nur Marleta Riza, Sp.P \n\n \n\n \n\n \n\n Untuk membuat janji silahkan klik link berikut ini: \n\n \n\n https://herminahospital.com/doctors/dr-nur-marleta-riza-sp-p \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 05 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
Manfaat Vitamin D3 bagi Penderita COVID-19<\/a><\/h3>
Kasus aktif COVID-19 adalah pasien yang dinyatakan positif COVID-19 dan sedang menjalani perawatan. Pandemi COVID-19 telah merenggut jutaan nyawa di seluruh dunia. Infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) ini menunjukkan spektrum penyakit yang luas dan sebagian besar pasien mengalami gejala ringan atau bahkan asimtomatik atau tanpa gejala. \n\n \n\n \n\n Seputar Gejala COVID-19 \n\n \n\n Menurut materi tanya jawab seputar virus corona yang disusun oleh Kementerian Kesehatan RI bersama USAID dan Germas pada Mei 2020, bila timbul gejala, tingkat keparahannya terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: \n\n \n\n 1. Gejala Kategori Ringan \n\n \n Demam lebih tinggi sama dengan 380C \n Batuk \n Nyeri tenggorokan \n Hidung tersumbat \n Malaise \n \n\n \n\n 2. Gejala Kategori Sedang \n\n \n Demam lebih tinggi sama dengan 38 derajat Celsius \n Sesak napas, batuk menetap, dan sakit tenggorokan \n Batuk atau kesulitan bernapas, disertai napas cepat pada anak dengan pneumonia ringan \n \n\n \n\n 3. Gejala Kategori Berat \n\n \n Demam lebih kurang sama dengan 38 derajat Celsius \n Ada infeksi saluran napas dengan tanda-tanda: peningkatan frekuensi napas hingga sesak napas dan batuk \n Penurunan kesadaran \n Dalam pemeriksaan lanjut, ditemukan saturasi oksigen kurang dari 90% udara luar \n Dalam pemeriksaan darah: Leukopenia, peningkatan monosit, dan peningkatan limfosit atipik \n \n\n \n\n \n\n Manfaat Vitamin D3 Bagi Pasien COVID-19 \n\n \n\n 1,25-dihydroxyvitamin D3 (1,25(OH)2D3) merupakan bentuk aktif dari vitamin D3 yang diproduksi dominan oleh prekursor dalam kulit melalui radiasi ultraviolet B (UVB) terhadap 7-dehydrocholesterol. Vitamin D banyak ditemukan di produk susu, sereal, dan minyak ikan. \n\n \n\n Secara kimiawi, bentuk aktif dari vitamin D ada dua, yaitu vitamin D2 dan vitamin D3. Vitamin D3 menghambat ekspresi dan mengurangi transkripsi beberapa sitokin proinflamasi. Di sisi lain, vitamin D juga meningkatkan sitokin T helper yang bersifat antiinflamasi. Vitamin D3 punya peran sangat penting dalam mengatur kadar kalsium di dalam tubuh, serta menjaga kekuatan tulang dan gigi. Vitamin ini dapat berbentuk secara alami ketika kulit terkena sinar matahari langsung, serta pada beberapa makanan hewani, seperti ikan laut, telur, susu, dan olahannya hati sapi, dan sereal yang diperkaya vitamin D3. \n\n \n\n Selain menjaga kesehatan tulang dan gigi, vitamin D3 memiliki peran penting dalam pencegahan dan terapi berbagai penyakit infeksi respiratorik, seperti tuberkulosis paru dan influenza. Vitamin D3 dalam tubuh berhubungan dengan kerentanan terhadap infeksi tuberkulosis paru yang aktif dengan tingkat keparahan yang lebih berat. \n\n \n\n Pada salah satu studi kohort retrospektif di Indonesia yang dilakukan oleh Prabowo Raharusun dan rekan-rekan terhadap 780 pasien COVID-19, setelah mengesampingkan faktor seperti usia, jenis kelamin, dan komorbiditas, hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa status vitamin D punya kaitan erat dengan mortalitas pasien COVID-19. Bila dibandingkan dengan pasien COVID-19 yang memiliki status vitamin D yang normal, risiko kematian meningkat 10,12 kali pada pasien yang mengalami kekurangan vitamin D. \n\n \n\n Vitamin D juga mengurangi respons inflamasi terhadap infeksi SARS-CoV-2, karena vitamin D mampu berinteraksi dengan protein angiotensin-converting-enzyme 2 (ACE2) sebagai reseptor masuknya virus SARS-CoV-2. Meski diperlukan lebih banyak penelitian lagi terkait vitamin D dan COVID-19, vitamin ini diketahui dapat berperan dalam modulasi sistem imun dengan menghambat pengeluaran sitokin proinflamasi dan meningkatkan sitokin yang bersifat antiinflamasi. \n\n \n\n Oleh sebab itu, di masa pandemi ini penting untuk memenuhi kebutuhan vitamin D, terutama vitamin D3. Caranya dengan berjemur di pagi hari dan mengonsumsi makanan kaya vitamin D3. \n\n \n\n Jika perlu informasi lebih lanjut, silakan konsultasikan kesehatan Anda dengan RSU Hermina Medan. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 20 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
Sudah Vaksinasi Masih Bisa Tertular Covid-19?<\/a><\/h3>
Meskipun belakangan ini program vaksinasi terus berjalan, namun kasus positif Covid-19 terus meningkat, bukan sebaliknya. Hal ini tentunya menjadi pertanyaan publik. Lantas apa gunanya vaksin jika seharusnya pemberian vaksin merupakan salah satu upaya yang dinilai paling efektif memutuskan mata rantai penularan virus corona pada masa pandemi Covid-19 ini? \n\n \n\n Vaksinasi adalah pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) yaitu sistem imun di dalam tubuh. Vaksinasi Covid-19 dilakukan sebagai upaya untuk menurunkan tingkat kesakitan dan angka kematian serta mendorong terbentuknya kekebalan kelompok atau Herd Immunity. Berikut dijelaskan beberapa manfaat dari Vaksinasi Covid-19: \n\n \n\n 1. Herd Immunity \n\n Kekebalan kelompok adalah suatu bentuk perlindungan tidak langsung dari penyakit menular yang terjadi ketika sebagian besar populasi menjadi kebal terhadap infeksi, baik melalui infeksi sebelumnya maupun dari vaksinasi, sehingga individu yang tidak kebal ikut terlindungi. Tujuan lain di vaksinasi corona adalah mencapai Herd Immunity. Dibutuhkan cakupan vaksinasi yang tinggi jika ingin segera mencapai Herd Immunity. Kemenkes RI, dikutip dari situs resminya menjelaskan bahwa “Kekebalan kelompok inilah yang menyebabkan proteksi silang, dimana orang tetap sehat meskipun tidak di vaksinasi, karena orang lain di tempat tinggalnya sudah mendapatkan vaksinasi lengkap.” \n\n \n\n Melalui program vaksinasi corona, seseorang juga bisa melindungi orang di sekitar yang beresiko fatal jika terinfeksi virus tersebut, misalnya lansia, orang dengan penyakit penyerta, hingga ibu hamil, sehingga vaksinasi corona bisa membantu melindungi orang sekitar yang beresiko tinggi tertular Covid-19. \n\n \n\n 2. Menurunkan Angka Kasus Positif dan Kematian akibat Covid-19 \n\n Seperti yang disebutkan sebelumnya, vaksin Covid-19 dapat memicu sistem imunitas tubuh untuk melawan virus corona. Dengan begitu, resiko untuk terinfeksi virus ini akan jauh lebih kecil. Kalaupun seseorang yang sudah di vaksin tertular Covid-19, vaksin tersebut bisa mencegah terjadinya gejala yang berat dan komplikasi. Vaksinasi corona memang tidak menjamin terbebas dari Covid-19, namun orang yang sudah divaksinasi corona dapat terhindar dari resiko gejala Covid-19 yang berat hingga fatal seperti kematian. Dengan begitu, jumlah orang yang sakit atau meninggal karena Covid-19 akan menurun. \n\n \n\n 3. Mencegah Covid-19 Terus Bereplikasi \n\n Virus adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang biak jika berada dalam inangnya. Dikutip dari Mayo Clinic, divaksinasi corona mencegah kemungkinan Covid-19 terus menyebar dan bereplikasi. Mutasi corona baru yang terus muncul dikhawatirkan menjadi lebih “kebal” pada vaksin Corona. Untuk itu sebelum hal tersebut terjadi, ada baiknya kita secara bersama-sama mencegah terjadinya hal tersebut dengan cara melakukan vaksinasi. \n\n \n\n 4. Meminimalisir Dampak Ekonomi dan Sosial \n\n Manfaat Vaksin Covid-19 tidak hanya untuk sektor kesehatan, tetapi juga sektor ekonomi dan sosial. Jika sebagian besar masyarakat sudah memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik untuk melawan penyakit Covid-19, maka kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat bisa kembali seperti sediakala. \n\n \n\n \n\n Nah, demikianlah beberapa manfaat dari vaksinasi. Jadi, meskipun sudah divaksinasi, tetapi tetap terinfeksi, jangan berkecil hati, setidaknya gejala fatal sudah terhindari. Semoga kita semua senantiasa terlindungi dan pandemi segera teratasi melalui program vaksinasi. \n\n \n\n \n\n \n\n Credit: dinkesprovkepri.org \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 20 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 05 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 07 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 02 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 09 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>