- Hermina Grand Wisata<\/a><\/li>
- 30 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Ketahuilah Penyebab Kanker Servik hingga Cara Terapinya<\/a><\/h3>
Menurut data WHO, penyakit yang satu ini diklaim menjadi kanker yang paling sering terjadi keempat pada wanita. Kendati demikian, gejala kanker servik sebenarnya tidak dapat dirasakan secara jelas. \n\n Kanker servik diketahui mulai menunjukkan ciri-ciri apabila sel awalnya telah berubah menjadi kanker. Secara lebih lanjut, kanker servik pun dapat dilakukan pemeriksaan hingga dideteksi menggunakan alat tes pap smear. \n\n \n\n \n\n 1. Definisi \n\n Kanker Serviks merupakan keganasan yang terjadi pada leher Rahim / serviks yang 95% kasusnya disebabkan oleh HPV. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) atau Virus Papiloma Manusia biasa terjadi pada perempuan usia reproduksi. Infeksi ini dapat menetap, berkembang menjadi displasi atau sembuh sempurna. Ada dua golongan HPV yaitu HPV risiko tinggi atau disebut HPV onkogenik yaitu utamanya tipe 16, 18, dan 31, 33, 45, 52, 58; sedangkan HPV risiko rendah atau HPV non-onkogenik yaitu tipe 6, 11, 32, dsb. \n\n 2. Faktor Risiko \n\n \n\n Faktor yang menyebabkan perempuan terpapar HPV (sebagai etiologi dari Kanker Leher Rahim) adalah : \n\n \n Menikah/ memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 20 tahun). \n Berganti-ganti pasangan seksual. \n Berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti pasangan. \n Riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul. \n Perempuan yang melahirkan banyak anak. \n Perempuan perokok mempunyai risiko dua setengah kali lebih besar untuk menderita Kanker Leher Rahim dibanding dengan yang tidak merokok. \n Perempuan yang menjadi perokok pasif (yang tinggal bersama keluarga yang mempunyai kebiasaan merokok) akan meningkat risikonya 1,4 (satu koma empat) kali dibanding perempuan yang hidup dengan udara bebas. \n Perempuan yang pernah melakukan pemeriksaan skrining (Papsmear atau IVA) akan menurunkan risiko terkena Kanker Leher Rahim. \n \n\n 3. Deteksi Dini \n\n Ada beberapa metode yang dikenal untuk melakukan skrining Kanker Leher Rahim. Tujuan skrining untuk menemukan lesi prakanker. Beberapa metode itu antara lain: \n\n \n Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat (IVA) Pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan spekulum, melihat leher rahim yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%). Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut acetowhite epitelium. \n Pemeriksaan Sitologi (Papanicolaou/Papsmear) Merupakan suatu prosedur pemeriksaan sederhana melalui pemeriksaan sitopatologi, yang dilakukan dengan tujuan untuk menemukan perubahan morfologis dari sel-sel epitel leher rahim yang ditemukan pada keadaan prakanker dan kanker. \n \n\n \n\n \n\n 4. Gejala Klinis \n\n Lesi pra-kanker dan kanker stadium dini biasanya asimtomatik dan hanya dapat terdeteksi dengan pemeriksaan sitologi. Boon dan Suurmeijer melaporkan bahwa sebanyak 76% kasus tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jika sudah terjadi kanker akan timbul gejala yang sesuai dengan penyakitnya, yaitu dapat local atau tersebar. Gejala yang timbul dapat berupa perdarahan pasca-sanggama atau terjadi perdarahan di luar masa haid atau pasca menopause. Jika tumornya besar, dapat terjadi infeksi dan menimbulkan cairan (duh) berbau yang mengalir keluar dari vagina. Bila penyakitnya sudah lanjut, akan timbul nyeri panggul, gejala berkaitan dengan kandung kemih dan usus besar. Gejala lain yang dapat timbul dapat beruba gangguan organ yang terkena misalnya otak (nyeri kepala, gangguan kesadaran), paru (sesak atau batuk darah), tulang (nyeri atau patah), hati (nyeri perut kanan atas, kuning, atau pembengkakan, dan lain-lain. \n\n \n\n 5. Terapi \n\n Pada lesi dengan displasia ringan sebagian besar lesi dapat sembuh sendiri atau regresi spontan, sedangkan untuk displasia sedang dan berat dapat dilakukan beberapa alternatif pengobatan sebagai berikut: - Dibekukan/krioterapi - Terapi Eksisi : Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP) - Large Loop Excision of the Transformation Zone (LLETZ) - Biopsi kerucut/konisasi - Histerektomi, dapat dilakukan pada NIS III bila pasien telah mempunyai cukup anak. \n\n \n \n\n Sumber : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KANKER PAYUDARA DAN KANKER LEHER RAHIM \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Balikpapan<\/a><\/li>
- 01 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Kanker Usus<\/a><\/h3>
Karsinoma kolorektal terjadi malignansi terbanyak pada saluran cerna, di Indonesia Penyebab kematian nomor 3 pada wanita setelah keganasan pada payudara dan cerviks, Insiden meningkat sesuai dengan pertambahan usia dan sering ditemukan pada usia > 50 tahun \n\n Etiologi \n\n \n \n Penyebab dan patogenesis yang pasti, sampai sekarang belum jelas \n \n \n Beberapa faktor dianggap berperan dalam terjadinya karsinoma kolorektal : \n\n \n \n Polyp-cancer sequence \n \n \n Inflamatory bowel disease : \n\n \n \n Risiko terjadinya karsinoma kolorektal meningkat > 40% pada pasien dengan colitis ulseratif. \n \n \n Pasien dengan Crohn’s disease memiliki risiko tinggi terjadinya karsinoma kolorektal pada populasi umum \n \n \n \n \n Faktor genetik : \n\n \n \n Terjadi peningkatan insiden pada turunan pertama penderita karsinoma kolorektal \n \n \n FAP (familial adenomatous polyposis) terjadi transimisi genetik \n \n \n HNPCC (hereditary nonpolyposis colorectal carcinoma) \n \n \n \n \n Faktor diet : \n\n \n \n Lemak, diet lemak insiden kanker \n \n \n Serat, diet serat insiden kanker \n \n \n Kalsium, diet kalsium insiden kanker \n \n \n Alkohol, insiden kanker \n \n \n \n \n \n \n\n Makroskopis \n\n Terdapat 3 tipe makroskopis karsinoma kolon dan rektum : \n\n 1. Tipe POLOPOID / VEGETATIVE / FUNGATING \n\n Tumbuh menonjol kedalam lumen usus dan berbentuk bunga kol. Ditemukan terutama \n\n disekum dan kolon asendens \n\n 2. Tipe SKIRUS mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi gejala stenosis dan obstruksi. \n\n Ditemukan terutama di kolon desendens, sigmoid dan rektum \n\n 3. Tipe ULSERATIF terjadi nekrosis sentralis ditemukan terutama pada rektum \n\n Tipe Histologis \n\n \n \n Adenokarsinoma \n\n \n \n \n \n Adenokarsinoma tanpa komponen musinosum \n \n \n Adenokarsinoma dengan komponen musinosus < 50% \n \n \n Adenokarsinoma musinosum ( komponen musinosum > 50%) \n \n \n \n \n \n \n Signet ring sel adenocarcinoma \n \n \n Squamous cell carcinoma \n \n \n Adeno-squamous carcinoma \n \n \n Karsinosarkoma \n \n \n Undifferentiated carcinoma \n \n \n\n \n\n 5 Mekanisme Penyebaran Sel Tumor : \n\n \n \n \n \n Lymfogen \n \n \n Hematogen \n \n \n Langsung menembusi dinding usus (intramural dissemination) \n \n \n Implantasi selama pembedahan (intraoperative spreading) \n \n \n Melalui rongga peritoneal \n \n \n \n \n\n Penyebaran \n\n \n \n Karsinoma kolorektal mulai berkembang pada mukosa dan bertumbuh sambil menembus dinding dan memperluas secara sirkuler ke arah cephalad dan caudad \n \n \n\n \n \n Invasi tumor cenderung sirkuler dari pada logitudinal dan cenderung kearah cephalad daripada caudad \n \n \n\n \n \n Di daerah kolon, penyebaran caudad tidak pernah melebihi 5-6 cm \n \n \n\n sedangkan di daerah rektum, penyebaran kearah anal jarang melebihi 2 cm \n\n \n \n Penyebaran perkontinuitatum menembus jaringan atau organ sekitarnya \n \n \n Penyebaran limfogen à ke kelenjar parakolika, mesenterikal dan para aortal \n \n \n Penyebaran hematogen à terutama ke hepar sedangkan bila tumor pada 1/3 distal \n \n \n\n rektum dapat menyebar ke paru-paru. \n\n Pemeriksaan Penunjang \n\n \n \n PEMERIKSAAN DAERAH REKTUM \n\n \n \n COLOK DUBUR \n\n \n \n Harus dilakukan pada setiap kelainan kolorektal atau abdomen \n \n \n Dapat mendeteksi tumor sampai sejauh kurang lebih 10 cm dari anal verge \n \n \n Tumor à konsistensi keras, permukaan ¹ rata, mudah berdarah \n \n \n Harus dinilai è ukuran tumor, terfiksasi atau tidak, ulserasi atau tidak \n \n \n Dengan pemeriksaan colok dubur yang baik dan benar à dapat mendiagnosis hampir 40 % tumor-tumor kolorektal \n \n \n \n \n PROKTOSIGMOIDOSKOPI RIGID è dapat menentukan dengan tepat lokasi tumor \n \n \n ENDORECTAL ULTRASOUND (EUS) è dapat menentukan dalamnya invasi tumor ke dinding usus \n \n \n \n \n\n \n \n KOLONOSKOPI disertai biopsi \n\n \n \n Untuk melihat tumor daerah kolon \n \n \n Mendiagnosis hampir 100% karsinoma kolorektal \n \n \n \n \n\n \n \n BARIUM ENEMA kontras ganda \n\n \n \n Gambaran malignansi pada foto kolon dapat berupa : \n \n \n \n \n\n - Arrest (Stopping) \n\n - Filling Defect \n\n - Deviasi \n\n \n \n \n \n Mendiagnosis hampir 90 % karsinoma kolorektal \n \n \n \n \n LABORATORIUM è Darah rutin, CEA, LFT \n \n \n USG / CT Scan abdomen è evaluasi hepar dan abdomen terhadap metastasis \n \n \n\n Terapi Adjuvant \n\n \n \n Radiasi \n \n \n Kemoterapi \n \n \n\n \n \n Stadium I / Dukes’ A : tidak diberikan kemoterapi \n \n \n Stadium II / Dukes’ B : dipertimbangkan untuk diberikan kemoterapi \n \n \n Stadium III / Dukes’ C : kemoterapi 5 FU / Folic Acid (FA) atau Capecitabine hingga 6 bulan \n \n \n Stadium IV / metastasis : kemoterapi 5 FU / FA atau Capecitabine hingga 6 bulan ditambah Oxaliplatin atau Irinotecan, 6 bulan \n \n \n\n Prognosis \n\n \n \n Dinilai berdasarkan 5-years survival rate (ketahanan hidup selama 5 tahun) \n \n \n Prognosis ditentukan berdasarkan : \n\n \n \n \n \n Staging \n \n \n Derajat histopatologi \n \n \n Derajat diferensiasi \n \n \n Ada tidaknya invasi vaskuler atau perineural \n \n \n Ada tidaknya obstruksi atau perforasi \n \n \n Aneuploidi sel-sel tumor \n \n \n Mucin-producing dan signet cell tumors (intercytoplasmic mucin) \n \n \n Peningkatan kadar CEA \n \n \n \n \n \n \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina merasakan hal-hal yang bermasalah terkait kesehatan Pencernaan, segera konsultasikan ke dokter kami, dr. Vincentius Daniel Sp.B-KBD yang merupakan dokter sub spesialis bedah digestif di RSU Hermina Balikpapan \n\n Semakin cepat mencari perawatan, semakin cepat juga Anda akan merasa lebih baik. Salam Sehat Sahabat RS Hermina Balikpapan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 18 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Sejak Dini Kanker Serviks <\/a><\/h3>
Halo sahabat Hermina, tahukah anda kanker serviks adalah salah satu penyakit yang bisa mengakibatkan kematian bagi penderitanya. Oleh karena itu wajib untuk diketahui tanda-tanda kanker serviks sejak dini agar bisa terhindar dari penyakit ini. \n\n Hampir 95% kanker serviks pada wanita disebabkan oleh virus HPV, yaitu virus papiloma (human papilloma virus). Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) biasa terjadi pada perempuan di usia reproduksi. Infeksi ini dapat menetap, berkembang menjadi displasi atau sembuh sempurna. Ada dua golongan HPV yaitu HPV risiko tinggi atau disebut HPV onkogenik. \n\n Berikut adalah Faktor Risiko apa saja yang menyebabkan perempuan terpapar HPV : \n\n 1. Menikah/memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 20 tahun) \n\n 2. Berganti-ganti pasangan seksual \n\n 3. Berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti pasangan \n\n 4. Riwayat infeksi di daerah kelamin atau randang panggul \n\n 5. Perempuan perokok dan perokok pasif. Perempuan perokok berisiko 2.5 kali lebih besar, sedangkan perokok pasif risikonya 1.4 kali lebih besar \n\n Berikut adalah tanda-tanda yang harus sahabat hermina perhatikan: \n\n \n Pendarahan vagina \n \n\n Pendarahan vagina yang ekstrim terutama di antara siklus menstruasi dan pendarahan setelah menopause dapat menjadi gejala dan tanda dari kanker seviks. Pada tahap awal kanker serviks mungkin sama sekali tanpa gejala. \n\n \n Pendarahan saat berhubungan seksual \n \n\n Jika saat kontak atau bersentuhan ketika berhubungan seksual pada alat vital dan menimbulkan pendarahan atau bahkan mengalami keputihan berat, maka bisa jadi itu merupakan tanda kanker serviks. Nyeri atau rasa sakit ketika berhubungan seksual juga dapat menjadi tanda. \n\n \n Mungkin ada metastasis \n \n\n Pada kasus lanjut kanker serviks, mungkin akan hadir metastasis di perut, paru-paru, atau bagian lainnya. Ini juga harus diperiksa sesegera mungkin. \n\n Ada beberapa gejala yang bahkan dikatakan kurang terkait, seperti kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, kelelahan, nyeri panggul, sakit kaki, sakit punggung, patah tulang, bahkan hingga kebocoran urin atau fases (jarang terjadi). Maka dari itu wajib untuk diketahui tanda-tanda berikut agar bisa mendeteksi secara dini supaya tidak ada keterlambatan penanganan dengan rutin memeriksakan kepada dokter. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 20 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
Deteksi Dini Kanker Payudara <\/a><\/h3>
Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel ductus maupun lobulus. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. \n\n \n\n Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk. Untuk pencegahan dan pengendalian kanker di Indonesia, khususnya dua jenis kanker terbanyak di Indonesia, yaitu kanker payudara dan leher rahim, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, antara lain deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun dengan menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) untuk payudara dan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk leher rahim. \n\n \n\n \n\n Apa Saja Faktor Risiko Kanker Payudara? \n\n \n\n Kanker payudara terjadi akibat pertumbuhan abnormal dari sel–sel pada payudara. Pertumbuhan abnormal ini diduga disebabkan oleh mutasi gen yang diturunkan secara genetik. Selain itu,terdapat beberapa faktor risiko yang diduga menjadi pemicu kanker payudara, yaitu: \n\n \n Jenis kelamin wanita \n Berusia lebih dari 50 tahun \n Riwayat keluarga(genetik) \n Riwayat penyakit payudara sebelumnya \n Riwayat menstruasi dini (kurang dari 12 tahun) \n Menopause pada usia kurang dari 55 tahun \n Riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui) \n Hormonal \n Obesitas \n Konsumsi Alkohol \n Faktor lingkungan \n \n\n \n\n \n\n Bagaimana Gejala Kanker Payudara? \n\n \n\n Kanker payudara dapat tidak menunjukkan gejala tertentu. Beberapa gejala kanker payudara, antara lain: \n\n \n Benjolan atau pengerasan pada payudara yang berbeda dari jaringan sekitar \n Darah keluar dari puting payudara \n Kemerahan atau pembesaran pori-pori kulit payudara, yang menyerupai kulit jeruk \n Nyeri dan pembengkakan pada payudara \n Pengelupasan kulit di sekitar puting payudara \n Perubahan pada kulit payudara, seperti cekungan \n Perubahan ukuran, bentuk atau tampilan dari payudara \n Puting tertarik masuk ke dalam \n Benjolan atau pembengkakan di bawah ketiak \n \n\n \n\n \n\n Bagaimana Deteksi Dini Kanker Payudara? \n\n \n\n Dokter akan mendiagnosis kanker payudara dengan melakukan wawancara medis lengkap, pemeriksaan fisik langsung untuk mendeteksi perubahan pada payudara serta kelenjar getah bening pada ketiak, serta pemeriksaan penunjang, seperti: \n\n \n Mammogram atau foto payudara, untuk mendeteksi kelainan pada payudara \n Ultrasonografi (USG) payudara, untuk menentukan benjolan payudara berupa massa padat atau kista yang berisi cairan \n Biopsi dengan pengambilan sampel jaringan, untuk diperiksa di laboratorium dan menentukan sel yang diperiksa bersifat jinak atau ganas \n Computerized Tomography scan (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), untuk menentukan ukuran serta penyebaran dari kanker payudara \n \n\n \n\n \n\n Kapan Harus ke Dokter? \n\n \n\n Jika mengalami benjolan, pembengkakan, atau perubahan pada payudara, yang sebelumnya tidak pernah ditemukan, segera periksakan diri ke Dokter Spesialis Bedah Onkologi untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 20 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 18 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 01 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>