- Hermina Balikpapan<\/a><\/li>
- 27 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Cara Menggunakan Sunscreen untuk Perlindungan yang Maksimal<\/a><\/h3>
Sebagai negara yang beriklim tropis, Indonesia hanya memiliki 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Iklim tropis merupakan iklim dengan suhu tinggi sepanjang tahun. Indonesia juga dilintasi garis ekuator atau garis katulistiwa, sehingga menyebabkan matahari terus bersinar sepanjang tahun di negara kita. \n\n \n\n Cara untuk melindungi kulit dari sinar matahari salah satunya adalah dengan penggunaan sunscreen atau tabir surya. Pemakaian sunscreen sangat penting, tidak hanya digunakan di outdoor, pemakain di indoor pun perlu. \n\n \n\n Berikut cara menggunakan sunscreen untuk perlindungan yang maksimal: \n\n \n Pilihlah sunscreen yang memiliki minimal 30 SPF \n \n\n SPF (Sun Protection Factor) merupakan standar pengukuran tingkat perlindungan produk sunscreen. \n\n \n Gunakan suncreen yang sesuai dengan jenis kulit \n \n\n Memilih sunscreen yang sesuai dengan jenis kulit agar terhidar dari berbagai masalah kulit lainnya seperti komedo dan jerawat. \n\n \n Gunakan sunscreen dalam jumlah yang cukup \n \n\n Agar mendapatkan manfaat yang optimal, gunakan sunscreen secara merata dengan takaran yang tepat. Cara memakai sunscreen yang disarankan adalah dengan takaran 2 ruas jari menyesuaikan besar wajah. \n\n \n Mengocok sunscreen sebelum digunakan \n \n\n Sebelum mengaplikasikan pada kulit, beberapa produk sunscreen berbentuk spray dan cair, mengharuskan penggunanya untuk mengocok botol kemasannya. \n\n \n Gunakan sunscreen pada seluruh bagian tubuh yang terbuka \n \n\n Oleskan suncreen di seluruh permukaan kulit yang terbuka seperti wajah, leher, telinga, dan kaki. \n\n \n Menggunakan sunscreen 15-30 menit sebelum keluar ruangan \n Re-apply atau mengoleskan kembali sunscreen \n \n\n Efektivitas suncreen akan semakin berkurang seiring dengan paparan matahari. Jangan lupa mengapl ikasikan kembali sunscreen paling tidak setiap dua jam. \n\n \n Walaupun di dalam ruangan tetap memakai sunscreen \n \n\n Pemakaian sunscreen tidak hanya dilakukan ketika sedang beraktivitas di luar ruangan, tetapi penting untuk tetap mengaplikasikannya ketika berada di dalam ruangan karena sinar ultraviolet tetap bisa menembus ke dalam ruangan. \n\n \nPerawatan kulit merupakan hal yang penting tidak hanya pada perempuan, tetapi laki-laki pun perlu melakukan perawatan, apalagi aktivitas outdoor lebih sering dilakukan oleh laki-laki. Pentingnya menjaga kulit dari paparan sinar matahari agar kedepannya tidak hanya membuat warna kulit lebih gelap, tetapi menghindarkan kita dari risiko kanker kulit. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 31 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Jangan Ada Kusta Diantara Kita!<\/a><\/h3>
Kusta, juga dikenal sebagai lepra, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Meskipun telah lama menjadi penyakit yang ditakuti dan dianggap tabu, pemahaman tentang kusta telah berkembang pesat, dan pengobatan yang efektif telah tersedia. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang kusta, termasuk penyebab, gejala, diagnosis, dan pengobatannya. \n\n Apa Itu Kusta? \n\n Kusta adalah penyakit menular yang mempengaruhi kulit, saraf tepi, dan mukosa saluran pernapasan atas. Penyakit ini umumnya menyebar melalui percikan droplet dari hidung dan mulut penderita yang tidak diobati. \n\n Gejala Kusta \n\n Gejala kusta bervariasi tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan sistem kekebalan tubuh individu. Gejala umum meliputi: \n\n \n Bercak atau nodul kulit: Biasanya tanpa rasa sakit di awalnya, dapat menjadi kemerahan atau kecoklatan. \n Hilangnya sensasi: Penderita mungkin mengalami hilangnya sensasi di area kulit tertentu. \n Kerusakan saraf: Ini dapat menyebabkan kelemahan otot dan ketidaknyamanan di bagian tubuh tertentu. \n Deformitas: Kusta yang tidak diobati dapat menyebabkan deformitas di wajah, tangan, atau kaki. \n \n\n Diagnosis \n\n Diagnosis kusta seringkali didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan kulit oleh dokter. Namun, diagnosis yang lebih akurat dapat ditegakkan melalui tes laboratorium dan biopsi kulit. \n\n Pengobatan \n\n Pengobatan kusta terdiri dari terapi multiobat yang efektif. Regimen pengobatan standar biasanya melibatkan kombinasi beberapa antibiotik, seperti dapsone, rifampisin, dan klofazimin. Penting untuk diobati dengan benar dan secara teratur untuk mencegah resistensi obat. \n\n \n\n \n\n Pencegahan dan Pengendalian \n\n Pencegahan penyebaran kusta melibatkan identifikasi dan pengobatan dini kasus baru, serta pemantauan kontak erat penderita. Vaksinasi BCG juga telah terbukti mengurangi risiko kusta pada anak-anak. \n\n Perbedaan Kusta & Eksim (Dermatitis Atopik) \n\n Penyebab: \n\n Kusta: Disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. \nDermatitis Atopik: Terkait dengan reaksi alergi dan peradangan pada kulit. \n\n Gejala: \n\n Kusta: Gejala awal meliputi bercak kulit yang kehilangan sensasi, nodul atau benjolan, kerusakan saraf, dan deformitas. \nDermatitis Atopik: Biasanya ditandai dengan kulit kering, gatal, kemerahan, dan kadang-kadang lecet atau kulit pecah-pecah. \n\n Diagnosis: \n\n Kusta: Diagnosa didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium seperti biopsi kulit. \nDermatitis Atopik: Diagnosa didasarkan pada gejala klinis dan riwayat medis pasien, tanpa memerlukan tes khusus. \n\n Pengobatan: \n\n Kusta: Pengobatan melibatkan terapi multi-obat dengan antibiotik spesifik seperti dapsone, rifampisin, dan klofazimin. \nDermatitis Atopik: Pengobatan melibatkan perawatan kulit yang teratur, penggunaan krim atau salep kortikosteroid, dan menghindari pemicu potensial. \n\n Peran Masyarakat dan Pemulihan \n\n Pemulihan penderita kusta tidak hanya melibatkan pengobatan medis, tetapi juga dukungan sosial dan rehabilitasi. Menghilangkan stigma dan memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang kusta dapat membantu meningkatkan kualitas hidup penderita. \n\n Penghapusan stigma sosial dan pendidikan masyarakat tentang kusta adalah langkah penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini. Dukungan sosial dan rehabilitasi juga penting bagi pemulihan penderita. \n \nKusta, meskipun telah menjadi bahan stigmatisasi dalam masyarakat, sekarang dapat diobati dengan efektif. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyakit ini, diharapkan stigma terhadap penderita dapat dikurangi, dan upaya pencegahan serta pengobatan dapat dilakukan secara lebih efektif. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Banyumanik<\/a><\/li>
- 23 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
KANKER KULIT<\/a><\/h3>
\n Pengertian \n\n Kanker kulit adalah pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali pada epidermis, lapisan kulit terluar, yang disebabkan oleh kerusakan DNA yang tidak diperbaiki sehingga memicu mutasi. Mutasi ini menyebabkan sel-sel kulit berkembang biak dengan cepat dan membentuk tumor ganas. Jenis utama kanker kulit adalah karsinoma sel basal (BCC), karsinoma sel skuamosa (SCC), dan melanoma. \n\n Etiologi \n\n Paparan sinar matahari berlebih diduga bisa menyebabkan kerusakan kulit dan memicu pertumbuhan abnormal pada sel kulit. Beberapa kondisi lainnya yang berperan dalam meningkatkan faktor resiko antara lain : \n\n \n Adanya riwayat kanker kulit dalam keluarga \n Memiliki warna kulit yang terang \n Memiliki tahi lalat dalam jumlah banyak atau ukuran yang besar \n Imunitas tubuh yang kurang baik \n Infeksi virus \n Memiliki luka yang lama tidak sembuh (chronic non-healing wounds) khususnya luka bakar \n Paparan radiasi \n Paparan senyawa atau bahan kimia \n \n\n Gejala Klinis \n\n Kanker kulit muncul terutama pada area kulit yang terpapar sinar matahari, termasuk kulit kepala, wajah, bibir, telinga, leher, dada, lengan dan tangan, serta kaki. Penyakit ini juga bisa terbentuk di area yang jarang terkena cahaya matahari, seperti telapak tangan, di bawah kuku jari tangan atau kaki, dan area genital. \n \n\n \n \n Karsinoma Sel Basal \n \n\n Karsinoma sel basal ditandai dengan munculnya benjolan lunak dan mengilat pada permukaan kulit. Bisa juga berupa lesi dengan bentuk datar pada kulit yang berwarna gelap atau cokelat kemerahan yang mirip dengan daging. \n\n \n Karsinoma Sel Skuamosa \n \n\n Karsinoma sel skuamosa ditandai dengan munculnya benjolan berwarna merah dan keras pada kulit. Bisa juga berupa lesi dengan bentuk datar dan bersisik mirip seperti kerak. Lesi tersebut bisa terasa gatal, berdarah, bahkan menjadi kerak. \n\n \n Melanoma Maligna \n \n\n Kanker kulit melanoma ditandai dengan munculnya bercak atau benjolan yang berwarna cokelat. Melanoma memang mirip seperti tahi lalat biasa, \n \n\n \n tetapi bentuknya tidak beraturan. Metode ABCDE bisa digunakan untuk membedakan melanoma dengan tahi lalat biasa, meliputi: \n\n \n Asimetris, sebagian besar kanker kulit melanoma memiliki bentuk tidak simetris. \n Border atau pinggiran dari kanker kulit melanoma cenderung tidak beraturan. \n Color atau warna dari kanker kulit melanoma biasanya lebih dari satu. \n Diameter atau ukuran kanker kulit melanoma biasanya lebih dari 6 milimeter \n Evolusi, yaitu terjadinya perubahan bentuk, warna, atau ukuran tahi lalat. \n \n\n Ini merupakan tanda yang paling penting dari kanker kulit melanoma. \n\n Diagnosis \n\n Diagnosis didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang dapat berupa biopsi, prosedur pengambilan sampel dari jaringan kulit dan dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Apabila masalah kulit yang terjadi memang disebabkan karena kanker, dapat ditentukan stadium atau tingkat keparahan kanker kulit yang terjadi. Selanjutnya dapan \n \n\n \n dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya, seperti MRI, CT scan, atau biopsi kelenjar getah bening untuk mengetahui penyebaran dari sel kanker. \n\n Terapi \n\n Terapi untuk kanker kulit terdiri dari terapi pembedahan dan non pembedahan, antara lain : \n\n \n Pembedahan dengan eksisi \n Pembedahan dengan Teknik Mohs Micrographic Surgery \n Kuretase dan kauterisasi \n Bedah beku \n Photodynamic therapy \n Radioterapi \n Kemoterapi \n \n\n Pencegahan \n\n Beberapa langkah yang dapat dilalukan untuk mencegah terjadinya kanker kulit antara lain : \n\n \n Hindari paparan sinar matahari berlebihan pada siang hari, terutama antara pukul 10.00 hingga 16.00. \n Pakai tabir surya secara rutin untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar UV ke dalam kulit sekaligus mengurangi risiko terjadinya kerusakan pada kulit karena sinar matahari. \n Kenakan pakaian yang menutup tubuh, seperti baju berlengan panjang dan celana panjang. \n Kenakan topi dan kacamata hitam ketika keluar rumah untuk membantu memberikan perlindungan ekstra pada area mata dan kepala dari sinar matahari. \n Sebisa mungkin, hindari pemakaian tanning bed atau alat untuk menggelapkan kulit. Sebab, alat ini memancarkan radiasi ultraviolet yang sangat berbahaya untuk kulit. \n Rutin melakukan pemeriksaan kulit dan segera tanyakan pada dokter jika terdapat kelainan kulit, terutama pada tahi lalat yang dimiliki sebelumnya \n \n \n\n seperti ukuran yang membesar dan meluas, warna bertambah gelap, tepi lesi menjadi tidak teratur, ada lesi tambahan sekitar lesi, konsistensi yang menjadi lunak atau rapuh, bentuk yang datar menjadi menonjol dan tidak beraturan, permukaan lesi terdapat luka, dan munculnya gatal pada tahi lalat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangerang<\/a><\/li>
- 07 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Tantangan Kesehatan Kulit dalam Era Pemanasan Global<\/a><\/h3>
Pemanasan global adalah fenomena alam yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca bertindak seperti selimut, memerangkap panas dari matahari dan menyebabkan suhu bumi meningkat. \n\n Perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan kulit. Salah satu dampak pemanasan global adalah peningkatan suhu dan intensitas sinar ultraviolet (UV) yang mencapai permukaan bumi. \n\n \n\n Kenaikan Suhu \n\n Suhu bumi telah meningkat rata-rata 1,1 derajat Celcius sejak periode pra-industri. Peningkatan suhu ini menyebabkan perubahan iklim, seperti kenaikan permukaan laut, perubahan pola cuaca, dan peningkatan intensitas sinar UV. \n\n \n\n Kenaikan Intensitas UV \n\n Sinar UV adalah radiasi elektromagnetik yang dapat merusak kulit. Intensitas sinar UV yang mencapai permukaan bumi meningkat seiring dengan kenaikan suhu. \n\n Sinar ultraviolet (UV) adalah radiasi elektromagnetik yang dapat merusak kulit. Sinar UV dibagi menjadi tiga jenis: UVA, UVB, dan UVC. \n\n UVA adalah sinar UV dengan panjang gelombang terpanjang dan dapat menembus lapisan kulit terdalam. UVA dapat menyebabkan penuaan dini, kerutan, dan bintik-bintik matahari \n\n UVB adalah sinar UV dengan panjang gelombang menengah dan dapat menyebabkan kulit terbakar. UVB juga merupakan faktor utama yang menyebabkan kanker kulit, seperti melanoma, karsinoma sel basal, dan karsinoma sel skuamosa \n\n UVC adalah sinar UV dengan panjang gelombang terpendek dan dapat menyebabkan kanker kulit. Namun, sebagian besar sinar UVC diblokir oleh atmosfer bumi. \n\n \n\n \n\n Dampak kenaikan suhu Dan intensitas UV terhadap kulit \n\n Perubahan pada DNA \n\n Sinar UV dapat menyebabkan kerusakan pada DNA sel kulit. Kerusakan DNA ini dapat menyebabkan mutasi, yaitu perubahan pada urutan DNA. Mutasi ini dapat menyebabkan sel kulit menjadi abnormal dan berkembang menjadi kanker kulit. \n\n \n\n Perubahan pada metabolisme \n\n Kenaikan suhu lingkungan dapat menyebabkan sel kulit mengubah metabolismenya. Hal ini dapat menyebabkan produksi minyak kulit meningkat, sehingga kulit menjadi lebih berminyak. Produksi minyak kulit yang meningkat dapat menyebabkan jerawat, terutama pada orang yang memiliki kulit berminyak. \n\n \n\n Perubahan pada struktur \n\n Kenaikan suhu lingkungan dapat menyebabkan sel kulit kehilangan air dan nutrisi. Hal ini dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan kusam. Kulit kering dapat menyebabkan rasa gatal dan iritasi. \n\n Perubahan-perubahan tersebut di atas, dapat berdampak negatif pada kesehatan kulit, antara lain: \n\n \n\n Peningkatan risiko kanker kulit \n\n Paparan sinar ultraviolet (UV) dari matahari merupakan faktor risiko utama kanker kulit. Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan intensitas sinar UV, sehingga meningkatkan risiko kanker kulit. \n\n Menurut American Academy of Dermatology, kanker kulit adalah jenis kanker paling umum di Amerika Serikat, dengan lebih dari 3,1 juta kasus baru didiagnosis setiap tahun. \n\n Data epidemiologi tren kanker kulit pada era pemanasan global menunjukkan bahwa: \n\n Kasus kanker kulit meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. \n\n Kasus kanker kulit lebih sering terjadi pada orang yang memiliki kulit lebih terang. \n\n Kasus kanker kulit lebih sering terjadi pada orang yang tinggal di daerah dengan sinar matahari yang kuat. \n\n \n\n Peningkatan risiko penyakit kulit \n\n Pemanasan global dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit kulit, seperti dermatitis atopik, psoriasis, dan eksim. Perubahan iklim dapat menyebabkan kekeringan kulit, sehingga meningkatkan risiko iritasi dan peradangan. \n\n \n\n Perubahan penampilan kulit \n\n Perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan penampilan kulit, seperti kulit kering, kusam, dan keriput. Perubahan ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti peningkatan suhu, perubahan pola curah hujan, dan polusi udara \n\n \n\n Hal yg harus diperhatikan untuk menjaga kesehatan kulit di era pemanasan global \n\n Ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan kulit di era pemanasan global, antara lain: \n\n 1. Lindungi kulit dari paparan sinar matahari \n\n Gunakan tabir surya dengan SPF 30 atau lebih tinggi setiap kali Anda berada di luar ruangan. \n\n 2. Hindari paparan polusi udara \n\n Gunakan masker wajah saat berada di daerah yang berpolusi udara. \n\n 3. Menjaga hidrasi kulit \n\n Minum air yang cukup dan gunakan pelembap kulit secara rutin. \n\n 4. Menjaga pola makan sehat \n\n Konsumsi makanan yang kaya akan antioksidan, seperti buah-buahan dan sayuran. \n\n 5. Hindari merokok \n\n Merokok dapat merusak kulit dan mempercepat penuaan. \n\n \n\n \n\n Kesimpulan \n\n Pemanasan global merupakan ancaman serius bagi kesehatan kulit. Dengan menerapkan tips-tips di atas, Anda dapat membantu melindungi kulit dari dampak negatif perubahan iklim. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 12 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Fungal Acne yang berbeda dari jerawat biasa<\/a><\/h3>
Fungal acne yaitu infeksi pada folikel rambut yang terjadi karena pertumbuhan jamur yang berlebihan. Kondisi tersebut bisa menjadi menyebabkan kumpulan benjolan kecil, gatal dan merah di kulit, sehingga banyak orang sering mengiranya sebagai jerawat. \n\n Padahal meskipun terdapat istilah ‘acne’ atau jerawat, fungal acne atau jerawat jamur bukanlah jerawat. Melainkan sejenis folikulitis, yaitu peradangan pada folikel rambut atau tempat rambut tumbuh. Agar tidak bingung, simak penjelasan mengenai fungal acne lebih jauh di sini! \n\n Mengenal Fungal Acne dan Penyebabnya \n\n Fungal acne adalah kondisi kulit yang terjadi akibat infeksi jamur bernama ragi Malassezia. Itulah mengapa kondisi ini disebut juga Malassezia folikulitis atau Pityrosporum folikulitis. \n\n Namun, tidak seperti jerawat pada umumnya, penyebab utama jerawat jamur bukan hanya minyak dan bakteri yang menyumbat pori-pori. Meskipun produksi minyak dan sebum berperan sangat besar dalam membantu memberi makan bakteri penyebab masalah kulit ini. \n\n Sebaliknya, benjolan seperti jerawat dan kulit yang teriritasi akibat fungal acne ini terjadi akibat ragi Malassezia bertumbuh secara berlebihan. Jamur atau ragi sebenarnya selalu ada di daerah kulit manusia. \n\n Biasanya, tubuh bisa menyeimbangkan ragi, jamur lain dan bakteri yang juga merupakan bagian dari kulit kamu. \n\n Namun, bila keseimbangan alami tersebut terganggu, pertumbuhan berlebih bisa terjadi. Ketika itulah infeksi folikel rambut berkembang, dan gejala seperti jerawat muncul \n\n Ada beberapa kondisi yang dapat mengganggu keseimbangan bakteri dan jamur dan menyebabkan fungal acne, yaitu: \n\n 1. Kondisi lembap. Mengenakan pakaian olahraga yang basah karena keringat terlalu lama bdapat mendorong pertumbuhan jamur. Mengenakan kembali pakaian olahraga tanpa mencucinya juga dapat membuat kulit kamu terkena jamur yang tumbuh di pakaian tersebut. \n\n 2. Obat-obatan. Bila kamu minum antibiotik, bakteri di kulit kamu bisa berkurang. Hal ini bisa memungkinkan jamur untuk tumbuh secara berlebihan. \n\n 3. Sistem kekebalan tubuh tertekan. Orang dengan sistem kekebalan yang lemah mungkin lebih berisiko mengembangkan jerawat jamur. \n\n 4. Perubahan pola makan. Jamur dan ragi memakan karbohidrat. Jadi, banyak mengonsumsi makanan manis dan kaya karbohidrat bisa memicu pertumbuhan jamur berlebih. \n\n 5. Mengenakan pakaian ketat. Mengenakan pakaian yang tidak memungkinkan kulitmu bernapas lega bisa mendorong keringat dan kelembapan ekstra. Ini bisa menumbuhkan lingkungan kulit yang kondusif untuk pertumbuhan ragi. \n\n 6. Lingkungan yang hangat dan lembab. Orang yang tinggal di iklim panas, di mana lebih mungkin berkeringat, bisa jadi lebih sering mengalami fungal acne. \n\n Ketahui Gejalanya \n\n Gejala fungal acne sekilas mungkin terlihat sama dengan jerawat akibat bakteri, yaitu munculnya benjolan-benjolan kecil yang mungkin tampak seperti ruam. Itulah mengapa banyak orang sering tidak bisa membedakannya \n\n Namun, berikut adalah cara membedakan jerawat jamur dan jerawat bakteri: \n\n \n Ukuran. Benjolan berisi nanah yang muncul akibat fungal acne cenderung memiliki ukuran yang hampir sama, sedangkan jerawat bakteri muncul dengan berbagai ukuran. \n Lokasi. Jerawat jamur sering muncul di lengan, dada, dan punggung. Namun, bisa juga di wajah, di mana jerawat bakteri paling sering terjadi. \n Gatal. Infeksi jamur ini juga seringkali menyebabkan rasa gatal, gejala yang jarang terjadi pada jerawat. \n Berkelompok. Fungal acne sering muncul dalam kelompok benjolan kecil. Jerawat bakteri jarang berkelompok. \n \n\n Karena masalah kulit ini terjadi akibat pertumbuhan jamur, kamu mungkin juga bisa mengalami kondisi terkait ragi lainnya, seperti psoriasis dan ketombe. Ini juga bisa membantu kamu menentukan apakah jerawat kamu akibat jamur atau penyebab lainnya. \n\n Pengobatan Fungal Acne \n\n Fungal acne seringkali tidak kunjung sembuh karena banyak orang mengobatinya dengan pengobatan yang salah. Obat anti jerawat tidak efektif untuk mengatasinya \n\n Cara terbaik untuk mengobati jerawat jamur adalah dengan obat atau krim anti jamur. Ada berbagai krim dan salep antijamur yang bisa kamu dapatkan secara bebas. \n\n Carilah krim dengan kandungan seperti krim ketokonazol, butenafine, atau klotrimazol. Dokter spesialis kulit di RSU Hermina Medan juga bisa meresepkan obat oral, seperti fluconazole dan itraconazole, untuk menghilangkan infeksi. \n\n Selain itu, kamu juga perlu melakukan perawatan diri berikut untuk membantu pemulihan kulit: \n\n \n Mandi lebih teratur \n \n\n Bila kamu rutin berolahraga atau memiliki pekerjaan yang membuat kamu berkeringat, cobalah mandi dan berganti pakaian tepat setelah gym atau bekerja. \n\n Hal ini membantu menghilangkan jamur yang mungkin mulai bertumbuh di kulit yang hangat dan lembap akibat pakaian basah. \n\n \n Kenakan pakaian yang lebih longgar \n \n\n Bila kamu sering mengenakan pakaian ketat, gesekan dan aliran udara yang sedikit bisa mendorong pertumbuhan jamur pada kulit. \n\n Jadi, kenakanlah pakaian yang lebih longgar agar kulit bisa mendapatkan sirkulasi yang tepat dan mendorong pertumbuhan bakteri dan jamur yang seimbang. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangerang<\/a><\/li>
- 25 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
Maskne, Jerawat Akibat Penggunaan Masker<\/a><\/h3>
Akne atau jerawat merupakan suatu inflamasi kronis folikel rambut, kelenjar minyak dengan banyak penyebab, ditandai dengan komedo, papul, pustul, nodus serta kista. Akne disebabkan penggunaan masker disebut Maskne atau mask akne. Maskne termasuk dalam akne mekanika. Akne mekanika adalah erupsi akneiformis yang terjadi setelah trauma fisik berulang pada kulit seperti tekanan dan gesekan. Akne mekanika merupakan salah satu penyebab peningkatan jumlah kejadian akne di masa pandemi. \n\n \n\n Apa perbedaan jerawat biasa dan maskne? \n\n \n\n Jerawat Biasa \n\n \n Lokasi: area kelenjar minyak \n Keluhan: jerawat menahun \n Berlangsung kronik, banyak pada remaja dan dewasa muda \n \n\n \n\n Maskne \n\n \n Lokasi: area kelenjar minyak dan area tertutup masker \n Keluhan: Gatal / terbakar \n Dapat terjadi akut maupun kronik pada semua orang \n \n\n \n\n Maskne tidak hanya terjadi karena faktor mekanis/ gesekan masker, pengaruh keringat dan peningkatan kelembaban menyebabkan terjadi pembengkakan folikel dan sumbatan pori- selain itu perubahan komposisi minyak dikulit dan hidrasi permukaan kulit menggangu permukaan kulit, menyebabkan perubahan mikroflora kulit. Peningkatan suhu berpengaruh terhadap laju ekskresi minyak. Eksresi minyak dikulit meningkat sebanyak 10% dengan peningkatan suhu lokal sebesar 1°C. Tingkat ekskresi sebum/ minyak meningkat secara signifikan pada daerah wajah yang tertutup oleh masker dan daerah yang tidak tertutup masker. Eksresi sebum mengalami peningkatan pada 2 jam setelah pemakaian dan terus meningkat setelah 4 jam pemakaian masker. Oleh karena itu sebaiknya membuka masker selama 15 menit tiap 2 jam atau setidaknya tiap 4 jam. Suhu meningkat ditambah dengan kelembaban berlebihan dan kebiasaan buruk saat memakai masker seperti menyentuh atau menggaruk wajah dapat menyebabkan gangguan lokal pada fungsi pelindung kulit. \n\n \n\n Mencuci tangan sebelum memakai dan setelah melepas masker sangat dianjurkan. Pasien harus mengontrol waktu pemakaian masker dan meletakkan dua lapis kain kasa di dalam masker untuk mengurangi jumlah uap air yang dihembuskan dari mulut dan keringat. Pasien dengan kulit berminyak perlu menyeka wajah mereka dengan handuk basah yang mengandung bahan pelembab secara teratur. Disarankan juga untuk menggunakan produk pembersih dan emolien yang mengandung bahan pengontrol minyak. Dengan menjaga kondisi kulit ini kondisi jerawat yang berhubungan dengan masker dapat dikurangi. Namun, pasien harus berkonsultasi dengan dokter kulit untuk pengobatan topikal atau oral jika lesi jerawat bertahan atau memburuk. \n\n \n\n Jika orang terdekat atau diri sendiri mengalami beberapa gejala telah disebutkan diatas maka segera hubungi layanan kesehatan terdekat dan segera mendatangi dokter spesialis kulit dan kelamin untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangerang<\/a><\/li>
- 10 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
Yuk Cari Tahu Bagaimana Cara Pencegahan Sifilis<\/a><\/h3>
Sifilis merupakan infeksi menular seksual disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum (T. pallidum) subspecies pallidum dengan ulseratif genital dan komplikasi jika tidak diobati, serta dapat mempermudah penularan infeksi HIV. Sifilis dapat tidak bergejala (asimtomatik) ataupun bergejala berupa ruam merah dikulit, luka pada alat kelamin, benjolan dan lain sebagainya \n\n Pencegahan sifilis dapat dilakukan dengan : \n\n \n Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, \n Setia terhadap pasangan, \n Penggunaan kondom, \n Tidak mengkonsumsi narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) \n Skrining sifilis dan infeksi menular seksual lain, \n Deteksi dini pasangan dan terapi. \n \n\n Pemeriksaan sifilis \n\n Pemeriksaan darah merupakan alat diagnosis sifilis yang terdiri atas pemeriksaan treponema dan non treponema. Pemeriksaan nontreponemal standar berupa pemeriksaan Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan Rapid Plasma Reagin (RPR). Titer antibodi pemeriksaan non treponemal berhubungan dengan aktivitas penyakit dan digunakan untuk melihat respons tatalaksana. Pada pemeriksaan nontreponemal reaktif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan treponemal seperti Treponema Pallidum Hemagglutination Assay (TPHA) atau pemeriksaan cepat sifilis (TP Rapid) untuk menegakkan diagnosis sifilis. Antibodi non treponemal bertahan setelah terapi dapat menunjukkan kegagalan toleransi imun. \n\n Skrining sifilis \n\n Skrining sifilis dan infeksi menular seksual lain dilakukan pada kelompok risiko tinggi dan ibu hamil. Skrining juga penting dalam mengidentifikasi pasien tanpa gejala. Pasien laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki (LSL) yang aktif secara seksual harus diskrining minimal setiap tahun dan setiap 3 hingga 6 bulan jika berisiko tinggi (misalnya, pasien atau pasangan seksual memiliki banyak pasangan). \n\n Ibu hamil diskrining pada kunjungan prenatal pertama, dengan pemeriksaan ulang awal trimester ketiga dan saat melahirkan jika berisiko tinggi sipilis. Skrining pasien sifilis dengan infeksi HIV aktif secara seksual harus dilakukan pada evaluasi HIV pertama selanjutnya minimal setiap tahun, skrining lebih sering dilakukan tergantung pada perilaku berisiko individu dan epidemiologi lokal. \n\n Pada komunitas dan populasi dengan risiko sifilis kongenital tinggi, tes serologi dan riwayat seksual harus diperiksa pada usia kehamilan 28 minggu dan saat melahirkan. Pemeriksaan ini sebagai bagian dari tatalaksana ibu hamil dengan sifilis, informasi tentang pengobatan pasangan seksual harus diketahui untuk menilai risiko infeksi ulang. Skrining rutin serum dari bayi baru lahir atau darah tali pusat tidak dianjurkan. Pemeriksaan serum serologi ibu lebih disukai daripada pemeriksaan serum bayi karena tes serologis serum bayi dapat menjadi non reaktif jika hasil tes titer serologis ibu rendah atau ibu terinfeksi sifilis pada kehamilan lanjut. \n\n Deteksi dini pasangan dan terapi. \n\n Deteksi dini dan terapi pada pasangan seksual penderita sifilis, dilakukan jika melakukan hubungan seksual dalam kurun waktu 3 bulan setelah timbul gejala sifilis pada alat kelamin, 6 bulan setelah timbul gejala sifilis ruam kulit, 12 bulan sampai 24 bulan pada pasien dengan sifilis tanpa gejala. Hasil pemeriksaan dan laboratorium mengarah sifilis pada pasangan seksualnya dapat diberikan terapi. \n\n Jika orang terdekat atau diri sendiri mengalami beberapa gejala telah disebutkan diatas maka segera hubungi layanan kesehatan terdekat dan segera mendatangi dokter spesialis kulit dan kelamin untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 29 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Bahaya Cuaca Panas Ekstrim bagi Kesehatan Kulit<\/a><\/h3>
Sinar matahari atau ultraviolet (UV) menjadi bahan alami yang dapat mencukupi asupan vitamin D dalam tubuh. Manfaatnya tak hanya membantu proses pembentukan tulang pada anak. \n\n Pada orang dewasa, paparan sinar UV juga efektif membantu melindungi tulang tetap sehat dan kuat seiring dengan bertambahnya usia. Manfaat lainnya, yakni menjaga kepadatan tulang guna mencegah osteoporosis. \n\n Meski bermanfaat, paparan sinar UV yang ekstrim yang langsung ke kulit dapat memicu masalah kesehatan. Contohnya, munculnya tanda tanda penuaan dini, peningkatan resiko terkena kanker kulit, dan melasma. Jadi, tetap dibatasi paparan sinar matahari ke kulit dan tubuh kita \n\n Bahaya Sinar Matahari bagi Kulit \n\n Paparan sinar UV yang berlebihan dapat merusak serat kolagen dan elastin (lapisan dermis) pada kulit. Dampaknya dapat berupa: \n\n \n Penuaan dini \n \n\n Penuaan dini merupakan dampak yang paling sering terjadi ketika kulit terlalu lama terpapar sinar UV. Paparan sinar matahari dalam jangka panjang dapat menyebabkan, kulit jadi keriput, kendur, dan pori-pori membesar. \n\n \n Risiko kanker kulit \n \n\n Efek jangka panjang lainnya yaitu meningkatkan risiko kanker kulit. Paparan sinar UV yang berlebihan bisa berpotensi menyebabkan materi genetik pada sel kulit. Akibatnya yang terjadi, pertumbuhan sel itu jadi tak terkendali dan menyebabkan terbentuknya kanker. \n\n \n Kulit terbakar \n \n\n Bahaya lainnya, yakni kulit terbakar. Kondisi ini dikenal dengan istilah sunburn. Warna kulit pada masalah ini akan tampak kemerahan, bahkan kecoklatan. Tak hanya itu, kulit jadi terasa perih saat tersentuh. Hal itu berpotensi memicu reaksi inflamasi yang juga menjadi risiko kanker dan penuaan dini. \n\n \n Melasma \n \n\n Melasma terbentuk akibat kelainan pigmentasi akibat paparan sinar UV dalam jangka panjang. Gangguannya ditandai dengan munculnya bercak coklat atau abu-abu di permukaan kulit. Masalah ini dapat membaik seiring dengan waktu. \n\n \n Solar elastosis \n \n\n Solar elastosis atau elastosis aktinik adalah risiko yang terjadi akibat pecahnya jaringan ikat kulit (kolagen dan serat elastin). Jaringan itu terletak di dermis (lapisan tengah kulit). Fungsinya adalah mendukung kekuatan dan fleksibilitas kulit. \n\n Tanda umum dari solar elastosis adalah penebalan kulit. Selain itu, kulit menjadi kendur, kerutan dalam, dan lipatan vertikal. Kondisi ini merupakan akumulasi dari paparan sinar UV jangka panjang dan berlebihan. \n\n \n\n \n Keratosis aktinik \n \n\n Keratosis aktinik atau solar keratosis adalah pertumbuhan prakanker yang berpotensi berkembang menjadi kanker. Gangguan ini perlu mendapatkan pemantauan dan penanganan yang tepat. \n\n Bercak yang muncul pada kulit juga bervariasi, mulai dari titik kecil hingga berukuran satu inci atau lebih. Warnanya juga akan berbeda, berkisar dari terang hingga gelap. Teksturnya keras seperti kulit dan terasa gatal. \n\n \n Kulit jadi menghitam \n \n\n Perubahan warna ini terjadi akibat meningkatnya produksi melanin untuk melindungi kulit dari kerusakan. Akibatnya, kulit yang terpapar sinar matahari menjadi lebih gelap. \n\n \n\n Cara Melindungi Kulit dari Paparan Sinar Matahari \n\n \n\n \n Memakai tabir surya \n Kenakan pakaian tertutup \n Menggunakan pelembab \n Menggunakan kacamata khusus \n Topi bertepi lebar \n Meminimalisir kegiatan diluar ruangan \n \n\n \n\n Jika memiliki keluhan khusus yang terjadi akibat dampak cuaca ekstrim segera periksakan dan konsultasikan kesehatan anda di Rumah Sakit Umum Hermina Medan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 18 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
INDONESIA PERINGKAT 3 KASUS KUSTA, YUK KENALI GEJALA DAN PENCEGAHAN KUSTA!<\/a><\/h3>
Kusta \n\n Mungkin sering kita mendengar kata kusta atau lepra tetapi masih tidak tau penyakit apakah ini? Sebagian besar masyarakat hanya mengetahui bahwa penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan. Sehingga masih banyak orang yang menstigma dan mendiskriminasi pasien kusta. \n\n Penyakit kusta adalah infeksi kronik bakteri Mycobacterium leprae yang mempengaruhi sistem saraf, kulit, sistem organ lain seperti mukosa mulut, pernafasan atas (hidung), mata dan kelamin. Penyakit ini menular tetapi memerlukan paparan yang lama dengan kuman kusta. Penyakit ini akan menimbulkan gejala 2-5 tahun setelah terinfeksi. \n\n Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan kasus kusta tertinggi, sehingga sangat penting bagi kita untuk mengetahui informasi yang benar dan menghilangkan stigma kusta yang salah. Laporan dari Kemenkes Januari 2022 ditemukan 7.146 penderita kusta baru, anak sebesar 14%. \n\n Penyakit kusta dapat sembuh dengan kombinasi antibiotik 2-3 obat, diberikan setiap hari selama 1- 2 tahun. Gejala kusta dapat menyerupai kelainan kulit lain (sering disebut great imitator) sehingga seringkali tidak terdeteksi sejak awal. \n\n Penyakit ini dapat mengakibatkan kecacatan penampilan dan fisik yang kemudian mengakibatkan gangguan sosialisasi dan diskriminasi. Sehingga sangat penting dilakukan deteksi dini untuk mencegah kecacatan permanen. \n\n Bagaimana gejala kusta: \n\n \n \n Bercak putih atau kemerahan, datar atau meninggi tidak gatal \n \n \n Kulit tidak berkeringat \n \n \n Kebas atau mati rasa (rangsang raba,suhu dan nyeri) \n \n \n Kulit kering dan tebal \n \n \n Kerontokan pada alis atau bulu mata \n \n \n Gejala saraf: \n kelemahan otot tangan dan kaki \n Gangguan penglihatan \n \n \n\n Cara penularan: kontak erat dan lama dengan pasien kusta melalui saluran pernafasan (droplet) atau kontak kulit dengan kulit. \n\n Untuk memastikan pasien penderita kusta, dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium seperti: \n\n \n \n kerokan jaringan kulit dengan pewarnaan Ziehl Nielsen \n \n \n pemeriksaan biopsi histopatologi serta pemeriksaan serologi (PGL-1) atau PCR \n \n \n\n Pengobatan kusta selama 6 bulan sampai 2 tahun tergantung jenis kusta yang diderita. Di Indonesia menggunakan metode Multipel Drug Therapy (MDT) terdiri dari obat rifampisin 300 mg, dapson 100 mg dan klofazimin 100mg. Saat ini WHO bersama pemerintah telah memberikan rejimen pengobatan kusta secara gratis. Obat tersebut dapat ditemukan di puskesmas atau RS kusta. \n\n Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan kusta adalah: \n\n \n \n menjaga daya tahan tubuh tetap prima \n \n \n menjaga lingkungan bersih dan sehat \n \n \n mengenali gejala kusta lebih awal \n \n \n menyarankan pasien kusta agar rutin berobat sampai sembuh \n \n \n hindari kontak dengan seseorang terinfeksi kusta tetap tidak diobati \n \n \n\n Kerjasama antara pasien-dokter dan tenaga kesehatan -keluarga pasien-pemerintah-masyarakat sangatlah penting agar dapat terjadi eliminasi dan eradikasi kusta di Indonesia. \n\n Agar tidak ada lagi stigma buruk terhadap kusta yang dapat menyebabkan pasien dikucilkan dan takut untuk berobat. \n\n Dengan pengobatan yang tepat penyakit kusta dapat disembuhkan. \n\n \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangerang<\/a><\/li>
- 16 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Jerawat Pada Remaja Bikin Kurang Percaya Diri? Cegah dan Berantas Dengan Cara Berikut !<\/a><\/h3>
\n\n \n\n Tahukah Sahabat Hermina, Jerawat merupakan kondisi dimana kulit memproduksi minyak secara berlebihan sehingga menyebabkan gangguan pada kulit. Jerawat bisa timbul kapan saja baik rentang usia muda sampai dengan tua, tetapi jerawat indentik dengan masa-masa puber yaitu sekitar umur 10-16 tahun. Pada masa puber, jerawat mendapat perhatian yang lebih khusus karena pada masa tersebut para remaja sudah mulai memperhatikan penampilan dan membutuhkan kepercayaan diri. Risiko jerawat akan semakin meningkat pada orang yang memiliki kulit berminyak dan jarang mencuci muka, faktor lain pencetus jerawat adalah genetik, faktor emosional, ataupun gaya hidup contohnya seperti konsumsi makanan dan minuman. \n\n Timbulnya jerawat itu sendiri tidak dapat dicegah sepenuhnya, apalagi bagi remaja yang memiliki pengaruh genetik, tetapi timbulnya jerawat dapat dicegah dengan beberapa upaya berikut : \n\n \n\n 1. Rajin Mencuci Muka \n\n Malas atau jarang mencuci muka merupakan salah satu faktor timbulnya jerawat pada kulit muka, oleh karena itu untuk menurunkan risiko munculnya jerawat pada muka harus rajin dan membiasakan diri untuk mencuci muka minimal dua kali dalam sehari terutama pada malam hari dan setelah beraktivitas di luar rumah, gunakan sabun yang lembut dan tidak mengandung deterjen. Hindari penggunaan sabun batangan karena bisa membuat kulit menjadi kering dan menggosok-gosok wajah dengan kasar karena akan menimbulkan risiko iritasi pada kulit muka. \n\n \n\n 2. Terapkan Gaya Hidup Sehat \n\n Menerapkan gaya hidup yang sehat akan memiliki dampak yang signifikan terhadap kulit muka, contohnya seperti melaksanakan olahraga secara teratur, tidak begadang dan beristirahat yang cukup, tidak meminum minuman keras dan tidak merokok, serta menjaga pikiran tetap berpikir positif agar tidak stress. \n\n \n\n 3. Gunakan Pelembap \n\n Penggunaan pelembap bermanfaat untuk kulit yang berjerawat agar kulit tidak iritasi, efek lainnya dari penggunaan pelembap adalah menjaga kulit agar tidak berjerawat karena jika kelembapan kulit terjaga itu akan menurunkan risiko untuk timbulnya jerawat pada kulit muka. Banyak orang menghindari penggunaan pelembap dikarenakan membuat kulit lebih berminyak dari biasanya, tetapi hal tersebut bisa diatasi dengan memilih pelembap yang bebas minyak. \n\n \n\n 4. Melindungi Kulit Wajah Dari Paparan Sinar Matahari Langsung \n\n Terpapar sinar matahari secara langsung akan menyebabkan kerusakan pada kulit wajah, terlebih jika pada kulit wajah terdapat jerawat karena kulit wajah tidak bisa secara langsung untuk mengatasi jerawat puber. Hal ini dapat dicegah dengan menggunakan sunscreen atau krim yang mengandung SPF 30. \n\n \n\n Jerawat merupakan penyakit kulit paling umum yang dialami remaja pada saat usia puber, bukan hanya rasa menimbulkan rasa nyeri pada kulit wajah saja, melainkan dapat mengurangi rasa percaya diri pada remaja. Diperlukan pendekatan secara postif dan personal agar seorang remaja dapat mengembalikan kepercayaan dirinya. Jika jerawat pada kulit tidak kunjung membaik setelah melakukan beberapa langkah-langkah diatas, maka disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter Spesialis Kulit agar mendapat pemeriksaan fisik yang teliti dan mendapatkan pengobatan serta tindakan khusus. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 15 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
GATAL BERLEBIHAN PADA KEPALA? WASPADA GEJALA DERMATITIS SEBOROIK!<\/a><\/h3>
APA ITU DERMATITIS SEBOROIK? \n\n Dermatitis seboroik (DS) adalah salah satu dari penyakit inflamasi pada kulit yang umumnya dapat mengenai berbagai kelompok usia dari mulai bayi sampai pasien dengan usia lanjut. Dermatitis Seboroik dapat terjadi pada semua ras dan kelompok etnis tetapi insiden yang lebih tinggi dan bentuk yang lebih parah dapat diamati pada pasien AIDS serta individu dengan kondisi penyakit tertentu. Dermatitis Seboroik biasanya muncul sebagai pola kronis dan kambuh pada remaja maupun dewasa muda ketika aktivitas dari kelenjar sebasea (kelenjar minyak) meningkat, dan kejadian meningkat pada pasien dengan usia lebih dari 50 tahun. Dermatitis Seboroik yang terjadi pada bayi disebut dermatitis seboroik infantile. Penyakit ini juga dapat dipengaruhi akibat iklim dimana keluhan akan lebih umum dan parah di iklim dingin dan kering. \n\n GEJALA \n\n Dermatitis seboroik ini sering mengenai bagian tubuh yang kaya akan kelenjar sebasea, contohnya seperti kulit kepala, wajah, tubuh bagian atas, dan area intertriginosa (daerah lipatan). Gejala pada penyakit ini dapat bersifat kronik, berulang ataupun menetap. Beberapa gejala dari dermatitis seboroik yang dapat terjadi pada usia dewasa adalah \n\n \n Bercak dan plak kemerahan, berminyak dan bersisik muncul di kulit kepala, wajah, telinga, dada, dan area intertriginosa. \n Bercak dikulit kepala dan wajah yang merah, mengelupas, dan berminyak, terutama pada lipatan hidung, alis, kelopak mata atas, dahi, dan area dibelakang telinga. \n Bercak berwarna merah muda dan bersisik juga dapat muncul di tempat lain, seperti bagian leher, dada, punggung atas, pusar, lipat paha dan ketiak. \n Terdapat keluhan gatal dan rasa terbakar. \n Terdapat masalah kosmetik yang serius, menyebabkan tekanan psikososial yang berdampak negatif pada kualitas hidup. \n \n\n Sedangkan pada Dermatitis Seboroik Infantil (DSI) memiliki ciri yang relatif berbeda dari usia yang lebih tua. Munculnya keluhan pada kulit tanpa disertai dengan rasa gatal yang umumnya mengenai area dahi atau kulit kepala dan area wajah dengan gambaran terdapatnya sisik kering, tebal, melekat, dan mengelupas, dan juga dapat disertai dengan ruam kemerahan pada daerah lipatan. Dermatitis Seboroik Infantil biasanya sembuh secara spontan dalam 6 sampai 12 bulan pertama kehidupan. \n\n PENYEBAB DAN FAKTOR RESIKO \n\n Hingga saat ini penyebab terjadinya Dermatitis Seboroik belum diketahui secara pasti. Namun, penyakit ini dapat berkaitan dengan beberapa factor, seperti: \n\n \n Peran kelenjar sebasea/minyak \n Sistem imun pasien, seperti HIV/AIDS \n Pasien dengan gangguan neurologis, termasuk gangguan mood, penyakit Alzheimer \n Jamur \n Kelembapan yang rendah \n Suhu dingin \n Penggunaan obat – obatan seperti, griseofulvin, simetidin, metildopa, dll. \n Defisiensi zinc (seng) \n \n\n DIAGNOSIS \n\n Dokter Spesialis Dermatovenereologi/Spesialis Kulit dan Kelamin (Sp.DV/Sp.DVE/Sp.KK) akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu, dimulai dari wawancara terhadap pasien, melakukan pemeriksaan fisik dengan melihat/mengenali pola karakteristik serta gambaran Dermatitis Seboroik, dan apabila dibutuhkan akan dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti dermoskopi ataupun biopsi kulit. \n\n PENGOBATAN \n\n Pada dasarnya, penggunaan emolien dapat membantu memperbaiki atapun mengurangi gejala seperti sisik tebal dan melekat dengan cara menggosokan secara lembut pada daerah yang terdapat keluhan namun pengikisan yang agresif harus dihindari karena dapat menyebabkan terjadinya peradangan lebih lanjut. \n\n Segera konsultasikan ke dokter spesialis dermatovenereologi/spesialis kulit dan kelamin, jika mengalami tanda dan gejala seperti yang telah dijelaskan diatas, agar dapat mengetahui penyebab dan mendapatkan penanganan lebih tepat \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 29 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Cara Menghilangkan Bopeng Bekas Jerawat<\/a><\/h3>
Jerawat merupakan penyakit kulit yang timbul melalui proses yang Panjang. Jerawat timbul disebabkan oleh tersumbatnya pori-pori dan adanya kelenjar minyak berlebihan. Sumbatan pori-pori dan minyak berlebih akan memunculkan mikro komedo. Bila mikro komedo tersebut tidak diobati maka menjadi komedo atau biasa disebut bruntusan. Apabila komedo tidak dirawat maka akan menjadi papul. Papul bentuknya seperti bintil dan apabila tidak diobati maka akan menyebabkan peradangan dan bakteri pencetus jerawat. \n\n Jerawat yang muncul di permukaan kulit lebih rentan terserang bakteri, terutama ketika Anda sering menyentuhnya dengan tangan kotor. Jerawat dapat meradang dan tumbuh lebih besar bahkan menyebabkan ifeksi dan peradangan pada kulit. Ketika muncul peradangan pada kulit dan tidak segera diatasi bias merusak struktur kulit, dan ketika penyembuhannya tidak sempurna akan meninggalkan cekungan pada kulit atau bopeng. \n\n Bopeng kulit yang timbul akibat jerawat yang meradang tidak bias mengilang dengan sendirinya. Bopeng sendiri memiliki bentuk yang beragam, biasanya cekung seperti lekukan atau lubang. Bopeng akan sangat mengganggu, apalagi posisinya berada di sekitaran wajah, akan sangat mengganggu penampilan dan menyebabkan kurangnya percayadiri, \n\n Ada banyak cara yang bisa di pilih untuk menghilangkan bopeng bekas jarawat, salah satunya adalah dengan berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Dermatologi dan Venereologi) di Rumah Sakit Hermina Medan \n\n Cara terbaik menangani bopeng adalah dengan berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis kulit dan kelamin di RS Hermina Medan. Anda dapat berkonsultasi dengan dr. Liza Arianita, M.Ked (DV), Sp.DV atau dr. Lora Desika Kaban, M.Ked (KK), Sp.KK. \n\n Konsultasi dengan dokter spesialis kulit kelamin untuk mengatasi bopeng adalah pilihan terbaik, hal ini disebabkan Karena untuk menangani bopeng perlu dilakukan dengan treatment khusus. Penanganan bopeng tidak cukup hanya dengan mengandalkan krim wajah. Meski krim dapat digunakan, itu hanya sebagai pelengkap. Sebab bopeng terjadi karena ada jaringan yang hilang, jadi harus menumbuhkan kembali dengan treatment. \n\n Apabila kamu merasa bopeng di wajah belum terlalu mengganggu dan masih belum perlu berkonsultasi dan melakukan perawatan kedokter, hindari hal berikut ini untuk mencegah munculnya bopeng akibat jerawat. \n\n \n Hindari menyentuh dan memencet jerawat \n Lakukan perawatan dan penanganan pada jerawat sebelum menimbulkan radang dan infeksi kulit \n Rutin pijat wajah untuk relaksasi dan jaga kebersihan wajah \n \n\n Selain hal di atas ada beberapa cara alami yang dapat kamu lakukan untuk mengurangi bopeng, antara lain dengan mengoleskan minyak kelapa pada area kulit yang terdapat bopeng atau mengoleskan lidah buaya pada area kulit yang bopeng. Kandungan asam amino dan antioksidan dalam lidah buaya bermanfaat untuk menyembuhkan kulit. \n\n Penanganan bopeng akan berbeda untuk masing-masing orang, hal ini dipengaruhi tingkat keparahan dan karakteristik kulit setiap orang. Untuk penanganan yang maksimal, tetap disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit dan kelamin di Rumah Sakit Hermina yang ada di kotakamu. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 29 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 16 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 18 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 29 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 10 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 12 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 07 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 23 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>