- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 23 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Penyakit Asma<\/a><\/h3>
Asma adalah sebuah penyakit kronis yang terjadi pada saluran pernapasan. Penyakit ini ditandai dengan penyempitan dan peradangan yang terjadi pada saluran napas sehingga penderita mengalami sesak atau kesulitan bernapas. Selain kesulitas bernapas penyakit asma juga dapat menimbulkan gejala seperti batuk - batuk, nyeri pada dada dan mengik. Asma dapat terjadi pada semua golongan usia baik anak maupun dewasa. Bagi sahabat hermina yang memiliki penyakit asma biasanya memiliki saluran napas yang lebih sensitif, sehingga ketika paru - paru teriritasi oleh sesuatu yang memicu alergi (debu, bulu binatang, asap rokok, udara dingin dan lembab, dll) maka otot-otot saluran pernapasan pada pengidap asma menjadi kaku dan menyempit. \n\n \n\n Penyebab \n\n Penyakit Asma dapat disebabkan oleh alergi yang dipicu oleh debu, bulu binatang, asap rokok, udara dingin dan lembab, atau infeksi virus. Meskipun penyebab utama dari penyakit asma belum dapat diketahui, ada beberapa penyebab yang dapat memicu kemunculan gejala penyakit asma, antara lain : \n\n \n \n Debu \n \n \n Bulu binatang \n \n \n Paparan asap rokok \n \n \n udara dingin dan lembab \n \n \n Asam lambung sedang naik \n \n \n Infeksi virus \n \n \n Olahraga \n \n \n Kehamilan \n \n \n Lingkungan \n \n \n\n Selain beberapa faktor pemicu diatas, Faktor genetik juga dapat menjadi salah satu penyebab seseorang menderita penyakit asma. \n\n Gejala \n\n Asma dapat terjadi pada semua golongan usia baik anak maupun dewasa sehingga gejala Asma yang dirasakan oleh penderita bisa berbeda-beda. Namun ada beberapa tanda gejala yang umum terjadi antara lain : \n\n \n \n Batuk-batuk dan mengi \n \n \n Sulit tidur dikarenakan sesak napas \n \n \n Sering terbangun di malam hari karena sesak napas \n \n \n Mengalami sesak napas terutama pada malam hari \n \n \n Nyeri atau sakit pada dada \n \n \n\n Selain gejala umum yang terjadi, gejala asma juga dianggap dianggap berat bila : \n\n \n \n Terjadi serangan asma setiap hari \n \n \n Sesak napas yang cukup berat \n \n \n Harus sering memakai inhaler atau obat semprot asma setiap hari \n \n \n\n Pada kondisi gejala berat, segeralah sahabat hermina datang ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapat penanganan medis yang lebih tepat. \n\n \n\n Pengobatan \n\n Dalam pengobatan asma harus dengan pengawasan dari dokter, karena pengobatan asma disesuaika dengan golongan usia. Tujuannya adalah untuk meredakan gejala asma mencegah kekambuhan gejala, serta mengurangi pembengkakan dan penyempitan pada saluran pernapasan. Dalam pengobatan asma, ada dua hal yang perlu dilakukan, yaitu dengan meredakan dan mencegah gejala asma kambuh. Sehingga penting untuk sahabat hermina menjalanin pengobatan. Beberapa upaya yang sapat sahabat hermina lakukan untuk menghindari kambuhnya penyakit asma, diantaranya adalah : \n\n \n \n Mengetahui pemicu munculnya gejala asma dan menghindarinya \n \n \n Membawa inhaler sebagai pengobatan saat gejala asma kambuh yang direkomedasikan oleh dokter \n \n \n Melakukan pemeriksaan ke dokter bila gejala tidak juga membaik setelah menjalani pengobatan \n \n \n\n Jika Sahabat Hermina merasa penyakit asma tidak kunjung membaik, segeralah melakukan konsultasi dengan dokter di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 10 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
Badai Sitokin pada Penderita COVID-19 <\/a><\/h3>
Badai sitokin merupakan suatu kondisi respon imun tubuh berlebihan, umumnya dipicu oleh infeksi. Sitokin adalah protein yang mengomunikasikan sinyal tubuh untuk merespons infeksi. Pada kondisi badai sitokin, sitokin terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali. Jika respon berlebihan pada sistem imun, mengakibatkan terjadinya hiperinflamasi atau peradangan multisistem yang berpotensi fatal. Badai sitokin bisa menyebabkan penggumpalan darah dari protein yang diproduksi hati. Hal ini akan berdampak pada terjadinya kerusakan berbagai organ akibat suplai oksigen yang terganggu. Virus corona varian baru dianggap dapat menyebabkan badai sitokin pada paru-paru pasien yang terinfeksi oleh virus tersebut. Kondisi tersebut dapat menyebabkan perburukan kondisi hingga terjadinya kematian pada pasien COVID-19. \n\n \n\n Apa Saja Pemicu Badai Sitokin? \n\n Badai sitokin dapat dipicu oleh sejumlah infeksi, seperti influenza, pneumonia, dan sepsis. Pada pasien COVID-19, beberapa pasien dapat mengalami perburukan dengan cepat karena badai sitokin. Sebagian besar mengalami demam dan sesak napas. Kondisi ini membuat penderita COVID-19 mengalami kesulitan bernapas sehingga membutuhkan alat bantu pernafasan (ventilator). Badai sitokin dapat terjadi selama kurang lebih enam sampai dengan tujuh hari setelah timbulnya penyakit. \n\n Kondisi badai sitokin terjadi akibat tubuh terlalu banyak memproduksi protein kekebalan yang disebut sitokin. Biasanya, orang yang berisiko tinggi mengalami badai sitokin adalah mereka yang sejak awal memiliki masalah daya tahan tubuh, seperti penyakit autoimun dan penyakit kanker. \n\n \n\n Bagaimana Gejala Pasien COVID-19 yang Mengalami Badai Sitokin? \n\n Gejala badai sitokin pada pasien COVID-19 antara lain terjadinya sesak napas dan demam. Pada kondisi tubuh terserang badai sitokin, gejala tersebut akan lebih berat, bahkan pasien membutuhkan alat bantu pernafasan (ventilator). Hal ini dikarenakan sitokin bekerja secara berlebihan hingga tidak terkendali. \n\n \n\n Organ Tubuh Apa Saja yang Terdampak Akibat Badai Sitokin? \n\n Badai sitokin dianggap sebagai salah satu penyebab utama kegagalan pada banyak organ tubuh saat terinfeksi COVID-19, yaitu : \n\n 1. Jantung \n\n Pasien dengan atau tidak memiliki riwayat penyakit jantung bisa mengalami kerusakan jantung akibat infeksi virus corona. Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya badai sitokin. Adapun komplikasi yang dapat terjadi yaitu pembengkakan (inflamasi), iritasi, dan peradangan pada jantung \n\n \n\n 2. Paru \n\n Kerusakan paru disebabkan karena kematian pada sel epitel paru yang diinduksi oleh sitokin \n\n \n\n 3. Ginjal \n\n Respon inflamasi akibat badai sitokin dapat menyebabkan cedera hipoperfusi pada tubulus ginjal. Kondisi tersebut ditandai dengan terjadinya penumpukan cairan di rongga pleura, yaitu rongga diantara lapisan pleura yang membungkus paru-paru dengan lapisan pleura yang menempel pada dinding dalam rongga dada (efusi pleura), pembengkakan ginjal akibat penumpukan cairan (edema), penipisan cairan intravaskular dan hipotensi. Selain itu, kerusakan sitopatik langsung disebabkan oleh SARS-CoV2 yang dianggap sebagai salah satu mekanisme yang mendasari kerusakan ginjal \n\n \n\n 4. Sistem Saraf Pusat \n\n Gejala ini bisa disebabkan oleh adanya peningkatan sitokin pro inflamasi yang terkait dengan badai sitokin. Hal ini dapat disebebakan gejala neurologis akibat kerusakan otot rangka. \n\n \n\n Bagaimana Identifikasi Badai Sitokin pada Penderita COVID-19? \n\n Identifikasi badai sitokin dapat dilihat dari ketika seorang pasien terus mengalami kesulitan bernapas meskipun menerima oksigen. Hal itu mungkin berarti tubuh mereka sedang mengalami badai sitokin. \n\n \n\n Apabila Anda maupun anggota keluarga mengalami gejala COVID-19 seperti deman, batuk, pilek, sesak nafas, kehilangan kemampuan indra penciuman (anosmia) atau gangguan pencernaan, segera lakukan konsultasi dan pemeriksaan di fasilitas kesehatan. Untuk informasi dan pendaftaran, hubungi 061-80862525. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 10 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>