- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 24 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
3 Kiat Otot Sehat Untuk Lansia Sehat<\/a><\/h3>
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Lansia yang sehat artinya sehat secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial sehingga bisa produktif dalam kehidupan sehari-hari. \n\n Saat proses penuaan, terjadi berbagai perubahan fungsi tubuh sehingga lansia sering mengalami berbagai keluhan. Salah satu keluhan yang sering terjadi adalah kelemahan otot dan penurunan daya tahan tubuh yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Hal ini wajar dialami oleh lansia karena suatu kondisi yang disebut sebagai sarkopenia. \n\n \n\n Apa itu Sarkopenia? \n\n Sarkopenia adalah gangguan otot menyeluruh terkait dengan proses penuaan, ditandai dengan kehilangan massa otot, kekuatan otot, dan berkurangnya performa fisik. \n\n Sarkopenia berhubungan erat dengan disabilitas dan penurunan kualitas hidup. Dengan berkurangnya kekuatan otot, kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari akan turun dan tingkat ketergantungan pun meningkat. \n\n \n\n Dampak Sarkopenia \n\n Dampak yang ditimbulkan oleh sarkopenia, tentunya dapat mengganggu berbagai aktivitas keseharian seseorang. Umumnya, penderita sarkopenia akan merasakan tubuh yang semakin melemah seiring dengan semakin berkurangnya massa otot, cepat lelah, mobilitas terganggu, mudah terjatuh, mudah sakit, depresi dan mudah pikun. \n\n \n\n Gejala Sarkopenia \n\n Gejala utama dari sarkopenia adalah melemahnya kekuatan otot. Selain itu, ada beberapa gejala lain yang umum dialami oleh penderita sarkopenia, di antaranya: \n\n \n Kesulitan untuk melakukan rutinitas sehari-hari. \n Kesulitan untuk menaiki atau menuruni tangga. \n Keseimbangan tubuh buruk dan mudah terjatuh. \n Kesulitan membawa beban di atas 5 kg \n Kesulitan berjalan jauh \n Kesulitan bangun dari kursi atau pindah dari tempat tidur \n Memiliki lingkar betis yang kurang dari normal yaitu < 31 LB (Lingkar Betis) \n \n\n \n\n Siapa yang Berisiko Sarkopenia? \n\n \n Usia tua terutama di atas usia 65 tahun \n Lansia dengan gangguan nutrisi \n Lansia dengan penyakit kronik (Penyakit paru obstruktif kronis , Diabetes Melitus, Penyakit ginjal, stroke, osteoporosis) \n Lansia yang mulai menunjukkan tanda kepikunan/demensia \n Lansia berisiko jatuh dan terganggu mobilitasnya \n \n\n \n\n Cara Mencegah Sarkopenia \n\n \n Nutrisi \n \n\n Cukupi kebutuhan tubuh dengan gizi seimbang. Untuk lansia, penuhi kebutuhan nutrisi protein yang jauh lebih banyak dibanding anak muda. \n\n \n Asupan protein sebesar 1-1,2 gram per kg berat badan per hari merupakan kadar asupan protein yang optimal bagi seorang lansia, \n Kalori yang cukup sesuai usia dan berat badan \n konsumsi makanan mioprotekti seperti daging, buah dan sayur, dairy product, makanan utuh seperti sereal dan ikan/minyak ikan \n Makanan kaya Vitamin D, asam lemak omega 3, dan anti oksidan \n Cairan yang cukup minimal 2 liter \n Hindari fast food / makanan cepat saji \n Suplemen jika perlu \n \n\n \n\n \n Aktivitas fisik \n \n\n Melatih kekuatan otot sejak muda memang sangat disarankan untuk menjaga massa otot hingga usia senja nanti. \n\n \n Olah raga resistance training progresif (olahraga pembebanan) dengan target yang dapat dinaikan secara bertahap. Lakukan 2x perminggu dengan repetisi (misal 1-3 set dengan 6-12 repetisi), ada waktu istirahat antara masing-masing set dan antara waktu olah raga (kurang lebih 48 jam) \n Latihan keseimbangan dan endurance (daya tahan tubuh) \n Ditambah aktifitas fisik/gaya hidup aktif \n Latihan aerobik dengan intensitas moderat selama 2-5 jam per minggu \n Difokuskan untuk aktivitasfisik sehari-hari yang memperkuat otot (lebih dari dua kali perminggu) dan aktivitas multimodal (lebih dari 3 kali perminggu) \n \n\n \n\n \n Mengontrol Penyakit Kronik \n \n\n Melakukan medical check up lansia secara teratur (6-12 bulan sekali) Kontrol rutin jika sudah memiliki penyakit seperti darah tinggi dan diabetes \n\n \n\n Konsultasikan kesehatan Lansia, dan atasi sarkopenia dengan penanganan tepat bersama RS Hermina Bekasi. Anda bisa melakukan konsultasi dengan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Geriatri di Rumah Sakit Hermina Bekasi untuk mendapatkan penanganan yang tepat. \n\n Unduh Aplikasi Halo Hermina untuk membuat janji temu dengan dokter-dokter spesialis di Rumah Sakit Hermina Bekasi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Soreang<\/a><\/li>
- 21 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Tahukah Kamu Apa Itu Sindrom Geriati ? Simak Bagaimana Cara Menanganinya.<\/a><\/h3>
Sindrom adalah kumpulan dari berbagai gejala yang munculnya bersamaan biasanya diakibatkan oleh penyakit atau kondisi medis tertentu. Geriatri adalah sebutan bagi kaum lansia. \n\n Sindrom geriatri adalah sekumpulan gejala yang terjadi pada lansia biasanya muncul bersamaan yang diakibatkan oleh penyakit atau kondisi medis tertentu. Bila tidak ditangani dengan baik, sindrom geriatri dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup pada lansia. \n\n \n\n Sindrom geriatri terdiri dari beberapa gejala yang dirumuskan oleh Kane & Ouslander dalam Geriatric Giants (141) yaitu: \n\n 1. Immobility (imobilisasi) \n\n Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak selama 3 hari atau lebih. Kondisi ini sering dijumpai pada lansia akibat penyakit yang dideritanya seperti infeksi yang berat dan patah tulang, banyak gangguan yang dapat ditimbulkan akibat imobilisasi salah satunya adalah ulkus dekubitus (luka pada tubuh yang terdapat tonjolan tulang seperti punggung, bokong, dan tumit karena tekanan akibat terlalu lama berbaring dan sulit disembuhkan). Berkonsultasi dengan dokter untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan imobilisasi agar dapat diterapi sehingga dapat mengoptimalkan mobilitas lansia. \n\n 2. Instability (instabilitas) \n\n Instabilitas dapat terjadi akibat penyakit muskuloskeletal (penyakit otot dan rangka) seperti penyakit rematik, asam urat dan osteoporosis serta penyakit pada sistem saraf seperti parkinson dan sekuele (gejala sisa) stroke. Akibat dari instabilitas dan jatuh ini dapat berupa cedera kepala dan perdarahan intrakranial (di dalam kepala), patah tulang, yang dapat berujung pada kondisi imobilisasi. \n\n 3. Incontinence (inkontinensia) urine \n\n Inkontinensia adalah kondisi dimana seseorang tidak dapat menahan buang air besar dan buang air kecil. Inkontinensia dapat terjadi karena melemahnya otot-otot, gangguan persarafan, kontraksi abnormal pada kandung kemih, pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna seperti yang terjadi pada hipertrofi (pembesaran) prostat. \n\n 4. Irritable bowel (usus besar yang sensitif) \n\n Sehingga menyebabkan diare atau konstipasi/ impaksi (sembelit). Penyebabnya tidak jelas, tetapi pada beberapa kasus ditemukan gangguan pada otot polos usus besar, penyebab lain yang mungkin adalah gangguan saraf sensorik usus, gangguan sistem saraf pusat, gangguan psikologis, dan stress. Berkonsultasi dengan dokter untuk mengevaluasi faktor penyebab dan kelola stress sehingga meminimalkan gangguan pada usus besar. \n\n 5. Immunodeficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh) \n\n Banyak hal yang mempengaruhi penurunan sistem kekebalan tubuh pada usia lanjut seperti atrofi thymus (kelenjar yang memproduksi sel-sel limfosit T yang berperan dalam pertahanan tubuh). Begitu juga dengan infeksi pertama pada tubuh seperti kulit dan mukosa yang menipis, refleks batuk dan bersin (refleks untuk mengeluarkan zat asing yang masuk ke saluran nafas) yang melemah. Segala mekanisme tersebut berakibat terhadap rentannya lansia terhadap agen penyebab infeksi, sehingga penyakit infeksi menempati porsi besar pada pasien lansia. Mengonsumsi makanan bergizi dan tinggi protein serta latihan fisik dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh pada lansia. \n\n 6. Infection (infeksi) \n\n Salah satu manifestasi akibat penurunan sistem kekebalan tubuh yang berkurang. Sebagai contoh, agen penyebab infeksi saluran pernafasan dapat dikeluarkan bersama dahak melalui refleks batuk, tetapi karena menurunnya kemampuan tubuh, agen tersebut tetap berada di paru-paru sehingga mengakibatkan penyakit salah satunya pneumonia (penyakit infeksi paru). Pada pneumonia, gejala yang tampak bukan demam, batuk, sesak nafas, dan leukositosis (jumlah sel darah putih meningkat) seperti orang dewasa pada umumnya, melainkan nafsu makan turun, lemah, dan penurunan kesadaran, gejala inilah yang umumnya tampak pada penyakit infeksi pada lansia, ditambah dengan inkontinensia dan jatuh (akibat penurunan kesadaran). Segera bawa lansia ke dokter bila mulai menunjukkan gejala yang mengindikasikan sedang mengalami infeksi seperti penurunan nafsu makan, lemah, atau penurunan kesadaran. \n\n 7. Iatrogenics (iatrogenesis) \n\n Karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu multipatologi, seringkali menyebabkan pasien tersebut perlu mengkonsumsi obat yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa. Selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan karena pemberian obat pada lansia haruslah sangat hati-hati dan rasional. \n\n 8. Intellectual impairment (Intelektual menurun) dan demensia \n\n Mulai dari menurunnya jumlah sel-sel saraf (neuron) hingga penyakit yang berpengaruh pada metabolisme seperti diabetes mellitus. Otak adalah organ yang sangat tergantung pada glukosa sebagai sumber energi sehingga pada diabetes melitus terjadi gangguan pasokan energi untuk otak itu dapat menurunkan jumlah oksigen ke otak. Hal ini dapat dicegah dengan rutin minum obat untuk penyakit yang perlu dikontrol (misalnya hipertensi, diabetes). Keluarga dapat membantu lansia melakukan aktivitas untuk melatih otak, misalnya dengan bersama-sama mengerjakan teka teki silang, mengaji, menemani lansia saat menjalankan hobinya, dan berolahraga ringan bersama agar memori tetap terjaga. \n\n \n\n Jika mengalami gejala serupa, segera konsultasikan dengan Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RS Hermina Soreang. \n\n Download aplikasi Hermina Mobile Apps untuk memudahkan akses pendaftaran ke RS Hermina Soreang. \n \n \nReferensi : \n\n \n1. Sindrom geriatri rumusan oleh Kane & Ouslander dalam Geriatric Giants (141) \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 22 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Selamatkan Hari tuamu dari osteoporosis!<\/a><\/h3>
Halo Sahabat Hermina banyak di antara kita yang rentan terkena penyakit osteoporosis terutama setelah berusia 40 tahun ke atas. \n\n Pengertian Osteoporosis \n\n Osteoporosis adalah penyakit ketika tulang secara perlahan kehilangan kepadatannya, sehingga menjadi lemah dan rentan akan fraktur (patah tulang). Osteoporosis paling sering menyebabkan fraktur di panggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan. \n\n Gejala Osteoporosis \n\n Osteoporosis dikenal sebagai penyakit sunyi atau silent disease, sebab pengidap tidak merasakan gejala apapun sampai kecelakaan seperti terpeleset atau jatuh menyebabkan patah tulang. \n\n Penyebab dan Faktor Risiko Osteoporosis \n\n Faktor risiko osteoporosis meliputi banyak kondisi, di antaranya bisa dimodifikasi dan sebagian lainnya tidak dapat dimodifikasi. \n\n Faktor risiko yang dapat dimodifikasi: \n\n \n Hormon seks. Kadar estrogen yang rendah berkaitan dengan siklus menstruasi yang bolong-bolong maupun menopause dapat menyebabkan osteoporosis pada perempuan. Sedangkan pada laki-laki, kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan osteoporosis. Hal ini dapat dimodifikasi dengan perubahan pola makan dan juga terapi hormonal. \n Anoreksia nervosa. Pada anoreksia nervosa, tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang seharusnya, sehingga kekurangan komponen yang dibutuhkan untuk menjaga kepadatan tulang \n Konsumsi kalsium dan vitamin D yang kurang dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh. \n Penggunaan obat-obatan tertentu \n Kurangnya aktivitas fisik \n Merokok \n Alkohol \n \n\n Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi: \n\n \n Jenis kelamin. Perempuan lebih rentan mengalami osteoporosis daripada pria \n Usia. Sebagai penyakit degeneratif, osteoporosis menyerang individu dengan usia lanjut sekitar 40 tahun ke atas \n Ukuran tubuh yang kecil dan kurus pada perempuan \n Perempuan dengan etnis Kaukasia dan Asia memiliki risiko paling tinggi dibanding perempuan Hispanik dan kulit hitam \n Riwayat keluarga dengan osteoporosis \n \n\n Diagnosis Osteoporosis \n\n Diagnosis osteoporosis biasanya dilakukan oleh dokter dengan menanyakan riwayat medis lengkap dan melakukan pemeriksaan fisik, rontgen tulang, densitometri tulang, dan tes laboratorium khusus. Jika dokter mendiagnosis massa tulang yang rendah, dia mungkin ingin melakukan tes tambahan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang dapat menyebabkan keropos tulang, termasuk osteomalasia (penyakit tulang metabolik yang ditandai oleh mineralisasi tulang yang abnormal) atau hiperparatiroidisme (aktivitas berlebihan kelenjar paratiroid). \n\n Densitometri tulang biasanya dilakukan pada wanita yang menginjak usia menopause. Beberapa jenis densitometri tulang digunakan untuk mendeteksi keropos tulang di berbagai area tubuh. Dual-energi x-ray absorptiometry (DEXA) adalah salah satu metode yang paling akurat, tetapi teknik lain juga dapat mengidentifikasi osteoporosis, termasuk photon absorptiometry tunggal (SPA), computed tomography kuantitatif (QCT), absorptiometri radiografi, dan USG. Dokter dapat menentukan metode mana yang paling cocok untuk pengidap. \n\n Penanganan Osteoporosis \n\n Perawatan untuk osteoporosis meliputi: \n\n \n Diet seimbang kaya kalsium dan vitamin D \n Rencana latihan \n Gaya hidup yang sehat \n Obat-obatan, jika diperlukan. (terapi penggantian estrogen, modulator reseptor estrogen selektif, kalsitonin, dan bifosfonat.) \n \n\n Sahabat Hermina itulah informasi seputar osteoporosis, semoga dapat menambah pengetahuan sahabat Hermina seputar penyakit osteoporosis dan sahabat Hermina bisa melakukan pencegahan sedini mungkin. Salam sehat sahabat Hermina. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 13 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal apa itu GERD<\/a><\/h3>
GERD kepanjangan dari GastroEsofageal Refluks Disease adalah suatu kondisi dimana terjadi refluks atau masuknya cairan atau isi dari lambung ke esofagus. Kondisi ini adalah kondisi yang tidak normal karena isi dari lambung tidak boleh keluar ke esofagus. Secara anatomi dinding lambung dibuat sedemikian kuatnya sehingga dapat menahan asam lambung sementara esofagus tidak dibuat untuk menahan asam lambung. Kondisi ini terjadi akibat otot spinkter atau otot yang bersifat katup di bagian perbatasan lambung dan esofagus rusak. Akibatnya saat makanan berada di dalam lambung dapat refluks atau keluar kembali ke esofagus. Karena sifatnya yang asam maka isi lambung yang masuk ke dalam esofagus akan menimbulkan kerusakan di esofagus dan jaringan sekitarnya. \n\n Kerusakan akibat masukknya isi lambung ke esofagus akan menimbulkan rasa tidak nyaman hingga nyeri pada esofagus. Gejala yagn biasanya terjadi adalah rasa terbakar di dada atau heart burn. Gejala ini sering dianggap sebagai serangan jantung padahal tidak berhubungan dengan serangan jantung. Selain itu juga terdapat gejala sulit menelan, ada rasa mengganjal di leher setelah makan sampai rasa sesak atau ”nyesek”. Selain gejala umum di atas terkadang bila isi lambung naik lebih tinggi dari esofagus bisa juga menimbulkan gejala di luar esofagus seperti batuk yang tidak diketahui sebabnya, radang telinga, radang tenggorokan sampai mulut pahit dan gigi berlubang. Bila terdapat gejala-gejala seperti tersebut di atas disarankan segera berobat ke dokter spesialis penyakit dalam konsultan saluran cerna dan hati. \n\n Penyebab kerusakan dari otot spinter yang menahan isi lambung tidak keluar ke esofagus adalah akibat asam lambung yang mengiritasi bagian atas lambung. Kondisi asam lambung yang pH nya rendah yang terus menerus mengakibatkan kerusakan otot spinkter tersebut. Kondisi asam lambung yang tidak terkontrol adalah sebabnya. Untuk itu perlu dilakukan tindakan untuk mengurangi asam lambung atau menaikkan pH isi lambung mengurangi keasamannya. \n\n Cara mengetahui apakah kita terkena GERD adalah dengan melihat gejala-gejala yang tersebut di atas. Setelah itu kita berobat ke dokter. Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan-pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis GERD. Pemeriksaan terpenting adalah dilakukan endoskopi saluran cerna atas atau Esofagogastroduodoskopi. Dari pemeriksaan itu akan dilihat apakah ada kelainan dari esofagus maupun ada kerusakan dari spinkter hiatal. Biasanya juga dilakukan biospi. \n\n Terapi yang dikerjakan adalah mengurangi keasaman dari lambung. Diharapkan dengan mengurangi keasaman lambung maka paparan asam di spinkter hiatal akan berkurang dan diharapkan akan sembuh. Pada kasus-kasus ringan sampai sedang bisa dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang mengurangi keasaman lambung, pada kasus yang berat biasanya diperlukan tindakan pembedahan. Selain dengan obat juga diperlukan modifikasi gaya hidup dimana sudah mulai diatur pola makanan, hindari kopi, terlalu pedas, asam, hindari stres dan jangan makan terlambat. Selain itu hindari pula tidur sehabis makan besar, usahakan jaraknya 2 jam. \n\n GERD bukan penyakit yang mengancam jiwa secara langsung seperti serangan jantung. Jangan membaca atau mendengar tentang GERD yang menyebabkan kematian, itu hoax. Datang ke RS atau sarana kesehatan terdekat bila kita curiga apakah kita menderita GERD atau yang lain. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 19 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
Operasi Wasir dengan Metode Stapler<\/a><\/h3>
Wasir atau hemorrhoid adalah pembengkakan atau pembesaran dari pembuluh darah di usus besar bagian akhir (rektum), serta dubur atau anus. \n\n Wasir merupakan penyakit yang dapat menyerang segala usia, namun umumnya lebih sering menimbulkan keluhan pada usia 50 tahun atau lebih. Penyakit ini penyebabnya sebagian besar karena gaya hidup yaitu perilaku lebih banyak duduk, kurang konsumsi serat, kebiasaan mengejan saat BAB dan jarang olahraga. \n\n \n\n Apa saja faktor penyebab wasir? Wasir dapat disebabkan oleh hal berikut: \n\n • Mengejan dalam posisi jongkok/duduk \n\n • Konstipasi lama (sembelit) \n\n • Familial (keturunan) \n\n • Kerja berat \n\n • Kegemukan \n\n • Kehamilan \n\n • Mengkonsumsi makanan rendah serat \n\n \n\n Terdapat empat tahapan penderita wasir, yaitu: \n\n Tahap pertama: pasien mengeluhkan buang air besar (BAB) tanpa berdarah \n\n Tahap kedua: BAB berdarah dan ada benjolan pada anus yang bisa hilang spontan (sendiri) \n\n Tahap ketiga: saat BAB keluar benjolan, namun bisa dimasukkan kembali dengan bantuan jari tangan \n\n Tahap keempat: benjolan tidak bisa masuk sama sekali dan terasa sangat nyeri \n\n \n\n Operasi wasir masih menjadi ketakutan tersendiri bagi masyarakat. Ketakutan akan rasa sakit berkepanjangan membuat pasien memilih menunda tindakan operasi. Padahal, wasir akan semakin parah jika tidak segera dilakukan tindakan klinis. \n\n Metode stapler dalam operasi wasir dapat menjadi salah satu solusi yang bisa dipilih penderita wasir. Metode ini lebih nyaman untuk pasien. Karena nyerinya sangat minimal, lama rawat lebih singkat, serta komplikasi pasca operasi minimal. \n\n Menurut dr. Suprayadi Chandra, SpB, dokter Spesialis Bedah di RS Hermina Galaxy-Bekasi, metode penanganan wasir terkini dengan stapler (stapled hemorrhoidopexy) terbukti mampu mengurangi rasa nyeri setelah operasi. Namun, setelah operasi pasien harus menjalankan pola hidup sehat, diantaranya seperti mengonsumsi makanan berserat, minum air putih cukup, dan berolahraga. \n\n Yang perlu dipahami wasir adalah penyakit akibat gaya hidup. Walau telah dipotong dengan teknologi terbaru, selama si pasien tidak menjaganya dapat kambuh lagi. \n\n Jika Sahabat Hermina mengalami masalah haemorrhoid/wasir, segera konsultasikan ke dokter spesialis bedah RS Hermina Galaxy. Sehat Bersama RS Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Yogya<\/a><\/li>
- 06 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Status Gizi bagi Lansia<\/a><\/h3>
Menjadi tua merupakan proses yang akan dialami oleh setiap manusia. Setiap orang akan mengalami proses penuaan. Apa yang disebut dengan penuaan? Penuaan merupakan proses yang ditandai dengan penurunan berbagai fungsi organ dan perubahan fisiologi tubuh. Seseorang disebut tua ketika secara fisik dapat terlihat dengan adanya berambut putih, bergigi ompong, kulit yang keriput, jalan membungkuk, atau pada tanda yang lain, memiliki cucu, menjalani pengobatan rutin, atau selesai menjalankan tugas (pensiun). \n\n \n\n Menurut WHO dan Depkes, batasan lanjut usia sesuai kronologis yaitu ketika seseorang berusia lebih dari 65 tahun. \n\n \n\n Bagi orang lanjut usia, asupan gizi harus diperhatikan agar kualitas hidup dan waktu yang dijalani menjadi bermakna. Adapun faktor yang memengaruhi asupan gizi lansia adalah sebagai berikut: \n\n \n\n Fakor Fisiologis \n\n a. Terdapat penurunan massa bebas lemak yang mengakibatkan massa otot menurun. Asupan gizi yang dibutuhkan adalah protein untuk menghasilkan energi. \n\n \n\n b. Penurunan massa lemak pada lansia akan mengakibatkan retensi cairan sehingga resiko dehidrasi bagi lansia tinggi. \n\n \n\n c. Retensi insulin mengakibatkan gula darah puasa pada lansia akan meningkat sehingga resiko diabetes melitus pada lansia tinggi. \n\n \n\n d. Sekresi asam lambung pada lansia terjadi karena lansia kekurangan vitamin, kalsium, zat besi, dan asam folat. Intoleransi laktosa pada lansia dapat diatasi dengan pemberian asupan susu bebas gula dan vitamin D. \n\n \n\n e. Perubahan sensoris, hal ini kerap kali terjadi pada lansia ditandai dengan adanya kekurangan nafsu makan, cenderung makan manis atau asin untuk sekalinya ingin makan. \n\n \n\n Fakor Patofisiologis \n\n a. Pada lansia akan mengalami penurunan fungsi organ tubuh seperti penurupan fungsi ginjal. \n\n \n\n b. Penurunan daya tahan tubuh, sering terserang penyakit. \n\n \n\n Faktor Sosioekonomi \n\n Kebutuhan vitamin harus dipenuhi oleh lanjut usia karena vitamin memiliki peran penting yaitu mencegah dan memperlambat proses degeneratif pada lansia. Vitamin apa saja yang dibutuhkan oleh lansia, yaitu: \n\n \n\n - Vitamin B12 \n\n - Vitamin D \n\n Selain dari vitamin yang bisa diminum vitamin D dapat diperoleh dari berjemur \n\n - Vitamin C dan E \n\n Untuk pencegahan katarak, penyakit kardiovaskuler, kanker \n\n - Kebutuhan mineral, terutama bagi lansia yang perempuan karena sudah tidak lagi menstruasi. Bagi laki-laki lansia kekurangan mineral dapat mengakibatkan kanker karena setelah usia 60 tahun lansia akan mengalami penurunan kemampuan absorpsi. Mineral akan menjaga fungsi otot, saraf, struktur tulang, mencegah penyakit anemia, alzheimer, stroke hingga osteoporosis \n\n - Kebutuhan Protein \n\n - Kebutuhan Karbohidrat \n\n Untuk pemberian kecukupan gizi bagi lansia tiap orang akan berbeda disesuaikan dengan jenis kelamin, tinggi dan berat badan. \n\n \n\n Memberi perhatian lebih, meluangkan waktu dengan menemani atau sekedar mendengar lansia bercerita akan meningkatkan imun tubuh bagi lansia. \n\n \n\n Mendaftarkan lansia pada sebuah komunitas juga akan meningkatkan semangat hidup bagi lansia, terlebih bagi lansia yang sedang berjuang atau menyandang penyakit tertentu seperti stroke, hemodialisa, atau yang lain. Dukungan orang-orang bagi lansia merupakan kekuatan tersendiri, karena hal tersebut akan menimbulkan semangat bagi lansia bahwa mereka masih diperhatikan. \n\n \n\n Karya yang telah mereka buat dan masih digunakan juga menjadi penyemangat bagi lansia. Ketika lansia menceritakan perjuangan atau karya yang dibuatnya merupakan wujud dari dedikasi saat lansia masih produktif pada eranya. \n\n \n\n Yuk, mulai perhatikan kesehatan lansia di sekitar kita, Sahabat Hermina. Jangan lupa untuk rutin mengajak mereka melakukan pemeriksaan kesehatan rutin agar kesehatan mereka selalu terjaga dengan baik. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 06 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 13 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 22 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>