- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 15 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Menangani Konstipasi dan Sulit Makan pada Anak<\/a><\/h3>
Orang tua sering khawatir ketika anaknya tak kunjung buang air besar dalam sehari. Apalagi bila melihat perut sang buah hati menggembung seolah-olah banyak menampung sisa makanan yang belum terbuang. Namun sebetulnya setiap anak punya jadwal tersendiri untuk ke toilet. Yang patut menjadi perhatian adalah ketika ada gejala konstipasi alias sembelit yang membuat anak tak nyaman. Karena itu, orang tua perlu tahu cara menangani konstipasi pada anak. \n\n \n\n Mengenal Konstipasi Anak \n\n Konstipasi adalah masalah kesehatan yang umum sangat umum terjadi pada anak-anak. Orang tua tak perlu cemas berlebihan. Anak dianggap mengalami konstipasi bila buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu, sulit buang air besar, atau fesesnya keras, kering, dan amat besar. \n\n Menangani konstipasi pada anak tergantung penyebab dan kondisi yang dialami anak. Orang tua dapat mencegah konstipasi anak dengan menerapkan kebiasaan makan yang sehat serta mengajaknya beraktivitas fisik, termasuk berolahraga, secara rutin. \n\n Konstipasi terjadi ketika feses bergerak terlalu lambat di dalam usus besar. Usus besar merupakan organ yang berperan dalam pembuangan sisa makanan atau buang air besar. Usus besar menyerap air ketika akan mengeluarkan feses. Gerakan otot mendorong feses menuju rektum. Saat anak mengalami sembelit, gerakan otot di usus besar terlalu lambat dan usus besar menyerap terlalu banyak air. \n\n Walhasil, feses menjadi sangat keras dan kering sehingga susah bergerak. Tatkala mencapai rektum, sebagian besar air di usus besar sudah terserap dan feses sulit keluar. Anak akan merasa kesakitan ketika hendak mengeluarkan feses dan tidak nyaman beraktivitas. \n\n Gejala Konstipasi pada Anak \n\n Harus digarisbawahi bahwa setiap anak memiliki kebiasaan buang air besar yang berlainan. Seorang anak yang tidak buang air besar sekali pun dalam sehari belum tentu mengalami konstipasi. Secara umum, gejala konstipasi pada anak meliputi: \n\n \n Buang air besar lebih jarang ketimbang biasanya \n Merasa sakit saat buang air besar \n Susah payah untuk buang air besar \n Perut terasa kembung \n Terdapat darah di feses \n Terdapat noda bekas feses di celana \n Kehilangan nafsu makan \n \n\n Gejala konstipasi pada anak mungkin menyerupai masalah kesehatan lain. Untuk mendapatkan informasi yang valid, termasuk cara menangani konstipasi itu, kunjungi dokter untuk berkonsultasi. \n\n \n\n Penyebab Konstipasi \n\n Penyebab umum konstipasi adalah menu makan yang kurang memuat cukup air dan serat. Keduanya berperan penting untuk membantu otot usus besar bergerak mendorong feses ke rektum. Anak yang lebih banyak mengonsumsi karbohidrat dan protein lebih berpotensi mengalami sembelit. \n\n Sembelit juga bisa terjadi akibat penggunaan obat-obatan tertentu oleh ibu menyusui. Biasanya, obat antidepresan atau suplemen zat besi bisa menyebabkan konstipasi. Begitu juga ketika anak berpindah dari air susu ibu ke susu formula atau ke makanan padat. \n\n Anak cenderung menahan buang air besar ketika tengah asyik bermain, jauh dari rumah, atau takut minta izin untuk ke toilet. Hal ini juga dapat membuat anak mengalami konstipasi. \n\n Anak berusia lebih besar bisa terkena konstipasi ketika mengalami stres. Misalnya ketika akan memulai tahun ajaran baru dan bertemu dengan teman-teman baru. Demikian pula bila ada masalah di rumah yang membuat mereka tertekan secara emosional. \n\n Sebagian anak mengalami sembelit karena sindrom iritasi usus besar. Pemicunya antara lain makanan yang berlemak atau terlalu pedas. Dalam kasus yang jarang terjadi, konstipasi juga bisa disebabkan penyakit yang lebih serius. Itu sebabnya penting untuk memeriksakan anak bila curiga terjadi konstipasi. \n\n Penanganan yang tepat jika Anak mengalami Konstipasi \n\n Cara menangani sembelit anak tergantung kondisi yang dialami si anak itu sendiri. Dokter akan menentukan penanganan yang tepat dengan mempertimbangkan beberapa hal ini: \n\n \n Usia anak \n Kondisi kesehatan secara keseluruhan \n Riwayat kesehatan \n Seberapa parah konstipasi \n Apa penyebabnya \n Penerimaan anak terhadap pengobatan, prosedur, atau terapi tertentu \n \n\n Orang tua juga dapat menangani konstipasi pada anak sendiri bila memungkinkan, antara lain melalui: \n\n \n Perubahan pola makan menjadi lebih sehat dengan memperbanyak sayur dan buah serta minum cukup air putih \n Menghindari makanan cepat saji, camilan, dan gorengan \n Makan secara teratur dan tidak melewatkan sarapan \n Mengajak berolahraga rutin \n Batasi penggunaan gadget \n \n Hal penting lain dalam menangani konstipasi pada anak adalah orang tua jangan sampai terbawa emosi hingga memaksa anak ke toilet untuk buang air besar. Buatlah suasana senyaman mungkin bagi anak agar mereka lebih mudah buang air besar tanpa tekanan. Bila perlu, hubungi dokter untuk mengkonsultasikan kondisi anak. \n \n \n\n Apakah Konstipasi mempengaruhi sulit makan pada Anak? \n\n Bila mengalami konstipasi kronis, anak mungkin merasa amat tidak nyaman. Kadang anak juga mengalami kram perut yang hebat dan muntah-muntah. Selain itu, rasa sakit ketika hendak buang air besar dapat membuat anak kian tak nyaman. Anak mungkin merasa hendak buang air besar, tapi feses tak dapat keluar. Ketidaknyamanan ini pada akhirnya bisa menurunkan nafsu makan anak. \n\n Apalagi masih penuhnya perut membuat anak terus merasa kenyang atau kembung. Anak akan sulit makan atau bilapun mau makan, pasti akan banyak bersisa. Nafsu makan dapat kembali naik ketika anak dapat buang air besar, tapi lalu susah makan lagi ketika konstipasi kembali menyerang. \n\n \n\n Tips Mengatasi Anak yang Susah Makan \n\n Banyak orang tua bertanya-tanya apakah anaknya sudah cukup memakan makanan yang sehat. Terlebih bila anak pilih-pilih makanan atau susah makan. Patut diketahui bahwa anak balita umumnya makan dalam porsi sedikit dan wajar menolak makanan tertentu. Adapun anak yang lebih besar lebih menerima jenis makanan apa pun yang diberikan. \n\n Ketika anak susah makan, orang tua mesti mencari tahu sumber penyebabnya. Terdapat beberapa cara untuk mengatasi anak susah makan, antara lain: \n\n \n Kurangi porsi makan, mungkin selama ini porsi dari orang tua berlebih \n Hindari memaksa anak makan hingga habis karena akan membuat anak tertekan ketika tiba waktunya makan \n Berikan pujian ketika anak sanggup menghabiskan makanan untuk menaikkan motivasi \n Ikuti kemauan anak, misalnya saat meminta air putih di sela makan \n Mencoba menu makanan baru \n Tanyakan kepada anak ingin makan apa \n \n\n Namun, jika anak susah makan dengan gejala konstipasi, ada baiknya orang tua mendatangi dokter. Terutama ketika upaya menangani konstipasi pada anak di rumah tidak berhasil. Dokter akan memeriksa anak dan memberikan penanganan yang tepat untuk memulihkan nafsu makan anak. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 15 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Tips Menjaga Kesehatan Telinga<\/a><\/h3>
Tips Menjaga Kesehatan Telinga \n\n \nTelinga merupakan salah satu pancaindera yang menunjang fungsi tubuh manusia. Tanpanya, seseorang tidak akan mampu menikmati indahnya melodi dunia. Kendati demikian, tak sedikit pula orang yang mengabaikan kesehatan telinga. Orang-orang tersebut umumnya baru akan menyadari tentang pentingnya telinga saat organ tersebut terkena masalah. \n \nMerawat kebersihan dan kesehatan telinga penting dilakukan untuk mencegah berbagai masalah pada telinga, seperti infeksi telinga, telinga berdenging, hingga gangguan pendengaran atau bahkan tuli mendadak. \n \nSerumen atau kotoran telinga adalah gumpalan lunak yang dihasilkan secara alami dari kelenjar minyak di bagian luar liang telinga. Serumen tersebut berfungsi sebagai pelindung, mulai dari melindungi telinga dari debu, pertumbuhan kuman patogen, dan menjaga agar binatang tidak masuk dalam telinga. Pada dasarnya, serumen tidak berbahaya jika jumlahnya tidak berlebihan. \n \nNamun, produksi serumen yang terlalu banyak dapat berdampak pada kualitas pendengaran seseorang. Keluhan yang dapat timbul akibat kotoran yang memenuhi liang telinga antara lain telinga terasa penuh dan kadang disertai gangguan komunikasi dengan lawan bicara. Maka itu, penting untuk membersihkan kotoran telinga sebelum timbul keluhan lebih parah. \n \nPerlukah Bersihkan Telinga dengan Cotton Bud? \n\n \nTelinga otomatis membersihkan dirinya ketika kita berbicara, mengunyah atau kegiatan menggerakan rahang. Biasanya, jika sudah kotor, ear wax keluar dengan sendirinya bersama dengan gerakan rahang yang membuat otot pipi bergerak. Lalu, apakah masih perlu membersihkan telinga dengan cotton bud? Faktanya, membersihkan telinga dengan cotton bud adalah tindakan yang kurang tepat. Kamu boleh menggunakan cotton bud, namun hanya untuk bagian daun telinga saja. Hindari menggunakan cotton bud untuk bersihkan telinga bagian dalam. \n \nMengorek telinga dengan cotton bud membuat kotoran semakin masuk ke dalam dan menyebabkan kotoran malah mengendap pada bagian dalam telinga yang panjangnya 2,5-3 cm saja. Kotoran yang mengendap dapat menjadi keras dan menghambat sirkulasi dalam telinga. Kondisi ini menyebabkan seseorang mengalami gangguan pendengaran. Pada dasarnya telinga memiliki mekanisme untuk membersihkan dirinya sendiri, sehingga kita tak perlu membersihkan sendiri bagian dalamnya. Sahabat Hermina hanya perlu mengusap bagian luar telinga dengan sabun dan air, lalu keringkan dengan kain atau handuk. \n \nKetahui Cara Menjaga Kesehatan Telinga yang Tepat \n\n \nMenjaga kebersihan tubuh dengan cara mandi setiap hari, terutama setelah bepergian ke luar rumah. Cara ini membantu melunakkan kotoran telinga akibat air yang mengalir dari kepala saat mandi atau mencuci rambut. \n \nSahabat Hermina juga dapat menghindari membersihkan telinga secara mandiri dengan cotton bud karena hal ini berpotensi mendorong kotoran telinga masuk lebih dalam. \n \nHindari mengorek telinga dengan alat yang tidak bersih serta benda tajam dan runcing karena dapat mengakibatkan luka pada liang telinga bahkan gendang telinga. Kerusakan yang ditimbulkan dapat bersifat sementara atau permanen. \n \nLalu, hindari juga memasukkan cairan atau obat tetes telinga tanpa rekomendasi dari dokter. Kesalahan dalam terapi dapat merusak pendengaran. \n \nSegera berkunjung ke dokter spesialis THT jika terjadi penumpukan kotoran telinga dan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan telinga secara berkala \n \nMari bersama tingkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan indera pendengaran kita. Pencegahan gangguan pendengaran yang dapat timbul hingga masalah ketulian bisa dilakukan sedini mungkin dengan menerapkan cara menjaga kesehatan telinga secara tepat. Konsultasikan masalah kesehatan telinga Sahabat Hermina pada Dokter Spesialis THT RSIA HERMINA Mutiara Bunda Salatiga. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 15 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Apa Penyebab Kanker Ovarium (Kanker Indung Telur) ?<\/a><\/h3>
Dalam beberapa kasus, pada perempuan pascamenopause atau lanjut usia sering menderita kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan kanker yang muncul di jaringan indung telur. \n\n Sampai dengan saat ini penyebab dari terjadinya kanker ovarium belum diketahui dengan pasti. Wanita yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker ovarium diklaim bisa beresiko tinggi terkena kanker ovarium. \n\n Kanker ovarium adalah salah satu kanker yang tumbuh dan berkembang pada indung telur atau ovarium, Indung telur adalah dua organ yang berada di sisi kanan dan kiri rahim. Walau banyak kasus terjadi pada perempuan pascamenopause atau lanjut usia namun Kanker ini bisa terjadi pada wanita berusia menengah atau produktif. \n\n Kanker ovarium terbagi menjadi 4 stadium, kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal (stadium 1) akan lebih mudah untuk ditangani dibandingkan dengan kasus yang baru terdeteksi setelah masuk ke stadium lanjut. Oleh sebab itu, Pada perempuan dengan resiko tinggi terkena kanker ovarium sangat disaranka untuk melakukan pemeriksaan secara rutin dan berkala ke dokter spesialis kandungan. \n\n Gejala yang umum dialami pada kasus Kanker Ovarium \n\n Pada tahap awal Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala. Oleh karena itu, kanker ovarium kebanyakan baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut atau sudah menyebar ke organ lain. \n\n Gejala pada stadium lanjut juga tidak terlalu khas dan terkadang gejala yang dirasakan menyerupai penyakit lain. Beberapa gejala yang banyak dialami oleh penderita kanker ovarium adalah: \n\n \n Sakit pada perut \n Perut selalu terasa kembung. \n Terjadi Pembengkakan pada perut \n Mual \n Cepat kenyang. \n Frekuensi BAB terganggu, bahkan terjadi Konstipasi (sembelit). \n Penurunan pada berat badan. \n Frekuensi BAK menjadi lebih sering \n Nyeri saat berhubungan seks. \n \n\n \n\n Penyebab Kanker Ovarium \n\n Sampai saat ini penyebab kanker ovarium belum memiliki kesimpulan yang pasti. Secara umum Kanker ovarium terjadi karena adanya perubahan atau mutasi genetik pada sel-sel ovarium yang menyebabkan sel-sel normal berkembang menjadi abnormal atau sel-sel kanker, sel-sel ini juga menyerang sel-sel sekitarnya dan menyebar ke organ lainnya. \n\n Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kanker ovarium, diantaranya yaitu: \n\n \n perempuan pascamenopause. \n Merokok. \n Menjalani terapi penggantian hormon saat menopause. \n Memiliki riwayat anggota keluarga penderita kanker ovarium atau kanker payudara. \n Menderita obesitas. \n Pernah menjalani radioterapi. \n Pernah menderita endometriosis atau kista ovarium jenis tertentu. \n \n\n Pencegahan Kanker Ovarium \n\n Karena penyebab dari kanker ovarium yang belum diketahui secara jelas, menyebabkan Kanker ovarium sulit untuk dicegah. Saat ini kita bisa melakukan beberapa hal sebagai tindakan pencegahan kanker ovarium (kanker indung telur): \n\n \n Gunakan kontrasepsi dengan mengkonsumsi Pil KB. \n Konsumsi sayuran, vitamin A, dan vitamin C dalam jumlah yang cukup. \n Menerapkan pola hidup sehat \n Tidak merokok \n Melakukan pemeriksaan secara berkala dengan dokter spesialis kandungan. \n Menjaga berat badan ideal \n \n\n Pada wanita yang memiliki risiko tinggi terkena kanker ovarium dan sudah memutuskan untuk tidak memiliki keturunan lagi. Operasi pengangkatan ovarium sebelum terkena kanker juga dapat dilakukan guna meminimalkan risiko. \n\n Sahabat hermina dapat berkonsultasi seputar kanker ovarium (kanker indung telur) kepada dokter spesialis kandungan di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 13 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Mitos-Mitos Seputar Imunisasi Anak<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, banyak beredar mito-mitos di tengah masyarakat terkait imunisasi sehingga beberapa orangtua enggan untuk membawa anak imunisasi. Padahal imunisasi itu sangat penting untuk kesehatan anak. Yuk simak beberapa mitos yang beredar di masayarakat terkait imunisasi \n\n \n\n Mitos 1: Higiene dan sanitasi yang baik cukup dalam memberantas penyakit – imunisasi tidak penting. \n\n \n\n Fakta 1: Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi dapat menyerang kembali apabila program vaksinasi dihentikan. Sementara perbaikan kebersihan, cuci tangan, dan air bersih dapat membantu melindungi kita dari penyakit infeksi, banyak penyakit infeksi yang tetap menyebar seberapa pun bersihnya seseorang. Jika orang-orang tidak divaksinasi, penyakit yang tidak biasa ditemukan seperti campak dan polio , dapat dengan cepat timbul kembali. \n\n \n\n \n\n Mitos 2: Vaksin memiliki beberapa kerugian dan efek samping jangka panjang yang belum diketahui. Vaksinasi bahkan bisa fatal \n\n \n\n Fakta 2: Vaksin itu aman. Kebanyakan reaksi vaksin bersifat minor dan sementara, seperti nyeri pada tempat penyuntikan atau lengan atau demam ringan. Masalah kesehatan serius atau berat sangat jarang terjadi dan diinvestigasi dan dimonitor secara ketat. Orang-orang jauh lebih berisiko untuk sakit parah akibat terinfeksi penyakit-penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin daripada karena divaksin. Sebagai contoh, penyakit polio dapat menyebabkan kelumpuhan, campak dapat menyebabkan radang otak dan kebutaan, dan beberapa penyakit lainnya bahkan dapat menyebabkan kematian. Sementara sakit berat atau kematian akibat vaksin hanya terjadi 1 dari sekian banyak, lebih banyak keuntungan yang didapat karena divaksinasi daripada kerugiannya, dan banyak kesakitan dan kematian akan terjadi tanpa vaksin. \n\n \n\n \n\n Mitos 3: Vaksin kombinasi difteri, tetanus, dan pertusis (batuk rejan) dan vaksin polio menyebabkan sndrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/ SIDS). \n\n \n\n Fakta 3: Tidak ada hubungan sebab-akibat antara pemberian vaksin dengan kematian mendadak pada bayi, namun demikian, vaksin mulai diberikan pada masa ketika bayi dapat mengalami SIDS. Dengan kata lain, kejadian SIDS hanya kebetulan dengan vaksinasi dan akan tetap terjadi bila tidak divaksinasi. Penting untuk diingat bahwa 4 penyakit ini termasuk penyakit yang mengancam jiwa dan bayi-bayi yang tidak divaksinasi berisiko tinggi untuk mengalami cacat berat sampai kematian. \n\n \n\n \n\n Mitos 4: Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi hampir dieradikasi di negara saya sehingga tidak ada alasan untuk divaksinasi. \n\n \n\n Fakta 4: Walaupun penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sudah jarang di banyak negara, agen infeksius yang menyebabkan penyakit tersebut masih tetap beredar di beberapa bagian di dunia. Agen-agen ini dapat menyebar melewati batas geografis dan menginfeksi siapa pun yang belum terlindungi. Di Eropa Barat, misalnya, wabah campak terjadi di populasi yang tidak divaksinasi di Austria, Belgia, Denmark, Perancis, Jerman, Itali, Spanyol, Swiss, dan Inggris sejak 2005. Jadi dua alasan utama untuk vaksinasi adalah untuk melindungi diri kita dan orang-orang sekeliling kita. Program vaksinasi yang berhasil, seperti masyarakat yang berhasil, tergantung dari kerja sama setiap individu untuk menjamin kebaikan bersama. Kita sebaiknya tidak sekedar bergantung kepada orang-orang sekitar kita untuk menghentikan penyebaran penyakit; kita juga harus melakukan apa yang kita bisa. \n\n \n\n \n\n Mitos 5: Penyakit-penyakit masa kanak-kanak yang dapat dicegah dengan imunisasi hanya salah satu musibah yang wajar terjadi dalam hidup. \n\n \n\n Fakta 5: Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi tidak harus menjadi “takdir”. Penyakit seperti campak, gondongan, dan rubela merupakan penyakit serius dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius baik pada dewasa maupun anak-anak, termasuk pneumonia, radang otak, kebutaan, diare, infeksi telinga, sindrom rubela kongenital (jika seorang wanita hamil terinfeksi rubela pada trimester pertama), dan kematian. Semua penyakit dan penderitaan yang terjadi ini dapat dicegah dengan vaksin. Kegagalan dalam memberikan vaksin membuat anak-anak rentan terhadap penyakit yang seharusnya tidak perlu. \n\n \n\n \n\n Mitos 6: Memberikan lebih dari 1 vaksin dalam waktu yang bersamaan dapat meningkatkan risiko timbulnya efek samping yang berbahaya, yang dapat membebani sistem imun anak tersebut. \n\n \n\n Fakta 6: Bukti ilmiah menunjukkan bahwa memberikan beberapa vaksin pada waktu yang bersamaan tidak berpengaruh pada sistem imun anak tersebut. Anak-anak yang terpapar oleh beberapa ratus zat asing yang dapat memicu respons imun setiap hari. Peristiwa sederhana seperti memakan makanan membuat tubuh mengenal antigen baru dan banyak bakteri yang hidup di mulut dan hidung. Seorang anak lebih banyak terpapar antigen dari selesma atau nyeri tenggorok daripada oleh vaksin. Keuntungan kunci dari menerima beberapa vaksin sekaligus adalah mengurangi jumlah kunjungan, sehingga menghemat waktu dan uang, serta anak-anak pun lebih pasti mendapatkan vaksinasi yang dianjurkan sesuai jadwal. Vaksinasi kombinasi seperti MMR (measles-mumps-rubella/campak-gondongan-rubela) berarti mendapat suntikan yang lebih sedikit. \n\n \n\n \n\n Mitos 7: Influenza hanya penyakit sepele dan vaksinnya tidak terlalu efektif. \n\n \n\n Fakta 7: Influenza lebih dari sekedar penyakit yang sepele. Influenza merupakan penyakit serius yang menyebabkan 300.000 - 500.000 kematian di seluruh dunia tiap tahunnya. Wanita hamil, anak kecil, lansia dengan tingkat kesehatan yang kurang, dan siapa pun dengan penyakit kronis seperti asma atau penyakit jantung, lebih berisiko mengalami infeksi serius dan mematikan. Memberikan vaksinasi kepada ibu hamil memberikan keuntungan dalam melindungi bayi yang akan dilahirkan (saat ini tidak terdapat vaksin influenza untuk bayi di bawah 6 bulan). Kebanyakan vaksin influenza memberikan kekebalan terhadap 3 strain tersering di musim apapun. Vaksin influenza mencegah kita terserang flu berat dan menularkan kepada orang lain. Menghindari flu berarti menghindari biaya besar yang harus dikeluarkan untuk berobat dan kehilangan waktu bekerja atau sekolah. \n\n \n\n \n\n Mitos 8: Lebih baik kebal melalui penyakit daripada vaksin. \n\n Fakta 8: Vaksin berinteraksi dengan sistem imun tubuh kita untuk menghasilkan respons imun yang sama dengan respons imun infeksi alamiah, tetapi vaksin tidak dapat menyebabkan sakit atau membuat seseorang menderita komplikasi. Kebalikannya, dampak yang didapat dari infeksi alamiah Haemophilus influenzae tipe b (Hib) adalah retardasi mental, dari rubela berupa cacat bawaan lahir, dari virus hepatitis B berupa kanker hati, atau kematian akibat campak. \n\n \n\n \n\n Mitos 9: Vaksin mengandung merkuri yang berbahaya. \n\n \n\n Fakta 9: Thiomersal adalah bahan organik, senyawa yang mengandung merkuri yang ditambahkan ke beberapa vaksin sebagai pengawet. Thiomersal telah digunakan secara luas sebagai pengawet vaksin multidosis. Tidak ada bukti yang menunjukan jumlah thiomersal dalam vaksin berisiko pada kesehatan. \n\n \n\n \n\n Mitos 10: Vaksin menyebabkan autisme. \n\n \n\n Fakta 10: Pada tahun 1998 sebuah studi sempat menghebohkan masyarakat akibat pernyataan yang menyatakan terdapat hubungan antara vaksin MMR dengan autisme. Namun pada akhirnya studi ini salah dan ditarik oleh jurnal yang menerbitkannya. Sayangnya, publikasi ini terlanjur membuat publik panik dan membuat cakupan imunisasi menurun yang diikuti dengan kejadian luar biasa dari campak, rubela, dan gondongan. Ditekankan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan hubungan antara vaksin MMR dengan autisme. \n\n \n\n Dan Fakta bahwa Imunisasi anak sebagai langkah perlindungan terhadap ancaman penyakit menular merupakan salah satu hak seorang anak. Sayangnya, masih ada beberapa orang tua yang ragu bahkan menolak akan pentingnya imunisasi anak. \n\n \n\n Keraguan antara lain muncul akibat faktor pengetahuan orang tua mengenai imunisasi. \n\n \n\n Maka dari itu, yuk perkaya diri dengan ilmu tentang mitos dan fakta imunisasi. Kita tunggu kehadirannya untuk imunisasi di RS Hermina Galaxy ya sahabat Hermina. \n\n \n\n Untuk pendaftaran ke dokter spesialis silahkan melakukan pendaftaran online melalui : \n\n 1. Call Center : 1500 488 \n2. Mobile apps : klik disini \n3. Website : klik disini \n\n Sehat bersama RS Hermina Galaxy \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 13 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gimana Sih Cara Mendeteksi Penyakit Jantung Koroner (PJK) Sedini Mungkin ? Treadmill Solusinya<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, banyak orang yang menanyakan, bagaimana cara mendeteksi penyakit jantung koroner (PJK) sedini mungkin? Salah satu cara yang mudah, murah, dan relatif aman adalah pemeriksaan treadmill. Pada umumnya tujuan pemeriksaan treadmill ialah untuk menilai seberapa baik kerja jantung selama aktivitas fisik. Pemeriksaan ini sering digunakan untuk mengevaluasi keluhan nyeri dada, yang diindikasikan PJK. \n\n Apa itu pemeriksaan treadmill ? \n\n Pemeriksaan treadmill merupakan bagian dari pemeriksaan uji latih jantung, dimana anda diharuskan untuk berjalan di atas mesin treadmill yang telah diatur baik kecepatan maupun derajat inklinasinya secara otomatis. Pemeriksaan tersebut membuat jantung anda harus bekerja lebih berat, secara bertahap dari stage 1 (ringan) sampai stage 3-4 (berat). Dalam pemeriksaan ini, irama jantung, tekanan darah, dan pernapasan akan dipantau dengan ketat. Mengingat tipe uji latih jantung tersebut membutuhkan stamina yang baik, maka pasien yang memiliki kondisi tidak fit dan ketidakmampuan berjalan secara seimbang, disarankan tidak menjalani uji latih ini. \n\n Kapan Dilakukan Pemeriksaan Treadmill? \n\n Pemeriksaan treadmill terutama digunakan untuk membantu dokter menentukan apakah jantung Anda menerima oksigen dan aliran darah yang cukup atau tidak, pada saat dibutuhkan, seperti ketika anda berolahraga. Pemeriksaan treadmill ini umumnya disarankan bagi mereka yang dicurigai mengidap penyakit jantung koroner (PJK) dan aritmia. Di samping itu, pemeriksaan treadmill juga dapat digunakan sebagai skrining tahunan terutama bagi mereka yang memiliki penyakit komorbid, seperti hipertensi dan diabetes. \n\n Kegunaan pemeriksaan treadmill antara lain : \n\n 1. Deteksi Penyakit Jantung Koroner (PJK) \n\n PJK terjadi akibat penyempitan pembuluh darah koroner karena penimbunan plak kolesterol di dinding pembuluh darah. Hal tersebut menyebabkan pasokan oksigen dan darah berkurang sehingga terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen serta nutrisi untuk jantung. Keluhan yang sering dirasakan yaitu nyeri dada berat dan sesak nafas saat aktivitas ringan. Adanya perubahan gambaran irama jantung saat pemeriksaan treadmill, bisa jadi merupakan tanda adanya penyempitan pembuluh darah koroner. \n\n 2. Deteksi gangguan irama jantung (aritmia) \n\n Aritmia terjadi ketika impuls listrik yang mengkoordinasikan irama jantung tidak berfungsi dengan benar, menyebabkan jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Melalui treadmill, dokter bisa menilai jenis gangguan irama yang ada serta mengevaluasi pemberian obat anti aritmia yang diberikan. \n\n 3. Evaluasi pengobatan \n\n Pemeriksaan treadmill juga dapat dipakai untuk mengetahui seberapa baik pengobatan yang telah diberikan. Misalkan pada pasien hipertensi, apakah obat anti hipertensi yang ada sudah mengontrol tekanan darah dengan baik atau belum, dapat dilihat dari pemeriksaan treadmill. Hal ini juga dapat digunakan untuk membantu menentukan rencana terapi ke depannya, \n\n Dimana Pemeriksaan Treadmill Dapat Dilakukan? \n\n Sahabat Hermina, pemeriksaan treadmill dapat dilakukan di rumah sakit atau laboratorium yang menyediakan perlengkapan yang memadai untuk melakukan pemeriksaan tersebut. Lakukan pemeriksaan treadmill untuk mengetahui kondisi jantung dan kesehatan Anda \n\n \n\n Untuk pendaftaran ke dokter spesialis silahkan melakukan pendaftaran online melalui : \n\n 1. Call Center : 1500 488 \n2. Mobile apps : klik disini \n3. Website : klik disini \n\n Sehat bersama RS Hermina Galaxy \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Daan Mogot<\/a><\/li>
- 30 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
Dekteksi glukoma dengan pemeriksaan Tonometri<\/a><\/h3>
\nGlaukoma Ialah kondisi dimana terjadi keerusakan pada saraf mata. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya tekanan pada bola mata. Tekanan ini meningkat akibat pada bola mata terjadi gangguan sistem aliran cairan mata. \n \nGejala yang muncul akan berbeda-beda pada setiap penderita glaukoma. Bisa tidak bergejala atau pada tahap tertentu dapat mengalami gangguan pada penglihatannya. \n \nFaktor-faktor yang memengaruhi terjadinya glaukoma ialah : \n\n \n Usia di atas 60 tahun. \n Keturunan pengidap glaukoma. \n Mengalami cedera mata atau operasi pada mata. \n Mengidap penyakit mata rabun. \n Mengkonsumsi obat tetes mata tertentu pada jangka waktu yang lama. \n Mengidap anemia, diabetes, hipertensi, atau penyakit jantung. \n \n Pada pengobatannya akan ditangani oleh dokter spesialis mata, pengobatan dapat di lakukan untuk mencegah keparahan gangguan penglihatannya hingga kebutaan. Pada pemriksaannya dokter salah satunya dengan melakukan pengecekan tonometri. \n \n Pemeriksaan tonometri \n \n\n \nTes tonometri pemeriksaan yang digunakan untuk mengukur tekanan di dalam mata, yang disebut tekanan intraokular (TIO). Tes ini digunakan untuk mendeteksi salah satu faktor risiko penyakit glaukoma, penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan dengan merusak saraf di bagian belakang mata (saraf optik). \n\n Pada kondisi ini penderita dapat merasakan gejala berupa \n\n \n Hilangnya penglihatan tepi secara bertahap \n Penglihatan seperti melihat terowongan \n Penglihatan kabur \n Terlihat bundaran jika melihat cahaya lampu \n \n\n Apa yang harus di lakukan sebelum menjalani Tonometri ? \n\n • Tidak menggunakan lensa kontak sebelum pengujian. \n\n • Informasikan kepada Dokter jika memiliki riwayat ulkus kornea/infeksi mata atau riwayat glaukoma dalam keluarga serta informasikan obat-obatan yang sedang di konsumsi. \n\n Bagaimana Proses Pemeriksaan Tonometri ? \n\n \n Proses pemeriksaan Tonometri hanya membutuhkan waktu beberapa menit. \n \n\n \n Saat pemeriksaan, pasien diminta untuk meletakkan dagu pada penopang empuk dan menatap lurus ke dalam mesin. \n Pasien akan merasakan adanya tiupan angin yang menandakan tekanan bola mata sedang diperiksa. \n Hasilnya berupa ukuran tekanan bola mata dan dapat langsung diketahui setelah pemeriksaan selesai. \n \n\n Pencegahan Glaukoma \nDengan melakukan pengecekan glaukoma sejak dini, di mana hal tersebut sangat penting untuk mencegah kehilangan penglihatan atau untuk memperlambat perkembangannya, mengonsumsi makanan yang menagndung vitamin A dan gunakan pelindung mata jika sedang mengalami cedera mata. \n\n Segera Konsultaasikan ke dokter jika mengalami gejala tekanan pada bola mata. Jika kamu atau anggota keluarga memiliki tanda dan gejala glaukoma di atas, segeralah berbicara dengan dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 23 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
Radang usus buntu<\/a><\/h3>
Usus buntu atau Appendix adalah sebuah kantong pada usus besar yang letaknya di bagian perut kanan bawah, besarnya sekitar jari kelingking dan terhubung dengan usus besar. \n\n Usus buntu dapat mengalami infeksi ketika adanya bakteri yang berkembang biak sehingga membuat usus buntu meradang, bengkak hingga bernanah yang disebut sebagai Appendicitis / peradangan pada usus buntu. \n\n Radang usus buntu / appendicitis dibagi menjadi 2 tipe yaitu Appendicitis akut dan appendicitis kronis. Appendicitis kronis terjadi ketika usus buntu meradang dalam waktu lama >14 hari. \n\n Faktor yang diduga membuat terjadinya radang usus buntu antara lain : hambatan pada pintu rongga usus buntu, penebalan / pembengkakan jaringan dinding usus buntu karena infeksi di bagian tubuh lain, tinja / pertumbuhan parasite, cedera perut, kondisi medis seperti tumor pada perut. Namun penyebab utama terjadinya radang usus buntu sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. \n\n \n\n Tanda dan gejala usus buntu: \n\n Area nyeri: daerah perut, perut kanan bawah atau perut tengah \n\n Seluruh tubuh: demam, kehilangan selera makan, malaise atau panas dingin \n\n Gastrointestinal: diare, mual atau muntah \n\n Juga umum: sakit perut yang berpindah-pindah \n\n \n\n Diagnostik penyakut usus buntu : \n\n \n Tes darah, untuk memeriksa jumlah sel darah putih yang menandakan adanya infeksi \n Tes urine, untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit infeksi saluran kemih dan batu ginjal \n USG dan CT Scan, untuk memastikan rasa nyeri pada perut disebabkan penyakit usus buntu. \n Tes Kehamilan pada wanita usia produktif, untuk memastikan rasa nyeri bukan disebabkan dari kehamilan di luar kandungan. \n \n\n Pengobatan Penyakit Usus buntu secara utama adalah dengan prosedur operasi pengangkatan usus buntu atau dikenal dengan appendiktomi. Namun ketika usus buntu tersebut sudah pecah/perforasi dan terjadi penyebaran infeksi ke luar usus buntu maka dilakukan operasi laparotomy, dengan membuka rongga perut. \n\n Segera konsultasikan kepada dokter apabila mengalami nyeri perut yang perlahan-lahan semakin memberat dan meluas ke seluruh daerah perut. Kondisi tersebut dapat menjadi tanda usus buntu telah pecah dan mengakibatkan infeksi rongga perut atau peritonitis. Pada Wanita, gejala usus buntu terkadang mirip dengan nyeri menstruasi (dismenorea) dan kehamilan ektopik terganggu (kehamilan diluar kandungan). \n\n Komplikasi Penyakit Usus Buntu \n\n Penyakit usus buntu yang tidak diobati dapat menimbulkan komplikasi yang membahayakan, seperti: \n\n \n Abses \n \n\n Abses adalah kantong berisi nanah, komplikasi ini muncul sebagai usaha alami tubuh untuk megatasi infeksi pada usus buntu. Penangannannya dilakukan dengan penyedotan nanah dari abses atau dengan antibiotik. \n\n \n Peritonitis \n \n\n Peritonitis adalah infeksi pada lapisan dalam perut atau peritoneum. Peritonitis ini bisa terjadi ketika usus buntu pecah dan infeksi menyebar hingga ke seluruh rongga perut. Penanganan peritonitis dengan tindakan bedah terbuka secepatnya, untuk mengangkat usus buntu dan membersihkan rongga perut. Peritonitis ditandai dengan nyeri seluruh perut yang hebat dan terus menerus, demam, dan peningkatan detak jantung. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 18 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
ANEMIA PADA KEHAMILAN<\/a><\/h3>
\n\n Anemia pada kehamilan sudah menjadi trand nasional yang memberikan dampak bagi penerus bangsa. Menurut data riset kesehatan dasar, 37% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia. Ketika seorang wanita hamil, akan terjadi perubahan dalam tubuh yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatan. Secara alami, tubuh ibu hamil akan membentuk lebih banyak sel darah merah untuk mencukupi kebutuhan oksigen dan nutrisi janin. Produksi sel darah merah dan hemoglobin membutuhkan berbagai komponen, seperti zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Jika tubuh kekurangan salah satu zat ini, maka dapat terjadi anemia (kekurangan sel darah merah). Anemia pada ibu hamil tidak boleh diabaikan karena bisa membahayakan diri sendiri dan juga janin dalam kandungan. \n\n Gejala Anemia \n\n Beberapa ibu hamil dengan anemia tidak menimbulkan gejala, sehingga tak jarang diabaikan begitu saja. Namun dengan bertambahnya usia kehamilan, gejala bisa terlihat atau bahkan semakin memburuk. \n\n Gejala-gejala anemia pada ibu hamil adalah: \n\n \n Tubuh terasa lemas, letih, dan lesu terus menerus \n Pusing \n Sesak nafas \n Detak jantung cepat \n Nyeri dada \n Warna kulit, bibir dan kuku memucat \n Tangan dan kaki dingin \n Sulit berkonsentrasi \n \n\n Penyebab Anemia dalam Kehamilan \n\n Penyebab anemia pada ibu hamil bermacam-macam, salah satunya adalah kekurangan zat besi dan vitamin b12. Hal ini dipengaruhi oleh pola makan yang tidak sehat. Selain itu kondisi medis lain seperti perdarahan, pernyakit ginjal, dan gangguan sistem imun tubuh juga menyebabkan anemia. \n\n Faktor Risiko Anemia dalam Kehamilan \n\n Semua ibu hamil berisiko mengalami anemia. Faktor yang meningkatkan ibu hamil mengalami anemia adalah: \n\n \n Hamil kembar \n Jarak kehamilan yang terlalu dekat \n Muntah dan mual saat kehamilan \n Hamil usia remaja \n Kurang mengonsumsi makanan kaya zat besi dan asam folat \n Memiliki riwayat anemia sebelum kehamilan \n \n\n Bahaya Anemia dalam Kehamilan \n\n Anemia merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi pada ibu hamil, tetapi tidak boleh disepelekan. Berikut ini adalah beberapa bahaya anemia: \n\n \n Perdarahan saat persalinan \n Depresi setelah melahirkan \n Bayi lahir dengan berat badan rendah \n Bayi lahir prematur \n Bayi lahir dengan anemia \n Kematian Janin \n \n\n Cara Mengatasi Anemia dalam Kehamilan \n\n Untuk mengatasi anemia dalam kehamilan, berikut beberapa hal yang perlu dilakukan: \n\n \n Makan makanan bernutrisi \n \n\n Makanan yang dianjurkan adalah makanan mengandung zat besi dan asam folat yang tinggi. Contoh makanan yang mengandung zat besi yang tinggi yaitu: \n\n \n Daging rendah lemak yang dimasak matang \n Makanan laut seperti ikan, cumi, dan udang yang dimasak matang \n Telur yang dimasak matang \n Sayuran hijau, seperti bayam dan kangkung \n Kacang polong \n Produk susu yang terpasteurisasi \n Kentang \n Gandum \n \n\n Sementara makanan mengandung asam folat yang tinngi, yaitu: \n\n \n Sayuran hijau seperti bayam, brokoli \n Buah-buahan seperti jeruk, alpukat, pepaya, pisang \n Kacang-kacangan seperti kacang polong, kacang merah, kacang kedelai \n Gandum \n Kuning telur \n Kuaci \n \n\n \n Mengonsumsi Vitamin C \n \n\n Vitamin C membantu proses penyerapan zat besi dari makanan secara lebih efektif. Konsumsi sayuran dan buah tinggi vitamin C seperti jeruk, brokoli, tomat dapat membantu mengatasi anemia pada ibu hamil. \n\n \n Minum Suplemen \n \n\n Asupan suplemen seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat dapat membantu mengatasi anemia dalam kehamilan. \n\n Cara Mencegah Anemia dalam Kehamilan \n\n Salah satu cara mencegah anemia selama kehamilan adalah dengan mengonsumsi suplemen zat besi. Selain itu mengatur pola makan yang baik juga dapat membantu terjadinya anemia selama kehamilan. Konsumsi makanan yang tinggi zat besi, asam folat, vitamin B12, dan vitamin C. \n\n \n\n Setelah mengetahui gejala dan bahaya yang timbul dari anemia selama kehamilan, diharapkan ibu hamil dapat segera berkonsultasi ke dokter jika mengalami gejala anemia. Selain itu ibu hamil juga diharapkan dapat menjaga pola makan yang sehat agar tehindar dari anemia selama kehamilan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 22 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Gangguan Usus Buntu<\/a><\/h3>
Usus buntu atau istilah medisnya apendisitis kondisi peradangan yang terjadi pada bagian apendiks atau usus buntu. Saat menderita radang usus buntu, penderita dapat merasa nyeri di perut kanan bagian bawah. Jika dibiarkan, infeksi dapat menjadi serius dan menyebabkan usus buntuh pecah, sehingga menimbukan keluhan rasa nyeri hebat hingga membahayakan nyawa penderitanya. \n\n Untuk membedakan usus buntu dengan keluhan nyeri perut lainnya dapat dengan cara mengenali gejala-gejala yang ada. Gejala usus buntu yang paling khas adalah rasa nyeri di perut. Meski begitu, penting untuk diketahui bahwa gejala usus buntu tidak hanya sakit perut. Ada tanda dan ciri-ciri usus buntu lain yang perlu Anda ketahui. \n\n 1. Sakit perut bagian kanan bawah (gejala khas usus buntu) \n\n 2. Mual, muntah, dan nafsu makan menurun \n\n 3. Gangguan pencernaan \n\n 4. Demam ringan \n\n 5. Sering buang air kecil \n\n Apa yang menjadi penyebab usus buntu? \n\n Banyak faktor yang diduga membuat seseorang mengalami radang usus buntu, di antaranya: \n\n \n Hiperplasia kelenjar getah bening \n Kondisi ini terjadi ketika terdapat pembesaran pada kelenjar getah bening di pintu masuk usus buntu yang menyebabkan tertutupnya jalur keluar feses di usus buntu, sehingga hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan saluran pada usus buntu. \n Fekalit \n Fekalit merupakan kondisi ketika terdapat penumpukan feses atau kotoran yang mengeras sehingga terjadi penyumbatan. Biasanya kondisi ini terjadi karena penderita kurang mengkonsumsi makanan berserat. \n Adanya parasit atau cacing \n Walaupun jarang ditemukan, beberapa kasus usus buntu terjadi karena adanya parasit atau cacing yang berkembang kemudian menyumbat usus buntu. Biasanya parasit atau cacing berasal dari telor cacing yang masuk karena gaya hidup tidak sehat karena mengkonsumsi makanan yang tidak higienis. \n Kondisi medis, seperti tumor pada perut atau inflammatory bowel disease. \n \n\n Meskipun demikian, penyebab penyakit usus buntu tetap belum dapat dipastikan. Berbagai mitos yang menyebabkan bahwa makanan tertentu, seperti biji cabai, dapat memicu terjadinya usus buntu juga belum terbukti kebenarannya. Berbagai cara mencegah usus buntu juga belum terbukti efektif sepenuhnya dan siapa pun bisa terkena penyakit ini. \n\n Penanganan Usus Buntu \n\n Penanganan usus buntu biasanya dilakukan dengan cara melakukan operasi pengangkatan usus buntu. Saat ini terdapat suatu metode baru yang dinamakan dengan metode laparoskopi atau yang disebut juga dengan operasi lubang kunci. Yang membedakan metode ini dengan metode konvensional adalah lebar sayatan pada metode laparoskopi hanya sekitar 1 centimeter. Sehingga metode ini tidak menimbulkan bekas luka yang signifikan serta proses recovery yang lebih cepat dibandingkan metode operasi usus buntu konvensional. \n\n Usus buntu bukan merupakan penyakit genetik, sehingga penyakit ini dapat dicegah dengan cara menerapkan gaya hidup yang sehat. Hiperplasia kelenjar getah bening dapat mengalami pembesaran karena adanya bakteri yang masuk, artinya kita harus memastikan makanan yang kita konsumsi adalah makanan yang sehat dan higienis, serta tidak lupa untuk menjaga kebersihan dengan mencuci tangan sebelum makan \n\n Jangan sampai terlambat menangani usus buntu sehingga usus buntu pecah. Jika Anda telah merasakan gejala-gejala usus buntu, segeralah pergi ke rumah sakit dan berkonsultasi dengan ahlinya. \n \nDokter Fanty dan tim siap membantu mengidentifikasi gejala tersebut dan memberikan penanganan segera. \n\n Untuk pendaftaran ke Spesialis Bedah, khususnya ke dokter Fanty, SpB, silahkan melakukan pendaftaran online melalui: \n1. Call Center: 1500 488 \n2. Mobile apps: PT. Medikaloka Hermina Tbk (tersedia untuk IOS download disini dan Android download disini) \n3. Website: www.herminahospitals.com \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 01 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Anosmia, Kehilangan Kemampuan Menghidu<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, kehilangan kemampuan indra penciuman atau kita sebut dengan anosmia dapat mempengaruhi hidup seseorang. Selain tidak bisa mencium bebauan, kondisi ini tentunya akan memicu kehilangan nafsu makan bahkan sampai menyebabkan penurunan berat badan, mal nutrisi bahkan depresi. \n\n \n\n \n\n Anosmia semakin familiar semenjak adanya pandemi COVID-19. Ternyata anosmia suatu kondisi yang sudah terlajadi sejak lama jauh sebelum pandemic COVID-19. Anosmia bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain: \n\n -penyakit flu \n\n -sinusitis \n\n -rhinitis (alergi) \n\n -orang yang sudah usia lanjut \n\n \n\n Begitu juga dengan kondisi yang berat seperti: \n\n -tumor di hidung \n\n -seseorang dengan kecelakaan yang mengalami benturan dikepala. \n\n -orang dengan infeksi otak seperti meningioma \n\n \n\n \n\n Sahabat Hermina, ada beberapa kondisi gangguan penciuman atau penghidu yang lain yaitu: \n\n 1. Partial anosmia \n\n Partial anosmia merupakan ketidak mampuan untuk mendeteksi bau hanya pada odoran (bau) tertentu. \n\n 2. Hyposmia \n\n Hipo artinya penurunan, jadi hiposmia adalah terjadinya penurunan kemampuan menghidu, baik secara sensitivitas maupun secara kualitas. \n\n 3. Parosmia \n\n Parosmia adalah sebuah keadaan ketika seseorang bisa mendeteksi bau, tetapi salah mengenalnya. Misalnya, wewangian yang sebenarnya tidak cukup bau diartikan sebagai bau yang tidak menyenangkan. \n\n 4. Phantosmia \n\n Phantosmia artinya halusinasi terhadap bau-bau yang sebenarnya tidak ada. Misalnya, Anda tiba-tiba mencium bau bawang putih atau bau busuk padahal kenyataannya tidak ada wewangian seperti itu. \n\n \n\n Lalu, kapan seseorang harus kerumah sakit jika mengalami anosmia? \n\n Kondisi penurunan kemampuan menghidu Sahabat Hermina dapat mengidentifikasi sendiri dirumah. Sahabat hermina dapat menanyakan kepada diri sendiri pertanyaan berikut: \n\n \n Apakah dalam 12 bulan terakhir, apakah anda merasa ada perubahan kemampuan menghidu anda? Misalnya anda tidak ada penciuman sama sekali atau kehilangan sensasi. \n Bagaimana penilaian anda tentang kemampuan menghidu anda sekarang apabila dibandingkan saat anda berusia 20 sampai 25 tahunan? Apakah sama? Membaik? Atau menurun? \n Apakah anda sering merasa mencium yang tidak enak misalnya seperti bau gosong padahal tidak ada apa-apa \n \n\n \n\n Apabila dari pertanyaan diatas ada jawaban “ya” sebaiknya segera periksakan ke dokter THT kesayangan anda untuk mencari tahu lebih lanjut. Setelah sahabat hermina datang ke dokter spesialis THT, sahabat hermina akan melakukan pemeriksaan yang lebih spesifik dan akan dievaluasi kemampuan mnghidunya. \n\n \n\n Pastikan sahabat hermina memeriksakan kesehatan hidung dengan dokter spesialis THT yang handal dan profesional. Selain tetap selalu menerapkan protokol kesehatan, Rumah Sakit Hermina ciputat memiliki dokter spesialis THT yang handal dan peralatan untuk pemeriksaan penunjang. Tentunya dengan seluruh karyawan dan tenaga kesehatan yang telah di vaksin. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 31 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Mastitis, Payudara Bengkak dan Nyeri pada Ibu Menyusui<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, momen mengASIhi adalah momen yang sangat penting. Salah satu masalah yang banyak dihadapi oleh para ibu menyusui adalah mastitis. Angka kejadian mastitis dilaporkan berbda-beda setia negara. Mulai dari 3% bahkan ada yang mencapak 50% angka kejadian mastitis pada ibu yang menyusui. Mastitis menyebabkan payudara menjadi nyeri, bengkak, hangat, dan kemerahan. Orang yang mengalami radang pada payudara ini juga bisa mengalami demam dan kedinginan karena disertai dengan infeksi. Hal tersebut tentunya membuat ibu merasa tidak nyaman. \n\n \n\n Biasanya, mastitis terjadi pada salah satu payudara saja. Inflamasi yang terjadi biasanya pada satu saluran. Mastitis tidak terjadi begitu saja, namun ada beberapa proses hingga menjadi mastitis, seperti payudara bengkak, puting lecet, saluran yang tersumbat kemudian akhirnya berlanjut menjadi mastitis. Jika tidak dikelola dengan baik, mastitis dapat berlanjut menjadi abses yang tentunya membutuhkan tindakan pengeluaran nanah yang ada di dalam abses. \n\n \n\n Lalu, apa yang harus dilakukan seorang ibu menyusui jika mengalami mastitis? \n\n Mastitis harus dikelola dengan baik. Dalam pengelolaannya kita kelompokan menjadi tiga bagian, yaitu: \n\n \n Pengelolaan nyeri \n \n\n Untuk pengelolaan nyeri, ibu dapat mengkonsumsi obat anti nyeri, atau melakukan kompres dengan air dingin atau es batu pada payudara. \n\n \n Payudara harus dikosongkan \n \n\n Sangat dianjurkan sekali untuk mengosongkan payudara. Jika payudara tidak dikosongkan maka di khawatirkan akan membuat penyumbatan saluran ASI yang semakin parah. Jadi bagi ibu mengalami mastitis sangat dianjurkan untuk tetap memberikan ASI kepada Si Kecil meskipun payudara sedang dalam keadaan radang. Atau ibu juga bisa mengosongkan payudara dengan memerah ASI. \n\n \n Pemberian antibiotik \n \n\n Pemberian antibiotik tentunya akan diberikan oleh petugas kesehatan. \n\n \n\n Sahabat Hermina, mastitis harus dipantau perbaikannya. Tentunya kita mengharapkan perbaikan yang signifikan dalam 24 jam. Apabila payudara ibu malah semakin nyeri, ibu masih demam, payudara sulit untuk dikosongkan, maka segeralah berkonsultasi dengan ahlinya. Jangan sampai mastitis menjadi penyebab momen mengASIhi tidak berjalan dengan baik. ASI begitu penting buat perkembangan Si Kecil. Sahabat Hermina bisa mengkonsultasikan dengan dokter konselor laktasi di Hermina Ciputat. Agar moment mengASIhi berjalan dengan lancar. \n\n Sahabat Hermina, momen mengASIhi adalah momen yang sangat penting. Salah satu masalah yang banyak dihadapi oleh para ibu menyusui adalah mastitis. Angka kejadian mastitis dilaporkan berbda-beda setia negara. Mulai dari 3% bahkan ada yang mencapak 50% angka kejadian mastitis pada ibu yang menyusui. Mastitis menyebabkan payudara menjadi nyeri, bengkak, hangat, dan kemerahan. Orang yang mengalami radang pada payudara ini juga bisa mengalami demam dan kedinginan karena disertai dengan infeksi. Hal tersebut tentunya membuat ibu merasa tidak nyaman. \n\n \n\n Biasanya, mastitis terjadi pada salah satu payudara saja. Inflamasi yang terjadi biasanya pada satu saluran. Mastitis tidak terjadi begitu saja, namun ada beberapa proses hingga menjadi mastitis, seperti payudara bengkak, puting lecet, saluran yang tersumbat kemudian akhirnya berlanjut menjadi mastitis. Jika tidak dikelola dengan baik, mastitis dapat berlanjut menjadi abses yang tentunya membutuhkan tindakan pengeluaran nanah yang ada di dalam abses. \n\n \n\n Lalu, apa yang harus dilakukan seorang ibu menyusui jika mengalami mastitis? \n\n Mastitis harus dikelola dengan baik. Dalam pengelolaannya kita kelompokan menjadi tiga bagian, yaitu: \n\n \n Pengelolaan nyeri \n \n\n Untuk pengelolaan nyeri, ibu dapat mengkonsumsi obat anti nyeri, atau melakukan kompres dengan air dingin atau es batu pada payudara. \n\n \n Payudara harus dikosongkan \n \n\n Sangat dianjurkan sekali untuk mengosongkan payudara. Jika payudara tidak dikosongkan maka di khawatirkan akan membuat penyumbatan saluran ASI yang semakin parah. Jadi bagi ibu mengalami mastitis sangat dianjurkan untuk tetap memberikan ASI kepada Si Kecil meskipun payudara sedang dalam keadaan radang. Atau ibu juga bisa mengosongkan payudara dengan memerah ASI. \n\n \n Pemberian antibiotik \n \n\n Pemberian antibiotik tentunya akan diberikan oleh petugas kesehatan. \n\n \n\n Sahabat Hermina, mastitis harus dipantau perbaikannya. Tentunya kita mengharapkan perbaikan yang signifikan dalam waktu 24 jam. Apabila payudara ibu malah semakin nyeri, ibu masih demam, payudara sulit untuk dikosongkan, maka segeralah berkonsultasi dengan ahlinya. Jangan sampai mastitis menjadi penyebab momen mengASIhi tidak berjalan dengan baik. ASI begitu penting buat perkembangan Si Kecil. Sahabat Hermina bisa mengkonsultasikan dengan dokter konselor laktasi di Hermina Ciputat. Agar moment mengASIhi berjalan dengan lancar. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 31 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
Benarkah Operasi Amandel Mempengaruhi Imunitas Anak?<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, seperti kita ketahui, penyakit radang amandel sering dijumpai pada anak-anak. Orangtua tentu merasa khawatir jika anak mengalami radang amandel. Apalagi jika setelah memeriksakan anak ke dokter THT, anak harus disarankan untuk operasi pengangkatan amandel. Umumnya penyebab amandel harus diangkat adalah ketika amandel mengalami radang dan sudah berisiko terhadap kesehatan. \n\n \n\n Operasi pengangkatan amandel merupakan salah satu cara penyembuhan radang amandel. Pada saat dokter spesialis THT menyarankan untuk operasi pengangkatan amandel, biasanya orangtua merasa bingung. Apalagi, ada beberapa mitos tentang operasi amandel yang beredar di tengah masyarakat. Masih ada sebagian yang ragu melakukan operasi amandel karena diyakini dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat orang tua menjadi keberatan jika anaknya harus menjalani operasi pengangkatan amandel. Salah satu mitos yang beredar adalah, anak akan gampang sakit setelah amandelnya diangkat. Benarkah? \n\n \n\n Tahukah Sahabat Hermina? Anak mudah sakit setelah operasi pengangkatan amandel adalah mitos. Memang, amandel berfungsi sebagai salah satu penyaring kuman dan penyakit, tetapi sebetulnya amandel bukan satu-satunya pelindung imunitas. \n\n \n\n Pada rongga tenggorokan juga ada benteng pertahanan tubuh lainnya yang bernama adenoid yang terletak di langit-langit atas rongga tenggorok berdekatan dengan saluran hidung. Sudah ada penelitian bahwa setelah dilakukan operasi amandel, seluruh sistem imun di dalam tubuh kita tidak terpengaruh. Justru, pengangkatan amandel bertujuan membuang sumber infeksi. Justru akan lebih baik jika amandel segera diangkat karena dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. \n\n \n\n Amandel memang memiliki peran yang sangat penting dalam kaitannya dengan imunitas tubuh, tetapi gangguan kesehatan yang menyerang organ di tenggorokan satu ini juga terbilang berbahaya. Pastikan Anda memeriksakan kesehatan tubuh secara rutin untuk bisa mendeteksi adanya kelainan pada tubuh. \n\n \n\n Nah, Sahabat Hermina bisa berdiskusi terlebih dahulu jika memiliki pertanyaan atau masalah seputar amandel dengan Dokter Spesialis THT. RS Hermina Ciputat bisa menjadi pilihan Sahabat Hermina untuk memeriksakan radang amandel sampai dengan tindakan operasi jika diperlukan nanti. Selain memiliki dokter Spesialis THT yang handal dan profesional, RS Hermina Ciputat juga memiliki peralatan penunjang yang lengkap. Sehingga tidak perlu khawatir jika Si Kecil disarankan untuk melakukan operasi pengangkatan amandel. Klik disini untuk bikin janji dengan dokter spesialis THT. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 31 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 01 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 22 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 18 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 13 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 13 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 15 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 15 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 15 November 2021<\/li><\/ul><\/div>