- Hermina Wonogiri<\/a><\/li>
- 20 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Memahami Risiko Tinggi pada Kehamilan: Langkah-langkah untuk Menjaga Kesehatan Ibu dan Bayi<\/a><\/h3>
Kehamilan adalah periode yang menarik dan penuh harapan dalam kehidupan seorang wanita. Namun, bagi sebagian wanita, kehamilan juga dapat membawa risiko tinggi yang perlu diperhatikan dengan serius. Risiko-risiko ini bisa bervariasi, mulai dari masalah kesehatan kronis yang sudah ada sebelumnya hingga komplikasi yang muncul selama kehamilan. Memahami risiko tinggi pada kehamilan sangat penting agar langkah-langkah pencegahan dan pengelolaan yang tepat dapat diambil untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. \n\n \n\n Faktor Risiko Tinggi pada Kehamilan \n\n Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan. Beberapa di antaranya termasuk riwayat kesehatan ibu sebelumnya, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, atau riwayat kehamilan yang sulit atau berujung pada komplikasi. Selain itu, usia ibu juga bisa menjadi faktor risiko. Wanita yang hamil di usia di atas 35 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi seperti komplikasi seperti preeklampsia, kelahiran prematur, sampai kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah yang beresiko stunting. \n\n \n\n Pentingnya Pemeriksaan Prenatal \n\n Pemeriksaan prenatal secara teratur sangat penting untuk mendeteksi dan mengelola risiko tinggi pada kehamilan. Selama kunjungan prenatal, dokter akan memantau perkembangan kesehatan ibu dan bayi serta memberikan saran tentang gaya hidup sehat dan perawatan yang diperlukan. Tes medis tambahan, seperti ultrasonografi dan tes darah, juga dapat dilakukan untuk menilai risiko secara lebih akurat. \n\n \n\n Langkah-langkah untuk Menjaga Kesehatan \n\n Untuk mengurangi risiko komplikasi pada kehamilan, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh ibu hamil: \n\n \n Pemantauan Kesehatan: Ikuti semua janji prenatal dan berkomunikasi dengan dokter tentang perubahan atau masalah kesehatan yang mungkin timbul selama kehamilan. \n Gaya Hidup Sehat: Menerapkan gaya hidup sehat termasuk makan makanan bergizi, berolahraga secara teratur (sesuai dengan saran dokter), dan menghindari kebiasaan yang berisiko seperti merokok atau mengonsumsi alkohol. \n Perhatian pada Tanda Bahaya: Ketahui tanda-tanda bahaya seperti preeklampsia, perdarahan, atau penurunan gerakan janin, dan segera hubungi dokter jika ada gejala tersebut. \n Konsultasi dengan Ahli: Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli seperti ahli gizi, bidan, atau konselor jika diperlukan untuk mendapatkan dukungan tambahan selama kehamilan. \n \n\n \n\n Kesimpulan \n\n Memahami risiko tinggi pada kehamilan dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk menjaga kesehatan adalah kunci untuk memastikan kehamilan yang sehat dan aman bagi ibu dan bayi. Dengan perawatan prenatal yang tepat dan perhatian terhadap tanda-tanda bahaya, banyak komplikasi yang terkait dengan kehamilan dapat dicegah atau dikelola dengan baik. \n\n \n\n Sahabat Hermina, sebagai seorang sahabat yang peduli dengan kesehatanmu, ingatlah selalu pentingnya berkonsultasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi di RS Hermina Wonogiri, terutama dengan dr. Charly Haposan M. S., Sp.OG dan dr. Cakrabumi Whisnubroto, Sp.OG. Mereka adalah ahli yang dapat memberikanmu perawatan terbaik selama masa kehamilan dan membantu menjaga kesehatanmu serta bayimu dengan baik. Jangan ragu untuk mendapatkan nasihat dan perawatan dari mereka untuk memastikan kehamilanmu berjalan lancar dan aman. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 19 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Komplikasi Kehamilan Plasenta Previa - Penyebab, dan Gejala<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, Plasenta previa terjadi pada saat plasenta menutupi sebagian atau seluruh pembukaan leher Rahim selama kehamilan. Plasenta berperan sebagai penyedia nutrisi dan oksigen untuk janin, serta menghasilkan hormon-hormon kehamilan. Selain itu, plasenta juga berfungsi membawa zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh janin keluar dari tubuh melalui urin dan fases ibu, serta berperan sebagai pelindung terhadap benturan dan penyakit yang dapat mengancam janin. \n\n Plasenta Previa adalah komplikasi kehamilan yang berpotensi parah di mana plasenta terletak di bawah Rahim, sehingga dapat menyebabkan perdarahan vagina hebat tanpa rasa sakit dan perdarahan mungkin cukup dapat mengancam nyawa ibu janin, baik sebelum atau saat persalinan. Plasenta previa sering terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi dan usia di atas 30 tahun. \n\n \n\n Penyebab Plasenta Previa \n\n Sampai saat ini masih belum dapat diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab terjadinya plasenta previa, namun tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi risiko ibu hamil mengalami kondisi ini, yaitu: \n\n \n Posisi janin tidak normal, seperti lintang atau sungsang \n Memiliki riwayat keguguran \n Rahim berbentuk tidak normal \n Riwayat operasi pada Rahim, seperti pengangkatan operasi caesar, dan kuret. \n Usia 35 tahun atau lebih \n Merokok atau menggunakan narkoba saat hamil \n \n\n \n\n Gejala Plasenta Previa \n\n Tanda pada plasenta previa adalah terjadi pendarahan di vagina dengan disertain tanpa rasa sakit, setelah usia kehamilan 20 minggu. Terkadang, bercak darah dapat muncul sebelum pendarahan yang lebih serius. \n\n Pendarahan bisa terjadi secara bersamaan dengan kontraksi Rahim sebelum persalinan yang mungkin disertai nyeri. Aktivitas seperti pemeriksaan medis atau hubungan seksual bisa juga memicu pendarahan. Beberapa ibu, pendarahan mungkin tidak terjadi hingga saat persalinan. Seringkali tidak ada kejadian yang jelas yang menjadi penyebab perdarahan. \n\n \n\n Diagnosis Plasenta Previa \n\n Pemeriksaan medis dan tes diagnosis perlu dilakukan untuk mengetahui ibu hamil mengalami atau tidak mengalami plasenta previa jika terjadi perdarahan di trimester ke 2 atau ke 3 kehamilan. Untuk memastikannya ada beberapa cara pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter, yaitu: \n\n \n Pemeriksaan USG Transvaginal \n Pemeriksaan USG Transabdominal \n Pemeriksaan MRI \n \n\n Jika ibu hamil mengalami plasenta previa, dokter tidak akan menjalankan prosedur pemeriksaan USG Transvaginal secara rutin, untuk mengurangi risiko perdarahan berat. Dokter akan mengganti pemeriksaannya dengan USG Transabdominal, untuk memantau posisi plasenta secara berkala sampai persalinan. \n\n \n\n Pencegahan \n\n Plasenta previa tidak dapat dicegah baik pada prosedur bedah atau medis yang dapat memperbaikinya. Ada beberapa faktor risiko tertentu untuk yang dapat mengendalikan atau menghindari terjadinya plasenta previa, seperti menghindari untuk merokok atau menggunakan narkoba, mengurangi aktivitasi fisik yang berat, menghindari berpergian jarak jauh pada saat usia kehamilan 28 minggu, dan segera beristirahat ketika keluar flek. \n\n Oleh karena itu, plasenta previa terjadi ketika plasenta menutupi sebagian atau seluruh leher Rahim salam kehamilan, plasenta previa dapat menimbulkan beberapa gejala berupa perdarahan vagina. Jika Sahabat hermina mengalami hal tersebut segeralah melakukan pemeriksaan ke dokter untuk mendapatkan penangan yang tepat dan aman untuk ibu maupun janin. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 24 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
Hamil Tetap Nyaman Tanpa Morning Sickness<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina siapa disini yang sedang mengalami Morning Sickness (Mual dan muntah) saat hamil ? kehamilan tentunya menjadi momen yang paling ditunggu oleh semua pasangan. Namun awal kehamilan adalah masa yang tidak mudah dilewati oleh sahabat hermina. Pada fase ini, Sahabat hermina akan mengalami banyak keluhan sebagai reaksi alami dari perubahan yang terjadi pada tubuh. \n\n Keluhan yang hampir sering dirasakan oleh sahabat hermina adalah tentang perjuangan melawan rasa mual dan muntah saat hamil muda. Walau sering dikenal dengan nama morning sickness, mual dan muntah ini tidak hanya terjadi pada pagi hari, hal ini bisa terjadi sepanjang hari. \n\n Mual atau muntah pada kehamilan biasa dimulai pada trimester pertama dan akan mencapai puncak pada sekitar minggu ke-9, rasa mual akan berangsur membaik setelah melewati usia kehamilan di 12 minggu. \n\n Tips Atasi Morning Sickness : \n\n 1. Cukupi kebutuhan cairan \n\n Kebutuhan cairan saat hamil lebih banyak dari saat sebelum hamil. Tetap cukupi kebutuhan cairan dengan minum air putih sebanyak 10-12 gelas per harinya. Jika kebutuhan cairan terpenuhi, suhu tubuh juga akan terjaga dengan baik. Saat terhidrasi dengan baik, rasa mual dan ingin muntah bisa berkurang. \n\n 2. Makan sedikit demi sedikit \n\n Saat hamil, asam lambung kerap meningkat. Hal tersebut sering membuat nafsu makan berkurang karena rasa mual tak tertahankan. Solusinya, makanlah sedikit demi sedikit tetapi sering. Memaksakan makan banyak bisa memperberat kerja sistem pencernaan, sehingga mual malah akan bertambah. Hindari jenis-jenis makanan yang terlalu merangsang, berbumbu, bersantan, dan terlalu berminyak karena akan menstimulasi rasa mual menjadi semakin parah. \n\n 3. Sibukan diri sahabat hermina pada hal yang disukai \n\n Mengalihkan pikiran pada hal lain yang disukai bisa membantumu melupakan rasa mual sementara waktu. Berjalan-jalan menghirup udara luar juga dapat mengurangi rasa mual Sahabat hermina. \n\n 4. Istirahat yang cukup dan hindari stres \n\n Stres berperan penting menyebabkan gangguan mual saat hamil. Apabila memiliki kecemasan, cobalah berbagi dengan pasangan. Bangun suasana yang nyaman agar ibu hamil mampu melewati tahap ini dengan baik \n\n Jika cara menghilangkan mual saat hamil di atas tidak membuat gejala berkurang atau sahabat hermina merasa keadaan semakin parah, konsultasikan segera keluhan sahabat hermina dengan Dokter Spesialis Kandungan agar Sahabat Hermina bisa segera diatasi dengan pengobatan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangkuban Perahu<\/a><\/li>
- 26 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Tuberkolosis Pada Anak<\/a><\/h3>
APA ITU TUBERKULOSIS? \n\n - Sering disebut “flek” \n\n - Penyakit menular, BUKAN KETURUNAN \n\n - Penyebab: Kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis) \n\n BAGAIMANA ANAK BISA TERTULAR TBC? \n\n TBC paling sering ditularkan dari orang dewasa melalui percikan ludah, batuk, atau bersin yang sudah mengandung kuman TBC. Anak berusia di bawah 5 tahun (balita) paling rentan tertular tuberkulosis dari orang dewasa. Pasien TB aktif dapat menularkan pada 10-15 orang orang disekelilingnya setiap tahun \n\n DOK, APAKAH KUMAN TBC YANG MASUK TUBUH SELALU MENYEBABKAN SAKIT TBC? \n\n Orang Sehat \n\n Seluruh kuman TBC dimusnahkan oleh sistem pertahanan tubuh kita \n\n Orang Infeksi Laten TBC \n\n Kuman TBC ada di dalam tubuh kita, tapi "dipagari" oleh sisitem pertahanan tubuh, sehingga tidak menimbulkan gejala TBC \n\n Orang Sakit TBC \n\n Sistem pertahanan tubuh tidak mampu melawan kuman TBC, sehingga menimbulkan gejala TBC \n\n TBC BISA MENGENAI ORGAN TUBUH SELAIN PARU! \n\n Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang mudah menular lewat udara dan sering kali menginfeksi paru-paru. Faktanya, TBC juga dapat mengenai organ tubuh lain misalnya tulang belakang, kulit, otak, usus, ginjal,hati dan jantung. \n\n FAKTOR APA YANG MENINGKATKAN RISIKO SAKIT TBC PADA ANAK ? \n\n Pada anak usia Balita dan Remaja Berisiko Tinggi sakit TBC, Kekebalan tubuh yang turun meningkatkan risiko sakit TBC seperti: Gizi buruk, DM, Penyakit Keganasan, Konsumsi Obat Steroid Jangka panjang, HIV, Kontak erat dengan pasien TBC paru yang infeksius, dll \n\n GEJALA TBC PADA ANAK ? \n\n \n Batuk lama > 2 pekan walaupun sudah diberikan pengobatan \n Demam > 2 pekan tanpa sebab jelas \n Berat badan turun atau menetap dalam 2 bulan \n Anak lesu dan tidak seaktif biasanya \n \n\n HARUS BAGAIMANA KALAU ANAK BERGEJALA TBC ? \n\n Informasi terkait TBC pada anak, diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan kepada para orang tua untuk bisa lebih memperhatikan tumbuh kembang dan berbagai gejala yang muncul pada sang anak. \n\n Tetap terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), bersegera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat apabila mengalami gejala TBC untuk mendapatkan diagnosa dan penanganan secara tepat oleh petugas kesehatan. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 21 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Apakah Aman ? Apabila Ibu Hamil Berpuasa Selama Bulan Ramadhan<\/a><\/h3>
Tahukah Anda Sahabat Hermina, Ibu hamil yang berpuasa di bulan Ramadhan adalah suatu hal yang sangat umum dilakukan oleh masyarakat muslim di seluruh dunia. Namun, keputusan untuk berpuasa harus dipertimbangkan dengan matang karena dapat berdampak pada kesehatan ibu dan bayi yang dikandungnya. \n\n Menurut panduan medis, ibu hamil yang sehat dan memiliki kehamilan normal seharusnya tidak berpuasa selama bulan Ramadhan. Hal ini karena ibu hamil memerlukan asupan nutrisi yang cukup untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dikandungnya, dan puasa dapat mengganggu asupan nutrisi yang dibutuhkan. Tapi sebenarnya berpuasa saat bulan Ramadhan hanya mengganti pola makan yang tadinya pada siang hari berubah pada malam hari. \n\n Puasa di bulan Ramadhan juga dapat meningkatkan risiko dehidrasi pada ibu hamil. Selama kehamilan, tubuh ibu hamil memerlukan lebih banyak air untuk mendukung pertumbuhan bayi dan menjaga kesehatan ibu hamil. Oleh karena itu, tidak minum air selama berpuasa dapat mengurangi asupan air yang diperlukan oleh tubuh. Namun apabila saat sahur dan berbuka ibu memenuhi nutrisi gizi yang dibutuhkan, maka puasa bagi Ibu Hamil Aman saja. \n\n Jika ibu hamil memutuskan untuk tetap berpuasa di bulan Ramadhan, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjaga kesehatan dan kenyamanannya. \n\n \n Pertama, ibu hamil harus memastikan bahwa mereka mendapatkan asupan nutrisi yang cukup saat makan sahur dan berbuka puasa. Konsumsi makanan yang kaya nutrisi seperti buah-buahan, sayuran, sumber protein seperti ikan, daging, atau kacang-kacangan, dan karbohidrat kompleks seperti nasi atau roti dapat membantu menjaga kesehatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. \n Kedua, ibu hamil harus memastikan bahwa mereka minum air dalam jumlah yang cukup selama waktu yang diperbolehkan untuk minum selama puasa. Setidaknya 8-10 gelas air per hari sangat penting untuk menjaga tubuh terhidrasi dan membantu mengeluarkan racun dari tubuh. \n Ketiga, ibu hamil sebaiknya menghindari berolahraga berat selama bulan Ramadhan, terutama selama waktu yang panas. Kegiatan fisik yang berlebihan dapat meningkatkan risiko dehidrasi dan kelelahan, sehingga dapat berdampak buruk pada kesehatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. \n Keempat, ibu hamil harus selalu mengikuti saran dokter dan memantau kesehatan mereka secara teratur selama bulan Ramadhan \n \n\n Berpuasa selama bulan Ramadhan bagi ibu hamil akan aman apabila kondisi dari Ibu dan calon buah hati sehat dan mengikuti arahan dari dokter.Jika terjadi gejala-gejala yang tidak normal pada kandungan sebaiknya segera mencari bantuan dari tenaga medis spesialis kandungan. Di rumah sakit Hermina Purwokerto tersedia layanan bagi Ibu Hamil yang ingin konsultasi mengenai kehamilan. \n\n Untuk memudahkan mengakses pelayanan & pendaftaran di RS Hermina Purwokerto, berikut caranya: \n\n \n Download mobile aplikasi di Playstore (Ketik Halo Hermina) \n Hubungi Call Center 1500488 \n Melalui website -> www.herminahospitals.com \n Melaui URL -> bit.ly/PendaftaranHerminaPurwokerto \n Melalui aplikasi Halodoc \n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 21 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Pemeriksaan Laboratorium untuk Ibu Hamil<\/a><\/h3>
Pemeriksaan Laboratorium Untuk Ibu Hamil \n\n Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein dan urin, pemeriksaan kadar gula darah, pemeriksaan darah malaria di wilayah endemis malaria, pemeriksaan tes sifilis di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis, pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV, dan pemeriksaan BTA pada Ibu hamil yang dicurigai menderita Tuberkulosis. \n\n 1) Pemeriksaan golongan darah \n\n Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan. \n\n 2) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) \n\n Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan. \n\n 3) Pemeriksaan protein dan urin \n\n Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil. \n\n 4) Pemeriksaan kadar gula darah \n\n Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga). \n\n 5) Pemeriksaan darah Malaria \n\n Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi. \n\n 6) Pemeriksaan tes Sifilis \n\n Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan. \n\n 7) Pemeriksaan HIV \n\n Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV. \n\n 8) Pemeriksaan BTA \n\n Ibu hamil yang dicurigai menderita Tuberkulosis dilakukan pemeriksaan BTA sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan di fasilitas rujukan. \n\n \n\n Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan. Sehingga dalam implementasi pelayanan ANC terpadu tersebut, telah dibuat dan dikembangkan checklist ANC Terpadu untuk memudahkan tenaga kesehatan melakukan penapisan awal dan pemeriksaan lebih lanjut terhadap ibu hamil. Checklist tersebut secara terpadu dapat dipergunakan oleh masing-masing provider ( Dokter Umum, Dokter Gigi, Bidan, Nutrisionis, dan Petugas Laboratorium ). Pada bagian akhir checklist, seorang Dokter Umum akan menyimpulkan apakah seorang ibu hamil dalam kondisi sehat atau sebaliknya ( memiliki masalah dalam kehamilannya ). \n\n Dengan ANC terpadu yang berkualitas, diharapkan semua kehamilan dapat terkawal dengan baik. Sehingga upaya terobosan ini diharapkan menjadi salah satu kunci untuk menurunkan kejadian kesakitan maupun kematian pada ibu maupun bayi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 23 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Bahaya Tetanus Neonatorum pada Bayi Baru Lahir!<\/a><\/h3>
Tetanus Neonatorum merupakan sebuah penyakit tetanus yang menyerang pada bayi baru lahir. Pada bayi baru lahir berisiko tinggi terkena tetanus neonatorum apabila Sibayi dilahirkan dengan bantuan peralatan persalinan yang tidak steril. \n\n Pencegahan dini dari tetanus neonatorum lebih diutamakan daripada pengobatan, dikarenakan tingkat kematian penderita sangat tinggi. Tetanus neonatorum banyak ditemukan di daerah perdesaan atau terpencil di mana fasilitas kesehatan dan tenaga medis masih sulit untuk ditemukan. \n\n \n\n Penyebab Tetanus Neonatorum pada Bayi \n\n Penyebab paling utama adalah infeksi oleh bakteri Clostridium tetani, yaitu bakteri yang dapat menghasilkan racun yang racunnya dapat menyerang sistem saraf pusat dan otak. Bakteri ini biasanya ditemukan di kotoran hewa, debu, dan tanah. Bakteri Clostridium tetani dapat menginfeksi seseorang, termasuk bayi baru lahir dengan melalui luka goresan, sobekan, atau luka tusukan yang disebabkan oleh benda-benda yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut. \n\n Pada bayi yang baru lahir tetanus terjadi akibat bakteri masuk ke dalam tubuh bayi melalui persalinan yang tidak higienis atau steril, seperti memotong tali pusar dengan alat-alat yang tidak steril. Risiko bayi menderita tetanus neonatorum juga dapat meningkat oleh ibunya yang tidak terlindungi oleh vaksin tetanus toxoid (TT) pada masa kehamilan. Beberapa faktor risiko lain tetanus neonatorum, diantaraya: \n\n \n Pada proses pesalinan di rumah dengan alat yang tidak steril. \n Mempunyai riwayat tetanus neonatorum pada anak sebelumnya. \n Adanya paparan bahan yang berpotensi menularkan bakteri pada alat yang digunakan untuk persalinan maupun merawat tali pusat \n \n\n Beberapa gejala yang ditimbulkan jika bayi baru lahir terinfeksi tetanus neonatorum antara lain: \n\n \n Mulut pada bayi terasa kaku seakan terkunci dan bayi tidak bisa menyusui \n Otot wajah dan rahang mengencang pada hari ke 2 sampai 3 pasca kelahiran \n Terjadi kejang yang diakibatkan oleh suara, cahaya, atau sentuhan \n Otot tubuh kaku secara menyeluruh yang menyebabkan tubuh Si bayi menegang atau tampak melengkung ke belakang \n \n\n Jika tidak diobati dan ditangani secepat mungkin, kondisi ini dapat membuat bayi tidak dapatbernapas. Sebagian besar kematian bayi akibat infeksi tetanus neonatorum terjadi antara hari ke 3 hingga 28 setelah kelahiran. \n\n \n\n Pencegahan Dini Tetanus Neonatorum \n\n Pencegahan umum yang dapat dilakukan adalah pemberikan vaksinasi TT bagi para ibu hamil untuk melindungi tubuh dari penyakit tetanus. Pemberian vaksin biasanya dilakukan oleh dokter saat usia kandungan ibu hamil sudah trimester ketiga. Dosis kedua diberikan 4 minggu setelah dosis pertama diberikan. \n\n Selain menggunakan vaksin, prosedur dan persalinan medis yang steril dirumah sakit dapat mencegah bayi terinfeksi tetanus noenatorum. Dikarenakan sebagian besar bayi yang mmeninggal karena tetanus disebabkan oleh persalinan di rumah tanpa prosedur steril yang memadai dan lingkungan yang tidak bersih. \n\n Oleh karena itu, penempatan bidan desa di dalam wilayah kerja puskesmas juga menjadi salah satu upaya kementerian kesehatan RI untuk menjaga dan mencegah terjadinya tetanus neonatorum pada bayi baru lahir, dan menjaga status kesehatan khususnya ibu hamil, membantu persalinan, serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak. \n\n Tetanus neonatorum dapat berakibat fatal pada bayi, sehingga penting untuk melakukan tindakan pencegahan. Jika tampak gejala tetanus neonatorum pada bayi baru lahir, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangerang<\/a><\/li>
- 19 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
Hipertensi dan Pre Eklampsia dalam Kehamilan<\/a><\/h3>
Hipertensi \n\n Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg. Tekanan darah yang normal berada dikisaran 120/80 mmHg atau kurang. Diperkirakan sekitar 5–10% ibu hamil di seluruh dunia mengalami hipertensi dalam kehamilan. Beberapa ibu hamil sudah mengalami hipertensi sebelum kehamilan, beberapa lagi mengalaminya untuk pertama kalinya dalam kehamilan. Selama kehamilan, tekanan darah tinggi yang parah dan tidak segera diatasi dengan tepat dapat menyebabkan janin tidak mendapatkan suplai darah yang cukup, kekurangan nutrisi dan kekurangan oksigen yang dapat memperlambat pertumbuhan janin. \n\n \n\n Pre Eklampsia \n\n Preeklamsia adalah masalah kehamilan yang umumnya berkembang setelah minggu ke-20 kehamilan. Preeklampsia dapat ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kandungan protein yang tinggi dalam urine ibu hamil. Selain itu, preeklampsia juga bisa ditandai dengan sakit kepala, nyeri di perut kanan atas, sesak nafas, pusing, lemas, tidak enak badan, frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun, mual dan muntah serta berat badan naik secara tiba-tiba. \n\n Preeklamsia yang tidak segera ditangani dapat menghambat perkembangan janin serta merusak hati dan ginjal Mama yang sedang mengandung. Preeklampsia juga dapat berkembang menjadi eklampsia, yaitu masalah kehamilan yang jauh lebih serius yang dapat mengakibatkan kejang dan konsekuensi lain yang lebih serius bagi ibu hamil dan janin. \n\n \n\n Perbedaan, Penyebab, dan Faktor Risiko Hipertensi dan Preeklampsia \n\n hipertensi dan preeklampsia memiliki beberapa perbedaan, termasuk penyebab dan faktor risiko. \n\n Hipertensi selama kehamilan biasanya dipicu oleh beberapa kondisi berikut: \n\n \n Ibu hamil yang kelebihan berat badan atau obesitas. \n Ibu hamil yang mengandung saat usia di atas 35 tahun. \n Ibu hamil yang memiliki riwayat diabetes dan gangguan ginjal. \n Sementara itu, preeklampsia bisa dipicu oleh beberapa kondisi berikut: \n Nulipara atau seorang perempuan yang belum pernah melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari 28 minggu atau belum pernah melahirkan janin yang mampu hidup diluar rahim. \n Ibu hamil yang sebelumnya memiliki riwayat hipertensi. \n Terdapat kelainan plasenta seperti kelainan pembentukan dan fungsi abnormal. \n Memiliki keluarga dengan riwayat preeklampsia. \n \n\n \n\n Perbedaan Diagnosis Hipertensi dan Preeklampsia \n\n Cara mendiagnosis hipertensi ibu hamil adalah dengan melakukan tes tekanan darah dua kali berturut-turut dengan selang waktu 4 hingga 6 jam. Ibu hamil dapat didiagnosis hipertensi gestasional jika tekanan darahnya lebih dari 140/90mm Hg. Sedangkan cara dokter mendiagnosis preeklampsia pada ibu hamil adalah dengan melakukan tes darah dan urine pada ibu hamil yang memiliki gejala preeklampsia. Ibu hamil dapat didiagnosis mengalami preeklampsia jika tekanan darah mencapai atau lebih besar dari 160/110 dan kadar urine lebih dari 300 miligram protein dalam sehari. Selain itu, dokter juga akan tes skrining untuk memantau perkembangan janin dan mendeteksi jika ada komplikasi kehamilan seperti preeklampsia. \n\n \n\n Perbedaan Perawatan Hipertensi dan Preeklampsia \n\n Selain penyebab dan cara mendiagnosis, pengobatan hipertensi dan preeklampsia juga berbeda. Hipertensi selama kehamilan biasanya diobati dengan obat antihipertensi yang dapat membantu menurunkan tekanan darah, namun tidak membahayakan janin.Namun, janin yang ibunya mengonsumsi obat antihipertensi selama kehamilan mungkin berisiko mengalami gangguan perkembangan paru-paru. Sementara itu, pencegahan preeklamsia dilakukan dengan pemberian obat aspirin dosis rendah pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan obat hipertensi pada ibu hamil yang terdiagnosis preeklamsia. Ibu hamil dengan masalah preeklampsia juga dapat diberikan magnesium sulfat untuk menghindari eklampsia, yaitu komplikasi preeklamsia yang paling umum dan berbahaya bagi ibu hamil dan janin. Selain itu, ibu hamil yang terdiagnosis preeklampsia juga harus memantau suplai darah dan merencanakan persalinan yang aman sejak dini. Pengobatan utama pada pre eklamsia adalah pengakhiran kehamilan. Ibu hamil yang mengalami preeklampsia biasanya disarankan untuk melahirkan dengan operasi caesar untuk menghindari risiko lebih lanjut pada ibu dan janin. \n\n \n\n Resiko Pada Preeklampsia \n\n \n Sesak napas,hal ini disebabkan oleh cairan paru-paru yang berlebihan. \n Penurunan kadar trombosit dalam darah \n Penurunan aliran darah ke plasenta ( Ari-ari ) \n Ari-ari ( plasenta ) lepas sebelum persalinan \n \n\n Saran : \n\n Jika Anda mempunyai kelebihan berat badan sebelum hamil, ada baiknya Anda melakukan penurunan berat badan sebelum hamil agar kondisi kehamilan Anda lebih sehat. \n\n Apabila mulai mengalami gejala preeklampsia di tengah usia kehamilan, Anda harus \n\n menjaga tekanan darah agar tetap stabil. Mungkin dokter akan memberikan obat untuk membantu menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah kejang, agar preeklampsia tidak berkembang menjadi eklampsia. Jika preeklampsia terjadi selama kehamilan, mungkin dokter akan mempertimbangkan untuk melahirkan bayi Anda segera ketika perkembangan bayi sudah cukup siap untuk lahir. \n\n Nah Sahabat Hermina, selalu periksa kondisi Anda sebelum dan selama kehamilan. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 12 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
Hati-Hati! Kebersihan Gigi dan Mulut Ibu Hamil Pengaruhi Kesehatan Janin<\/a><\/h3>
Menjaga kesehatan gigi dan mulut bagi para ibu yang sedang hamil merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan. Hal tersebut sebaiknya tidak diabaikan karena kesehatan gigi dan mulut ibu dapat berpengaruh pada kesehatan calon bayi apabila tidak dirawat dengan serius. \n\n \n Meningkatkan Risiko Prematur \n \n\n Infeksi gigi dan mulut merupakan salah satu pintu masuknya kuman ke dalam tubuh. Sayangnya, banyak calon ibu yang tidak menyadarinya. Padahal, saat hamil perdarahan sangat mudah terjadi, termasuk pada gigi. \n\n Nah, yang perlu calon ibu atau ibu hamil ketahui, penyakit gigi dan gusi ini ternyata bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur. Berdasarkan hasil penelitian, kelahiran prematur bisa terjadi karena adanya oksitosin dari kuman yang masuk lewat gigi dan gusi. Oksitosin inilah yang memicu kontraksi. \n\n \n Menginfeksi Janin dalam Kandungan \n \n\n Berdasarkan hasil penelitian yang dimuat pada Journal Of Obstetrics Gynecology dari Case Western Reserve University, ibu hamil yang menderita infeksi gusi bisa menularkan infeksi pada janin melalui peredaran darah plasenta. Setelah diteliti, kuman Fusobacterium nucleatum yang menginfeksi gusi ibu juga ditemukan di dalam tubuh janin yang bisa mengakibatkan keguguran. \n\n Agar kehamilan tidak terganggu karena masalah gigi dan mulut, ibu hamil harus rajin menjaga kebersihan gigi dan mulut. Berikut beberapa tips yang bisa dicoba, yaitu: \n\n \n Perbanyak minum air putih. \n Sikat gigi dua kali sehari, terutama setelah makan dan sebelum tidur. Gunakan sikat gigi dengan bulu yang lembut untuk menghindari perdarahan pada gusi. \n Berhenti merokok. \n Batasi asupan makanan dan minuman manis, termasuk minuman bersoda. \n Pilihlah buah-buahan segar untuk memuaskan keinginan mengonsumsi makanan manis. \n Hindari menyikat gigi setelah muntah, sebab asam lambung masih menempel pada lapisan gigi, sehingga bisa menggores lapisan gigi jika segera disikat. \n Sikatlah gigi minimal satu jam setelah muntah. \n Hindari obat kumur yang mengandung alkohol. \n \n\n Apabila Sahabat Hermina memiliki masalah terkait kesehatan gigi dan mulut, segeralah melakukan konsultasikan dengan Dokter Gigi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 23 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Penyakit Diabetes Melitus di Usia Muda<\/a><\/h3>
Diabetes bukan hanya dialami orang yang sudah berusia lanjut. Remaja ataupun anak muda juga bisa terkena diabetes. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa diabetes yang menyerang anak mudah justru lebih berbahaya. Hal inilah yang menjadi peringatan penting bahwa diabetes yang dialami di usia muda lebih sangat berbahaya serta sulit untuk ditangani. \n\n Diabetes yang diderita remaja terjadi kemungkinan disebabkan oleh gaya hidup dan masalah kesehatan. Faktor seperti genetik dapat meningkatkan risiko remaja mengidap diabetes, tetapi banyak gaya hidup tidak sehat yang menjadi masalah utama penyebab anak muda akhirnya memiliki diabetes. \n\n Faktor yang meningkatkan risiko diabetes tipe 2 pada remaja antara lain: \n\n \n Obesitas (kelebihan berat badan) \n Pola hidup tidak sehat seperti merokok dan suka mengonsumi minuman beralkohol \n Gemar mengonsumsi asupan manis dan makanan siap saji \n Memiliki anggota keluarga dengan diabetes \n Memiliki riwayat diabetes gestasional \n Memiliki kadar kolesterol tinggi \n Didiagnosis pradiabetes \n \n\n Memiliki diagnosis pradiabetes bukan berarti Sahabat telah mengidap diabetes tipe. Ini artinya gula darah Sahabat sudah tergolong tinggi dan di atas nilai batas normal, namun belum terlalu tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes. Jika dibiarkan terus, Sahabat bisa terkena diabetes tipe 2. Perkembangan diabetes tipe 2 di usia muda memang cenderung berbahaya, sehingga dapat menjadi komplikasi penyakit yang lebih serius. Contohnya termasuk retinopati, nefropati, neuropati, dan penyakit kardiovaskular. \n\n Bagaimana Pencegahan Diabetes Melitus di Usia Muda ? \n\n \n\n \n Menjaga berat badan ideal \n \n\n Obesitas adalah salah satu faktor utama remaja berisiko terkena diabetes tipe 2. Ketika Sahabat merasa berat badan Sahabat berlebih, Sahabat bisa mengurangi sekitar 5-10% dari berat Sahabat untuk mengurangi resiko terkena diabetes. Diet kalori dan rendah lemak sangat dianjurkan sebagai cara terbaik untuk menurunkan berat badan dan mencegah dari penyakit Diabetes \n\n 2. Makan buah - buahan dan sayuran \n\n Dengan makan berbagai buah-buahan dan sayuran setiap hari, Sahabat bisa mengurangi resiko penyakit diabetes sampai 22%. Fakta ini diambil menurut hasil dari sebuah penelitian tentang diet selama 12 tahun dari 21.831 orang dewasa. Penurunan resiko secara langsung berhubungan dengan berapa banyak buah-buahan dan sayuran yang Sahabat konsumsi. \n\n 3. Ganti gula dengan pemanis yang rendah kalori \n\n Sebuah data kesehatan yang meneliti dari 43.960 wanita menunjukkan bahwa perempuan yang minum 2 gelas atau lebih minuman manis sehari (misal soda atau jus buah) memiliki resiko 25-30% lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan orang lain yang tidak. Bila perlu, Sahabat bisa menggunakan pemanis rendah kalori dan mengandung kromium untuk dapat meningkatkan fungsi insulin dalam tubuh, sehingga membantu diabetesi dalam mengontrol gula darah. \n\n 4. Rutin berolahraga \n\n Untuk mencegah diabetes pada usia remaja, usahakan untuk berolahraga setidaknya 30 menit sehari. Ini bertujuan untuk memaksimalkan pencapaian target penurunan berat badan dan untuk mengurangi resiko terkena diabetes. Selain itu, berolahraga juga dapat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan kadar insulin dalam tubuh. \n\n Kapan sebaiknya konsultasi ke Dokter ? \n\n Sahabat dapat konsultasi ke dokter atau bahkan melakukan medical check up jika mempunyai keluhan atau riwayat keluarga yang memiliki Diabetes Melitus \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Manado<\/a><\/li>
- 19 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
USG 4D Pada Kehamilan<\/a><\/h3>
Ultrasonografi adalah salah satu produk teknologi medical imaging yang memanfaatkan gelombang ultrasonik tanpa membuat sayatan (non-invasive). Penggunaan USG pada ibu hamil relatif aman, nyaman, risiko rendah dan tidak memerlukan persiapan khusus. Ada beberapa mode USG kehamilan yang tersedia saat ini, USG 2 dimensi (2D), 3 dimensi (3D) dan 4 dimensi (4D). \n\n \n\n Apa perbedaan USG 2D, 3D dan 4D ? \n\n \n\n USG 2D menampilkan gambar dua bidang. Dari hasil gambar 2D diperoleh bentuk citra panjang x lebar berwarna hitam putih. Mode USG 2D digunakan untuk mengukur biometri janin. \n\n \n\n USG 3D memiliki tambahan 1 bidang gambar lagi sehingga gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan tubuh janin dapat dilihat dengan jelas. \n\n\n \n \n \n USG 4D adalah teknik yang dilakukan di mana gelombang suara frekuensi sangat tinggi ditransmisikan ke dalam tubuh, kemudian dibawa kembali dan dianalisis untuk diterjemahkan ke dalam suatu gambar. USG 4D mengambil gambar tiga dimensi dan menambahkan elemen waktu untuk proses. Hal ini memungkinkan untuk melihat janin secara detail. \n \n \n \n\n\n \n\n Apa manfaat USG 4D ? \n\n \n Hasil USG berupa gambar bergerak/real time video, dapat melihat gerakan janin \n Kualitas hasil lebih detail dan jelas \n Kelainan lebih mudah terdeteksi dan akurat \n Jenis kelamin lebih terlihat \n Dapat menimbulkan ikatan emosional orang tua dengan bayi yang lebih kuat \n Dapat digunakan untuk membantu tindakan medis seperti amniosintesis, CVS, kardiosintesis dan transfusi intrauterin. \n \n\n \n\n Kapan sebaiknya melakukan USG 4D ? \n\n Pemeriksaan USG 4D bisa dilakukan ketika struktur organ janin sudah terbentuk, yaitu setelah usia kehamilan memasuki 26-30 minggu. Dengan begitu, hasil yang didapatkan akan sesuai dengan harapan karena bagian tubuh janin bisa lebih jelas terlihat. Selain itu, pada usia kehamilan tersebut posisi janin sudah jarang berubah-ubah. \n\n \n\n\n \n \n \n Pemeriksaan USG hanya perlu dilakukan untuk kebutuhan medis. Hingga saat ini, belum ditemukan risiko atau efek samping pemeriksaan USG 4D. \n \n \n \n\n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 29 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Spina Bifida - Jenis, Gejala, Penyebab dan Pencegahan<\/a><\/h3>
Spina bifida adalah cacat lahir yang terjadi akibat terganggunya pembentukan tabung saraf pada bayi selama dalam kandungan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya celah ruas tulang belakang. \n\n \n\n Spina bifida atau yang disebut juga dengan myelodisplasia / rachischisis merupakan salah satu jenis dari defek tuba neural (neural tube defect) yang paling sering terjadi, bersifat non kromosomal dan non letal. Kondisi tersebut ditandai dengan penutupan tuba beural yang tidak sempurna pada bagian kaudal lubang neural pada minggu keempat perkembangan janin. \n\n \n\n Sistem saraf berkembang dari piringan sel di sepanjang punggung embrio. Dalam satu bulan pertama kehamilan, ujung piringan ini melengkung, menutup, dan membentuk tabung saraf. Dimana tabung saraf ini akan berkembang menjadi otak dan sistem saraf di tulang belakang. \n\n \n\n Beragam jenis Spina Bifida \n\n Penyakit Spina Bifida tergolong langka terjadi. Penyakit ini memiliki tiga kelompok di dalamnya berdasarkan ukutan celah yang terbentuk, antaranya: \n\n \n\n \n Spina bifida okulta \n \n\n Adalah jenis penyakit spina bifida paling ringan karena celah yang muncul pada ruas tulang belakang berukuran kecil sehingga spina bifida ini umumnya tidak memengaruhi sisterm kerja saraf. Sehingga kemunculannya jarang sekali disadari oleh penderitanya. \n\n \n Meningokel \n \n\n Adalah jenis spina bifida dengan celah ruas tulang belakang yang lebih besar. Pada kondisi ini selaput pelindung saraf tulang belakang mencuat keluar dari celah sehingga membentuk kantung pada punggung bayi. \n\n Kantung yang keluar melalui celag ruas tulang belakang ini biasanya berisi cairan sumsum tulang belakang tanpa serabut saraf sehingga penderitanya bisa atau tidak bisa merasakan keluhan tertentu. \n\n \n Mielomeningokel \n \n\n Adalah jenis spina bifida yang paling berat. Kondisi ini, kantung yang keluar dari celah tulang belakang yang berisi cairan dan sebagian saraf tulang. Gejala dan keluhan yang muncul akan bergantung lokasi dan tingkat kerusakan saraf pada tulang belakang. \n\n Jika saraf tulang belakang yang berfungsi berkemih mengalami kerusakan saraf akan muncul gangguan berkemih. Kasus ini lebih parah bisa terjadi kelemahan total atau paralisis dari tungkai yang disertai dengan gangguan berkemih. \n\n \n\n Gejala Penyakit Spina Bifida \n\n Gejala spina bifida ini mempunyai gejala berbeda-beda, tergantung jenisnya. Spina bifida okulta jarang sekali menimbulkan gejala karena tidak melibatkan saraf tulang belakang. Tanda dari penyakit jenis spina bifida okulta adalah akan terlihat sejumput rambut di punggu bari yang baru lahir atau adanya lekukan (lesung) kecil di punggung bawag bari baru lahir. \n\n \n\n Berbeda dengan spina bifida okulta, jenis meningokel dan mielomeningokel ditandai dengan adanya kantung yang mencuat di bagian punggung bayi. Pada meningokel kantung ini memiliki lapisan kulit yang tipis. Sedangkan pada mieomeningokel, kantung ini bisa muncul tanpa lapisan kulit sehingga cairan dan serabut saraf di dalamnya dapat terlihat langsung. \n\n \n\n Selain adanya kantung di bagian punggung bayi, penderita mielomeningokel yang baru lahir juga dapat mengalami beberapa gejala di bawah ini: \n\n \n Tidak dapat menggerakkan tungkai sama sekali. \n Mengalami kejang dan gangguan berkemih. \n Bentuk tulang belakang, pinggul, atau tulang belakang tidak normal. \n \n\n \n\n Penyebab Spina Bifida \n\n Spina bifida disebabkan oleh tabung saraf yang tidak menutup atau tidak berkembang dengan sempurna pada masa kehamilan. Meskipun begitu, belum diketahui dengan pasti kenapa hal tersebut dapat terjadi. \n\n \n\n Adapun beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang ibu melahirkan bayi spina bifida, yaitu: \n\n \n Mengalami kekurangan asam folat (asam folat adalah vitamin yang berfungsi penting untuk perkembangan janin). \n Memiliki riwayat mengonsumsi obta-obatan seperti asam valproat. \n Memiliki riwayat keluarga dengan spina bifida. \n Mengalami hipertemia pada awal minggu kehamilan. \n Menderita obesitas atau diabetes. \n \n\n \n\n Diagnosis Spina Bifida \n\n Penyakit spina bifida bisa dideteksi selama masa kehamilan atau setelah bayi dlahirkan. Cara diagnosis dapat dilakukan diantaranya : \n\n \n\n Diagnosis saat hamil \n\n Ada beberapa tes yang dapat membantu dokter untuk memastikan kondisi spina bifida atau cacat lahir selama masa kehamilan, yaitu : \n\n \n\n \n Ultrasonografi (USG) \n \n\n USG dapat membantu untuk mendeteksi spina bifida. Melalui tes ini, dokter dapat melihat kelainan pada struktur di tubuh janin. Seperti, jeda ruas tulang belakang yang terlalu lebar atau adanya benjolan pada tulang belakang. \n\n \n Tes darah \n \n\n Tes darah dapat berfungsi untuk memeriksa kadar AFP (alfa-fetoprotein) yang terkandung dalam darah ibu hamil. AFP merupakan suatu protein yang di produksi oleh janin. Kadaf AFP yang tinggi dapat menandakan janin berptensi mengalami kecacatan tabung saraf, seperti spina bifida \n\n \n Amniosentesis \n \n\n Adalah prosedur pengambilan sampel cairan ketuban. Pada tes ini yang dinilai kadar AFP. Kadar AFP yang tinggi menandakan adanya robekan pada kulit sekitar kantung bayi. Hal ini dapat menjadi tandanya spina bifida atau cacat lahir lainnya. \n\n \n\n Diagnosis setalah bayi lahir \n\n Spina bifida terkadang baru terdeteksi setelah bayi lahir. Dikarenakan ibu hamil tidak rutin menjalani pemeriksaan kehamilan atau karena tidak tampajnya kelainan pada tulang belakang janin selama melakukan pemeriksaan USG. \n\n \n\n Pemeriksaan pada bayi yang telah lahir dapat dilakukan dengan melihat langsung gejalanya. Lalu, untuk memastikan diagnosis dan tingkat kondisi keparahannya, dapat dilakukan pemindaian pada bayi , seperti dengan MRI atau Rontgen. \n\n \n\n Pencegahan Spina Bifida \n\n Langkah pertama untuk menghindari terjadinya spina bifida adalah dengan mencukupi kebutuhan asam folat, terutama kita berencana hamil dan selama kehamilan. Dosis asam folat yang aman disarankan adalah sebanyak 400mg per hari. \n\n \n\n Ibu hamil bisa memenuhi kebutuhan ini dengan cara mengonsumsi suplemen asam folat berserta memperbanyak konsumsi makanan yang kaya akan vitamin folat, seperti kuning telur, brokoli, bayam, kacang-kacangan, nasi, dan roti \n\n \n\n Selain mengonsumsi suplemen asam folat, lakukan juga pencegahan di bawah ini: \n\n \n Melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter saat merencanakan program kehamilan dan selama masa kehamilan. \n Menghindari kegiatan yang membuat tubuh terlalu panas saat hami;, seperti berendam di air panas dan sauna. \n Melakukan tes pemetiksaan kesehatan secara berkala bisa mempunyai diabetes dan obesitas. \n \n\n \n\n Oleh karena itu,Sahabat Hermina pentingnya untuk ibu hamil dalam mencukupi kebutuhan asam folat untuk menhindari penyakit asam folat, memperbanyak mengonsumsi makanan sehat yang kaya vitamin folat, dan tidak lupa juga untuk rutin melakukan peneriksaan ke dokter. Menghindari kegiatan yang berat atau yang membuat tubuh panas sehingga Sahabat Hermina dapat terhindari dari Spina Bifida dan jenis Spina Bifida lainnya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 29 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 12 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 26 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 20 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>