- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 28 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Keputihan Tidak Normal Bisa Jadi Indikasi Infeksi Menular Seksual<\/a><\/h3>
Keputihan atau vaginal discharge merupakan hal yang normal dialami oleh wanita, yaitu keluarnya cairan lendir bening kental yang merupakan cara tubuh untuk menjaga vagina tetap bersih dan lembab serta melindungi dari infeksi. \n\n Tahukah sahabat hermina, jika ada beberapa kondisi tertentu yang bisa membuat keputihan pada wanita menjadi tidak normal dan bisa menandakan terjadiny suatu masalah pada organ reproduksi wanita seperti indikasi terinfeksi penyakit menular seksual? \n\n \n\n Penyebab Keputihan \n\n Keputihan sebenarnya adalah hal yang normal bagi wanita. Hal ini terjadi sebagai bagian dari fungsi tubuh yang sehat akibat perubahan alami pada kadar estrogen. \n\n \n Keputihan normal \n \n\n Keputihan adalah kondisi normal yang dialami oleh setiap wanita. Jumlah, warna, dan tekstur keputihan yang dialami setiap wanita dapat berbeda-beda, mulai dari keputihan yang kental dan lengket, hingga keputihan yang bening dan berair. Keputihan normal terjadi setidaknya 6 bulan sebelum wanita mengalami menstruasi untuk pertama kalinya. Kondisi ini dipengaruhi oleh perubahan hormon di dalam tubuh. Keputihan juga normalnya keluar saat wanita menerima rangsangan seksual, sedang menyusui, atau mengalami stres. \n\n \n Keputihan tidak normal \n \n\n Keputihan yang tidak normal dapat disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, atau parasit. Infeksi pada keputihan abnormal terbagi menjadi dua jenis, yakni infeksi tidak menular dan infeksi menular. Penyebab keputihan dari infeksi tidak menular misalnya akibat vaginosis bakterialis dan candidiasis. Sementara itu, keputihan dari infeksi menular umumnya disebabkan oleh penyakit menular seksual (PMS), seperti chlamydia, trikomoniasis, dan gonore. \n\n \n\n Keputihan yang Jadi Gejala Penyakit Menular Seksual \n\n Infeksi vagina bisa terjadi akibat penyakit menular seksual (PMS). Gejala keputihan akibat penyakit menular seksual menyebabkan konsistensi, bau, hingga warna cairan berubah. Perubahan warna keputihan akibat penyakit menular seksual yang perlu diwaspadai. \n\n \n Trikomoniasis \n \n\n Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Gejala penyakit menular seksual ini menyebab keputihan berwarna putih, abu-abu, kuning, atau hijau. Keputihan akibat trikomoniasis juga bertekstur kental, berbau tidak enak, serta berbusa. Penyakit menular seksual ini juga menyebabkan dinding vagina berwarna kemerahan, terasa nyeri dan terbakar, serta nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seksual. \n\n \n Klamidia \n \n\n Banyak orang tidak menyadari mengidap klamidia. Sebab, pada banyak kasus, penyakit menular seksual ini tidak menyebabkan gejala sama sekali. Kalaupun ada, gejala chlamydia biasanya muncul 1-3 minggu setelah terinfeksi. Beberapa gejala timbul, termasuk keputihan berwarna kuning atau hijau serta sensasi terbakar saat buang air kecil. \n\n \n Gonore \n \n\n Gonore dapat menyebabkan keputihan bertekstur encer, berwarna hijau atau kuning. Selain itu, penyakit menular seksual akibat infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae atau gonococcus ini menimbulkan gejala berupa rasa nyeri atau terbakar ketika buang air kecil. \n\n \n Vaginosis Bakterialis \n \n\n Infeksi ini nyatanya tidak menimbulkan gejala sama sekali pada sebagian wanita. Keluhan utama dari vaginosis bakterialis biasanya adalah keputihan dengan warna putih keabuan dan berbau amis, terutama setelah berhubungan intim dan saat haid. \n\n \n Kandidiasis organ intim \n \n\n Infeksi ini disebabkan oleh Jamur Candida Sp. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa ; vagina terasa sangat gatal, nyeri dan sensasi terbakar saat buang air kecil, keputihan menggumpal seperti keju dan mengeluarkan bau tidak sedap yakni berbau sedikit asam dan vagina membengkak dan kemerahan. \n\n \n\n Oleh karena itu peka terhadap kesehatan sangat penting untuk kita lakukan sebagai salah satu upaya mencegah terjadinya penyakit atau masalah kesehatan pada tubuh. Dan salah satu upaya yang bisa dilakukan yaitu menjaga kesehatan area sensitif seperti memperhatikan tekstur, bentuk, hingga aroma cairan yang keluar dari vagina. Sehingga ketika terjadi hal atau kondisi yang tidak wajar dapat secepatnya di tangani dan diobati dengan cepat dan tepat. \n\n . \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 10 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Kenali dan Waspadai Kanker Serviks<\/a><\/h3>
\n Kanker adalah istilah yang digunakan untuk sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan sel yang tidak terkontrol. Jenis kanker yang menyasar sel-sel rahim di leher rahim, dimana adanya pertumbuhan sel dan jaringan yang abnormal dan tidak terkendali pada leher rahim ( serviks ) disebut dengan kanker serviks. \n\n \n\n Penyebab Kanker Serviks \n\n Penyebab kanker serviks bermula ketika sel-sel di leher rahim berkembang secara tidak normal. penyebab utama kanker serviks adalah Human papillomavirus (HPV). HPV menjadi penyebab pasti dari kanker servik dan kanker serviks tidak akan terjadi atau tidak akan berkembang kalau HPV DNA yang bersifat presistent tidak ada. Infeksi virus ini sangat rentan menyasar individu yang melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan. \n\n Perilaku seksual yang berisiko tinggi, seperti seks tanpa kondom atau berbagi mainan seks (sex toys) yang tidak dicuci terlebih dahulu juga bisa meningkatkan risikonya. Selain itu, wanita yang tidak pernah mendapatkan vaksin (imunisasi) HPV juga lebih berisiko terinfeksi HPV. \n\n \n\n Faktor Risiko Kanker Serviks \n\n Berikut ini adalah faktor risiko kanker leher rahim atau Kanker serviks yang harus diwaspadai, diantaranya adalah: \n\n \n Menikah muda, usia di bawah 20 tahun \n Melakukan hubungan seksual diusia muda, yaitu dibawah 18 tahun \n Bergonta-ganti pasangan seksual \n Melakukan hubungan seksual dengan pria yang sering bergonta-ganti pasangan seksual \n Merokok ataupun sebagai perokok pasif \n Infeksi berulang pada jalan kelamin, salah satunya karena kurang menjaga kebersihan alat kelamin \n Defisiensi Vit A./Vit C/Vit E \n Memiliki riwayat keluarga dengan kanker \n Adanya riwayat tes pap smear yang abnormal sebelumnya. \n \n\n Faktor risiko kanker serviks diatas penting untuk sahabat hermina ketahui supaya kedepannya sahabat hermina dapat lebih berhati-hati dan bila perlu rutin untuk melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk melakukan deteksi dini menghindari keterlambatan penanganan kanker. \n\n \n\n Gejala Kanker Serviks \n\n Gejala kanker serviks akan muncul saat tumor sudah tumbuh dan kemudian dapat mendorong organ di sekitar dan mengganggu sel-sel sehat. \n\n Berikut ini gejala kanker serviks yang perlu sahabat hermina waspadai: \n\n \n Perdarahan di antara periode menstruasi, setelah hubungan, atau setelah menopause dapat menjadi gejala awal kanker serviks. \n Siklus menstruasi yang tidak teratur atau perdarahan yang lebih berat atau lebih lama juga termasuk tanda-tandanya. \n Keputihan yang berubah warna, bau, atau konsistensi, terutama jika keluar bersama darah. \n Nyeri di daerah panggul atau punggung bagian bawah dapat terjadi ketika kanker telah menyebar ke jaringan atau organ di sekitarnya. \n Rasa sakit atau ketidaknyamanan saat berhubungan seksual (dispareunia) bisa menjadi tanda kanker, terutama jika telah mencapai tahap lebih lanjut. \n Pada tahap lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan kelelahan yang berlebihan dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas dapat terjadi. \n \n\n \n\n Jika sahabat hermina memiliki beberapa gejala atau keluhan yang menunjukan gejala yang mengarah pada kanker serviks jangan takut untuk diperiksakan secepat mungkin, agar mendapatkan penanganan dan pengobatan dengan tepat, sehingga bahayanya dapat di minimalisir. \n\n \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 26 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Insiden, Kematian dan Faktor Risiko Kanker Serviks<\/a><\/h3>
Kanker serviks adalah keganasan pada serviks, yaitu keganasan pada bagian terbawah uterus yang berhubungan dengan vagina. Di Indonesia, kanker serviks merupakan kanker kedua tersering pada wanita setelah kanker payudara, dengan jumlah kasus baru mencapai 36 ribu pada tahun 2020. \n\n Penyebab dari kanker serviks adalah virus HPV (Human Papilloma Virus) tipe high risk, yang selain menjadi penyebab kanker serviks, juga dapat menyebakan kanker di vulva, vagina, laring, orofaring, sedangkan tipe low risk dapat menyebabkan penyakit seperti kutil kelamin yang sifatnya tidak ganas. Ketika terpapar virus HPV, sistem kekebalan tubuh dapat mencegah virus menyebabkan penyakit, tapi pada beberapa orang, virus ini dapat menetap pada tubuh dan bisa berkembang menjadi sel kanker. \n\n Penyakit kanker serviks dapat dicegah dan dideteksi lebih awal, dengan melakukan pemeriksaan papsmear berkala, pemeriksaan HPV – DNA, pemeriksaan IVA, dan juga kita dapat melakukan vaksinasi untuk melindungi diri dari infeksi virus HPV.Faktor risiko terjadinya kanker serviks adalah kontak seksual di usia muda, berganti pasangan seksual, riwayat penyakit menular seksual, merokok, dan kondisi immunocompromised. Gejala yang ditimbulkan bila kita terkena kanker serviks adalah perdarahan, baik perdarahan diluar siklus haid, perdarahan pasca menopause, maupun perdarahan pasca sanggama, keputihan berbau, dan nyeri pada panggul, yang biasanya terjadi pada kasus dengan stadium lanjut. \n\n Penyakit ini bisa diobati, dengan pilihan pengobatan yang disesuaikan dengan stadium penyakit, baik pembedahan, yaitu pengangkatan rahim dan kelenjar getah bening, sampai kepada kemoterapi dan radiasi. \n\n Bila dideteksi pada stadium awal, angka ketahanan hidup 5 tahun mencapai 90%, sedangkan bila ditemuka. Penyebaran ke organ sekitar atau kelenjar getah bening, angka ketahan hidup 5 tahun sekitar 50%. Setelah pengobatan kanker selesai, tetap disarankan untuk melakukan pemeriksaan berkala, untuk mengetahui adanya kemungkinan kekambuhan. Karena bahkan setelah pengobatan dilakukan secara lengkap, 1/3 wanita dapat mengalami kekambuhan, yaitu sekitar 1%-22% untuk stadium I – II dan 28% – 64% pada stadium II – IV. \n\n Sangat penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini maupun pencegahan kanker serviks, karena selain dapat mengetahui penyakit lebih awal, juga dapat mencegah stadium penyakit menjadi lebih tinggi, sehingga angka harapan kesembuhan pun diharapkan lebih baik. Dokter akan memastikan adanya materi genetik (DNA) dari HPV pada bagian serviks wanita yang terindikasi mengidap kanker serviks. Cara ini dapat dilakukan bersamaan dengan pap smear untuk lebih memastikan kanker serviks yang menyerang. \n\n Tak perlu menunggu mengalami masalah kesehatan tertentu untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan. Ada baiknya mulai menjadwalkan kunjungan periksa secara rutin ke dokter kandungan mulai dari usia remaja. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 24 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Operasi Pemisahan yang Berhasil dari Kembar Siam<\/a><\/h3>
Kembar siam adalah kembar yang dilahirkan dengan bagian tubuh saling menempel atau terhubung. Kondisi ini terjadi karena tidak sempurnanya pembelahan selama proses pembentukan kembar identik. Teori lain menyebutkan bahwa terjadi peleburan dua sel telur telah dibuahi yang awalnya terpisah. Kondisi ini termasuk langka, dengan angka kejadian satu dalam 200.000 kelahiran hidup. \n\n \n\n Kembar siam terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan bagian tubuh yang menempel atau saling terhubung. \n\n \n Torakopagus (dempet dada) \n Omphalopagus (dempet perut) \n Pyopagus (dempet pada punggung dan bokong) \n Kraniopagus (dempet kepala) \n Ischiopagus (dempet panggul) \n Parapagus (dempet dengan posisi menyamping) \n Cephalopagus (dempet wajah) \n Rachipagus (dempet tulang belakang) \n \n\n \n\n Organ yang saling menempel atau terhubung pun bervariasi dari hanya kulit sampai sistem organ seperti otak, jantung, hati, saluran pencernaan, saluran kemih, tulang panggul. \n\n \n\n Pemisahan kembar siam membutuhkan tim multidisiplin melibatkan dokter anak, bedah saraf, bedah anak, bedah thorax, bedah ortopedi, bedah plastik, anestesi (bius), rehabilitasi medik, ahli gizi, pekerja sosial dan sebagainya. Tidak semua kasus kembar siam mampu dipisahkan, perlu evaluasi menyeluruh untuk menentukan bagian tubuh mana saja yang terhubung. Pembedahan ditentukan berdasarkan kondisi kedua bayi mempertimbangkan kelengkapan organ tubuh pada masing-masing bayi, kestabilan kondisi kesehatan kedua bayi, tingkat kesulitan operasi, komplikasi yang dapat muncul dan sebagainya. Kondisi yang menyebabkan pemisahan kembar siam tidak dapat dilakukan misalnya karena kedua bayi hanya memiliki satu jantung. \n\n \n\n Pasca pemisahan kembar siam, kedua bayi perlu menjalani perawatan lanjutan dan rehabilitasi untuk memastikan tumbuh kembang normal, dibantu oleh tim rehabilitasi medik dan pekerja sosial. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 21 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Dianggap Pemicu Masalah Kesuburan, Jangan Anggap Sepele Endometriosis!<\/a><\/h3>
Sekarang ini semakin banyak wanita usia produktif yang mengalami endometriosis. Satu dari sepuluh wanita usia subur rentan mengalaminya. Masalahnya, endometriosis yang cukup parah bisa mengganggu kesuburan wanita penderita nya sehingga sulit mendapatkan anak (Infertilitas). Endometriosis mengganggu kerja sistem reproduksi dengan menutup indung telur, membuat luka saluran falopi ketika menangkap sperma dan memicu antibodi menyerang sperma. \n\n Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan endometrium tumbuh di tempat yang salah, seperi di indung telur, tuba fallopi (saluran telur), vagina, atau di rektum (bagian akhir usus yang terhubung ke anus). Seharusnya jaringan yang membentuk lapisan dalam dinding rahim lain hanya ada di dalam rahim. Sebelum haid, endometrium akan menebal sebagai tempat untuk menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Bila tidak dalam kondisi hamil, endometrium tersebut akan luruh dan keluar dari tubuh sebagai darah haid (mens). Pada kasus endometriosis, jaringan endometrium di luar rahim tersebut juga ikut menebal, tetapi tidak dapat luruh dan keluar dari tubuh. Kondisi tersebut dapat menimbulkan keluham nyeri, bahkan dapat menyebabkan kemandulan. \n\n Endometriosis juga sering terjadi pada sistem reproduksi wanita yang dimulai dari haid pertama sampai dengan monopouse. Sekitar 5-10% mereka mengalaminya. Karena itu, remaja putri yang mengalami haid berat dengan gangguan berlebihan berkemungkinan mengalaminya. Jangan dianggap sebagai gejala haid biasa. Untuk mewaspadai nya, sebaiknya konsultasi dokter spesialis kebidanan dan kandungan. \n\n Dalam keadaan normal, ketika seorang wanita mengalami ovulasi (keluarnya sel telur matang untuk dibuahi sperma), maka endometrium jaringan mukosa yang melapisi dinding rahim akan menebal pada rahim jika terjadi pembuahan, maka endometrium yang telah menebal akan luruh dan keluar dari tubuh dalam bentuk darah, saat itulah seorang wanita mengalami haid (menstruasi). \n\n Penyimpangan endometrium bisa terjadi dengan tumbuh di luar kandungan, misalnya di indung telur atau daerah sekitar panggul. Seseorang wanita disebut mengalami penyakit endometriosis, bila jaringan dinding rahim yang tumbuh di luar rahim tersebut juga akan ikut meluruh saat mengalami haid, namun tidak keluar melalui vagina seperti pada jaringan normal terdapat di dalam. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Daan Mogot<\/a><\/li>
- 30 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Keputihan yang Berbahaya pada Ibu Hamil<\/a><\/h3>
Keputihan adalah kondisi normal ketika vagina meluarkan cairan atau lendir. Keluarnya cairan atau lendir merupakan cara alami tubuh untuk menjaga kelembapan pada vagina. Tidak hanya pada wanita yang tidak hamil, keputihan juga merupakan salah satu keluhan pada ibu hamil. \n\n \n\n Keputihan pada ibu hamil terjadi akibat dari perubahan hormon pada masa kehamilan. Dalam keadaan yang normal, keputihan akan pulih dengan sendirinya, namun harus dengan penanganan yang tepat agar keputihan tidak berlanjut dan menjadi masalah yang lebih serius. \n\n \n\n Cara mengenali tanda keputihan yang tidak normal pada ibu hamil, yaitu: \n\n \n Memiliki aroma yang tidak sedap atau bau \n Cairannya kental dan berlebih \n Rasa gatal yang berlebih di vagina \n Mengalami perubahan warna \n Nyeri pada pinggul serta pendarahan \n \n\n \n\n \n\n Pada ibu hamil, keputihan yang berlanjut dan tidak di tangani dengan baik akan dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan kelahiran premature atau bayi lahir dengan berat badan rendah. \n\n \n\n Ibu hamil dapat mencegah terjadinya keputihan dengan cara: \n\n \n\n • Selalu mencuci tangan setelah mengganti pakaian dalam maupun melepas pembalut. \n\n \n\n • Hindari hubungan seks selama keputihan berlangsung agar penyembuhan dapat berlangsung lebih cepat dan mengurangi risiko tertularnya penyakit kelamin pada pasangan. \n\n \n\n • Bersihkan vagina dengan cairan pembersih yang alami, bebas sabun, dan memiliki kadar pH normal hanya pada area luar vagina dan keringkan dengan handuk bersih. \n\n \n\n • Selama kehamilan, ibu hamil akan lebih sering buang air kecil yang membuat pakaian dalam menjadi cepat lembab. Sebaiknya gantilah pakaian dalam sesering mungkin. \n\n \n\n • Gunakan pakaian dalam berbahan katun yang lembut dengan ukuran yang tepat. \n\n \n\n • Bila terasa gatal, jangan digaruk, tetapi ibu hamil dapat mengompres area vagina dengan es untuk mengurangi rasa gatal. \n\n \n\n Ibu hamil jangan malas menjaga kebersihan organ intim. Terutama apabila keputihan terjadi lebih banyak. Keputihan yang tadinya baik bisa berubah “jahat” dan menimbulkan infeksi yang berbahaya pada kehamilan. \n\n \n\n Apabila keputihan menyebabkan rasa gatal, cairan keputihan berwana kuning, hijau, bau yang menyengat dan nyeri pada area vagina, segeralah konsultasikan dengan dokter agar dapat segera ditangani sebelum menjadi penyakit yang lebih serius. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 30 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 10 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>