- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 29 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Batuk Rejan (Pertusis) : Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi & Mengapa Bahaya Bagi Bayi?<\/a><\/h3>
Mengenal Batuk Rejan \nBatuk rejan, juga dikenal sebagai pertusis, adalah penyakit infeksi pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Ini adalah penyakit yang sangat menular dan umumnya mempengaruhi anak-anak, meskipun orang dewasa juga dapat terinfeksi. \n\n Gejala utama batuk rejan meliputi tiga tahap: \n\n \n Tahap catarrhal: Tahap ini mirip dengan pilek biasa, dengan gejala seperti hidung tersumbat, bersin, batuk ringan, dan demam rendah. Tahap ini berlangsung selama satu hingga dua minggu. \n Tahap paroksismal: Tahap ini ditandai oleh serangan batuk yang parah dan berulang-ulang. Batuk dapat berlangsung selama beberapa menit, dan sering kali disertai dengan "serangan napas" atau suara mengi yang keras ketika penderita mencoba bernapas setelah serangan batuk. Batuk pada tahap ini bisa sangat kuat dan berat, menyebabkan kelelahan dan mungkin muntah. Tahap ini dapat berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa bulan. \n Tahap konvalesen: Tahap ini merupakan tahap pemulihan. Gejala batuk perlahan-lahan mulai membaik, meskipun batuk ringan masih mungkin terjadi selama beberapa minggu. \n \n\n \n\n Batuk rejan dapat sangat berbahaya bagi bayi yang belum divaksinasi atau bayi di bawah usia satu tahun. Komplikasi yang mungkin terjadi termasuk infeksi telinga tengah, pneumonia, kejang, kerusakan otak, dan bahkan kematian. \n\n Pencegahan Batuk Rejan \n\n Pencegahan terbaik untuk batuk rejan adalah melalui imunisasi rutin menggunakan vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus). Vaksin DPT diberikan dalam serangkaian dosis saat bayi dan anak-anak masih muda. Vaksinasi juga dapat membantu melindungi ibu hamil dan anggota keluarga lainnya dari penularan penyakit. \n\n Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala batuk yang parah dan berkepanjangan, penting untuk mencari perawatan medis segera. Dokter dapat mendiagnosis batuk rejan melalui pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan analisis sampel lendir dari hidung atau tenggorokan. Pengobatan biasanya melibatkan pemberian antibiotik untuk membantu mengurangi keparahan dan durasi penyakit. \n\n \n\n Penting juga untuk menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi batuk rejan, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi seperti bayi dan anak-anak kecil yang belum divaksinasi sepenuhnya. Selain itu, menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan secara teratur dan menutup mulut saat batuk atau bersin dapat membantu mencegah penyebaran penyakit ini. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 11 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Memahami Penyakit Lupus pada Anak: Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan<\/a><\/h3>
Lupus adalah penyakit autoimun kronis yang dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh, termasuk kulit, sendi, organ dalam, dan sistem saraf. Meskipun lupus lebih umum terjadi pada orang dewasa, anak-anak juga dapat terkena penyakit ini. Pada artikel ini, kita akan membahas tentang lupus pada anak, termasuk penyebab, gejala, dan pengobatan. \n\n \n\n Penyebab \n\n Penyebab pasti lupus belum diketahui, namun beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi kemungkinan seseorang untuk terkena lupus, seperti faktor genetik, paparan sinar matahari, dan infeksi virus. Anak-anak yang memiliki keluarga dengan riwayat lupus juga lebih berisiko untuk mengembangkan penyakit ini. \n\n \n\n Gejala \n\n Gejala lupus pada anak dapat bervariasi, tergantung pada organ yang terpengaruh. Beberapa gejala umum lupus pada anak meliputi: \n\n \n Ruam kulit \n Sendi bengkak dan nyeri \n Demam \n Kelelahan \n Sakit kepala \n Sakit perut \n Sesak napas \n Nyeri dada \n Hilangnya nafsu makan \n \n\n Diagnosis \n\n Untuk mendiagnosis lupus pada anak, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan riwayat kesehatan keluarga. Selain itu, dokter dapat melakukan tes darah dan tes urin untuk memeriksa adanya tanda-tanda inflamasi atau kerusakan organ dalam. Jika diperlukan, dokter dapat melakukan biopsi untuk memeriksa jaringan tubuh yang terkena. \n\n \n\n Pengobatan \n\n Pengobatan lupus pada anak tergantung pada gejala dan tingkat keparahan penyakit. Beberapa pengobatan yang dapat diberikan meliputi: \n\n \n\n \n Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk mengurangi nyeri dan peradangan. \n Obat antimalaria untuk meredakan ruam dan gejala kulit lainnya. \n Obat kortikosteroid untuk mengurangi peradangan pada organ dalam. \n Obat imunosupresif untuk mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh. \n Terapi fisik dan okupasi untuk membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan mobilitas. \n \n\n \n\n Selain pengobatan medis, anak-anak dengan lupus juga memerlukan perawatan dan dukungan dari keluarga dan tim medis. Menjaga pola makan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan istirahat yang cukup dapat membantu mengurangi gejala dan memperbaiki kualitas hidup anak-anak yang mengalami lupus. \n\n \n\n Setiap tindakan kecil pun memiliki potensi untuk membuat perbedaan besar dalam kehidupan anak-anak yang terkena lupus. Bersama-sama, kita bisa memberikan dukungan dan membantu mereka menghadapi penyakit ini dengan lebih baik. Jika Anak mengalami keluhan terkait penyakit lupus segera periksakan kepada Dokter Spesialis Anak di RS Hermina Samarinda \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 27 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Penyebab dan Penanganan Tepat Saat Anak Kejang Demam<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, saat anak mengalami kejang disertai demam, tentunya orangtua akan merasa panik dan melakukan berbagai cara sebagai penanganan awal, seperti memasukkan sendok ke dalam mulut anak. Secara tidak sadar hal tersebut dapat menyebabkan anak mengalami cidera rahang, kerusakan gusi bahkan berisiko gigi patah. Kejang demam merupakan kondisi dimana anak mengalami kejang saat sedang demam, ketika suhu tubuh si kecil mencapai 38°C bahkan lebih. Setiap anak memiliki faktor genetik dan ambang kejang yang berbeda-beda, seperti halnya anak dengan demam 40°C bisa saja tidak mengalami kejang, namun ada pula anak dengan demam 39°C sudah kejang. Biasanya kejang demam pada anak terjadi di usia 6 bulan sampai 5 tahun. \n\n Kejang demam bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti adanya infeksi pada saluran pernapasan, bakteri, virus, jamur dan lain sebagainya. Selain itu, terdapat faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam pada anak, yakni faktor usia dan faktor keturunan/ genetik. Jika dalam keluarga memiliki riwayat kejang demam, maka risiko seorang anak mengalami kejang saat sedang demam akan semakin besar. \n\n Penanganan yang bisa dilakukan ketika anak mengalami kejang demam: \n\n \n Usahakan untuk tetap tenang dan tidak panik \n Letakan anak pada permukaan datar atau tempat tidur \n Longgarkan pakaian si kecil terutama di sekitar leher \n Jauhkan semua benda berbahaya yang ada disekitar anak \n Letakkan anak dalam posisi miring untuk mencegah anak tidak tersedak oleh air liur atau muntahan si kecil. \n Jangan memasukkan benda atau obat apapun ke dalam mulut si kecil yang sedang kejang, karena dapat menyumbat saluran pernapasan dan menimbulkan cedera pada rahang dan gigi. \n Jangan menahan gerakan anak yang sedang kejang \n Lakukan observasi, ukur suhu tubuh anak, dan catat berapa lama kejang terjadi \n Selalu dampingi anak selama masih kejang dan setelah kejang berlangsung \n \n\n Ketika anak mengalami kejang, usahakan agar panik untuk menghindari hal-hal yang bisa membahayakan anak tanpa disadari. Untuk pencegahannya Sahabat Hermina dapat menyediakan obat demam di rumah agar sewaktu-waktu saat si kecil mengalami demam bisa langsung diberikan sebagai penanganan awal agar anak tidak sampai kejang. Selain itu, sediakan thermometer dirumah agar dapat mengetahui suhu tubuh si kecil saat sedang demam, lakukan observasi atau rekam saat anak mengalami kejang untuk dikonsultasikan dengan dokter. Segera bawa anak ke Rumah Sakit jika anak mengalami kondisi sebagai berikut: \n\n \n Anak mengalami kejang selama lebih dari 5 menit \n Anak kesulitan bernapas dan wajahnya mulai membiru \n Kejang berulang dalam jangka waktu 24 jam. \n Terjadinya penurunan kesadaran atau tidak sadarkan diri \n Setelah megalami kejang anak mempunyai perubahan perilaku atau menjadi halusinasi \n \n\n Sahabat Hermina, jangan ragu untuk konsultasikan kesehatan si kecil bersama dokter spesialis Anak kami di RS Hermina Galaxy. Saat ini buat janji dokter jadi lebih mudah dan cepat melalui aplikasi Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 19 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
Menjaga Kesehatan Ginjal pada Anak<\/a><\/h3>
Fungsi Ginjal Dalam Tubuh \n\n Ginjal adalah dua organ berbentuk bulat lonjong (oval) menyerupai kacang yang terletak di bagian belakang rongga perut. Ukuran ginjal orang dewasa pada umumnya memiliki ketebalan 3 cm, lebar 6 cm, dan panjang sekitar 11-12 cm. Struktur dalam ginjal akan tumbuh dan berkembang sampai pada usia 6-12 tahun Sedangkan perkembangan struktur luar dan pembuluh darah ginjal akan terhenti pada usia 17-21 tahun. Kedua ginjal bertugas untuk menyaring racun, membuang limbah pencernaan (urea dan kreatinin), serta menyeimbangkan kadar elektrolit, seperti natrium dan kalium di dalam aliran darah. Ginjal juga menghasilkan hormon yang berfungsi untuk mengatur tekanan darah dan merangsang produksi sel darah merah. Meski ukuran ginjal relatif kecil, akan tetapi memiliki fungsi yang sangat penting. \n\n \n\n Beberapa Fungsi Penting Ginjal Antara Lain : \n\n \n Pembuangan Limbah Pencernaan: Ginjal membantu menyaring produk limbah dan racun dari tubuh, termasuk kelebihan elektrolit dan produk limbah nitrogen seperti urea. Limbah ini kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui urin. \n Mengatur Keseimbangan Elektrolit: Ginjal membantu menjaga keseimbangan elektrolit dalam aliran darah. Ginjal akan menyerap kembali elektrolit seperti natrium dan kalium yang diperlukan dan mengeluarkan kelebihan elektrolit dalam urin. \n Pengaturan Tekanan Darah: Ginjal memproduksi hormon yang membantu mengatur tekanan darah dengan mekanisme mengecilkan atau melebarkan pembuluh darah. \n Produksi Sel Darah Merah: Ginjal menghasilkan hormon yang disebut erythropoietin (EPO) yang membantu merangsang produksi sel darah merah di sumsum tulang. \n Produksi Vitamin D: Ginjal memproduksi bentuk aktif vitamin D yang membantu mengatur kadar kalsium dan fosfor dalam darah yang amat penting untuk kesehatan tulang. \n Menjaga Keasaman Darah: Ginjal berperan dalam mempertahankan homeostasis konsentrasi ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO3-) di dalam darah. Ginjal dapat membentuk ion bikarbonat dan mengeluarkan ion hidrogen untuk mengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh. \n \n\n \n\n Peran Ginjal Dalam Metabolisme Obat \n\n Proses farmakokinetik obat di dalam tubuh dapat dibagi menjadi beberapa tahapan diantaranya absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Hati dan ginjal adalah dua organ yang berperan dalam metabolisme obat. Metabolisme obat adalah proses dimana obat dan zat asing lainnya dipecah oleh enzim tubuh. Sebagian besar obat dimetabolisme oleh hati sementara hanya beberapa obat tertentu saja yang dimetabolisme oleh ginjal. Hati akan memecah obat menjadi bentuk aktif atau memecah obat menjadi metabolit yang lebih sederhana. Ginjal berperan untuk mengeluarkan (ekskresi) obat dan metabolitnya dari tubuh melalui urin. Ginjal membantu memecah obat menjadi komponen aktif dan mengeluarkan sisa metabolit obat melalui urin. Ginjal juga membantu mempertahankan konsentrasi obat tertentu di dalam darah dan mengekspresikannya ketika obat sudah tidak diperlukan oleh tubuh. \n\n \n\n Bagaimana Cara Menjaga Agar Ginjal Tetap Sehat ? \n\n \n Tetap terhidrasi (cukup minum): Motivasi anak Anda untuk cukup minum sepanjang hari agar terhindar dari dehidrasi \n Makan menu makanan yang seimbang: Pastikan anak Anda makan makanan gizi seimbang dengan disertai asupan buah dan juga sayuran untuk menjaga fungsi ginjal tetap sehat \n Berolahraga secara teratur: Aktivitas jasmani yang cukup dan teratur dapat membantu memelihara fungsi ginjal \n Hindari pajanan asap rokok: Ajari anak Anda untuk menghindari asap rokok, karena asap rokok dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal. \n Hindari alkohol: Ajari anak Anda untuk tidak minum alkohol (terutama pada remaja), karena alkohol dapat menyebabkan kerusakan serius pada ginjal. \n Periksa obat sesuai indikasi medis: Pastikan obat apa pun yang diminum anak Anda sudah dikonsultasikan terlebih dahulu kepada tenaga medis (dokter) dan tidak menyebabkan gangguan pada ginjal \n \n\n Adanya Gangguan fungsi ginjal dapat dideteksi dengan pemeriksaan jasmani dan laboratorium tertentu. Tim Dokter dapat menilai kesehatan ginjal ataupun mendeteksi gangguan ginjal pada pasien dan merencanakan penanganannya. Orang tua dapat segera berkonsultasi dengan dokter di Rumah Sakit Hermina terdekat atau Sahabat Hermina juga dapat berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis melalui aplikasi "Halo Hermina." \n\n Referensi: \n\n 1. Aizman RI. Age Transformations of the Kidneys Structure and Function. Heal Educ Public Heal. 2019;2(3):195–8. \n\n 2. Garza A, Park S, Kocz R. Drug Elimination. In: StatPearls [Internet] Treasure Island (FL) [Internet]. StatPearls Publishing; 2022. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547662/ \n\n 3. Nolin TD. Drug Metabolism in Kidney Disease. In: Drug Metabolism in Diseases. 2017. p. 91–113. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 30 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Cerebral Palsy Sedini Mungkin<\/a><\/h3>
Pengertian \n\n Cerebral Palsy merupakan sekumpulan gejala atau kelainan yang berupa gangguan gerak dan postur yang disebabkan oleh kerusakan otak yang bersifat non progresif dan menetap yang terjadi pada masa perkembangan otak anak. \n\n \n\n Faktor Risiko \n\n Faktor risiko cerebral palsy bisa terjadi di beberapa fase perkembangan anak, dari mulai saat ibu hamil, saat persalinan dan ketika bayi sudah lahir. \n\n Kemungkinan yang terjadi saat ibu sedang hamil diantaranya adalah adanya infeksi torch, perdarahan saat hamil, epilepsi, terjadinya eklampsia, konsumsi obat-obatan terlarang serta adanya riwayat trauma atau jatuh saat hamil. \n\n Penyebab terjadinya cerebral palsy juga dimungkinkan muncul saat proses persalinan salah satunya adalah proses persalinan yang sulit dan memanjang serta asfiksia pada bayi. Kemudian kondisi saat bayi lahir prematur juga bisa menjadi faktor risiko selain BBLR. Namun perlu diperhatikan juga tidak semua bayi prematur / BBLR akan mengakibatkan Cerebral palsy, hanya saja orang tua diharapkan tetap waspada. \n\n Fase perkembangan anak selanjutnya yang bisa menjadi kemungkinan cerebral palsy adalah perkembangan anak terutama saat usia 2 tahun pertama sampai usia 5 tahun. Pada usia tersebut, orang tua harus waspada jika anak mengalami beberapa infeksi virus, seperti infeksi meningitis, enchephalitis dll. Selain itu, jika anak kejang dan mengalami hyperbilirubin (bayi kuning) segera periksakan anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat agar mendapat penanganan segera. \n\n Waspada juga jika anak mengalami perdarahan di otak akibat trauma kepala, karena hal ini juga merupakan salah satu faktor risiko penyebab cerebral palsy jika tidak ditangani segera. \n\n \n\n Gejala \n\n Gejala / tanda-tanda anak mengidap cerebral palsy bisa diketahui dengan melihat gangguan kontrol postur atau gangguan gerak pada anak seperti keterlambatan motorik kasar, belum bisa duduk, berguling, berdiri sesuai usia perkembangannya, adanya kelemahan pada kaki atau tangan, munculnya kekakuan dan muncul gerakan - gerakan abnormal lainnya. CP juga dapat disertai dengan gangguan lainnya seperti masalah penglihatan, pendengaran, gangguan komunikasi, gangguan makan dan gangguan menyusui Selain itu anak yang kurang aktif dan lebih banyak diam juga perlu menjadi perhatian. \n\n Jika terdapat gejala-gejala tersebut, orang tua diharapkan tidak panik, segera periksakan anak Anda kepada tenaga medis profesional untuk dilakukan pemeriksaan dan tatalaksana lanjutan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Daan Mogot<\/a><\/li>
- 25 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Awas!! Kenali Polio<\/a><\/h3>
Polio adalah penyakit yang sangat berbahaya karena bisa menimbulkan terjadinya lumpuh dan cacat seumur hidup. Penyebab penyakit ini karena adanya infeksi virus yang menyerang sistem saraf. \n\n \n\n Gejala yang dialami adalah lumpuh layuh. \n\n \n\n Apa itu lumpuh layuh? Lumpuh layuh adalah semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan bersifat layuh dan lemas pada seluruh tubuh secara mendadak pada anak dibawah usia 15 tahun. \n\n \n\n Cara penularan polio adalah melalui air atau makanan yang tercemar oleh tinja yang mengandung virus polio. Virus ini dapat ditularkan dari orang ke orang melalui Fekal-Oral tersebut masuk melalui rongga mulut atau hidung, kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran darah. \n\n \n\n Selain belum mendapatkan vaksin polio, beberapa kondisi ini juga memperberat resiko tertularnya polio \n\n \n\n - tinggal di daerah sanitasi yang buruk \n\n \n\n - akses air bersih terbatas \n\n \n\n - bekerja sebagai petugas kesehatan yang menangani pasien polio \n\n \n\n - melakukan perjalan perjalanan ke daerah yang pernah mengalami wabah polio \n\n \n\n Virus ini biasa menyerang anak dibawah usia 5 tahun dan belum mendapatkan imunisasi polio. Gejala lain yang bisa ditemukan adalah gangguan pada saraf pernapasan sehingga terjadi kesulitan bernapas. \n\n \n\n Gejala polio dapat dibagi menjadi dua jenis \n\n \n\n Polio non paralisis \n\n Jenis polio ini tidak menyebabkan kelumpuhan. Muncul 6-20 hari setelah terkena virus dan bersifat ringan \n\n \n\n Gejala yang dialami diantaranya \n\n \n\n - demam \n\n \n\n - sakit kepala \n\n \n\n - lemas \n\n \n\n - nyeri tenggorokan \n\n \n\n - otot lemah \n\n \n\n - muntah \n\n \n\n Polio paralysis \n\n Jenis polio yang menyebabkan terjadinya kelumpuhan saraf tulang belakang dan otak secara permanen. Kondisi ini adalah jenis polio yang paling berbahaya. \n\n \n\n Dalam waktu 1 minggu, gejala yang bisa muncul diantaranya hilang refleks tubuh, ketegangan otot yang terasa nyeri, dan tungkai dan lengan terasa lemah. \n\n \n\n Imunisasi adalah pencegahan efektif pada penyakit polio. Pencegahan penularan ke orang lain melalui kontak langsung (droplet) dengan menggunakan masker bagi yang sakit maupun yang sehat. Selain itu mencegah pencemaran lingkungan (fecal-oral) dan pengendalian infeksi dengan menerapkan buang air besar di jamban dan mengalirkannya ke septic tank. \n\n \n\n Segera melakukan pemeriksaan ke dokter jika buah hati mengalami gejala serupa. Karena polio dapat dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan dalam beberapa waktu setelah terinfeksi \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 22 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Waspada zat berbahaya pada obat sirup dapat terjadi Gagal Ginjal Akut Pada Anak<\/a><\/h3>
Diabetes merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Berikut ini tips diet untuk penderita diabetes \n\n Tujuan Diet : \n\n \n Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan diabetes melitus, memperbaiki kualitas hidup, mengurangi komplikasi akut \n Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas komplikasi mikroangiopati dan makroangiopati \n Tujuan akhir: menurunkan morbiditas dan mortalitas diabetes melitus \n \n\n Prinsip Diet : \n\n \n Jumlah kalori ditentukan menurut umur, jenis kelamin, BB, TB, aktivitas sehari–hari dan kondisi tubuh. \n Membatasi gula tambahan, seperti: gula pasir, gula merah, gula batu, dan madu \n Konsumsi cukup protein sesuai kebutuhan \n Membatasi konsumsi lemak jenuh dan lemak trans \n Konsumsi cukup serat \n \n\n Bahan Makanan Yang Dianjurkan : \n\n \n Sumber protein :\n\n \n Hewani : daging kurus, ayam tanpa kulit, ikan, telur. \n Nabati : tempe, tahu, oncom dan kacang – kacangan (kacang hijau, kacang merah, kedelai). \n \n \n Telur rendah kolesterol atau putih telur. \n Sayuran kangkung, daun kacang, oyong, timun, tomat, labu air, kembang kol, lobak, sawi, selada, seledri, terong. \n Buah – buahan atau sari buah : jeruk siam, apel, pepaya, melon, jambu air, salak, semangka, belimbing. \n Susu rendah lemak \n \n\n Bahan Makanan Yang Dibatasi : \n\n \n Semua sumber hidrat arang : nasi, nasi tim, bubur, roti gandum/putih, pasta, jagung, kentang, ubi dan talas, havermut, sereal, mie, ketan, makaroni. \n Membatasi gula tambahan, seperti: gula pasir, gula merah, gula batu, madu \n Sumber protein hewani tinggi lemak jenuh (kornet, sosis, sarden, otak, jeroan) \n Buah – buahan : nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat, sawo. \n Susu penuh (full cream), keju, mayonaise. \n \n\n Bahan Makanan Yang Dihindari : \n\n \n Gula pasir, gula merah, gula batu, madu. \n Makanan / minuman yang manis : abon, dendeng, cake, kue – kue manis, dodol, tarcis, sirup, selai manis, coklat, permen, susu kental manis, softdrink, es krim. \n Buah–buahan diawetkan seperti manisan buah atau buah dalam kaleng \n Minuman yang mengandung alkohol \n \n\n Cara Mengatur Diet : \n\n \n Makanlah sesuai dengan jumlah dan pembagian makanan yang telah ditentukan dalam daftar diet, terutama bagi penderita yang menggunakan insulin atau obat – obatan anti diabetes \n Untuk mendapatkan variasi menu, gunakanlah daftar penukar. \n Perbanyak konsumsi sayur dan buah \n Laksanakan diet dengan disiplin untuk mencapai BB normal. \n \n\n Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan : \n\n \n Disamping berdiet lakukan olahraga secara teratur. \n Waspada kemungkinan terjadinya hipoglikemia\n \n Hipoglikemia : adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah di bawah normal. Hipoglikemia yang terlambat ditangani dapat berakibat penurunan kesadaran, kejang hingga kerusakan otak permanen. \n \n \n \n\n Gejala Dari Hipoglikemia : \n\n \n Mudah lapar \n Sulit konsentrasi \n Keringat dingin \n Jantung berdebar \n Pusing \n Lemas \n Mata berkunang – kunang \n \n\n Imbangi dengan olahraga \n\n Latihan fisik merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes melitus tipe 2. Program latihan fisik secara teratur 3-5 hari seminggu selama 30-45 menit atau dengan total 150 menit per minggu. Latihan fisik selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan BB dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. \n\n Bagi penderita diabetes bisa melakukan olahraga yang ringan, seperti jalan kaki, berjalan cepat, berenang atau bersepeda. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 22 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Waspada Tanda dan Gejala Serangan Jantung<\/a><\/h3>
Hallo sahabat Hermina Bitung, Serangan jantung adalah salah satu penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia, menurut data WHO tahun 2016. Masih minimnya pengetahuan masyarakat awam mengenai penyakit jantung coroner, juga turut serta menyumbang keterlambatan penanganan medis pada pasien-pasien yang mengidap PJK (penyakit jantung coroner). Serangan jantung dapat terjadi kapan saja, jadi sahabat Hermina sudah mulai menjaga pola hidup sehat selain itu juga di dukung dengan faktor gaya hidup yang baik seperti tidak merokok kurangi mengkonsumsi makanan-makanan junk food. \n\n Olahraga dapat mencegah serangan jantung \n\n Olahraga dapat mencegah serangan jantung, karena menurut American Heart Association menyarankan orang dewasa untuk berolahraga setidaknya 150 per minggu dan hindari terlalu lama duduk. Semua jenis olahraga yang dlakukan secara teratur adalah cara terbaik untuk mencegah penyakit jantung. Olahraga tidak perlu yang berat-berat cukup jalan cepat atau jalan sekitar rumah dilakukan setengah jam perhari. \n\n Dampak tidak Olahraga bagi Kesehatan Jantung \n\n Sahabat Hermina, perlu diketahui bahwa gangguan kesehatan jantung dikaitkan dengan kurangnya olahraga teratur. Gaya hidup yang tidak aktif secara fisik, secara konsisten menjadi salah satu dari lima faktor risiko utama penyakit jantung. Faktor risiko lainnya yang juga berperan termasuk tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, merokok, dan obesitas. Orang yang memiliki tingkat kebugaran fisik yang rendah juga mengalami tingkat kardiovaskular yang lebih tinggi, seperti serangan jantung dan kematian. \n\n Gejala Serangan Jantung \n\n Sahabat Hermina perlu mengetahui bagaimana gejala serangan jantung, Berikut ini beberapa gejala yang paling umum dari serangan jantung. \n\n \n Nyeri pada dada \n \n\n Ketidaknyamanan pada tubuh bagian atas, seperti pada bahu, leher, hingga rahang \n\n \n Sesak napas \n \n\n Gejala lain yang mungkin terjadi meliputi: \n\n \n Keluar keringat dingin \n Merasa lelah yang tidak biasa tanpa alasan, kadang terjadi berhari-hari (terutama untuk wanita) \n Mual (sakit perut) dan muntah \n Pusing biasa atau pening secara mendadak \n \n\n Pencegahan penyakit jantung \n\n Setelah mengetahui gejala serangan Jantung, alangkah baiknya Sahabat Hermina mencegah penyakit jantung. Ada berbagai cara untuk pencegahan penyakit jantung yang dapat dilakukan, di antaranya: \n\n \n Menerapkan pola hidup sehat dengan mengurangi makanan berkolesterol tinggi serta melakukan olahraga secara rutin. \n Berhenti merokok. \n Mengurangi konsumsi minuman keras. \n \n\n \n\n Bila Sahabat Hermina Bitung mengalami penyakit Jantung dapat konsultasikan ke dr. Randy, SpJP di Rumah Sakit Hermina Bitung \n\n -Salam sehat- \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 20 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Terkena Campak? Bagaimana virus campak menyebabkan penyakit?<\/a><\/h3>
Campak atau morbili merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh Paramyxovirus. Penularan penyakit campak terjadi melalui udara (airborne). Sebagai penyakit menular, campak berpotensi menjadi masalah kesehatan besar pada bayi, ibu hamil, dan orang dengan sistem imun yang menurun. \n\n Di negera berkembang, campak masih menjadi salah satu masalah serius pada semua golongan usia; khususnya pada anak - anak berusia di bawah lima tahun. Ada pun beberapa komplikasi berat yang dapat terjadi seperti: \n\n \n Diare cair disertai mual - muntah yang berpotensi menimbulkan dehidrasi / kekurangan cairan. \n Infeksi pada saluran pernafasan bawah (pneumonia) yang merupakan komplikasi campak dengan tingkat kematian tertinggi. \n Infeksi pada liang telinga tengah yang berpotensi menyebabkan gangguan pendengaran. \n Defisiensi vitamin A yang dapat menyebabkan gangguan pada mata. \n Infeksi pada jaringan otak (ensefalitis) yang juga berpotensi menyebabkan kematian. \n Subacute Sclerosis Panensefalitis (SSPE) - kerusakan pada sistem saraf pusat - akibat infeksi virus campak pada masa kanak-kanak. \n \n\n Pada ibu hamil, campak berpotensi menyebabkan ibu melahirkan sebelum waktunya; sehingga anak yang dilahirkan akan memiliki berat badan lahir yang rendah. \n\n Gejala yang timbul akibat campak mencakup demam tinggi, batuk, mata merah, serta ruam kemerahan pada kulit yang dapat timbul di seluruh bagian tubuh. Keluhan-keluhan pada penyakit campak umumnya baru timbul setelah 10 s.d. 12 hari sejak tertular virus campak. \n\n Setelah 10 s.d. 12 hari sejak tertular virus campak, gejala campak umumnya akan diawali dengan demam tinggi (suhu badan > 38.0° C) yang berlangsung selama 2 s.d. 5 hari. Keluhan demam juga disertai dengan keluhan batuk dan mata merah yang berair. Dapat juga ditemukan Koplik's Spot yang merupakan tanda khas pada campak. Koplik's Spot tampak sebagai bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam, tetapi ia hanya tampak saat satu - dua hari sebelum ruam kulit muncul & segera menghilang dalam 12-18 jam. \n\n Pada saat hari ke-4 atau ke-5 demam, keluhan demam akan memuncak; yang kemudian akan diikuti dengan timbulnya ruam kemerahan pada kulit. Ruam akan muncul pertama kali di belakang telinga, kemudian menyebar ke leher, wajah, hingga seluruh permukaan tubuh. Ruam kulit akan bertahan selama 3 hari, kemudian akan menghilang secara bertahap sesuai urutan waktu bagian tubuh awal munculnya ruam. \n\n Pengobatan campak tanpa komplikasi bisa dilakukan secara rawat jalan. Pengobatan yang diberikan disesuaikan dengan gejala yang timbul. Untuk mempercepat pemulihan, pastikan juga penderita campak mendapatkan asupan makanan dan minuman serta waktu istirahat yang cukup. Anak dengan campak tetap boleh mandi untuk membersihkan diri. Pada anak-anak yang menderita campak; akan diberikan juga suplementasi Vitamin A dengan dosis sesuai usianya. Untuk mencegah penularan melalui udara kepada orang lain; penderita campak disarankan untuk menjalani isolasi selama minimal empat hari sejak timbulnya ruam kulit atau atau meredanya gejala. \n\n Pada kasus campak dengan komplikasi; penderita disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit. Ada pun yang menjadi tanda-tanda bahaya dari komplikasi penyakit campak seperti: \n\n \n penurunan kesadaran hingga kejang \n batuk dan sesak yang memberat \n dehidrasi / kekurangan cairan akibat diare \n penurunan berat badan hingga gizi buruk \n keluhan pada telinga akibat infeksi \n Mata kering & keruh disertai gangguan penglihatan \n \n\n Sebagai bentuk pencegahan penyakit campak; anak-anak sangat dianjurkan untuk mendapatkan imunisasi campak. Pemberian imunisasi campak dapat mulai diberikan sejak anak berusia sembilan bulan. Jika Anak mengalami gejala ringan langsung konsultasikan dengan dokter dan dapatkan saran yang relevan mengenai kemungkinan perawatan pencegahan dini. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 17 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Susah Buang Air Kecil? Memahami Retensi Urin<\/a><\/h3>
Retensi urin merupakan hilang atau berkurangnya kemampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara sempurna. Keadaan ini merupakan bagian dari gejala-gejala saluran kemih bawah / lower urinary tract symptoms (LUTS). \n\n Secara umum, retensi urin dibagi menjadi 2 keadaan, yaitu retensi urin akut dan retensi urin kronik \n\n \n Retensi Urin Akut \n \n\n \n Umumnya disertai rasa nyeri \n Tidak dapat berkemih sama sekali \n Kandung kemih penuh \n Terjadi secara tiba-tiba \n Termasuk kedaruratan dalam urologi \n \n\n \n Retensi Urin Kronik \n \n\n \n Bisa tanpa rasa nyeri \n Masih dapat berkemih, namun tidak lancar \n Tidak dapat mengosongkan kandung kemih dengan sempurna (tidak tuntas) Sulit memulai berkemih (hesitancy) \n Tidak mengancam nyawa, namun dapat menyebabkan komplikasi \n \n\n Penyebab retensi urin dapat dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu: \n\n \n Supravesika: gangguan inervasi saraf motorik dan sensorik akibat penyakit neurologis seperti stroke, HNP dll \n Vesika: kelemahan otot detrusor kandung kemih, obat antimuskarinik/ antikolinergik (tekanan kandung kemih yang rendah) \n Infravesika: bladder outlet obstruction (BPH, striktur urethra, meatal stenosis, edema urethra, massa urethra, batu urethra, prolaps organ panggul), meningkatnya resistensi uretra, detrusor-sphincter dyssynergia (DSD), \n \n\n Penanganan segera pada kasus retensi urin akut adalah melakukan dekompresi buli menggunakan kateterisasi uretra, pungsi suprapubik atau kateterisasi suprapubik (sistostomi). Sebagian besar kasus, klinisi lebih memilih melakukan pemasangan kateter uretra dan hanya melakukan pungsi suprapubic atau sistostomi jika kateter uretra gagal. Kateterisasi suprapubik sering berhubungan dengan insiden hematuria dan obstruksi kateter dibandingkan kateter urin. \n\n Pada studi oleh Horgan et al dilaporkan bahwa kejadian infeksi saluran kemih (ISK) lebih jarang rendah pada kateterisasi suprapubik dibandingkan dengan kateter uretra (18% vs 40%; p<0.05) dan kejadian striktur uretra yang lebih sedikit pada follow-up 3 tahun (0% vs 17%; p<0.01) (Fitz; yoon). Pemasangan kateter suprapubic juga memiliki beberapa resiko, yaitu 2.5% terjadi cedera usus dan 1.8% resiko mortalitas dalam 30-hari. Oleh karena itu, The British Association of Urological Surgeons merekomendasikan pemasangan kateter suprapubik dengan bantuan pencitraan (USG). \n\n Sebelum berkonsultasi dengan dokter Urologi, Sahabat Hermina disarankan mencatat keluhan yang dialami. Mengingat apa yang Sahabat Hermina lakukan sebelum keluhan terasa, apakah Sahabat Hermina mengalami cedera atau tidak. Selain itu, kumpulkan riwayat medis yang lengkap, termasuk riwayat pengobatan atau riwayat penyakit tertentu. Hal ini berguna bagi dokter untuk mendiagnosis penyakit apa yang Sahabat Hermina alami. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 14 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Stunting - Penyebab, Gejala, dan Pencegahan<\/a><\/h3>
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan pada perkembangan ank yang disebabkan oleh gizi buruk, terserang infeksi secara berulang, maupun stimulasi psikososial yang tidak memadai. Seseorang anak dikatakan sebagai stunting jika tinggi badan anak menurut usianya lebih dari dua standar deviasi, dibawah dari ketetapan standar pertembuhan anak. \n\n Berdasarkan data menurut WHO, suatu negara dapat mengalami masalah stunting bia jumlah kasusnya berada diatas 20%. Sematara, data kasus stunting di Indonesia pada tahun 2022, jmlah kasusnya sebanyak 24,4% persen dari jumlah keseluruhan balita 23 juta anak. Oleh karena itu, stunting di Indonesia masih menjadi masalah yang harus segera ditangani. \n\n Postur tubuh anak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetic, hormonal, dan asupan nutrisi. Oleh sebab itu, ada anak yang postur tubuhnya pendek karena orang tuanya juga berpostur tubuh pendek. \n\n Akan tetapi, stunting berbeda dengan anak yang berperawakan pendek. Anak yang stunting pasti memiliki tubuh yang pendek, tetapu anak dengan perawakan yang pendek belum tentu mengalami stunting. \n\n \n\n Penyebab Stunting \n\n Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) penyebab stunting memiliki dua, yakni faktor genetik dan lingkungan. Stunting dapat disebabkan dari faktor genetic dan hormonal. Selain disebabkan oleh genetik stunting juga dapat disebabkan, lingkungan adalah aspek penting yang masih dapat diintervensi sehingga stunting dapat diatasi. Faktor lingkungan berperan dalam menyebabkan perawakan anak pendek antara lain status gizi ibu, pola pemberian makanan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan kejadian infeksi pada anak. Namun hal ini sebagian besar penyebab stunting diakibatkan oleh kekurangan gizi. Kekurangan gizi dalam waktu lama yang terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak 1000 hari pertama kelahiran. Penyebabnya rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan mineral maupun vitamin, dan buruknya sumber protein hewani dan pangan. \n\n \n\n Faktor Risiko Stunting \n\n Risiko stunting pada anak dapat meningkat jika ibu hamil pada anak memiliki beberapa faktor berikut: \n\n \n Berat badan ibu yang tidak naik selama kehamilan \n Kurangnya edukasi tentang stunting \n Kurangnya akses layanan kesehatan \n Tinggal di lingkungan yang miliki sanitasi buruk dan tidak mudah mendapatkan air bersih \n Tidak mendapatkan ASI Eksklusif dari sejak lahir \n Tidak mendapatkan gizi yang cukup \n Menderita penyakit yang mengganggu penyerapan nutrisi \n \n\n \n\n Gejala Stunting \n\n Gejalanya pun berupa anak yang berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi pada tubuh cenderung normal akan tetapi anak tampak lebih kecil untuk seusianya, berat badan rendah, dan pertumbuhan tulang yang terhambat. Bila mengidap penyakit kronis, anak dengan stunting bisa mengalami sejumlah gejaga seperti, batuk kronis, demam serta berkeringat pada malam hari, tubuh anak membiru jika menangis, sesak napas, dan ujung jari yang berbentuk seperti tabuh (clubbing finger). \n\n \n\n Mencegah Stunting \n\n Berikut adalah cara pencegahan stunting pada anak, sebagai berikut: \n\n \n\n \n Memenuhi Kebutuhan gizi sejak kehamilan \n \n\n Tindakan yang dilakukan untuk mencegah stunting adalah dengan memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan menyarankan agar ibu yang sedang mengandung dapat selalu mengonsumsi makanan yang bergizi dan sehat serta mengonsumsi seplemen atas arahan dokter. \n\n \n\n \n Cukupi asupan ASI Eksklusif pada bayi sampai berusia 6 bulan \n \n\n ASI Eksklusif dapat berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro tercukupi. Oleh sebab itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI selama 6 bulan pada anak. ASI juga memiliki kandungan protein dan kolostrum yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. \n\n \n\n \n Dampingi ASI dengan MPASI \n \n\n Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu dapat memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam pemberian MPASI ini pastikan makanan-makanan yang dipilih memenuhi gizi yang sebelumnya hanya berasal dari ASI. WHO merekomendasikan penambahan nutrisi ke dalam makanan. \n\n \n\n \n Memantau Tumbuh Kembang Anak \n \n\n Mengenali anak yang mengalami stunting tidaklah sulit. Dari segi fisik, anak yang biasanya mempunyai postur tubuh pendek dibandingkan anak-anak yang diusianya. Begitu penting untuk ibu memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa anak secara berkala ke posyandu atau klinik khusus anak. Akan lebih mudah untuk mengetahui gejala awal stunting dan penanganannya dengan memastikan anak mendapatkan imunisasi yang lengkap. \n\n \n\n \n Jaga Kebersihan Lingkungan \n \n\n Perlu diketahui anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama lingkungan sekitarnya kotor. Faktor inilah yang secara tidak langsung meningkatkan stunting pada anak. Diare juga menjadi faktor yang menyebabkan gangguan kesehatan yang pemicu diare itu sendiri dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh. \n\n Oleh karena itu, stunting merupakan permsalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam waktu cukup lama. Untuk menghindari stunting pada anak dapat kita menerapkan lingkungan yang sehat, penuhi asupan sehat dan bergizi untuk ibu hamil dan anak, memberikan ASI pada anak sejak lahir hingga 6 bulan, dan memantau tumbuh kembang anak dengan konsultasikan ke dokter tumbuh kembang anak agar anak-anak terhindari dari stunting. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Podomoro<\/a><\/li>
- 10 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Cegah Gangguan Pertumbuhan dengan Deteksi Dini Hipotiroid Kongenital<\/a><\/h3>
Dalam rangka mencegah adanya berbagai risiko masalah kesehatan serius pada bayi yang baru lahir, Dante Saksono Harbuwono selaku Wakil menteri Kesehatan kembali mengingatkan mengenai bahaya kelainan hormon tiroid atau Hipotiroid Kongenital (HK) pada bayi lahir. \n\n Hipotiroid kongenital sangat di anjurkan untuk dideteksi sedini mungkin, yaitu saat bayi baru lahir. Deteksi dini hipotiroid kongenital melalui skrining pada bayi baru lahir adalah strategi terbaik saat ini. Selain untuk mencegah gangguan pertumbuhan, deteksi dini hipotiroid kongenital dengan pemeriksaan skrining juga dapat mencegah anak mengalami gangguan intelektual di kemudian hari. \n\n Hipotiroid kongenital adalah gangguan fungsi kelenjar tiroid yang dialami sejak lahir (kongenital), sehingga bayi memiliki kadar hormon tiroid yang rendah (hipotiroid). Kondisi ini ditemukan pada 1 dari 2000-3000 bayi yang lahir di Indonesia. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan hipotiroid kongenital. \n\n Skrining hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir dilakukan dengan memeriksa TSH. Pemeriksaan TSH pada bayi aterm dilakukan pada usia 2 – 4 hari atau saat akan keluar dari rumah sakit. Skrining hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir dinyatakan positif jika kadar TSH ≥ 20 mU/L. Bayi dengan hasil skrining positif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan ulang serum TSH dan FT4. Diagnosis hipotiroid kongenital ditegakkan bila kadar TSH tinggi dan FT4 rendah. Pada bayi yang tidak dilakukan skrining diagnosis ditegakkan melalui gejala klinis dan pemeriksaan serum TSH dan FT4. \n\n \n\n Pemberian terapi awal 2 minggu pertama menunjukkan hasil bermakna dalam outcome intelektual. Berat ringannya hipotiroid kongenital ditentukan dari kadar T4 (makin tinggi makin baik). \n\n Pemantauan yang perlu dilakukan : \n\n 1. Laboratorium \n\n \n \n Menentukan cukup tidaknya dosis obat yg diberikan (FT4 atau t4 total & TSH berkala) \n \n \n Darah diambil paling cepat 4 jam setelah pemberian tiroksin \n \n \n Dilakukan 2 minggu setelah terapi awal levotiroksin \n \n \n Pemantauan selanjutnya 1-3 bulan sampai usia 12 bulan, 2-4 bulan di usia 1-3 th, usia 3 th sampai pertumbuhan berhenti teratur setiap 3-12 bulan \n \n \n Jika ada perubahan dosis levotiroksin TSH dan FT4 diulang 4-6 minggu \n \n \n\n 2. Target pemeriksaan \n\n \n \n Kadar TSH < 5 mU/L dalam 2 minggu setelah terapi dimulai \n \n \n Kadar FT4 dalam kadar nilai rentang sesuai usia \n \n \n\n 3. Reevaluasi hipotiroid kongenital \n\n \n \n Dilakukan usia 3 th \n \n \n Evaluasi berupa pemeriksaan fungsi tiroid lanjut & radiologi rujuk konsultan endokrin \n \n \n\n 4. Jadwal dan pemantauan kunjungan rawat jalan \n\n 5. Edukasi \n\n \n \n Penyebab hipotiroid kongenital \n \n \n\n \n \n Pentingnya skrining awal, diagnosis dan terapi dini \n \n \n Pentingnya minum obat secara teratur sesuai jadwal \n \n \n Tidak menghentikan pengobatan tanpa instruksi dokter \n \n \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina mendapati buah hati gejala seperti di sampaikan jangan tunggu nanti, silahkan langsung konsultasi ke Dokter Spesialis Anak RS Hermina Podomoro. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 10 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 14 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 17 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 20 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 22 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 22 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 25 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 30 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>