- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 05 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Mengatasi Flek atau Melasma: Tips untuk Kulit Sehat Anda<\/a><\/h3>
Kulit yang sehat adalah cerminan kesehatan dan kecantikan kita. Namun, tidak jarang masalah kulit seperti flek atau melasma dapat mengganggu kepercayaan diri dan kenyamanan kita. Flek atau melasma adalah gangguan pigmen kulit yang umum terjadi, tetapi jangan khawatir, ada langkah-langkah yang dapat Anda ambil untuk mengatasi masalah ini dan mendapatkan kulit yang cerah dan sehat. \n\n \n\n Apa Itu Flek atau Melasma? \n\n Flek atau melasma adalah gangguan pigmen kulit yang ditandai oleh bercak-bercak cokelat atau abu-abu yang muncul terutama di area wajah, terutama di pipi, hidung, dahi, dan bibir atas. Gangguan ini seringkali terjadi akibat paparan sinar matahari berlebihan, perubahan hormon seperti kehamilan atau penggunaan kontrasepsi, serta faktor genetik. Meskipun tidak berbahaya secara medis, flek atau melasma dapat menjadi masalah estetika yang signifikan. \n\n \n\n Tips untuk Mengatasi Flek atau Melasma \n\n Gunakan Tabir Surya Setiap Hari: Paparan sinar matahari adalah salah satu faktor utama dalam perkembangan flek dan melasma. Gunakan tabir surya dengan SPF minimal 30 setiap hari dan dilakukan pengulangan 2-3 jam sekali, bahkan jika Anda tidak berencana untuk berada di luar ruangan dalam waktu lama. Ini akan membantu melindungi kulit Anda dari sinar UV berbahaya yang dapat memperburuk kondisi kulit. \n\n Rutin Perawatan Kulit: Pilih produk perawatan kulit yang mengandung bahan-bahan seperti vitamin C, asam kojik, asam glikolat, dan retinoid. Bahan-bahan ini dapat membantu mengurangi produksi melanin berlebih dan mencerahkan kulit secara keseluruhan. \n\n Hindari Paparan Matahari Langsung: Selain menggunakan tabir surya, cobalah untuk menghindari paparan sinar matahari langsung pada saat puncaknya antara pukul 10 pagi hingga 4 sore. Jika Anda harus berada di luar ruangan, kenakan topi dan gunakan pelindung wajah. \n\n Perhatikan Hormon: Jika Anda mengalami perubahan hormon, seperti selama kehamilan atau penggunaan kontrasepsi, Anda mungkin lebih rentan terhadap flek atau melasma. Konsultasikan dengan dokter kulit atau profesional kesehatan untuk saran mengenai perawatan yang sesuai. \n\n Pilihan Perawatan Profesional: Jika flek atau melasma Anda sangat mengganggu, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit. Mereka dapat merekomendasikan pilihan perawatan seperti peeling kimia, penyuntikan serum intradermal, terapi laser, atau terapi cahaya intens pulsa (IPL) yang dapat membantu mengurangi penampilan flek. \n\n Gaya Hidup Sehat: Pola makan seimbang, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan menghindari stres berlebihan juga berkontribusi pada kesehatan kulit secara keseluruhan. \n\n \n\n Ingatlah bahwa hasil perawatan kulit dapat bervariasi dari individu ke individu. Konsistensi dalam merawat kulit dan melindunginya dari faktor-faktor yang memperburuk flek atau melasma adalah kunci utama untuk mencapai kulit yang cerah dan sehat. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit kepercayaan Sahabat Hermina untuk mendapatkan saran yang sesuai dengan kondisi kulit Anda. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Podomoro<\/a><\/li>
- 10 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Perbedaan Cacar Air dan Cacar Api yang Mengganggu Kulit <\/a><\/h3>
Cacar air umumnya diderita anak-anak di bawah usia 10 tahun. Namun, pada beberapa kasus, penyakit ini juga dapat diderita orang dewasa. Bahkan pada orang dewasa, gejalanya cenderung lebih berat dibandingkan penderita anak-anak. Cacar air merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Varicella zoster. Itulah sebabnya penyakit ini juga dikenal dengan istilah varisela. Cacar air adalah penyakit kulit yang menular. Virus cacar menular dengan cepat melalui udara saat penderita batuk maupun bersin, serta kontak langsung dari cairan lendir, ludah, maupun dari lepuhan pada kulit. Jadi, tidak ada perbedaan cacar api dan cacar air dari segi penularan. \n\n Ciri khas cacar adalah adanya bentol berisi cairan gatal yang berjumlah banyak. Dalam beberapa waktu, lenting akan pecah dan kering. Namun, bentol yang gatal juga menjadi gejala utama dari herpes zoster atau cacar api. Keduanya memang merupakan penyakit berbeda, tapi saling berkaitan. Nah, bagaimana cara membedakan dua penyakit ini? \n\n \n\n Simak secara lebih lengkapnya pembahasan mengenai perbedaan cacar air dan cacar api ini. \n\n \n\n Keduanya memiliki bentuk gejala utama yang sama-sama mengganggu, ternyata terdapat ciri-ciri lain yang dapat menjadi perbedaan cacar air dan cacar api. \n\n Jika ruam berbentuk bintik merah pada gejala cacar air akan berubah menjadi lenting yang menimbulkan rasa gatal, sedangkan pada cacar api lenting tersebut tidak sekedar menimbulkan rasa gatal tapi juga rasa perih. Ruam pada cacar air biasanya bisa dengan cepat berubah mengering. Waktu penyembuhannya hanya berkisar 1 minggu ditandai dengan keropeng cacar air yang mengelupas atau meninggalkan bekas bekas cacar air yang sulit hilang. \n\n \n\n Sementara cacar api memerlukan waktu yang lebih lama, ruam akan mengering dan hilang dengan sendirinya selama 3-5 minggu. Cacar api (herpes zoster) merupakan sebuah infeksi lanjutan dari virus penyebab cacar air. Jika telah mengalami cacar air, kemungkinan seseorang dapat mengalami cacar api terbilang besar. Perbedaan cacar air dan cacar api juga diperlihatkan melalui penyebaran ruam kulit pada tubuh. Ruam cacar air mulanya di temukan di bagian tengah tubuh seperti wajah dan badan bagian depan. Pada cacar api, ruam cenderung menyebar di salah satu sisi tubuh dengan kumpulan bintik-bintik yang lebih memusat di satu area. Namun, secara bertahap ruam juga bisa muncul pada wajah dan kulit kepala. \n\n \n\n Langkah pencegahan yang cukup efektif dalam menghindari terjadinya cacar adalah dengan menjalani vaksinasi cacar air. Vaksinasi ini dianjurkan untuk anak kecil dan orang dewasa yang belum melakukan vaksinasi. Pada anak kecil, penyuntikan vaksin Varicella atau cacar air pertama dilakukan pada umur 12 hingga 15 bulan, dan penyuntikan lanjutan dilakukan ketika anak berusia 2 hingga 4 tahun. Sedangkan anak yang lebih besar dan dan orang dewasa perlu mendapat 2 (dua) kali vaksinasi, dengan perbedaan waktu setidaknya 28 hari. \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina mendapati gejala seperti di sampaikan jangan tunggu nanti, silahkan langsung konsultasi ke Dokter Spesialis Kulit & Kelamin RS Hermina Podomoro. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 06 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
TIPS MENJAGA KESEHATAN KULIT SENSITIF<\/a><\/h3>
Jika anda pernah memiliki reaksi kulit berupa ruam kemerahan, biduran, bruntusan/jerawat disertai sensasi gatal atau perih setelah menggunakan produk skincare tertentu, setelah mengkonsumsi makanan tertentu atau reaksi tersebut datang akibat cuaca ekstrem, maka bisa jadi anda memiliki kulit sensitif. \n\n Pemilik kulit sensitif pada dasarnya memiliki kulit yang mudah teriritasi. Lalu bagaimana cara menjaga kesehatannya? \n\n Cara Menjaga Kesehatan Kulit Sensitif \n\n Berikut daftar DO and DON’T yang wajib diketahui untuk menjaga kesehatan kulit sensitif: \n\n DO : \n\n 1. Menggunakan pelembab/moisturizer \n\n Pilih pelembab yang memiliki formula bebas alergi (hypoallergenic) serta bebas dari zat aditif seperti parfum, pewarna, dan alkohol. Kandungan pelembab mengandung ceramide sangat dianjurkan dipilih pada kulit sensitif dengan gangguan sawar kulit (atopi). Oleskan pelembab setelah mandi 2x sehari terutama pada kulit yang kering dan pecah-pecah. \n\n 2. Double Cleansing \n\n Kulit sensitif juga membutuhkan double cleansing untuk memastikan semua residu kotoran terangkat dari kulit. Kamu bisa memilih produk yang dikhususkan untuk kulit sensitif, dan melakukan gerakan memutar saat membersihkan wajah. \n\n 3. Gunakan sabun yang lembut \n\n Gunakan juga sabun dengan formulasi yang dikhususkan untuk kulit sensitif. Biasanya sabun ini memiliki PH yang sama dengan kulit kisaran 6-7. Ciri lain sabun yang lembut ini mengandung sedikit busa dan terasa lembut di kulit saat pemakaian serta kandungannya bebas parfum, paraben dan sodium lauril sulfat (SLS free). \n\n 4. Gunakan Sunscreen / tabur surya \n\n Sinar UV dapat menyebabkan kulit sensitif karena dapat menembus ke dalam lapisan kulit dan memicu terjadinya reaksi fotosensitivitas/sunburn di kulit. Jadi, pastikan untuk selalu menggunakan tabir surya setiap hari dan reapply setiap 3 jam sekali untuk menjaga kulitmu agar tidak mengalami sensitivitas yang meningkat. \n\n DON’T: \n\n 1. Hindari kontak dengan alergen dan produk perawatan kulit yang memicu alergi \n\n Bahan-bahan alergen dapat dijumpai pada makanan tertentu, produk habis pakai rumah tangga seperti deterjen, produk hygiene seperti deodoran, pasta gigi dan sebagainya. Penggunaan kosmetik yang mengandung pencerah kulit/bleaching seperti AHA-BHA, asam retinoat, hidrokuinon, kojic acid dan sebagainya baiknya dikonsultasikan terlebih hulu ke dermatolog/dokter spesialis kulit, karena penggunaan yang tidak tepat indikasi dan sembarangan akan mengakibatkan kerusakan sawar kulit yang selanjutnya akan memicu kulit sensitif. \n\n 2. Hindari mandi air panas suhu > 40oC dan mandi > 10 menit \n\n Suhu air mandi yang terlalu panas dan durasi mandi yang terlalu lama juga dapat mempercepat kerusakan sawar kulit. \n\n 3. Hindari eksfoliasi kulit terlalu sering \n\n Mengangkat sel kulit mati memang penting untuk menjaga wajah tetap cerah dan bebas komedo. Namun, perlu hati-hati jangan terlalu sering. Lakukan eksfoliasi 1 bulan sekali pada kulit sensitif. \n\n Konsultasi diperlukan tidak saat kulit bermasalah saja namun juga sebaiknya dilakukan sebelum memilih produk kosmetik yang tepat di wajah terutama pada pemilik kulit sensitif, mengingat tidak semua produk kosmetik cocok dipakai pada kulit sensitif. Konsultasikan masalah kesehatan kulit anda dengan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin untuk mendapatkan kulit yang sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 28 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Tips Atasi Jerawat<\/a><\/h3>
Jerawat adalah salah satu masalah kulit yang umum terjadi pada usia remaja sampai dewasa, timbulnya masalah jerawat bisa memicu rasa tidak nyaman dan bisa menurunkan rasa percaya diri. Namun tahukah sahabat hermina, ternyata tidak semua jerawat butuh perhatian khusus dan obat - obatan, ada pula jerawat yang bisa menghilang dengan sendirinya setelah beberapa hari atau minggu. \n\n Selain jerawat yang tumbuh di wajah, jerawat juga sering kali tumbuh dibagian tubuh lainnya seperti bahu, punggung, lengan atas atau bagian tubuh yang lembab. Oleh karena itu timbulnya jerawat bisa mimicu rasa tidak nyaman dan bisa menurunkan rasa percaya diri. Penting untuk Sahabat Hermina mengetahui faktor yang bisa menyebabkan Jerawat dan cara yang benar untuk mengatasi jerawat agar dapat mempermudah proses penyembuhan jerawat. \n\n Faktor apa yang bisa menyebabkan Jerawat ? \n\n \n Faktor hormonal \n Kosmetik \n Makanan yang banyak mengandung lemak (Cokelat, kacang-kacangan, keju, gorengan, makanan bersantan, mentega dll) \n Stres, gelisah, cemas, terlalu khawatir \n Kurang tidur \n Tidak menjaga kebersihan wajah dengan baik \n Faktor genetik \n Sering memegang, memencet, atau menggosok jerawat \n Mengunakan handuk atau sarung bantal yang sudah terlalu lama. \n \n\n Dengan mengetahui faktor penyebab dari timbulnya jerawat, diharap sahabat hermina dapat melakukan pengobatan dengan tepat, namun perlu diketahui dari beberapa faktor diatas, tidak semua faktor penyebab jerawat dapat dihilangkan secara langsung dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, jika sahabat hermina mengalami kondisi berjerawat yang tidak kunjung sembuh atau mereda dibutuhkan peranan dari dokter spesialis kulit dan kelamin. \n\n Tips Atasi Jerawat \n\n Dalam mengatasi jerawat pada wajah, Sahabat hermina harus melakukan perawatan wajah dengan benar, berikut beberapa langkah yang bisa sahabat hermina terapkan dalam penanganan jerawat : \n\n \n Rutin bersihkan wajah, membersihkan wajah dengan teratur sangat disarankan baik pada wajah yang sedang berjerawat ataupun sudah tidak berjerawat. \n Cuci wajah dengan bersih \n Kurangi menggunakan makeup \n Gunakan obat jerawat sesuai rekomendasi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin \n Hindari makanan yang terlalu banyak mengandung lemak dan minyak \n Atasi stress serta istirahat yang cukup \n \n\n Jika sahabat hermina merasa jerawat yang tumbuh sangatlah mengganggu dan tidak kunjung mereda, konsultasikan langsung dengan dokter spesialis kulit dan kelamin di RS. Hermina terdekat atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Solo<\/a><\/li>
- 31 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Menjaga Kulit Tetap Sehat Dengan Menu Lebaran<\/a><\/h3>
\n\n Momen ramadhan dan lebaran, adalah saat yang membahagiakan. Pada saat ini, seluruh anggota keluarga dan handai taulan dapat berkumpul bersama. Silaturahmi dan saling memaafkan tentunya tidak lengkap tanpa hidangan aneka lebaran, seperti opor, sambal goreng ati, ketupat sayur, gulai, sampai dengan camilan manis berupa kue-kue manis, dan kurma. \n\n Kulit indah dan sehat merupakan dambaan semua orang. Faktor usia dan lingkungan yang buruk dapat merusak kesehatan kulit. Kulit indah dan sehat dapat dimiliki dengan membiasakan diri melakukan perawatan kulit yang tepat setiap hari. Saat ini berbagai suplemen kesehatan kulit telah tersedia, juga banyak beredar dipasaran. Namun tentu saja akan membutuhkan pengeluaran yang tidak sedikit. Padahal, tanpa kita sadari, disekitar kita terdapat berbagai jenis bahan makanan termasuk rempah dan bumbu masakan yang juga bermanfaat untuk memelihara kesehatan kulit kita. Bahkan bahan-bahan tersebut sebenarnya sering kita jumpai dalam hidangan kita sehari-hari di meja makan terutama saat ramadhan dan lebaran, seperti kunyit, santan,, cabai rawit dan kurma. \n\n \n\n Berikut adalah manfaat dari kunyit, santan, cabe rawit dan kurma untuk menjaga kulit agar tetap sehat : \n\n \n \n Manfaat Kunyit \n \n \n\n Kunyit merupakan salah satu rempah alami yang umum kita gunakan dalam aneka masakan. Masakan lebaran yang terkenal dengan kunyitnya adalah opor. Saat lebaran, ketupat dan opor wajib dihidangkan. Tidak banyak yang mengetahui bahwa kunyit memiliki kandungan antioksidan, antiradang yang bermanfaat untuk berbagai masalah kulit, seperti ; \n\n \n \n Antiaging (mengurangi kerutan di wajah) \n \n \n Mengatasi bercak kehitaman (hiperpigmentasi kulit) \n \n \n Membuat wajah cerah alami \n \n \n Mengatasi kulit kering \n \n \n Menghilangkan bekas jerawat \n \n \n Menyamarkan kantong mata hitam \n \n \n Mengatasi pertumbuhan rambut berlebihan \n \n \n\n \n\n \n \n Manfaat Santan \n \n \n\n Santan merupakan produk olahan kelapa yang biasanya banyak digunakan sebagai bahan masakan menu lebaran seperti sambal goreng, ketupat sayur, opor ayam, dan gulai. Kesemuanya menggunakan santan. Santan memiliki banyak kandungan nutrisi seperti vitamin C, E, B6, zat besi, dan magnesium. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kusstianti N, Usodoningtyas S, menunjukkan bahwa santan dapat menipiskan bercak kehitaman pada wajah dalam 4 minggu. Penelitian dilakukan dengan mengoleskan kapas yang telah diberi santan pada daerah wajah bermasalah kemudian didiamkan selama 1 jam. \n\n Berikut manfaat santan bagi kesehatan kulit, yaitu : \n\n \n \n Antiaging (memperbaiki kerutan dan kulit kendur) \n \n \n Banyak mengandung lemak nabati yang bermanfaat untuk melembabkan kulit \n \n \n Berguna sebagai peradangan \n \n \n Membuat Kulit sehat dan kenyal \n \n \n Mencerahkan kulit \n \n \n Memiliki sifat antibakteri dan antiseptik, sehingga dapat membersihkan kotoran pada wajah tanpa menyumbat pori – pori \n \n \n\n \n\n \n \n Manfaat Cabe Rawit \n \n \n\n Bahan masakan yang satu ini, merupakan bumbu makanan utama di Indonesia. Hidangan nusantara dengan cabe rawit sebagai bahan utamanya sangat bervariasi. Menu lebaran tanpa olahan cabai rawit seperti gulai, sambal goreng, ketupat sayur akan membuat suasana lebaran terasa tidak lengkap. Cabai rawit ternyata banyak memiliki kebaikan. Cabai rawit yang kita kenal, sebenarnya kaya akan vitamin A, B6, C, kalium, kalsium, magnesium, thiamin, dan besi. Bahkan cabai hijaupun juga kaya akan vitamin E. Selain itu, terdapat juga bermacam antioksidan (capsanthin, violasanthin), sinaptic acid, ferulic acid, antiperadangan, antibakteri, dan imun booster dalam cabai rawit juga memberikan manfaat bagi kulit, diantaranya adalah: . \n\n Berikut manfaat- manfaat dari cabe rawit untuk kesehatan kulit , yaitu : \n\n \n \n Memperlambat penuaan \n \n \n Melawan jerawat \n \n \n Anti bakteri \n \n \n\n Namun, meski manfaat cabe rawit untuk kesehatan ada banyak sekali, penting untuk memerhatikan porsi konsumsinya agar tidak berdampak buruk bagi kesehatan. \n\n \n \n Manfaat Kurma \n \n \n\n Kurma merupakan buah yang identik dengan bulan Ramadan. Tak heran jika setiap berbuka puasa, buah yang rasanya manis dan berwarna cokelat ini selalu hadir di meja makan. Rasa manis dalam kurma, disebabkan kadungan glukosa dan fruktosa yang tinggi. Kurma mengandung vitamin A, B, C, tinggi serat dan mineral. Kandungan antioksidan, antiperadangan juga dimiliki si hitam manis ini. Kandungan nutrisi yang tinggi dan beragam, membuat kurma berkhasiat baik untuk kesehatan salah satunya untuk kesehatan kulit. \n\n Berikut manfaat buah kurma pada kesehatan kulit , yaitu : \n\n \n \n Mencerahkan kulit dan membuat kulit lebih bercahaya \n \n \n Melembutkan Kulit \n \n \n Memperbaiki tekstur Kulit \n \n \n Meningkatkan elastisitas Kulit \n \n \n Mencegah penuaan \n \n \n Tingginya kadar Free fatty acid (asam oleat dan linoleat dapat menurunkan alpha-reduktase hal ini menyebakan menurunnya kadar minyak dipermukaan kulit sehingga bermanfaat pada individu dengan risiko berjerawat \n \n \n\n Demikian beberapa manfaat kunyit, santan, cabe rawit dan kurma yang dapat diperoleh untuk menjaga kulit agar tetap sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 19 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Keputihan Pada Wanita<\/a><\/h3>
\n\n Hallo sahabat Hermina Bitung, Sepertinya semua perempuan pernah mengalami keputihan pada wanita? Keputihan itu sendiri adalah suatu cairan/lendir yang biasanya berwarna kuning, putih susu dan bening. Keputihan adalah kondisi yang tidak berbahaya. Sebab, keputihan merupakan respon alami tubuh dalam menjaga kelembapan dan kebersihan organ reproduksi wanita. Keputihan sendiri ada yang normal atau tidak normal sebelum mengetahui cairan yang normal atau tidak normal biasanya juga harus tau bahwa didalam vagina memang tidak bersih dan terdapat bakteri dan biasanya keputihan normal terdapat bakteri baik yang melindungi dari keputihan bakteri-bakteri ini memiliki enzim. \n\n Jadi Sahabat Hermina Bitung perlu diketahui untuk keputihan normal yaitu : \n\n \n Keputihan biasanya terjadi setiap bulan. Biasanya, keputihan sebagai proses normal, akan muncul saat menjelang menstruasi atau sesudah menstruasi dan masa subur. \n Warna keputihan yang normal adalah jernih dan transparan, atau bisa cair seperti air dan lengket. \n Keputihan yang normal tidak berbau atau mengeluarkan bau yang menyengat \n Memiliki tesktur cairan yang dapat berubah tergantung siklus menstruasi \n \n\n Sedangkan Keputihan tidak normal biasanya karena adanya infeksi jamur, bakteri, atau parasit. Berikut adalah keputihan yang tdiak normal : \n\n \n Gatal di area kewanitaan \n Nyeri di panggul \n Nyeri saat buang air kecil \n Rasa terbakar di sekitar vagina \n Perubahan warna pada cairan keputihan dapat menjadi tanda dari kondisi tertentu, seperti dijelaskan di bawah ini: \n \n\n Bagaiaman acara penecegahanya? Yang harus dilakukan oleh sahabat Hermina Bitung yaitu : \n\n \n Jaga Higenitas Area vagina, seperti segera mengganti celana dalam \n Bersihakan vagina dari arah depan ke belakang \n Jangan gunakan pakaian ketat, utamakan yang berbahan katun agar lebih menyerap keringat dan pori-pori kain karena baik untuk pertukaran udara \n Jangan bersihkaan vagina berlebihan, hindari pemakian cairan antiseptik (Vaginal douche) hingga kedalam vagina. Gunakan sabun lembut dan air hangat di bagian luar genital \n Jangan gunakan pantyliner terus menerus dalam jangka panjang \n Penggunaan obat-obatan, penggunaan obat-obatan dipastikan konsultasi penyakit atau pengguna obat-obatan anda kepada dokter. Cek kesehatan area genitalia berkala dan lakukan papsmear. \n \n\n Bila Sahabat Hermina Bitung mengalami keputihan yang tidak normal dapat ke dokter spesialis kulit dan kelamin. \n\n \n\n Jadwal praktek dr. Anggana Rafika,SpDV \n\n https://www.herminahospitals.com/id/doctors/dr-anggana-rafika-paramitasari-sp-kk \n\n Salam sehat, RS Hermina Bitung \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 27 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Transplantasi Rambut dan Efek Sampingnya<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, rambut dianggap menjadi salah satu mahkota bagi sebagian orang. Tidak heran jika setiap orang berpacu untuk memiliki rambut yang indah dan sehat. Namun, terkadang meskipun sudah mencoba berbagai cara untuk merawat rambut, masalah kebotakan tak bisa dihindari. Banyak orang yang kemudian memilih untuk melakukan transplantasi rambut. Sebelum melakukan transplantasi rambut, pahami dulu prosedur dan efek samping yang bisa terjadi setelah proses “penanaman rambut” dilakukan. \n\n Apa itu Transplantasi Rambut? \n\n Transplantasi rambut adalah prosedur yang dilakukan untuk mengembalikan rambut pada area kulit kepala yang mengalami penipisan hingga kebotakan. Istilah transplantasi rambut ini sering disebut juga sebagai cangkok rambut atau tanam rambu dan sekali pengerjaan transplantasi rambut yang ditanam memerlukan puluhan helai rambut. \n\n Operasi rambut yang satu ini tersedia dalam berbagai jenis, yaitu: \n\n \n Follicular Unit Strip Surgery (FUSS) : Metode cangkok rambut dengan menyayat kulit pasien yang mengalami kebotakan. \n Follicular Unit Extraction (FUE) : Metode ini yakni mengumpulkan folikel rambut yang terdiri dari satu sampai empat rambut yang masih sehat untuk proses transplantasi di bagian yang mengalami masalah. \n Direct Hair Implantation (DHI) : Metode DHI ini adalah metode baru yang mirip dengan FUE, namun menggunakan alat mirip seperti bolpoin untuk menanamkan rambut. \n \n\n Namun, sebelum melakukan transplantasi rambut, metode yang dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi kulit kepala pasien. Selain itu, kapan melakukan transplantasi rambut juga menjadi pertimbangan yang penting. \n\n Manfaat Transplantasi Rambut \n\n Tujuan utama prosedur ini tidak lain adalah untuk mengatasi kerusakan rambut. Selain itu, transplantasi rambut juga bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan diri karena dapat mengatasi berbagai kondisi seperti kebotakan pada laki-laki, rambut tipis pada perempuan, dan mengembalikan rambut pada area kulit kepala yang mengalami cedera. \n\n Efek Samping Transplantasi Rambut \n\n Meski banyak manfaat, transplantasi rambut yang ramai dilakukan artis bukan tanpa risiko. Beberapa dari kasus transplantasi rambut menimbulkan beberapa efek samping. Mulai dari pembengkakan kulit kepala, memar di area mata, rasa gatal, infeksi folikel rambut hingga mati rasa pada kulit kepala. Berikut beberapa efek samping yang umum terjadi. \n\n \n Infeksi atau Perdarahan \n \n\n Ketika “tanam rambut” dilakukan, dokter akan membuat sayatan di kulit kepala. Sayatan dibuat untuk mengambil donor rambut dan melakukan penanaman rambut di area kepala yang botak. Sayatan di kepala bisa menimbulkan risiko infeksi atau perdarahan. \n\n \n Gatal \n \n\n Gatal merupakan efek samping transplantasi rambut yang paling umum. Rasa gatal dapat terjadi akibat terbentuknya koreng di area transplantasi. Gatal di kepala umumnya dapat hilang dalam beberapa hari. \n\n \n Sakit \n \n\n Sebelum penanaman rambut dilakukan, dokter akan memberikan obat bius dan obat penenang. Kedua obat tersebut bertujuan untuk meminimalkan rasa nyeri atau sakit ketika bagian kulit disayat. Tidak perlu khawatir akan hal ini. Nantinya, dokter akan meresepkan obat penghilang rasa sakit untuk menghindari nyeri di kepala pasca-operasi. \n\n \n Pembengkakan \n \n\n Pembengkakan merupakan efek samping yang umum terjadi setelah transplantasi rambut. Meski begitu, lokasi pembengkakan yang terjadi akibat transplantasi rambut tak selalu sama, bisa berbeda-beda pada setiap orang. \n\n \n Bekas Luka \n \n\n Operasi transplantasi rambut dapat meninggalkan bekas luka berbentuk lurus dan memanjang di bagian kepala. Sebab, saat proses transplantasi, dokter akan mengangkat sepotong kulit kepala untuk membawa folikel rambut. Bekas luka ini dapat disamarkan saat rambut baru tumbuh di sekitarnya. Kendati begitu, luka bekas sayatan mungkin dapat terlihat jika rambut di sekitarnya tipis atau orang tersebut memiliki potongan rambut pendek. \n\n \n Terdapat Benjolan \n \n\n Selain bekas luka, Anda berisiko mengalami benjolan di sekitar area transplantasi rambut. Tetapi Anda tidak perlu khawatir, karena benjolan itu akan hilang dengan sendirinya. \n\n Nah Sahabat Hermina, untuk meminimalkan risiko dan efek samping serta meningkatkan keberhasilan dalam melakukan transplantasi rambut, maka harus dilakukan ketika pasien dalam keadaan sehat. Diskusikan manfaat dan risiko prosedur ini dengan dokter Anda. Pertimbangkan pula biaya yang diperlukan untuk prosedur transplantasi rambut, karena umumnya harus dikeluarkan sebagai biaya pribadi. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 15 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
Manfaat Kolagen<\/a><\/h3>
Sudah bukan rahasia lagi bahwa kolagen merupakan kunci untuk mendapatkan kulit kencang dan wajah yang awet muda. Kolagen merupakan bagian penting dari kulit. Pada usia muda, pembentukan kolagen masih bagus sehingga kulit tetap lembab dan elastis. Seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan produksi kolagen sehingga menyebabkan kulit kehilangan elastisitasnya. \n\n \n\n Tanda awal jika Sahabat Hermina kekurangan kolagen yaitu munculnya garis-garis atau kerutan di wajah. Jika tanpa pengangan, lama kelamaan kerutan akan semakin dalam dan berubah menjadi keriput. \n\n \n\n Salah satu perawatan kolagen yang cukup terkenal yaitu dengan menggunakan krim yang mengandung kolagen. Namun faktanya, krim yang mengandung kolagen hanya bekerja pada permukaan kulit dan hanya memperlambat laju kehilangan air dari kulit sehingga dapat menjaga kulit tetap kenyal. Jadi, pemakaian krim kolagen tidak dapat mencegah hilangnya kolagen dan tidak menghilangkan kerutan. \n\n \n\n Selain krim kolagen, hal yang cukup menjadi tren adalah suplemen dan minuman yang mengandung kolagen. Tetapi apakah asupan kolagen tersebut efektif meningkatkan produksinya dari dalam tubuh? \n\n \n\n Dalam sebuah penelitian, wanita yang mengkonsumsi suplemen sebanyak 2,5 - 5 gram kolagen selama delapan minggu mengalami peningkatan elastisitas kulit yang signifikan dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi. Pada penelitian lain menunjukkan bahwa wanita yang mengkonsumsi minuman mengandung kolagen setiap hari selama 12 minggu mengalami hidrasi kulit yang meningkat dan penurunan kerutan dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi. \n\n \n\n Suplemen mengandung kolagen dapat merangsang tubuh untuk memproduksi kolagen dan juga protein lain yang memperbaiki struktur kulit seperti elastin dan fibrilin. \n\n \n\n Produk kolagen di dalam tubuh dapat ditingkatkan dengan cara menggabungkan dua asam amino yaitu glisin dan prolin, dan proses ini membutuhkan bantuan vitamin C. Beberapa makanan yang mengandung prolin yaitu putih telur, gandum, produk susu, kubis, dan jamur, sedangkan makanan yang mengandung glisin dapat ditemukan pada kulit ayam, gelatin, dan berbagai makanan yang mengandung protein. \n\n \n\n Selain memperhatikan asupan dari dalam tubuh, Sahabat Hermina juga harus menghindari kebiasaan yang dapat merusak kolagen di dalam tubuh. \n\n \n\n Ada beberapa kebiasaan yang dapat menyebabkan kerusakan kolagen, seperti mengkonsumsi gula dan karbohidrat olahan secara berlebihan, terpapar sinar matahari berlebihan dan juga merokok. \n\n \n\n Apabila Sahabat Hermina memiliki keluahan seputar kesehatan kulit, segera konsultasikan dengan dokter spesialis kulit dan kelamin kami. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekanbaru<\/a><\/li>
- 12 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
4 Jenis Warna Keputihan yang Perlu Diketahui<\/a><\/h3>
Memasuki usia pubertas, umumnya seorang wanita akan mengalami keputihan, yaitu sebuah kondisi dimana organ kewanitaan bagian dalam mengeluarkan cairan selain darah untuk lubrikasi dan proteksi. Ketika wanita mulai memasuki masa menopause, barulah keputihan akan berkurang. Dalam bahasa medisnya, keputihan disebut sebagai flour albus. \n\n Keputihan itu wajar dan sesuatu yang alamiah terjadi. Keputihan dapat disebabkan oleh proses normal tubuh maupun infeksi. Keputihan normal dapat disebabkan oleh perubahan hormon, ransangan seksual, stress dan ibu menyusui. Pada kondisi normal, cairan keputihan memiliki karakteristik seperti tidak berwarna, atau berwarna putih, tidak berbau, dan tekstur cairannya bisa berubah tergantung siklus menstruasi. \n\n Meski alamiah terjadi, ada beberapa kondisi keputihan yang perlu diwaspadai. Semua bisa diketahui dengan melihat warna dan bau keputihan yang ditimbulkan. Umumnya, warna keputihan yang sering terjadi adalah: \n\n - Keputihan Berwarna Putih \n\n Ketika vagina mengeluarkan sedikit cairan berwarna putih, terutama pada awal atau akhir dari masa menstruasi, artinya normal. Namun, jika cairan tersebut disertai dengan rasa gatal, dan terlihat kental, kamu perlu memeriksakannya ke dokter. Hal ini bisa dicurigai sebagai tanda yeast infection. \n\n - Keputihan Terlihat Bening dan Cair \n\n Cairan keputihan yang bening dan cair adalah sepenuhnya normal. Hal ini dapat terjadi kapan pun setiap bulannya, dan bisa terasa banyak terutama setelah Sahabat Hermina berolahraga. \n\n - Keputihan Terlihat Bening dan Sedikit Kental \n\n Bagaimana kalau cairan keputihan berwarna bening, namun terlihat kental? Hal ini bisa mengindikasikan indung telur dalam tubuh sedang berovulasi, dan ini termasuk dalam keadaan normal. \n\n - Keputihan Berwarna Kuning atau Kehijauan \n\n Ketika keputihan berwarna kekuningan atau kehijauan, terlihat kental, dan mengeluarkan aroma kurang sedap serta gatal pada vagina, Anda harus waspada, karena ini bisa menjadi tanda infeksi trikomoniasis atau penyakit menular seksual. Warna hijau bukanlah warna wajar untuk keputihan fisiologis. \n\n \n\n Seperti apa warna dan bau keputihan yang Sahabat Hermina alami? Apakah salah satu yang disebutkan diatas? \n\n Jika memiliki warna dan aroma tertentu, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut serta perawatan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Serpong<\/a><\/li>
- 06 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
Stres saat Hamil dan Pasca Lahiran<\/a><\/h3>
Kehamilan bisa menimbulkan berbagai emosi bagi ibu, termasuk stres, dan ini normal terjadi. Stress adalah reaksi normal terhadap perubahan besar pada kehamilan. Namun terlalu banyak stress saat hamil, bisa berdampak pada kesehatan ibu dan bayi dalam kandungan. \n\n \n\n Tingkat stress tinggi yang berlangsung lama bisa menyebabkan masalah kesehatan pada ibu hamil, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, selain itu kemungkinan melahirkan dengan bayi yang prematur atau bayi dengan berat lahir rendah. \n\n \n\n Oleh karena itu, jika ibu hamil merasa stress atau depresi, sebaiknya segera konsultasikan tentang kesehatan ibu dan janin secara keseluruhan dan masalah kesehatan mental pada dokter spesialis kandungan. \n\n \n\n Jangan tunda untuk konsultasikan pada dokter spesialis kandungan terutama jika terjadi gejala stres berikut ini: \n\n • Peningkatan kadar kortisol, epinefrin, dan norepinefrin, disadari atau tidak. \n\n • Peningkatan detak jantung atau jantung berdebar-debar. \n\n • Sakit kepala. \n\n • Sakit punggung. \n\n • Perut sakit atau tidak nyaman. \n\n • Menggeretakkan gigi. \n\n • Kesulitan berkonsentrasi. \n\n • Kelelahan yang berlebihan. \n\n • Kesulitan tidur. \n\n • Kehilangan selera makan. \n\n • Makan berlebihan. \n\n • Perasaan khawatir, frustasi, marah, atau sedih. \n\n • Tidak ingin bertemu orang banyak. \n\n • Kebutuhan yang berlebihan untuk berada di sekitar orang lain, atau takut sendirian. \n\n \n\n Beberapa ibu hamil mungkin juga mengalami pikiran obsesif, cemas, marah, gangguan makan. \n\n \n\n Stres juga bisa meningkatkan risiko masalah pada perkembangan fisik dan mental bayi di masa depan, serta masalah perilaku di masa kanak-kanak. \n\n \n\n Hal yang dikhawatirkan adalah efek stres ibu saat hamil muncul di kemudian hari, terkadang bertahun-tahun kemudian. Perlu diketahui, anak-anak cenderung memiliki gangguan attention deficit hyperactivity (ADHD) setelah stres prenatal. Kondisi ini berhubungan dengan pengembangan depresi saat remaja. \n\n \n\n Bagi beberapa ibu, setelah bayi lahir justru memiliki serangkaian pemicu stres baru. Jika stres saat merawat bayi, cobalah tidur lebih banyak saat bisa dan konsumsi makanan sehat. Minta pasangan untuk menjaga bayi secara bergantian, sehingga ibu bisa melakukan sesuatu untuk diri sendiri seperti berjalan-jalan, menulis jurnal, atau berbicara dengan teman. \n\n \n\n Tidak apa-apa untuk mengatakan tidak jika terlalu banyak kunjungan setelah melahirkan atau memprioritaskan Si Kecil dibanding rumah yang rapi. \n\n \n\n Penting untuk menjaga kesehatan mental selama kehamilan, bahkan sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Untuk mengurangi stres, ibu bisa melakukan cara berikut ini: \n\n • Hindari pemicu yang membuat ibu stres dan perhatikan apa yang terjadi saat merasa stres. \n\n • Cobalah untuk memperlambat aktivitas, istirahat, dan jangan terlalu membebani diri sendiri. \n\n • Konsumsi makanan yang sehat dan seimbang agar ibu dan bayi tetap sehat. \n\n • Bicaralah pada seseorang tentang kekhawatiran dan perasaan ibu. \n\n • Melakukan aktivitas fisik dan relaksasi juga bisa mengurangi stres. \n\n \n\n Bila perlu, segera kunjungi dokter spesialis kandungan jika ibu mengalami stress dan membutuhkan bantuan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Yogya<\/a><\/li>
- 03 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
Atasi Wajah Bruntusan <\/a><\/h3>
Cara mengatasi wajah bruntusan akibat skincare dapat dilakukan sesuai dengan penyebab yang dialami. Bruntusan akibat skincare bisa disebabkan oleh kondisi purging, iritasi, atau alergi kulit. \n\n \n\n Manfaat skincare dapat membantu menjaga kesehatan kulit sekaligus memperbaiki masalah kulit yang dialami, seperti jerawat, bekas jerawat, bintik hitam, keriput, dan lainnya. Sayang, beberapa orang mungkin mengalami jerawat bruntusan akibat penggunaan skincare. \n\n \n\n \n\n Mengapa kondisi ini bisa terjadi? \n\n \n\n - Purging \n\n Salah satu alasan wajah bruntusan akibat skincare adalah purging. Purging adalah adalah proses pembersihan sel kulit mati. Purging sering kali terjadi pada fase awal penggunaan skincare ataupun fase pergantian produk skincare yang biasa Anda gunakan ke produk baru. Nantinya, sel kulit baru akan menggantikan sel kulit mati sehingga kulit Anda akan terlihat lebih baik dari sebelumnya. \n\n \n\n Akan tetapi, sebelum sel kulit baru yang sehat naik ke permukaan, zat lain, seperti minyak, akan muncul terlebih dulu. Minyak inilah yang berisiko menyumbat pori-pori sehingga timbul bruntusan atau jerawat berukuran kecil yang terasa nyeri saat disentuh. \n\n \n\n Anda bisa mengalami purging atau bruntusan akibat penggunaan skincare yang mengandung AHA, asam salisilat, retinoid, retinyl palmitate, tazarotene, vitamin C, hingga benzoil peroksida. Umumnya, jerawat bruntusan akibat purging dapat berlangsung selama 4-6 minggu. Jerawat purging hanya tumbuh pada area wajah yang kerap ditumbuhi jerawat. Kondisi ini dapat hilang lebih cepat dari jerawat pada umumnya. \n\n \n\n - Iritasi kulit \n\n Alasan wajah bruntusan akibat skincare berikutnya adalah iritasi kulit. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut pula dengan dermatitis kontak iritan. Dermatitis kontak iritan adalah reaksi kulit yang umum terjadi akibat penggunaan produk perawatan kulit dan kecantikan. Ciri-ciri dermatitis kontak iritan adalah sensasi kulit terasa terbakar, perih, gatal, dan kemerahan pada area kulit yang sudah diolesi produk skincare. \n\n \n\n Jika kulit Anda terasa kering, ini berarti kulit Anda kehilangan sebagian dari lapisan pelindungnya. Akibatnya, iritasi kulit tidak dapat terhindarkan. Penyebab wajah bruntusan akibat skincare karena iritasi bisa terjadi pada area wajah yang biasanya tidak ditumbuhi jerawat. Pada beberapa orang, iritasi kulit akibat penggunaan skincare bisa berasal dari kandungan AHA, tretinoin, dan produk mengandung zat wewangian atau parfum. \n\n \n\n - Alergi kulit \n\n Alergi kulit atau dermatitis kontak alergi bisa jadi penyebab wajah bruntusan akibat penggunaan skincare. Kondisi ini dapat terjadi akibat paparan zat alergen yang berasal dari kandungan bahan aktif skincare tertentu, seperti zat pewangi atau zat pengawet. Alergi kulit juga bisa terjadi dari penggunaan skincare mengandung AHA, zat wewangian, formaldehyde, phenoxyethanol, paraben, serta zat pengawet. Alhasil, kulit bisa jadi mengalami kemerahan, pembengkakan, terasa gatal, bahkan muncul lepuhan. \n\n \n\n Jika Anda mengalami kulit kering atau wajah bruntusan pada area wajah yang biasanya jarang ditumbuhi jerawat setelah penggunaan skincare, maka ini merupakan reaksi negatif dari produk perawatan kulit yang baru Anda gunakan. \n\n \n\n - Jerawat hormon \n\n Jerawat hormon bisa muncul saat penggunaan skincare baru. \n\n \n\n Bruntusan akibat penggunaan skincare bisa saja semakin memburuk jelang siklus menstruasi tiba atau pada masa pubertas. Itu artinya, penyebab bruntusan bukan hanya akibat penggunaan skincare, melainkan karena ketidakseimbangan hormon. Selain itu, penyebab munculnya jerawat juga bisa karena stres, pola makan tidak sehat, kebersihan kulit kurang terjaga, dan lainnya. \n\n \n\n \n\n Bagaimana cara mengatasi wajah bruntusan akibat skincare? \n\n \n\n Setelah mengenali penyebabnya, kini Anda perlu mengetahui cara mengatasi wajah bruntusan akibat skincare. Beberapa cara mengatasi wajah bruntusan akibat skincare adalah sebagai berikut: \n\n \n\n 1. Hentikan penggunaan skincare \n\n Salah satu cara mengatasi wajah bruntusan akibat skincare adalah segera menghentikan penggunaannya. Tetap melanjutkan penggunaan produk skincare baru tersebut justru dapat memperparah kondisi bruntusan. Anda juga tidak disarankan untuk melanjutkan penggunaan produk skincare yang lama saat kulit mengalami bruntusan akibat purging, iritasi, atau alergi. \n\n \n\n 2. Hindari penggunaan skincare yang membuat kulit kering \n\n Penggunaan produk perawatan yang membuat kulit kering juga tidak disarankan sebagai cara mengatasi wajah bruntusan akibat skincare. Beberapa produk perawatan kulit yang berisiko membuat kulit kering adalah asam salisilat dan benzoil peroksida. Penggunaan produk perawatan kulit yang mengandung kedua bahan aktif tersebut bisa saja semakin memperburuk kondisi kulit yang tengah bruntusan. \n\n \n\n 3. Jangan menyentuh atau memecah bruntusan \n\n Jangan coba-coba untuk memencet bruntusan yang muncul. Cara mengatasi wajah bruntusan akibat skincare berikutnya adalah dengan tidak menyentuh atau memecahkannya. Menyentuh atau memecahkan jerawat bruntusan dapat meningkatkan area kulit wajah di sekitarnya menjadi infeksi atau meradang. Di samping itu, memecahkan jerawat juga dapat menyebabkan timbulnya jaringan parut di kemudian hari. \n\n \n\n 4. Gunakan sunscreen atau tabir surya \n\n Mengoleskan sunscreen atau tabir surya juga dapat menjadi cara mengatasi wajah bruntusan akibat skincare. Jika Anda harus beraktivitas di luar ruangan, selalu oleskan sunscreen atau tabir surya guna melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Pilihlah sunscreen yang tidak mengandung minyak serta berlabel noncomedogenic atau tidak rentan menyumbat pori-pori. \n\n \n\n 5. Konsultasikan dengan dokter \n\n Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebagai cara mengatasi wajah bruntusan akibat skincare yang paling ampuh. Dengan demikian, dokter dapat memberikan rekomendasi pengobatan yang tepat sesuai penyebab jerawat bruntusan yang Anda alami. Dokter mungkin meresepkan salep hidrokortison bila penyebab wajah bruntusan akibat skincare akibat alergi kulit. \n\n \n\n \n\n Bagaimana cara mencegah bruntusan akibat penggunaan skincare? \n\n \n\n Jerawat bruntusan akibat penggunaan akibat penggunaan skincare tentu merupakan hal yang meresahkan dan mengganggu penampilan. Maka dari itu, penting untuk mengetahui langkah pencegahan agar wajah bruntusan akibat skincare dapat terhindarkan. Cara mencegah wajah bruntusan akibat penggunaan skincare adalah sebagai berikut: \n\n \n\n 1. Lakukan tes pada kulit \n\n Anda bisa melakukan tes pada kulit sebelum mencoba berbagai produk skincare baru. Caranya, oleskan produk perawatan kulit tersebut pada area kulit siku. Kemudian, tunggu selama 48-72 jam guna melihat reaksinya pada kulit. Jika Anda mengalami reaksi berupa kulit kemerahan, membengkak, gatal, atau sensasi rasa terbakar, sebaiknya jangan gunakan pada wajah. Sebaliknya, bila kulit tidak mengalami reaksi apa pun, maka anda mungkin tergolong aman untuk menggunakannya. \n\n \n\n 2. Gunakan skincare baru secara bertahap \n\n Walaupun kulit wajah tergolong aman untuk memakai produk skincare baru, alangkah baiknya jika menggunakan secara bertahap. Misalnya, pada minggu pertama, Anda bisa mengoleskan krim mengandung retinoid dua kali dalam seminggu.Kemudian, pada minggu kedua, oleskan sebanyak 3 kali dalam seminggu. Penggunaan produk skincare baru secara bertahap bertujuan untuk meminimalisir reaksi negatif yang terjadi pada kulit. Selain itu, langkah ini berguna untuk membantu kulit dapat menyesuaikan diri dengan kandungan bahan aktif dari produk skincare yang baru. \n\n \n\n 3. Pilih produk skincare berlabel hypoallergenic \n\n Pastikan Anda memilih produk skincare berlabel hypoallergenic atau tidak rentan menyebabkan alergi. Meski demikian, sebaiknya Anda tetap melakukan tes pada kulit terlebih dahulu guna mengetahui ada tidaknya reaksi negatif pada kulit. \n\n \n\n \n\n Pada beberapa orang, penggunaan skincare baru atau fase peralihan dari pemakaian skincare yang biasa ke baru dapat menimbulkan jerawat bruntusan. Maka dari itu, selalu pastikan kandungan produk skincare yang anda pilih aman di wajah dengan cara melakukan tes pada kulit terlebih dahulu. Jangan sampai keinginan untuk mendapatkan kulit cantik dan terawat justru berakhir dengan celaka. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 15 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Mitos dan Fakta Penyakit Kusta<\/a><\/h3>
Kusta merupakan penyakit infeksi granulomatosa kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat yang menyerang saraf perifer sebagai afinitas pertama, tetapi dapat juga terjadi pada kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, dan organ-organ lain kecuali susunan saraf pusat (Wolff, 2007). \n\n \n\n Mitos yang banyak berkembang tentang penyakit kusta kerap kali membuat bingung. Tak jarang, hal ini justru memicu stigma dan diskriminasi pada penderitanya. Upaya penanggulangan kusta pun menjadi tidak optimal. Supaya Sahabat Hermina tidak keliru lagi, mari simak mitos dan fakta penyakit kusta berikut ini: \n\n Kusta Merupakan Penyakit Kutukan \n\n Faktanya, penyakit kusta bukan merupakan penyakit kutukan. Melainkan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. \n\n \n\n Kusta Sangat Menular \n\n Faktanya, kusta alias lepra atau yang di dunia medis disebut Morbus Hansen pada kenyataannya tidak mudah menular. Penyakit kusta sulit menular pada 95% orang dewasa karena sistem kekebalan tubuh mereka dapat melawan bakteri penyebab kusta. \n\n \n\n Kusta Bisa Menular Jika Ada Kontak Kulit \n\n Faktanya, Sahabat Hermina tidak akan tertular kusta melalui kontak biasa seperti berjabat tangan, duduk disebelah atau berbicara dengan seseorang yang menderita penyakit tersebut. \n\n \n\n Kusta Merupakan Penyakit Keturunan \n\n Faktanya, kusta bukan merupakan penyakit keturunan. Namun, apabila anggota keluarga ada yang mengidap penyakit kusta dan melakukan kontak secara terus menerus (kontak erat), maka anggota keluarga tersebut dapat tertular. \n\n \n\n Kusta Membuat Jari Tangan dan Kaki Terputus \n\n Faktanya, penyakit Kusta tidak membuat anggota tubuh terputus. Bakteri penyebabnya menyerang saraf-saraf jari tangan dan kaki sehingga mati rasa. Akibatnya, luka-luka pada area yang mati rasa bisa tidak disadari, yang kemudian dapat memicu infeksi dan kerusakan permanen. Selanjutnya, bagian tubuh yang telah rusak ini dapat memendek. Biasanya, ini terjadi pada stadium lanjut penyakit kusta yang tidak diobati. \n\n \n\n Kusta Tidak Dapat Disembuhkan \n\n Faktanya, kusta dapat disembuhkan melalui pengobatan dengan antibiotik. Pengobatan ini dijalani selama 6-24 bulan melalui Multidrug Therapy (MDT), yakni terapi yang menggunakan dua sampai tiga obat sekaligus. \n\n \n\n Kusta Hanya Menyerang Lansia \n\n Faktanya, penyakit kusta dapat dialami siapa saja dari rentang usia berapa pun. Berdasarkan data dari Kemenkes RI tahun 2015, sebesar 8,9% kasus baru penyakit Kusta diderita oleh anak-anak. Namun, masa inkubasinya yang lama membuat keluhan penyakit baru muncul di kemudian hari, sehingga tampaknya penyakit ini hanya diderita oleh mereka yang sudah dewasa atau berusia lanjut. \n\n \n\n Penderita Kusta Perlu Diisolasi \n\n Faktanya, penderita kusta yang sedang diobati dengan antibiotik (dalam masa pengobatan) dapat hidup normal diantara keluarga dan teman-teman, bahkan tetap dapat melakukan aktivitas rutin sehari-hari. \n\n \n\n Sahabat Hermina, itulah mitos dan fakta terkait penyakit kusta atau lepra. Jika di sekitar Anda ada penderita kusta, jangan dikucilkan dan tidak perlu takut tertular jika tidak ada kontak erat. Oleh karena itu, mari hentikan stigma negatif yang melekat pada penderita kusta. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 15 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 03 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 06 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 12 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 06 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 10 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 05 September 2023<\/li><\/ul><\/div>