- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 22 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Bilas Lambung Amankah bagi Kesehatan?<\/a><\/h3>
Bilas lambung adalah prosedur tindakan pengosongan lambung untuk membuang zat-zat beracun dari sistem pencernaan, bilas lambung dilakukan dengan cepat dan dalam keadaan darurat. Bilas lambung adalah cara umum untuk mengatasi keracunan atau overdosis obat pada daerah dengan fasilitas kesehatan yang terbatas. \n\n \n\n Prosedur bilas lambung mungkin dapat membantu mengeluarkan racun bersama isi lambung pada pasien. Namun tetapi, seberapa banyak racun yang di keluarkan dari tubuh pasien tidak dapat dipastikan. Bilas lambung juga mempunyai risiko komplikasi kepada pasien yang terutama memiliki masalah gangguan jalan napas. Hal ini dikarenakan bilas lambung menggunakan selang lambung yang dimasukkan melalui hidung menuju organ lambung. \n\n \n\n Kondisi Apa yang Memerlukan Bilas Lambung. \n\n Bilas lambung dilakukan jika pasien menelan racun dalam jumlah banyak atau sebagai langkah pertolong pertama untuk kasus keracunan yang mengancam nyawa pasien. Tetapi, kini bilas lambung sudah jarang digunakan dalam pengobatan. \n\n \n\n Bilas lambung biasanya dilakukan ketika terjadi keracunan dalam waktu kurang dari 60 menit. Waktu rata-rata yang diperlukan tubuh untuk mengosongkan lambung. Jika lebih dari 60 menit, kemungkinan besar racun telah diserap dan masuk ke dalam tubuh. \n\n \n\n Namun, bilas lambung tidak dianjurkan untuk situasi keracunan dengan zat yang bersifat korosif atau hidrokarbon. Zat korosif umumnya terdapat dalam berbagai jenis larutan pembersih, aki, pembersih perabot, dan produk lainnya. Di sisi lain, zat hidrokarbon seringkali terdapat dalam bensin, lampu minyak, minyak tanah, dan tinner cat. \n\n \n\n Selain keracunan bahan-bahan toksik, bilas lambung juga dapat dilakukan jika pasien mengalami kondisi berikut: \n\n \n Keracunan yang bersifat fatal membuat tidak sadarkan diri. \n Akibat overdosis obat antikolinergik dalam waktu 4jam. \n Keracunan mineral besi atau lithium. \n Mengurangi tekanan pada saluran cerna. \n Mengurangi tekanan pada lambung saat pemasangan alat ventilator atau alat bantu napas. \n \n\n Selain itu, bilas lambung dapat dilakukan pada pasien dengan kasus perdarahan pada saluran cerna. \n\n \n\n Prosedur Bilas Lambung \n\n Sebelum tindakan dimulai, dokter akan memberikan obat bius agar tenggorokan pasien menjadi kebas (mati rasa). Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya tersedak dan mengurangi kemungkinan iritasi pada tenggorokan selama prosedur. Setelah itu dokter akan memasukan selang melalui mulut atau hidung melalui kerongkongan hingga mencapai lambung. \n\n \n\n Langkah ini dilakukan hingga cairan bilasan yang keluar tampak jernih. Selanjutnya tim medis akan melanjutkan dengan memasukan activated charcoal ke dalam perut pasien. Arang aktif akan menyerap racun yang tersisa ke dalam lambung. \n\n \n\n Oleh karena itu, jika sahabat hermina atau orang di sekitar mengalami keracunan, segera hubungi momor darurat atau datangi rumahsakit terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan memberikan pertolongan yang tepat sesuai kondisi Anda. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Wonogiri<\/a><\/li>
- 30 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Memahami Gastritis (Maag): Penyebab, Gejala, & Cara Mengelola Kesehatan Lambung Anda<\/a><\/h3>
Gastritis adalah kondisi umum yang melibatkan peradangan pada dinding lambung. Mengetahui penyebab, gejala, dan cara mengelola gastritis dapat membantu menjaga kesehatan lambung Anda dengan lebih baik. Berikut adalah informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber terpercaya, termasuk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes). \n\n \n\n Gastritis terbagi menjadi dua jenis, yaitu gastitris kronis dan akut. Gastritis akut terjadi ketika radang di lapisan lambung berlangsung secara kondisi tiba-tiba, hal ini menyebabkan nyeri pada ulu hati yang hebat dengan sifat sementara. Namun, jika tidak ditangani secara segera, gastritis akut bisa berlanjut menjadi kronis. \n\n \n\n Penyebab Gastritis \n\n Gastritis dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu penyebab utama yang diidentifikasi oleh Kemenkes adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini dapat menyebabkan peradangan pada dinding lambung dan dapat ditemukan pada individu yang mengalami gastritis. Selain itu, konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu yang lama, juga dapat merusak lapisan lambung dan menyebabkan gastritis. \n\n \n\n Gejala Gastritis \n\n Gejala gastritis dapat bervariasi dari ringan hingga parah. Menurut Kemenkes, beberapa gejala umum termasuk nyeri perut, terutama di bagian atas, sensasi terbakar di dada, mual, muntah, dan perut kembung. Gejala ini dapat memburuk setelah makan atau minum. \n\n \n\n Diagnosa dan Pengobatan \n\n Jika Anda mengalami gejala gastritis, segera konsultasikan dengan dokter. Diagnosis biasanya melibatkan pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, dan mungkin tes tambahan seperti endoskopi atau tes darah untuk mendeteksi infeksi H. pylori. Pengobatan dapat mencakup antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri, obat antiasam, atau obat penahan asam. \n\n \n\n Cara Mengelola Kesehatan Lambung Anda \n\n \n Pola Makan Sehat: Hindari makanan pedas, asam, dan berlemak. Pilihlah makanan yang mudah dicerna dan tinggi serat. Makan dalam porsi kecil tetapi sering dapat membantu mengurangi tekanan pada lambung. \n Hindari Penggunaan NSAID yang Berlebihan: Jika Anda memerlukan obat antiinflamasi, konsultasikan dengan dokter untuk memilih dosis yang tepat dan memantau dampaknya pada lambung. \n Kelola Stres: Stres dapat memperburuk gejala gastritis. Temukan cara untuk mengelola stres seperti melalui olahraga, meditasi, atau aktivitas yang menyenangkan. \n Konsultasi dengan Dokter secara Berkala: Jika Anda memiliki riwayat gastritis atau gejala yang persisten, rutin berkonsultasi dengan dokter untuk pemantauan dan penanganan yang tepat. \n \n\n \n\n Melalui pemahaman menyeluruh tentang penyebab, gejala, dan pengelolaan gastritis, Anda dapat mengambil langkah-langkah preventif untuk menjaga kesehatan lambung Anda. Tetaplah berkomunikasi dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan panduan yang sesuai dengan kondisi kesehatan individu Anda. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 18 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
Gejala Maag dan Cara Mengatasinya<\/a><\/h3>
Nyeri ulu hati, mual, dan muntah setelah makan, erat dikaitkan dengan penyakit maag, atau yang secara medis dikenal sebagai sindrom dispepsia. Kondisi ini bisa dialami oleh siapapun, tak terkecuali ibu hamil. \n\n \n\n Namun, gejala atau ciri-ciri penyakit maag tidak hanya itu saja. Masih ada beberapa gejala atau ciri-ciri penyakit maag lainnya yang perlu diketahui agar penyakit maag yang Anda alami dapat dikenali dan segera diatasi. \n\n \n\n Sakit maag merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi di Indonesia. Menurut data dari beberapa pusat endoskopi di Indonesia, ada sekitar 7000 kasus sakit maag yang dilakukan endoskopi, dan lebih dari 85% merupakan dispepsia fungsional. \n\n \n\n Dispepsia fungsional merupakan kondisi sakit maag yang tidak diketahui penyebabnya. Semua orang dari segala usia dan jenis kelamin bisa mengalami sakit maag. Gangguan pencernaan ini sangat umum. Namun, ada beberapa faktor yang dapat membuat risiko seseorang mengalami sakit maag meningkat, seperti: \n\n \n Mual saat atau setelah makan \n Sering sendawa \n Intoleransi terhadap makanan berlemak \n Nafsu makan menurun karena perut terasa sakit \n Naiknya asam lambung \n Penurunan berat badan \n Perut kembung \n Sering bersendawa \n Cepat kenyang saat makan \n \n\n \n\n \n\n Penyebab Penyakit Maag \n\n Sebagian besar sakit maag bersifat ringan dan dapat ditangani tanpa perlu berkonsultasi ke dokter. Namun, segera temui dokter jika sakit maag terjadi secara terus-menerus. \n\n \n\n Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, berbagai masalah pencernaan yang menjadi penyebab maag, yaitu: \n\n \n Peradangan lambung (gastritis). Gastritis adalah peradangan pada lapisan kulit di dalam lambung. \n Gastroesophageal reflux disease (GERD). Refluks asam lambung atau GERD adalah kondisi ketika asam lambung naik ke kerongkongan. Akibatnya, menimbulkan iritasi, nyeri hingga sensasi terbakar (heartburn) pada ulu hati, dada, serta kerongkongan. \n Irritable bowel syndrome (IBS). IBS adalah gangguan pencernaan yang berpengaruh terhadap kerja usus besar. Hal ini mengakibatkan kontraksi otot pada usus besar kurang optimal, sehingga berujung pada diare maupun sembelit. \n Tukak lambung. Tukak lambung menandakan adanya luka atau lubang kecil pada dinding perut, bisa jadi karena gastritis yang semakin parah. \n Peradangan pankreas (pankreatitis). Ketika pankreas mengalami peradangan sehingga menimbulkan infeksi, kerusakan jaringan, hingga perdarahan pada kelenjar. \n Kanker perut atau kanker lambung. Kanker perut terjadi saat muncul pertumbuhan tumor atau sel kanker ganas pada bagian dinding lambung. \n \n\n \n\n Sakit maag ringan akan hilang dengan sendirinya. Adapun sakit maag yang parah dapat diatasi dengan obat-obatan seperti antasida, antibiotik dan antidepresan. Penggunaan obat maag dan terapi seperti meditasi dan relaksasi juga bisa membantu mengatasi sakit maag. \n\n \n\n Sakit maag dapat dicegah dan diatasi dengan cara: \n\n \n Makan secara perlahan, dalam porsi yang kecil \n Batasi konsumsi makanan pedas dan berlemak \n Kurangi minuman berkafein \n Hindari obat-obatan yang menyebabkan nyeri lambung \n \n\n \n\n Sahabat Hermina, meskipun maag terlihat sepele, tetapi jika sudah parah, dapat mengganggu aktivitas Anda. Jaga selalu pola hidup sehat, makan makanan bergizi, istirahat cukup, dan rutin berolahraga agar tubuh senantiasa sehat dan terhindar dari penyakit. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 07 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
Apa Itu Dispepsia?<\/a><\/h3>
Apa Itu Dispepsia? \n\n Dispepsia merupakan kondisi yang disebabkan oleh rasa tidak nyaman dalam perut bagian atas karena penyakit asam lambung atau maag. Biasanya yang dirasakan adalah mual, nyeri pada ulu hati, muntah dan banyak bersendawa. \n\n Dispepsia bukanlah sebuah penyakit. Akan tetapi, itu adalah tanda awal atau gelaja awal dari suatu penyakit pencernaan. Hal tersebut harus di waspadai, karena apabila di biarkan, akan menjadi penyakit yang serius. \n\n Penyebab Dispepsia \n\n Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai hal. Biasanya sering dikaitkan dengan gaya hidup yang tidak sehat. Contohnya: \n\n \n Makan terlalu cepat dan terlalu banyak \n Mengkonsumsi makan yang berminyak, berlemak, dan pedas. \n Mengkonsumsi kafein, alkohol, coklat, dan minuman bersoda dalam jumlah banyak \n Mengkonsumsi antibiotik dan obat penghilang rasa nyeri \n Merokok \n \n\n Terkadang dispepsia juga dapat menjadi suatu indikator adanya penyakit pencernaan lain, seperti: \n\n \n Keganasan lambung \n Batu Empedu \n Gastritis \n Ulkus Peptikum \n Penyakit Celiac \n Pankreatitis \n \n\n Gejala Dispepsia \n\n Berikut ini adalah beberapa gejala yang dirasakan oleh pengidap dispepsia, contohnya: \n\n \n Cepat kenyang pada saat makan \n Kembung dan begah setelah makan \n Rasa tidak nyaman yang timbul pada bagian ulu hati, disertai rasa sakit dan perih \n Mual dan muntah \n \n\n Pencegahan Dispepsia \n\n Merubah gaya hidup merupakan pencegahan yang dapat dilakukan. Perubahan tersebut dapat berupa: \n\n \n Makan dengan porsi kecil, dan tidak terburu-buru \n Berhenti atau tidak merokok \n Menjaga berat badan agar tetap ideal \n Olahraga yang teratur, bisa juga melakukan yoga \n Mengurangi stress \n Mengganti obat-obatan yang bisa mengiritasi lambung. Dan tidak meminum obat dalam keadaan perut kosong. \n \n\n \n\n Sahabat Hermina, jika mulai merasakan gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, segeralah berkonsultasi dengan dokter secepatnya, agar dapat segera ditangani dan tidak menjadi semakin parah. Selain itu, mari kita mulai terapkan pola hidup sehat agar tubuh senantiasa terhindar dari penyakit. Salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 07 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 18 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 30 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 22 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>