- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 19 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Demam Tipes dan DBD Berdasarkan Penyebab dan Gejalanya<\/a><\/h3>
Demam pada penyakit tipes dan DBD sebagaian masyarakat menganggap sama, namun keduanya sebenarnya memiliki gejala lain yang berbeda. Penyakit tipes dan demam dengue/demam berdarah dengue (DB/DBD) memiliki gejala yang mirip satu sama lain, yaitu munculnya demam dan badan terasa lemas. Sehingga beberapa orang menganggap demam tipes adalah DB/DBD, begitu juga sebaliknya. Padahal jika Sahabat Hermina salah menduga jenis penyakit yang diderita, nantinya dapat menyebabkan terjadinya kesalahan dalam penanganan. Lantas bagaimana cara memahami beda gejala tipes dan DB/DBD? Simak ulasan lengkapnya pada artikel berikut! \n\n \n\n Perbedaan DB/DBD dan tifus berdasarkan penyebab \n\n Tipes atau bahasa medisnya biasa disebut dengan demam tifoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh atau tepatnya ke saluran pencernaan melalui makanan, minuman, atau air yang sudah terkontaminasi. Tidak menjaga kebersihan makanan dan minuman, sanitasi yang buruk, serta terbatasnya akses air bersih diduga menjadi penyebab utama penyakit tipes. Perkiraan WHO pada 2022 terjadi tifoid global 11-20 juta kasus pertahun dan menyebabkan 128.000-161.00 kematian, dan dari Kemenkes di Indonesia mencapai 41.081 kasus selama setahun terakhir dan masih meningkat. \n\n Sementara demam dengue/demam berdarah dengue (DB/DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypti paling banyak ditemui selama musim hujan dan setelah musim hujan di area tropis dan subtropis. Menurut Kemenkes pada tahun 2022 tercatat 143.176 kasus dan 1.236 jiwa meninggal, serta pada 2023 turun menjadi 98.071 kasus, 764 jiwa tercatat meninggal. Sebenarnya baik penyakit tipes dan DBD merupakan dua penyakit yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia, karena kondisi lingkungan yang mendukung yaitu tempat yang lembab dan hangat. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja tanpa pandang usia dan jenis kelamin. Baik tipes maupun DBD mempunyai kesamaan utama, yakni keduanya perlu diobati dan dicegah. Yuk kenali dan pahami apa saja gejala tipes dan DBD beserta cara pencegahannya yang perlu diketahui. \n\n \n\n Gejala tipes dan DBD \n\n Tipes dan DBD memang memiliki gejala khas yang sama, yaitu demam tinggi. Namun, ternyata keduanya memiliki pola kemunculan yang berbeda. Pada DBD, demam tinggi dengan suhu 39-40 derajat Celsius. Kemunculan demam biasanya bersifat mendadak. Selain itu, demam pada gejala DBD akan berlangsung sepanjang hari dan bisa bertahan sampai 7 hari. Demam pada kasus tipes, sebagian besar terjadi pada anak usia 3- 18 tahun, muncul secara perlahan. Di awal kemunculan gejala, suhu tubuh tidak terlalu tinggi atau bahkan normal. Kemudian, demam akan naik secara bertahap tiap hari, dan bisa mencapai hingga 40,5 derajat Celsius. Demam tipes juga bisa saja naik turun, misalnya muncul di malam hari dan menurun di pagi hari. \n\n Berikut ini adalah berbagai beda ciri-ciri tipes dan DBD yang perlu Sahabat Hermina ketahui dan pahami. \n\n \n Bintik atau ruam merah \n \n\n Pada DBD, akan muncul bintik merah khas DBD di bagian bawah kulit yang terjadi akibat pendarahan dan bila ditekan, bintik merahnya tidak pudar. Selain bintik merah, orang yang terkena DBD juga sering mengalami mimisan dan perdarahan ringan pada gusi. Sedangkan pada tipes, bintik merah yang muncul bukan bintik pendarahan, melainkan akibat infeksi dari bakteri Salmonella. \n\n \n Waktu kejadian \n \n\n Perbedaan lain yang cukup jelas dari gejala tipes dan DBD adalah waktu kejadian penyakitnya. Penyakit DBD terjadi musiman, terutama saat musim penghujan di mana lingkungan yang lembap jadi tempat paling tepat untuk nyamuk bisa berkembang biak. Sedangkan tipes bukan merupakan penyakit musiman dan bisa terjadi sepanjang tahun jika tidak menjaga kebersihan lingkungan dengan baik. \n\n \n Rasa nyeri yang muncul \n \n\n Gejala DB/ DBD menyebabkan lemas, nyeri kepala, otot, sendi, dan tulang. Nyeri ini biasanya mulai terasa setelah demam muncul. Selain itu, DBD juga akan memunculkan gejala nyeri perut, mual, hingga muntah, serta muncul ruam kemerahan pada tubuh. Sedangkan penyakit tipes adalah penyakit yang berkaitan dengan saluran pencernaan, sehingga gejala demam pasti disertai dengan gejala sakit di saluran cerna, seperti sakit perut, diare, bahkan sembelit, bila infeksi memberat dapat diikuti dengan penurunan kesadaran. \n\n \n Kemunculan syok \n \n\n Pada DB/DBD, dapat muncul warning sign seperti nyeri tekan perut, muntah terus menerus, bengkak karena akumulasi cairan, perdarahan mukosa dan gelisah. Dapat terjadi kegawatan selanjutnya adalah sesak nafas dan syok karena kegagalan distribusi cairan pada organ vital. Sedangkan pada tipes, umumnya terjadi syok setelah munculnya gejala yang tidak ditangani, seperti penurunan kesadaran. \n\n \n Komplikasi penyakit \n \n\n Salah satu komplikasi yang dapat terjadi adalah kerusakan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan perdarahan. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini akan menyebabkan kegagalan sistem organ yang ditandai dengan peningkatan fungsi hati, penurunan kesadaran dan jantung serta organ lainnya yang berujung kematian. Sedangkan komplikasi tipes dapat menyebabkan usus berlubang (perforasi usus) yang bisa mengakibatkan isi usus bocor ke rongga perut dan menimbulkan infeksi. Jika rongga perut sudah terinfeksi, hal tersebut akan menyebabkan peritonitis, yaitu infeksi pada jaringan yang melapisi bagian dalam perut. Infeksi ini dapat mengakibatkan berbagai organ berhenti berfungsi. \n\n \n\n Satu-satunya cara untuk dapat memastikan demam yang Sahabat Hermina alami merupakan gejala tipes atau DB/DBD adalah dengan periksa ke dokter dan melakukan tes darah. Jadi, jika mengalami demam tinggi yang sudah berlangsung selama lebih dari tiga hari, segeralah kedokter untuk mendapat rekomendasi pemeriksaan darah di laboratorium terdekat. Dengan melakukan pemeriksaan darah nantinya akan diketahui secara pasti penyakit yang dialami. \n\n Pada penyakit DB/DBD, pemeriksaan biasanya dilakukan dengan memeriksa darah rutin yang dapat menilai jumlah hematokrit dan trombosit. Seseorang terkena penyakit DB/DBD dapat terjadi peningkatan jumlah hematokrit dengan penurunan . Sementara untuk memastikan penyakit tipes nantinya dokter akan menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan IgM Salmonela (sensitifitas 88 %) atau Widal (sensitifitas 77%) setelah mengalami demam paling tidak selama 5 hari. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada darah Adik mengandung protein / antibodi terhadap bakteri penyebab tipes tersebut. \n\n Konsultasikan kesehatan Sahabat Hermina di RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan pendaftaran melalui mobile aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500488 dan Website www.herminahospitals.com \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 15 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Ganti Sendi Agar Dapat Gerak Leluasa Dengan Tindakan Total Knee Replacement (TKR) <\/a><\/h3>
Lutut merupakan salah satu organ yang sangat penting dalam aktivitas gerak sehari-hari. Dari berjalan hingga berlari, semua kegiatan membutuhkan tulang yang berfungsi dengan baik. Jika lutut mengalami cedera atau terkena penyakit tertentu, pada beberapa kasus dibutuhkan prosedur TKR (total knee replacement) untuk memulihkan fungsi yang terganggu itu. \n\n Apa Itu Total Knee Replacement? \n\n Total Knee Replacement merupakan prosedur medis yang dilakukan dengan cara mengganti sendi lutut yang rusak dengan sendi lutut buatan (prostetik). Prosedur ini merupakan solusi efektif untuk meredakan rasa kaku dan sakit pada lutut akibat radang sendi cedera. \n\n Kondisi medis yang dapat dilakukan operasi penggantian lutut total / TKR: \n\n \n Osteoartritis adalah ketika sendi lutut seseorang mengalami peradangan akibat penggunaan berlebih atau obesitas. \n Arthritis rheumatoid terjadi ketika sendi lutut seseorang mengalami radang kronis akibat penyakit autoimun yang menyebabkan lutut menjadi sulit berfungsi. \n Arthritis pasca trauma adalah Radang sendi jenis ini dapat terjadi akibat cedera serius pada sendi lutut. \n Nekrosis avaskular atau gangguan suplai darah ke tulang rawan di dalam sendi. \n Deformitas sendi lutut atau kelainan bentuk sendi lutut yang bisa menyebabkan gejala nyeri dan membatasi gerakan. \n Gangguan sendi lain yang tidak merespons perawatan konversatif. \n \n\n Tujuan dari tindakan TKR (total knee replacement) adalah menghilangkan rasa nyeri yang bersumber dari lutut. Penggantian sendi lutut yang rusak dengan prostetik bisa mengurangi dan bahkan menghilangkan nyeri yang mengganggu kegiatan sehari-hari. Tujuan lain prosedur ini meliputi: \n\n \n Memulihkan fungsi lutut yang sebelumnya terganggu sehingga bisa lebih mudah digunakan untuk beraktivitas sehari-hari \n Meningkatkan kualitas hidup dengan hilangnya rasa nyeri dan peningkatan fungsi sendi \n Membantu melakukan aktivitas fisik yang sebelumnya sulit atau mustahil dilakukan akibat masalah pada lutut \n Meningkatkan kemandirian setelah lutut lebih mudah digunakan untuk bergerak \n Mengurangi ketergantungan pada obat nyeri yang justru biasa membahayakan \n \n\n Kapan Harus Dilakukan Total Knee Replacement? \n\n Kondisi yang mungkin perlu diatasi dengan Total Knee Replacement di antaranya: \n\n \n Nyeri atau kaku pada lutut yang parah, sehingga tidak lagi bisa melakukan aktivitas fisik yang sederhana seperti berjalan, naik turun tangga, duduk, atau jongkok. \n Peradangan di lutut tidak kunjung membaik meski sudah mendapatkan perawatan dengan obat-obatan maupun terapi fisik. \n Nyeri lutut intensitas sedang namun terus berlanjut padahal sedang tidak beraktivitas. Contohnya saat sedang tidur, rasa sakitnya terasa sangat hebat. \n \n\n Sebelum menyarankan pasien untuk menjalani operasi penggantian lutut total, dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh dan melihat riwayat pengobatan pasien sebelumnya. Setiap pasien bisa disarankan untuk melakukan terapi yang berbeda, meski sudah mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas. Karena itu, segera konsultasikan kesehatan tulang sahabat hermina kepada dokter spesialis ortopedi di RSU Hermina Pandanaran. Tindakan Total Knee Replacement ini juga dapat dilakukan di Rumah Sakit Kami. Segera Ganti sendi agar dapat gerak leluasa dengan tindakan Total Knee Replacement (TKR) di RSU Hermina Pandanaran. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 15 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Penanganan Konstipasi (Sembelit), Si Pengganggu Saluran Cerna<\/a><\/h3>
Konstipasi (sembelit) merupakan gangguan pencernaan akibat penurunan kerja usus dimana masalah pencernaan ini ditandai dengan keluhan susah buang air besar atau BAB tidak lancar dalam jangka waktu tertentu. Secara garis besar, konstipasi dapat diartikan dengan BAB yang tidak teratur, yaitu kurang dari 3 kali dalam seminggu. Meski begitu, frekuensi buang air besar akan berbeda pada setiap orang. Beberapa orang mungkin buang air besar beberapa kali dalam sehari, sedangkan lainnya BAB satu sampai dua kali seminggu. Kondisi ini sering kali dipicu oleh pola makan yang tidak mengonsumsi cukup serat. Frekuensi buang air besar pada setiap orang bisa berbeda-beda. Normalnya, frekuensi buang air besar adalah 3 kali sehari hingga 3 kali seminggu. Pada penderita konstipasi, tinja menjadi kering dan keras sehingga sulit dikeluarkan dari anus. Akibatnya, frekuensi BAB menjadi kurang dari 3 kali dalam seminggu. \n\n Penyebab Konstipasi \n\n Sembelit ini dapat terjadi akibat penyumbatan usus besar atau rektum (ujung usus besar) atau gangguan pada saraf di sekitar usus besar dan rektum. Selain itu, sembelit juga bisa dipengaruhi oleh faktor pertambahan usia, pola makan rendah serat atau kurang aktif bergerak. \n\n Gejala utama konstipasi seperti sulit mengeluarkan tinja, frekuensi buang air besar yang lebih jarang dari biasanya, dan sakit saat mengeluarkan tinja. Konstipasi dapat dikatakan kronis jika gejalanya telah berlangsung selama 3 bulan. Beberapa penyebabnya adalah: \n\n \n \n Penyumbatan di usus besar atau rektum \n \n \n\n Penyumbatan di usus besar atau rektum dapat memperlambat atau menghentikan pergerakan tinja. Penyebabnya antara lain: \n\n \n Robekan kecil di kulit sekitar anus (fisura ani) \n Penyumbatan di usus (obstruksi usus) \n Kanker usus besar \n Penyempitan usus besar \n Kanker di perut yang menimbulkan tekanan pada usus besar \n Kanker rektum \n Rektum menonjol dari dinding belakang vagina \n \n\n \n Gangguan saraf di sekitar usus besar dan rektum \n \n\n Gangguan saraf dapat menghambat kerja otot usus besar dan rektum dalam mendorong tinja. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh: \n\n \n Kerusakan saraf yang mengendalikan fungsi tubuh (neuropati otonom) \n Penyakit parkinson \n Cedera saraf tulang belakang \n Stroke \n Multiple sclerosis \n \n\n \n Gangguan pada otot panggul \n \n\n Gangguan pada otot panggul yang berfungsi membantu proses buang air besar bisa menyebabkan sembelit kronis. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan kontraksi atau melemahnya otot panggul. \n\n \n Gangguan hormon \n \n\n Beberapa jenis hormon berfungsi menyeimbangkan cairan tubuh. Bila terjadi gangguan pada hormon tersebut, keseimbangan cairan tubuh juga terganggu sehingga memicu terjadinya konstipasi. Beberapa penyebabnya adalah: \n\n \n Diabetes \n Hiperparatiroidisme \n Kehamilan \n Hipotiroidisme \n \n\n \n\n Faktor Risiko Konstipasi \n\n Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko konstipasi pada orang dewasa, yaitu: \n\n \n Pertambahan usia \n Jenis kelamin wanita, terutama ketika hamil dan setelah melahirkan \n Dehidrasi \n Pola makan rendah serat \n Kurang aktif bergerak \n Efek samping obat, seperti obat pencahar, antasida, antikejang, antidepresan, antagonis kalsium, diuretik, suplemen besi, dan obat untuk penyakit Parkinson \n Gangguan mental, seperti kecemasan atau depresi \n Menahan keinginan untuk buang air besar \n Pernah menjalani operasi perut atau panggul \n \n\n Sementara pada bayi dan anak-anak, konstipasi dapat dipicu oleh beberapa faktor berikut: \n\n \n Kurang minum dan konsumsi makanan berserat \n Khawatir atau cemas terhadap sesuatu, misalnya pindah rumah, pertama kali masuk sekolah \n Cemas atau tertekan saat berlatih buang air besar di kamar mandi \n \n\n Gejala Konstipasi \n\n Konstipasi dapat ditandai dengan sejumlah gejala berikut: \n\n \n Frekuensi buang air besar (BAB) lebih jarang dari biasanya atau kurang dari 3 kali dalam seminggu \n Tinja sulit keluar \n Nyeri ketika BAB \n Harus mengejan saat BAB \n Tinja terlihat kering, keras, atau bergumpal \n Buang air besar terasa tidak tuntas \n Sensasi mengganjal di rektum (bagian akhir usus besar) \n Perut kembung \n Mual \n Kram atau sakit di perut \n Perlu bantuan untuk mengeluarkan tinja, seperti menekan bagian perut atau menggunakan jari untuk mengeluarkan tinja dari anus \n \n\n Penanganan Konstipasi \n\n Pengobatan konstipasi bertujuan untuk mempercepat gerakan tinja di dalam usus agar lebih mudah dan lebih teratur dikeluarkan. Metode pengobatannya antara lain: \n\n 1. Perubahan gaya hidup \n\n Penanganan pertama konstipasi adalah dengan mengubah pola makan atau gaya hidup yang sehat seperti minum air putih, rutin olah raga, makan sayur dan buah \n\n 2. Penggunaan obat-obatan \n\n Jika perubahan gaya hidup tidak dapat mengatasi sembelit, dokter akan meresepkan obat pencahar \n\n 3. Latihan otot panggul \n\n Jika diperlukan, pasien juga dapat melatih otot panggul untuk mempermudah BAB. Latihan yang bisa dilakukan adalah terapi biofeedback, yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam rektum untuk mengukur ketegangan otot rektum. \n\n Pada latihan ini, pasien akan dituntun untuk mengencangkan atau mengendurkan otot panggul dengan bantuan suara atau lampu. Suara atau lampu ini akan memberi tanda saat otot telah mengendur. \n\n 4. Operasi \n\n Untuk mengatasi konstipasi akibat obstruksi usus, robekan pada anus (fisura ani), atau prolaps rektum, dokter akan melakukan prosedur operasi. Operasi juga dilakukan bila konstipasi disebabkan oleh kanker pada usus besar, rektum, atau anus. \n\n \n\n Konstipasi dapat ditangani dengan melakukan perubahan gaya hidup, misalnya dengan memperbaiki pola makan dan berolahraga rutin. Namun, bila upaya tersebut tidak dapat mengatasi konstipasi, dokter dapat menyarankan penggunaan obat atau tindakan lain. Selain sebagai salah satu cara untuk mengatasi konstipasi, mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat juga dapat mencegah sembelit. Konstipasi juga dapat dicegah dengan tidak membiasakan menunda buang air besar. \n\n Bagi Sahabat Hermina yang memiliki gejala atau keluhan mengenai konstipasi (sembelit) dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah digestif RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan pendaftaran dokter melalui mobile aplikasi HALO HERMINA, CALL CENTER 1500488 dan Website www.herminahospitals.com. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Langkah Cegah Skoliosis, Menjaga Punggung Tetap Sehat<\/a><\/h3>
Skoliosis merupakan kelainan pada tulang belakang yang dapat mengubah postur tubuh penderitanya. Jika dilihat dari belakang, tulang belakang pada skoliosis akan berbentuk seperti huruf “C” atau “S”. Skoliosis dapat mempengaruhi dari segala usia, mulai dari bayi hingga orang dewasa. Lantas, bagaimana cara mencegah skoliosis? Mari, simak penjelasan lengkap pada artikel berikut. \n\n \n\n Pengertian Skoliosis \n\n Berdasarkan definisi, Kata Skoliosis berasal dari bahasa Yunani skoliosis yang berarti bengkok. Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang berupa lengkungan ke samping/ lateral. Jika dilihat dari belakang, tulang belakang pada skoliosis akan berbentuk seperti huruf “C” atau “S”. \n\n Pengidap skoliosis dewasa jika tulang belakang melengkung semakin parah akan merasakan sulitnya bernapas, timbulnya rasa nyeri, serta kelainan bentuk pada tulang belakang. Jika terus dibiarkan, mungkin saja kelumpuhan dapat terjadi. Maka dari itu, penanganan perlu dilakukan segera saat masalahnya masih dalam tahap ringan untuk mencegah berbagai komplikasi yang dapat membahayakan. \n\n \n\n Faktor Risiko Skoliosis \n\n Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti dari skoliosis tidak dapat diketahui. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risikonya, yaitu: \n\n \n Usia. Meski bisa terjadi pada usia berapa pun, kelainan tulang belakang ini lebih umum terjadi pada anak-anak, remaja, dan lansia. \n Jenis kelamin. Dibanding anak laki-laki, risiko pengembangan penyakit skoliosis lebih buruk pada anak perempuan. \n Riwayat kesehatan keluarga. Meski jarang, memiliki anggota keluarga dengan riwayat skoliosis dapat meningkatkan risiko. \n \n\n \n\n Penyebab Skoliosis \n\n Kebanyakan kasus skoliosis tidak diketahui penyebabnya, yang disebut juga dengan skoliosis idiopatik. Masalah ini tidak dapat dicegah dan dianggap tidak berhubungan dengan beberapa hal lainnya, seperti postur tubuh yang buruk, dampak dari olahraga serta diet. Namun, faktor keturunan atau gen dapat membuat seseorang lebih rentan untuk mengalaminya. Selain skoliosis idiopatik, berikut ini beberapa penyebab dari masalah tulang ini: \n\n \n Skoliosis degeneratif. Penyebab ini terjadi karena adanya kerusakan bagian tulang belakang dan sering terjadi pada orang dewasa seiring bertambahnya usia. \n Skoliosis idiopatik. Pada kasus idiopatik kali ini, terjadi karena faktor genetika. \n Skoliosis kongenital. Penyebab kongenital terjadi karena tulang belakang yang tidak tumbuh dengan normal pada saat bayi didalam kandungan. \n \n\n \n\n Gejala Skoliosis \n\n Jika lengkungan dari skoliosis semakin parah, tulang belakang juga dapat mengalami berputar atau melintir, selain melengkung ke satu sisi ke sisi lainnya. Hal ini dapat menyebabkan tulang rusuk di satu sisi tubuh lebih menonjol dibanding sisi lainnya. \n\n Gejala skoliosis lainnya yang dapat dilihat dari adanya perubahan penampilan pada bagian dada, pinggul dan bahu, seperti: \n\n \n Condong ke satu sisi. \n Salah satu bagian bahu akan terlihat lebih tinggi. \n Salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol. \n Adanya tonjolan pada salah satu bagian pinggul. \n Nyeri punggung bawah. \n Kekakuan punggung. \n Nyeri dan mati rasa di kaki Anda (karena saraf terjepit). \n Kelelahan karena ketegangan otot. \n \n\n \n\n Untuk memastikan diagnosis skoliosis, dokter akan menanyakan gejala yang dialami dan riwayat penyakit yang dimiliki. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, dengan meminta pengidap untuk berdiri atau membungkuk, serta memeriksa kondisi saraf. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan rontgen dan CT-SCAN untuk mengetahui adanya skoliosis dan tingkat keparahan lengkungan tulang belakang yang dialami. \n\n Bagi sahabat hermina yang mengalami gejala skoliosis dapat melakukan konsultasi pada dokter spesialis ortopedi di RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan pendaftaran dokter dapat melalui mobile aplikasi HALO HERMINA, Call Center 1500488 dan Website www.herminahospitals.com. \n\n Sehat Bersama Hermina \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 15 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Ketahui Pentingnya Vaksin Pneumonia Bagi Orang Dewasa<\/a><\/h3>
Vaksin Pneumonia merupakan jenis vaksin yang diberikan untuk mencegah penyakit akibat pneumokokus, yaitu segala jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus Pneumoniae. Vaksin pneumonia dapat menurunkan peluang seseorang terkena penyakit pneumonia dan dapat mengurangi keparahan gejala apabila mengalami sakit. Tidak hanya bayi dan anak-anak, orang dewasa juga sebaiknya mendapat vaksin PCV. Sebab, vaksin ini dapat mencegah risiko penularan pneumonia yang sangat rentan terjadi pada lansia. \n\n \n\n Vaksin PCV atau pneumonia merupakan salah satu vaksin yang dapat membantu mencegah infeksi penyakit pneumonia untuk orang dewasa berusia 50 tahun atau lebih. Vaksin akan bekerja efektif dengan membantu tubuh menciptakan antibodi sendiri yang dapat memberikan perlindungan dari paparan bakteri penyebab penyakit tersebut. Namun, tidak seperti bayi, vaksin PCV untuk orang dewasa memiliki dosis yang tidak sama. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, vaksin PCV sendiri terbilang aman untuk orang dewasa. Vaksin ini sangat jarang menunjukkan munculnya efek samping atau Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). \n\n \n\n Mengapa vaksin PCV penting? \n\n \n\n Vaksin PCV dirancang khusus untuk melawan pneumokokus, yang dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit, termasuk pneumonia. Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab umum infeksi paru-paru dan dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada orang lanjut usia. Vaksinasi tidak hanya mencegah pneumonia secara langsung, tetapi juga mencegah infeksi yang dapat menimbulkan komplikasi serius seperti infeksi telinga tengah, meningitis, dan infeksi darah. \n\n \n\n Manfaat Vaksinasi Pneumonia \n\n \n Perlindungan terhadap Pneumonia: Vaksin PCV membantu tubuh mengembangkan kekebalan terhadap bakteri penyebab pneumonia, sehingga mengurangi risiko infeksi paru-paru. \n Mencegah Komplikasi Serius: Pneumonia dapat menyebabkan bakteri memasuki aliran darah dan menyebabkan infeksi yang dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Vaksinasi membantu mencegah penyebaran bakteri ini. \n Melindungi kelompok rentan: Orang dewasa dengan kondisi kesehatan yang rentan, seperti diabetes, penyakit jantung, atau sistem kekebalan tubuh yang lemah, khususnya memerlukan perlindungan tambahan. Vaksin PCV dapat memberikan perlindungan tambahan kepada kelompok rentan ini. \n \n\n \n\n Gejala Pneumonia \n\n Mengenali gejala pneumonia penting dilakukan agar dapat segera mencari pertolongan medis. Gejala yang paling umum adalah: \n\n \n Batuk disertai lendir atau darah. \n Sesak napas. \n Rasa sakit yang dalam dan menusuk di dada. \n Demam tinggi. \n Kelelahan yang berlebihan. \n Mual, muntah, dan mengalami diare. \n \n\n \n\n Vaksin PCV merupakan upaya pencegahan untuk menjaga kesehatan paru-paru dan mencegah risiko pneumonia pada orang dewasa. Vaksinasi secara teratur dapat mengurangi risiko infeksi dan melindungi dari komplikasi serius akibat pneumonia. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis paru RSU Hermina Pandanaran untuk menentukan jadwal vaksinasi yang tepat dan untuk memahami apakah vaksinasi PCV diperlukan berdasarkan kesehatan dan riwayat kesehatan seseorang. \n\n \n\n Dapatkan kemudahan pendaftaran dokter RSU Hermina Pandanaran melalui mobile aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500488 dan website www.herminahospitals.com. Menyadari pentingnya vaksin PCV merupakan langkah awal yang penting untuk menjaga kesehatan paru-paru dan meningkatkan kualitas hidup orang dewasa. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 14 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cegah Komplikasi, Ketahui Penanganan Luka Pada Penderita Diabetes!<\/a><\/h3>
Diabetes merupakan penyakit dengan kondisi gula darah dalam tubuh tinggi yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi masalah kesehatan, salah satunya adalah luka kaki diabetes atau ulkus diabetikum. Seperti diketahui, gula darah tinggi pada penderita diabetes karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin, atau insulin tidak dapat berkerja secara optimal (resistensi insulin). Padahal insulin sangat dibutuhkan untuk menyerap glukosa atau gula dari makanan untuk dijadikan energi pada tubuh. Glukosa yang menumpuk dalam darah menyebabkan kadar gula darah tinggi. \n\n Luka pada pengidap diabetes memiliki waktu penyembuhan lebih lama dibandingkan dengan luka pada orang sehat. Kondisi ini disebabkan oleh kadar gula darah yang terlalu tinggi. Hal tersebut memicu kerusakan saraf, menurunkan kekebalan tubuh, dan menurunkan sirkulasi darah ke area luka. Dampaknya, luka jadi sulit mengering dan susah disembuhkan. Perawatan luka diabetes dibutuhkan guna mencegah penyebaran luka dan meningkatkan resiko amputasi. Beberapa caranya, yakni membersihkan luka, mengurangi tekanan pada luka, menutup luka dengan perban, dan mengontrol kadar gula darah secara rutin. \n\n \n\n Langkah Perawatan Luka Diabetes \n\n Beberapa langkah yang dapat dilakukan, antara lain: \n\n 1. Membersihkan luka \n\n Perawatan luka diabetes yang utama dapat dilakukan dengan membersihkan luka setiap hari. Caranya dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Setelah itu, keringkan dan oleskan salep rekomendasi dari dokter. Jangan merendam bagian luka karena dapat memicu infeksi. \n\n 2. Mengurangi tekanan pada luka \n\n Tekanan pada luka dapat dikurangi dengan cara mengenakan pakaian longgar. Jika lukanya terletak di bagian kaki, sebaiknya gunakan sepatu yang dirancang khusus guna mencegah perburukan luka akibat diabetes. Langkah ini bisa mempercepat proses penyembuhannya. \n\n 3. Menutup luka dengan perban \n\n Menutup luka bertujuan untuk mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhannya. Namun, pastikan untuk memilih perban atau kasa khusus untuk diabetes, sesuai dengan rekomendasi dari dokter. \n\n 4. Mengontrol kadar gula darah \n\n Perawatan luka diabetes selanjutnya dapat dilakukan dengan mengontrol kadar gula darah. Sebab, kadar gula yang tak terkendali bisa mempersulit proses penyembuhan, bahkan memperburuk luka yang sudah ada. Selain itu, pengidap juga disarankan untuk menjalani pola hidup sehat dan terapi insulin jika dibutuhkan. \n\n 5. Perhatikan tanda infeksi \n\n Infeksi pada luka diabetes ditandai dengan kemerahan, rasa sakit, nanah, pembengkakan, dan sensasi hangat di area sekitarnya. Terkadang, muncul luka dari dalam luka disertai dengan bau menyengat. Jika kondisi tersebut terjadi, perawatan luka diabetes dapat dilakukan dengan membersihkan darah, air, dan nanah. Selanjutnya, hilangkan kulit mati di area sekitar dan mengoleskan salep rekomendasi dari dokter. \n\n 6. Memenuhi asupan nutrisi \n\n Salah satu asupan yang direkomendasikan guna mempercepat proses penyembuhan luka adalah protein. Nutrisi tersebut dapat diperoleh dari telur, dada ayam, ikan salmon, udang, tuna, susu, dan kacang kedelai. Protein dapat membantu memperbaiki jaringan kulit yang mengalami kerusakan. Selain protein, pastikan untuk memenuhi asupan kalori, lemak, serat, zink, dan vitamin C guna mempercepat proses penyembuhan luka. \n\n \n\n Jika perawatan luka diabetes tidak dilakukan dengan tepat, dampaknya bisa berupa kematian jaringan yang berujung pada amputasi. Semakin cepat melakukan penanganan, maka semakin kecil risiko terjadinya komplikasi. Sahabat Hermina lakukan kontrol kesehatan secara rutin di RSU Hermina Pandanaran, dapatkan kemudahan pendaftaran dokter melalui mobile aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500488 dan website www.herminahospitals.com. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 24 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Ketahui Langkah Cegah Anemia Defisiensi Besi<\/a><\/h3>
Halo sahabat hermina. \n\n Kali ini kita akan sedikit membahas tentang anemia defisiensi besi. Apa sih sebetulnya anemia defisiensi besi itu? \n\n Anemia merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) tubuh kurang dari normal. Hemoglobin ini sendiri berfungsi untuk mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh agar tubuh bekerja secara optimal. Hemoglobin ibarat sebuah mobil yang bertugas mengantarkan logistik ke seluruh tubuh. Apabila “mobil” ini terganggu, maka “logistik” yang seharusnya diantarkan tidak akan mencapai sel-sel tubuh. \n\n Kadar Hb normal setiap populasi berbeda, namun secara garis besar nilai normal dari Hb adalah \n\n \n 13 – 18 gr/dL pada laki-laki \n 12 - 15 gr/dL pada wanita \n 11 – 16 gr/dL pada anak-anak \n Pada ibu hamil nilai normal pada tiap trimester berbeda, namun secara umum adalah lebih dari 10 gr/dL \n \n\n Penyebab dari anemia sangat banyak. Namun yang sering ditemui pada populasi secara umum antara lain adalah anemia kekurangan zat besi atau yang biasa disebut sebagai anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi merupakan suatu keadaan dimana besi yang merupakan salah satu bahan pembentuk sel darah merah. Jika besi sebagai bahan baku pembentu sel darah merah berkurang jumlahnya, maka otomatis darah yang terbentuk juga akan berkurang jumlahnya. \n\n Sangat banyak hal yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi ini, antara lain: \n\n \n Asupan gizi yang kurang, terutama protein hewani sebagai sumber utama zat besi \n Kebutuhan yang meningkat, seperti pada kehamilan \n Infeksi, seperti cacingan ataupun pada malaria \n Hilangnya darah yang banyak, misal pada menstruasi \n \n\n Penyerapan zat besi dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan tertentu. Vitamin C, daging, ikan dan unggas dapat meningkatkan penyerapan zat besi, sedangkan kalsium dapat menghambat penyerapan zat besi \n\n Gejala yang dapat terjadi pada orang-orang dengan anemia defisiensi besi antara lain lesu, lemah, letih, lelah, dan lalai (5L). \n\n Akibat dari anemia ini sendiri antara lain adalah meningkatnya resiko keguguran pada wanita hamil, bayi lahir sebelum waktunya, berat bayi lahir rendah, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, gangguan jantung, dan dapat menurunkan kualitas hidup dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari \n\n Hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia defisiensi besi: \n\n \n Pola makan gizi seimbang. Makanan yang kaya sumber zat besi: hati, ikan, daging dan unggas. Buah-buahan, terutama yang mengandung vitamin C yang tinggi, akan meningkatkan penyerapan zat besi \n Apabila dirasa kebutuhan zat besi dari makanan tidak akan mencukupi, dapat ditambahkan suplemen besi/tablet tambah darah . Namun apabila pola makan sudah memenuhi gizi seimbang, maka suplementasi zat besi ini tidak diperlukan lagi \n \n\n Anemia defisiensi besi merupakan salah satu penyakit yang dapat disembuhkan apabil ditangani secara tepat. Konsultasi kepada dokter spesialis penyakit dalam RSU Hermina Pandanaran apabila sekiranya sahabat hermina memiliki keluhan ataupun kondisi-kondisi yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi ini. Dapatkan kemudahan pendaftaran poli pada RSU Hermina Pandanaran melalui mobile aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500488 dan website di www.herminahospitals.com \n\n Stay Healthy Sahabat Hermina! \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 22 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Penyakit Degeneratif, Waspada Menyerang Para Lansia<\/a><\/h3>
Seiring bertambahnya usia, kesehatan seseorang akan menurun dan mereka menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit.Hal ini jugalah yang membuat para lansia berisiko mengalami penyakit degeneratif yaitu suatu kondisi kesehatan yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan dan organ seiring berjalannya waktu. Tubuh mengalami penurunan dari kondisi puncak sebelumnya, terutama dalam hal kecepatan, efisiensi, dan perbaikan. \n\n Seiring berjalannya waktu, perubahan degeneratif ini menimbulkan gejala dan penyakit. Ada cukup banyak jenis penyakit generatif yang berhubungan dengan penuaan. Penyakit degeneratif disebabkan oleh berbagai faktor. Beberapa faktor diantaranya adalah efek langsung dari penggunaan normal tubuh, sementara faktor lainnya disebabkan oleh kesehatan yang buruk atau gaya hidup yang tidak sehat. \n\n Penyakit degeneratif bisa memengaruhi banyak organ dan jaringan, mulai dari sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), tulang dan sendi, serta pembuluh darah dan jantung. Sebagian penyakit degeneratif dapat disembuhkan, namun ada pula yang tidak. Dalam kasus ini, pilihan pengobatan yang ada hanya dapat meringankan gejala dan memungkinkan pasien menjalani kehidupan normal. \n\n Yuk ketahui beberapa penyakit degeneratif disini, beberapa jenis penyakti degeneratif yang paling umum, meliputi: \n\n Hipertensi \n\n Hipertensi adalah penyakit dimana tekanan darah arteri tinggi secara tidak normal selama sistol atau diastol. Kondisi ini harus didiagnosis dan diobati karena menyebabkan kerusakan permanen pada arteri, bila tidak segera diobati dengan tepat, hipertensi bisa menimbulkan komplikasi yang serius, seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, dan kebutaan. \n\n Penyakit jantung \n\n Penyakit jantung adalah salah satu jenis penyakit degeneratif yang mengacu pada sekelompok penyakit yang mempengaruhi fungsi normal jantung. Penyakit jantung meliputi penyakit jantung koroner, gagal jantung, aritmia, dan penyakit jantung bawaan. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan jantung dalam memompa darah secara efektif sehingga menyebabkan gangguan peredaran darah dan dapat menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan seseorang. Penyakit jantung biasanya ditandai dengan gejala seperti nyeri dada, sesak napas, dan nyeri kaki atau mati rasa. Orang dengan penyakit ini mungkin juga mengalami sakit kepala ringan, pusing, detak jantung terasa cepat atau lambat, dan pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, dan tangan. \n\n Osteoporosis \n\n Osteoporosis adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan kepadatan tulang dan kemampuan regenerasi tulang internal, serta ketidakmampuan mengatur kadar mineral dalam tulang.Kondisi ini menyebabkan hilangnya massa tulang sehingga tulang lebih rentan patah. Namun pengeroposan tulang ini bisa terjadi secara perlahan dan dalam jangka waktu yang lama. \n\n Diabetes \n\n Diabetes atau penyakit gula (gula darah tinggi) adalah penyakit kronis (jangka panjang) yang perlu kamu waspadai. Gejala utama penyakit ini adalah peningkatan kadar gula (glukosa) darah di atas normal. Diabetes terjadi ketika tubuh seseorang tidak mampu menyerap gula (glukosa) ke dalam sel dan menggunakannya sebagai energi. Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan kelebihan gula menumpuk di aliran darah tubuh. Diabetes yang tidak terkontrol dapat menimbulkan akibat serius dan merusak berbagai organ dan jaringan tubuh. Misalnya organ tubuh seperti jantung, ginjal, mata, dan saraf. \n\n Kanker \n\n Kanker adalah penyakit dimana sel-sel ganas yang tidak normal tumbuh di dalam tubuh. \n\n Pertumbuhan sel kanker bisa terjadi di bagian tubuh mana pun, mulai dari kulit, mata, paru-paru, hingga organ intim. Jenis kanker yang paling umum terjadi yaitu kanker payudara, paru-paru, usus besar, dan prostat.Kanker merupakan salah satu penyakit yang memerlukan perhatian khusus karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi dan bahkan pada beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. \n\n Gejala penyakit degeneratif sangat bervariasi. Setiap jenis memiliki gejala yang berbeda, namun beberapa gejala serupa dengan penyakit lain. Inilah jenis penyakit degeneratif yang perlu mendapat perhatian seiring bertambahnya usia. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Makassar<\/a><\/li>
- 31 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Golden Period Dalam Penanganan Stroke <\/a><\/h3>
Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular yang paling mematikabn dan menyebabkan dampat kecacatan seumur hidup di Indonesia, bahkan di dunia. Stroke tergolong dalam kondisi medis darurat yang membutuhkan penanganan dengan segera. Namun tahukah Anda, penyakit stroke dapat disembuhkan jika ditangani dengan tepat dan cepat. Peluang kesembuhan stroke akan lebih besar jika tim medis bisa memanfaatkan golden period pada stroke sebaik mungkin. Namun, masih banyak orang yang tidak mengetahui golden period saat stroke menyerang. \n\n Stroke terjadi ketika terdapat pembuluh darah di otak yang tersumbat atau pecah. Hal ini mengakibatkan aliran darah terhambat dan otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup serta nutrisi penting untuk berfungsi secara normal. Dampak dari serangan stroke yaitu pada pendengaran, berbicara, makan, bergerak dan hampir semua proses vital dalam tubuh. Oleh karena itu, perawatan stroke yang tepat dan cepat selama masa golden period sangat penting bagi nyawa seseorang yang terkena serangan stroke. Golden period adalah istilah yang digunakan untuk jangka waktu kehidupan pengidap stroke melalui pengobatan dengan segera. Jika pengidap stroke mendapatkan penanganan medis yang tepat dalam masa golden period, besar kemungkinan pengidap stroke dapat bertahan dan meminimalisir komplikasi stroke. Pada penyakit stroke, golden period adalah empat setengah jam setelah seseorang mengalami gejala stroke. Selama masa golden period pada stroke, pasien harus menerima obat stroke yang disuntikkan dalam tubuh. \n\n Untuk dapat melakukan pertolongan pertama pada stroke, perlu mengetahui gejala awal stroke yang dikenal dengan metode FAST, antara lain : \n\n \n Face (Wajah). Salah satu sisi wajah terlihat tidak simetris \n Arms (Lengan). Salah satu lengan terasa mati rasa atau lemas. Apabila mengangkat tangan, salah satu diantaranya akan terlihat lebih turun dibandingkan tangan satunya. \n Speech (Bicara). Kemampuan berbicara menurun atau hilang \n Time (Waktu). Jika seseorang mengalami gejala tersebut, maka harus segera mencari pertolongan medis. \n \n\n Stroke dapat terjadi pada semua kalangan, dimana saja dan kapan saja. Oleh karena itu, disarankan untuk menerapkan pola hidup sehat sejak dini agar dapat mencegah terjadinya penyakit kronis, salah satunya yaitu stroke. Lakukan konsultasi ke dokter spesialis saraf di Rumah Sakit Hermina Makassar jika mengalami gejala diatas. Salam sehat \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 13 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Demensia ( Pikun ) Ternyata Bisa Muncul Dari Usia Muda<\/a><\/h3>
Banyak orang yang berasumsi bahwa demensia atau orang awam biasa menyebut dengan istilah pikun itu merupakan suatu proses alami penuaan, padahal sebenarnya pikun itu tidak bisa dianggap normal. Pikun atau demensia itu adalah suatu penyakit yang sebenarnya bisa dicegah lebih dini. Lalu bagaimana cara pencegahannya ?, yuk kita cari tahu lebih lanjut tentang demensia atau pikun. \n\n Mengenal Demensia atau Pikun \n\n Demensia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan fungsi organ otak. Ini bisa ditandai dengan berkurangnya daya ingat, menurunnya kemampuan berpikir, kesulitan dalam memahami sesuatu, serta menurunnya kecerdasan mental.Demensia, juga dikenal sebagai pikun, umumnya menyerang orang lanjut usia. Namun pada beberapa kasus, penyakit gangguan fungsi otak ini juga bisa menyerang kaum muda, bahkan anak-anak. Lalu apa penyebab demensia pada usia muda? Temukan jawabannya pada ulasan berikut ini. \n\n Penyebab dan Faktor Risiko Demensia Pada Usia Muda \n\n Penyebab demensia pada usia muda sama dengan demensia pada orang lanjut usia. Namun, beberapa penyebab seperti demensia frontotemporal (FTD) lebih sering terjadi pada pasien demensia muda. \n\n Sedangkan beberapa kondisi yang menjadi faktor risiko adalah : \n\n \n Penyakit Alzheimer, Penyakit Alzheimer, penyakit Alzheimer atipikal, atau jenis penyakit Alzheimer langka yang disebabkan oleh mutasi genetik yang diturunkan dalam keluarga dapat menyerang orang yang berusia di bawah 65 tahun. \n Dalam kondisi belajar yang sulit, orang dengan ketidakmampuan belajar seperti Down Syndrome memiliki risiko lebih tinggi terkena demensi. \n Penyakit kardiovaskular dan diabetes Penyakit kardiovaskular dan diabetes dapat menyebabkan demensia vaskular, yaitu demensia yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak. CADASIL (arteriopati serebral dominan autosomal dengan infark subkortikal dan leukoensefalopati), kelainan genetik langka yang memengaruhi pembuluh darah di otak dan dapat menyebabkan demensia. \n Faktor genetik Kerusakan otak, kondisi genetik tertentu yang diturunkan dalam keluarga dapat merusak area frontal dan lateral otak sehingga menyebabkan demensia frontotemporal. Meskipun dapat terjadi pada demensia, kerusakan genetik sering kali menjadi faktor risiko demensia lanjut. \n Penumpukan protein di otak Partikel protein Lewy dapat menumpuk di otak dan menyebabkan Lewy body dementia (LBD). \n Minum alkohol atau terlalu banyak minum alkohol menyebabkan kekurangan vitamin B1 sehingga menyebabkan kerusakan sel otak dan meningkatkan risiko cedera kepala. \n \n\n Tanda-tanda Demensia Pada Usia Muda \n\n Demensia pada usia muda ini mempunyai gejala yang mirip dengan demensia pada lansia, yaitu: \n\n \n Gangguan daya ingat yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari \n Tiba-tiba merasa bingung \n Kesulitan melakukan aktivitas rutin \n Mangulang - ulang melakukan sesuatu yang sama \n Kesulitan bersosialisasi, menarik diri dari interaksi dengan saudara dan teman \n Hilangnya kemampuan berpikir dan mengambil keputusan \n Kesulitan berkomunikasi (berbicara, membaca, menulis, memahami orang lain) \n Perubahan perilaku. \n \n\n Tips Cara Mencegah Demensia Pada Usia Muda \n\n \n Rutin melakukan aktivitas fisik, seperti berolahraga, dengan rutin berolahraga bisa membantu melancarkan aliran darah diseluruh tubuh termasuk ke otak. Aliran darah yang lancar bisa membantu menjaga fungsi organ otak dan menghindari penyakit menyerang, termasuk penyakit demensia. \n Mengatur pola makan. Mengkonsumsi jenis bahan makanan yang baik untuk otak , seperti : Sayur-sayuran , buah-buahan, kacang-kacangan, minyak zaitun. Menurut penelitian jenis-jenis makanan tersebut dapat membantu memperbaiki fungsi otak. \n Jangan merokok. Merokok tidak hanya menyerang paru-paru tapi juga berbahaya untuk organ otak, jadi lebih baik hindari merokok. \n Jangan mengkonsumsi alkohol. Di negara-negara barat dimana masyarakatnya banyak mengkonsumsi alkohol banyak dijumpai penyakit demensia Alzheimer. \n Menjaga pola hidup sehat untuk menghindari faktor-faktor penyakit seperti : hipertensi , diabetes dan obesitas. \n \n\n Cara Mengobati Demensia \n\n Bagi anda yang sudah terkena demensia, pengobatannya adalah anda bisa berkonsultasi ke dokter spesialis saraf untuk diberikan terapi obat yang sesuai dengan gangguan demensia yang diderita pasien. Jangan ragu untuk memeriksakan kesehatan anda, karena kesehatan adalah aset berharga untuk kita jadi mulai sekarang mari kita jaga kesehatan dengan melakukan pola hidup sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 22 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Tanda Jamur Kulit yang Harus Segera Ditangani<\/a><\/h3>
Tidak sedikit orang pernah mengalami infeksi jamur kulit, namun tidak semua orang mengerti cara penanganan yang tepat saat kita mengalami kondisi ini. Secara alami jamur dapat hidup dan berkembang biak di kulit namun biasanya tidak menimbulkan masalah jika jumlahnya meningkat baru akan menimbulkan masalah kelainan kulit. Infeksi jamur di kulit ada yang bersifat menular dan sering mengganggu kenyamanan, infeksi jamur biasanya menginfeksi kulit di area kulit yang lembab, seperti pada lipatan kulit (ketiak, sela-sela jari, lipat paha, dan area kelamin). Oleh karena itu Sahabat Hermina penting untuk mengenali penyebab dan cara mengatasi infeksi jamur. \n\n \n\n Jenis-jenis jamur kulit \n\n Terdapat beberapa jenis infeksi jamur kulit yang sering terjadi, diantaranya adalah : \n\n \n Kurap (tinea) \n \n\n Menjadi salah satu jenis infeksi jamur kulit yang mudah sekali menular dan bisa terjadi di berbagai area tubuh, seperti di kulit kepala (tinea capitis), badan (tinea corporis), selangkangan (tinea cruris), atau di kaki (tinea pedis). \n\n \n Jamur kuku (tinea unguium) \n \n\n Seperti namanya, jamur kuku terjadi di bagian kuku baik tangan maupun kaki, untuk jenis jamur ini juga menular \n\n \n Panu (ținea versicolor) \n \n\n Panu umumnya tidak menular seperti jamur kuku dan kurap, panu biasanya menyerang pada lapisan atas kulit \n\n \n Kandidiasis \n \n\n Kandidiasis adalah infeksi jamur kulit yang banyak menyerang di bagian tubuh yang lembab seperti ketiak, selangkangan, sela sela jari, lipatan pada payudara dan lainnya, kandidiasis umumnya tidak menular. \n\n \n\n Tips atasi infeksi jamur kulit \n\n Salah satu penanganan yang bisa diberikan saat terinfeksi jamur kulit adalah menggunakan obat anti jamur, terutama antijamur topikal (oles) seperti krim atau salep. Gunakan obat oles sesuai dengan anjuran dari dokter atau sesuai dengan arahan yang biasa tertera pada kemasan. \n\n Sahabat Hermina bisa melakukan beberapa cara untuk mencegah infeksi jamur kulit diantaranya : \n\n \n Menjaga kebersihan kulit \n Biasakan mengganti pakaian dalam setiap hari \n Jangan biarkan badan terlalu lama dalam keadaan basah atau berkeringat \n Jangan menggunakan handuk, atau pakaian dengan bergantian dengan orang lain \n Gunakan pakaian yang mudah menyerap keringat saat sedang berolahraga \n Hindari pemakaian celana yang terlalu ketat \n Mandi secara teratur \n \n\n Jika Sahabat Hermina merasa kondisi infeksi jamur kulit tidak kunjung membaik dan bahkan terasa begitu tidak nyaman, segera lakukan konsultasi Dokter Spesialis Kulit di RS Hermina terdekat, atau bisa juga berkonsultasi secara online melalui aplikasi Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 22 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Menguap dapat Mengeluarkan Kotoran Telinga, benarkah ?<\/a><\/h3>
Telinga adalah salah satu organ penting yang wajib dijaga kesehatannya, namun tidak semua orang tau bagaimana cara membersihkan telinga dengan baik dan benar, jika kesehatan dan kebersihan telinga tidak dijaga dengan baik dapat menimbulkan gangguan pada pendengaran dan keseimbangan. \nMerawat kebersihan dan kesehatan telinga penting dilakukan untuk mencegah berbagai masalah pada telinga, seperti infeksi telinga, telinga berdenging, hingga gangguan pendengaran atau bahkan tuli mendadak. \nSerumen atau kotoran telinga adalah gumpalan lunak yang dihasilkan secara alami dari kelenjar minyak di bagian luar liang telinga. Serumen tersebut berfungsi sebagai pelindung, mulai dari melindungi telinga dari debu, pertumbuhan kuman patogen, dan menjaga agar binatang tidak masuk dalam telinga. Pada dasarnya, serumen tidak berbahaya jika jumlahnya tidak berlebihan. \nNamun, produksi serumen yang terlalu banyak dapat berdampak pada kualitas pendengaran seseorang. Keluhan yang dapat timbul akibat kotoran yang memenuhi liang telinga antara lain telinga terasa penuh dan kadang disertai gangguan komunikasi dengan lawan bicara. Maka itu, penting untuk membersihkan kotoran telinga sebelum timbul keluhan lebih parah. \n\n \nBolehkah membersihkan telinga dengan cotton bud ? \nTelinga otomatis membersihkan dirinya ketika kita berbicara, mengunyah atau kegiatan menggerakan rahang. Biasanya, jika sudah kotor, kotoran telinga keluar dengan sendirinya bersama dengan gerakan rahang yang membuat otot pipi bergerak. Lalu, apakah masih perlu membersihkan telinga dengan cotton bud ? Faktanya, membersihkan telinga dengan cotton bud adalah tindakan yang kurang tepat. Sahabat Hermina boleh menggunakan cotton bud, namun hanya untuk bagian daun telinga saja, hindari menggunakan cotton bud untuk bersihkan telinga bagian dalam. \nMengorek telinga dengan cotton bud membuat kotoran semakin masuk ke dalam dan menyebabkan kotoran malah mengendap pada bagian dalam telinga yang panjangnya 2,5-3 cm saja. Kotoran yang mengendap dapat menjadi keras dan menghambat sirkulasi dalam telinga. Kondisi ini menyebabkan seseorang mengalami gangguan pendengaran. Pada dasarnya telinga memiliki mekanisme untuk membersihkan dirinya sendiri, sehingga kita tak perlu membersihkan sendiri bagian dalamnya. Sahabat Hermina hanya perlu mengusap bagian luar telinga dengan sabun dan air, lalu keringkan dengan kain atau handuk. \n \nCara menjaga kesehatan telinga yang tepat \nMenjaga kebersihan tubuh dengan cara mandi setiap hari, terutama setelah bepergian ke luar rumah. Cara ini membantu melunakkan kotoran telinga akibat air yang mengalir dari kepala saat mandi atau mencuci rambut. \nSahabat Hermina juga dapat menghindari membersihkan telinga secara mandiri dengan cotton bud karena hal ini berpotensi mendorong kotoran telinga masuk lebih dalam. \n \nHindari mengorek telinga dengan alat yang tidak bersih serta benda tajam dan runcing karena dapat mengakibatkan luka pada liang telinga bahkan gendang telinga. Kerusakan yang ditimbulkan dapat bersifat sementara atau permanen. \nLalu, hindari juga memasukkan cairan atau obat tetes telinga tanpa rekomendasi dari dokter. Kesalahan dalam terapi dapat merusak pendengaran. \nSahabat Hermina bisa mengkonsultasikan masalah kesehatan telinga pada Dokter Spesialis THT di RS Hermina terdekat, bisa juga berkonsultasi secara online melalui aplikasi Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 22 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 22 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 13 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 22 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 24 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 14 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>