- Hermina Palembang<\/a><\/li>
- 27 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Apa itu Kanker Mulut?<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, kanker oral yang juga dikenal sebagai kanker mulut adalah istilah luas untuk tumor ganas yang berkembang di rongga mulut seperti pada gusi, lidah, amandel, dan kelenjar air liur, selain itu tenggorokan dan faring (saluran udara). Kanker oral atau mulut biasanya diobati sebagai bagian dari kanker kepala dan leher, yang meliputi kanker kelenjar air liur, esofagus, telinga dan mata. Sementara, kanker otak diobati dalam kategori yang berbeda. \n\n \n\n Jenis-jenis Kanker Mulut \n\n - Karsinoma sel skuamosa - Lebih dari 85% kasus kanker mulut adalah karsinoma sel skuamosa, yaitu ketika sel-sel yang melapisi bagian dalam mulut dan bibir menjadi tidak normal. Lokasi kanker sebenarnya dapat membantu menentukan kemungkinan yang ada. Sebagai contoh, jika hal itu mempengaruhi bibir bawah, jarang terjadi perubahan status kanker. Sebaliknya, pada lesi bibir atas dapat menjadi agresif. Sebuah subtipe penyakit ini disebut karsinoma verrucous, yang menyumbang kurang dari 7% dari jumlah kasus. Ini jarang terjadi, tetapi hampir selalu terjadi secara lokal (tidak ada perubahan status (metastasis)) karena berkembang perlahan-lahan. \n\n - Karsinoma kelenjar ludah - Banyak kelenjar ludah ditemukan dalam mulut dan sepanjang tenggorokan; kelainan seluler dari setiap kelenjar ini dapat menyebabkan kanker seperti kanker kistik kelas rendah, seperti polimorf dan adenoid. \n\n - Kanker lidah - Kanker dapat dimulai dari dasar (ujung terjauh dari lidah) atau di bagian yang paling terlihat dari lidah. Tumor lebih besar beresiko menyebar ke kelenjar getah bening, terutama jika mereka ditemukan di dasar lidah, yang kemudian mungkin memerlukan operasi yang lebih rumit termasuk reseksi. \n\n - Limfoma - Ini adalah kanker yang mempengaruhi jaringan-jaringan getah bening yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Dalam rongga mulut, jaringan ini dapat ditemukan di lidah dan amandel. \n\n \n\n \n\n Penyebab Kanker Mulut \n\n Selain dari fakta bahwa sel-sel pada rongga mulut dan tenggorokan dapat mengakibatkan ketidaknormalan. Tidak ada penjelasan yang lebih jelas, kenapa kanker pada bagian ini berkembang. Namun, ada beberapa faktor tertentu yang dapat meningkatkan risiko, antara lain: \n\n 1. Konsumsi alkohol – Jumlah alkohol yang dikonsumsi daripada minuman sejenis dapat menyebabkan kanker oral di kemudian hari. Risiko meningkat jika digabungkan dengan kebiasaan merokok. Alkohol menyebabkan kanker yang menyerang esofagus, tenggorokan dan pita suara. Seiring waktu, bahan pada alkohol dapat menyebabkan iritasi pada sel dan merusak jaringan serta memperlambat perbaikan DNA. \n\n 2. HPV – Ada lebih dari 150 jenis HPV, dan kurang dari 10 menyebabkan kanker. Dalam istilah kanker mulut, HPV yang menjadi penyebab kuat adalah HPV16 yang mengakibatkan 80% - 90% kanker rahim. Virus ini ditularkan melalui hubungan seksual secara oral (dalam kanker mulut), ketika virus menyentuh dan masuk ke dalam mukosa. HPV diprediksi menjadi penyebab utama kanker mulut tanpa merokok pada pria dan wanita di bawah 50 tahun. \n\n 3. Konsumsi tembakau – 8 dari 10 kasus kanker mulut disebabkan oleh merokok. Tembakau tidak hanya merusak jaringan, tetapi juga menggangu hingga tingkat DNA. Meskipun risikonya lebih rendah, orang yang terpapar tembakau melalui tangan kedua juga dapat terkena kanker mulut atau oral. \n\n 4. Gender – Pria lebih rentan terkena kanker mulut, sebab mereka merokok dan minum alkohol pada waktu yang sama. Namun, dalam beberapa tahun belakangan, perbandingan antara pria dan wanita dengan kanker semakin menurun. \n\n 5. Umur – Kebanyakan kanker mulut ditemukan pada pria dan wanita sekitar usia 40 – 50 tahun. Namun, dengan meningkatnya HPV, kanker juga ditemukan pada dewasa muda. \n\n \n\n \n\n Gejala Utama Kanker Mulut \n\n Gejala utama pada kanker mulut meliputi: \n\n \n Luka pada bibir, lidah, pipi bagian dalam, gusi yang muncul dan tidak hilang \n Sulit untuk menelan dan bicara \n Pendarahan \n Sakit pada telinga \n Munculnya benjolan \n Rasa tidak nyaman pada tenggorokan \n Turunnya berat badan tanpa disengaja \n Mulut kebas \n Kehilangan gigi \n \n\n Dua tanda yang membedakan kanker mulut adalah leukoplakia dan eritroplakia. Saat seseorang menderita leukoplakia, akan ada bercak-bercak yang muncul secara persisten di mulut. Sementara, eritroplakia menyebabkan daerah kemerahan yang dapat berdarah. Meskipun, dianggap jinak, keduanya dapat meningkatkan ketidaknormalan sel dan dapat mengembangkan kanker. \n\n \n\n \n\n Pencegahan Kanker Mulut \n\n Lakukan pemeriksaan terhadap gejala yang muncul pada rumah sakit terdekat untuk memastikan gejala yang dialami. Kanker mulut dapat dicegah dengan gaya hidup dan juga pola makan yang sehat. Anda juga bisa melakukan kebiasaan ini untuk mencegah kanker mulut, di antaranya yaitu: \n\n - Jaga Kebersihan Mulut. Kanker mulut dapat diawali dengan munculnya gangguan kesehatan pada mulut yang tidak kunjung hilang. Hindari gangguan kesehatan pada mulut dengan rajin membersihkan kebersihan mulut serta gigi. Rajin menyikat gigi minimal sebanyak 2 kali sehari membantu mencegah dari penyakit kanker mulut. \n\n - Hentikan Kebiasaan Merokok. Tidak hanya dapat menyebabkan gangguan pada jantung serta paru-paru. Memiliki kebiasaan merokok dapat menyebabkan seseorang lebih rentan mengalami penyakit kanker mulut. Kandungan kimia pada rokok menjadi pemicu penyakit kanker mulut. Tidak ada salahnya untuk hentikan kebiasaan merokok agar kesehatan Anda tetap terjaga. \n\n - Berhenti Mengonsumsi Alkohol Secara Berlebihan. Tidak hanya merokok, konsumsi alkohol secara berlebihan juga meningkatkan risiko seseorang mengalami kanker mulut. Alkohol yang berlebihan menyebabkan iritasi pada sel-sel di dalam mulut sehingga rentan mengalami kondisi kanker. Tidak hanya kanker mulut, mengonsumsi alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan lain, seperti kerusakan hati dan kerusakan pankreas. \n\n - Hindari Paparan Sinar Matahari Langsung. Sebaiknya hindari area mulut, seperti bibir dari paparan langsung sinar matahari. Jangan lupa untuk gunakan lip balm atau pelindung bibir lainnya agar terhindar dari risiko kanker mulut. Tidak hanya itu, gunakan penutup tubuh atau wajah agar kesehatan kulit dan tubuh tetap terjaga. \n\n - Periksa Kesehatan Mulut dan Gigi Secara Berkala. Sebaiknya periksakan kesehatan gigi dan mulut pada dokter gigi secara rutin untuk menghindari gangguan kesehatan yang muncul pada area mulut atau gigi. \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina merasakan perasaan tidak nyaman pada area sekitar rongga mulut, segeralah konsultasikan dengan dokter agar dapat segera didiagnosis dan diobati sehingga tidak menjadi penyakit yang parah. Salam Sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Palembang<\/a><\/li>
- 27 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Kenal Lebih Dekat Penyakit Kanker<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, seperti yang kita ketahui kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. \n\n \n\n Kanker sering dikenal oleh masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal atau abnormal. Tumor dibagi dalam 2 golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas. \n\n \n\n Kanker dapat menimpa semua orang, pada setiap bagian tubuh, dan pada semua gologan umur, tetapi lebih sering menimpa orang yang berusia 40 tahun. \n\n \n\n Umumnya sebelum kanker meluas atau merusak jaringan di sekitarnya, penderita tidak merasakan adanya keluhan ataupun gejala. Bila sudah ada keluhan atau gejala, biasanya penyakitnya sudah lanjut. \n\n \n\n Apa itu Kanker? \n\n Kanker adalah penyakit yang terjadi akibat pertumbuhan sel-sel abnormal yang tidak terkendali, menyebabkan jaringan tubuh normal rusak. Pada dasarnya, tubuh manusia terdiri dari triliunan sel yang tersebar di setiap organ dan bagian. Nantinya, sel-sel ini akan terus tumbuh dan berkembang menjadi sel baru. Karena sudah tergantikan, secara alami sel-sel yang tidak sehat, tidak berfungsi dan tua akan mati. \n\n \n\n Sementara sel kanker tidak akan mati dengan sendirinya. Sel tersebut akan memperbanyak diri hingga jumlah yang sudah tak bisa dikendalikan lagi. Perubahan inilah yang bisa memicu munculnya sel kanker. Penyakit ini bisa muncul pada bagian tubuh mana pun karena asalnya dari sel dalam tubuh manusia. Hal tersebut menjawab pertanyaan mengapa kanker banyak sekali jenisnya. Berdasarkan laporan dan riset, terdapat lebih dari 200 jenis penyakit kanker yang berbeda. \n\n \n\n Ada 7 gejala yang perlu diperhatikan dan diperiksakan lebih lanjut ke dokter untuk memastikan ada atau tidaknya kanker, yaitu: \n\n \n Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan \n Alat pencernaan terganggu dan susah menelan \n Suara serak atau batuk yang tak sembuh \n Payudara atau di tempat lain ada benjolan (tumor) \n Andeng-andeng (tahi lalat) yang berubah sifatnya, menjadi semakin besar dan gatal \n Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh \n Adanya koreng atau borok yang tak kunjung sembuh. \n \n\n \n\n Jenis-Jenis Kanker \n\n - Kanker Darah \n\n - Kanker Hati \n\n - Kanker Payudara \n\n - Kanker Kuit Melanoma \n\n - Kanker Lambung \n\n - Kanker Lidah \n\n - Kanker Mulut \n\n - Kanker Mata \n\n - Kanker Otak \n\n - Kanker Tiroid \n\n - Kanker Serviks \n\n - Kanker Paru \n\n \n\n Faktor Resiko Penyakit Kanker \n\n Berikut beberapa faktor risiko kanker yang diketahui: \n\n - Usia. Kanker membutuhkan waktu puluhan tahun untuk berkembang. Itu sebabnya kebanyakan orang yang didiagnosis menderita kanker telah berusia 65 tahun atau lebih. Walaupun lebih umum terjadi pada orang tua, namun kanker sekali lagi dapat didiagnosis pada usia berapa pun. \n\n - Gaya hidup, pilihan gaya hidup tertentu diketahui meningkatkan risiko kanker. Berikut beberapa kebiasaan yang bisa memicu kanker: Merokok, minum lebih dari satu gelas alkohol sehari, paparan sinar matahari yang berlebihan atau sering terbakar sinar matahari, obesitas, melakukan hubungan seks yang tidak aman dapat berkontribusi pada kanker. Mengubah kebiasaan-kebiasaan tersebut diyakini dapat menurunkan risiko seseorang terkena kanker. \n\n - Riwayat keluarga. Jika kanker umum terjadi di keluarga, ada kemungkinan mutasi diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, Anda mungkin perlu melakukan pengujian genetik untuk melihat apakah telah mewarisi mutasi yang dapat meningkatkan risiko kanker tertentu atau tidak. Namun perlu diingat juga, memiliki mutasi genetik yang diwariskan tidak selalu berarti Anda akan terkena kanker. \n\n - Kondisi kesehatan. Beberapa kondisi kesehatan kronis, seperti kolitis ulserativa diketahui dapat meningkatkan risiko Anda terkena kanker tertentu. \n\n - Lingkungan. Lingkungan yang mengandung bahan kimia berbahaya dapat meningkatkan risiko seseorang terjangkit kanker. \n\n \n\n Upaya Pencegahan Kanker \n\n Sebagian besar jenis kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat sejak usia muda dan menghindari faktor-faktor penyebab kanker. Meskipun penyebab kanker secara pasti belum diketahui, setiap orang dapat melakukan upaya pencegahan dengan cara hidup sehat dan menghindari penyebab kanker: \n\n - Konsumsi makanan sehat. Mengurangi makanan berlemak yang berlebihan Lebih banyak makan makanan berserat. Lebih banyak makan sayur-sayuran berwarna serta buah-buahan beberapa kali sehari, lebih banyak makan makanan segar, mengurangi makanan yang telah diawetkan atau disimpan terlalu lama \n\n - Membatasi minuman alcohol \n\n - Hindari diri dari penyakit akibat hubungan seksual \n\n - Hindari kebiasaan merokok. Bagi perokok sebaiknya berhenti merokok \n\n - Upayakan kehidupan seimbang dan hindari stress \n\n - Periksakan kesehatan secara berkala dan teratur. \n\n \n\n Sahabat Hermina, itulah sedikit pengetahuan mengenai penyakit kanker semoga artikel ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan Sahabat Hermina mengenai penyakit kanker. Selalu jaga pola hidup sehat, dan hindari hal-hal yang dapat menjadi resiko kanker. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mekarsari<\/a><\/li>
- 27 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Berkenalan dengan Gangguan Kecemasan<\/a><\/h3>
Cemas adalah salah satu dari bentuk emosi manusia. Cemas merupakan respon normal manusia saat menghadapi bahaya, bahkan cemas sering disebut sebagai ‘alarm bahaya’ pada manusia. Dilihat dari fungsinya, sebenarnya cemas memiliki fungsi yang baik bagi manusia. Hanya saja, jika ‘alarm’ ini berfungsi berlebihan, maka bisa menimbulkan gangguan pada manusia. \n\n Cemas dalam kadar yang wajar, justru membantu manusia untuk mempersiapkan diri menghadapi masalah yang ada di sekitarnya. Saat kecemasan menjadi tidak terkendali dan memengaruhi fungsi manusia dalam kehidupan sehari-hari (fungsi pekerjaan dan fungsi sosial), maka kecemasan itu sudah menimbulkan gangguan pada manusia dan perlu dikelola. Bila kecemasan yang kita rasakan sudah tidak terkendali, maka itu saatnya kita membutuhkan bantuan profesional untuk menolong kita mengelola kecemasan yang kita rasakan. \n\n Gangguan kecemasan dapat terjadi pada siapa saja dan cukup sering dijumpai pada masyarakat. Beberapa data menyatakan bahwa satu dari enam atau delapan orang dalam masyarakat, mengalami gangguan kecemasan. Ada beberapa jenis gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan panik dan beberapa pengelompokan yang lain. \n\n \n\n \n\n Gejala Gangguan Cemas \n\n Secara umum, kecemasan menimbulkan gejala fisik dan seringkali gejala fisik ini yang mempengaruhi fungsi seseorang. Gejala fisik yang ditimbulkan dari masing-masing gangguan cemas memberikan gambaran yang belum tentu sama. \n\n \n\n Gangguan Cemas Menyeluruh \n\n Pada gangguan cemas menyeluruh didapatkan adanya rasa cemas dan khawatir yang berlebihan, yang berlangsung hampir setiap hari, sedikitnya sudah berlangsung selama 6 bulan, dan dirasakan pada beberapa situasi atau aktivitas. Pada kondisi ini, seseorang sulit untuk mengendalikan kekhawatirannya. \n\n Pada gangguan cemas menyeluruh minimal dijumpai tiga dari beberapa gejala fisik berikut, yaitu rasa gelisah, mudah merasa lelah, sulit konsentrasi, mudah tersinggung, tegang pada beberapa otot dan gangguan tidur (sulit untuk memulai tidur atau terbangun-bangun atau tidur yang tidak memuaskan). \n\n \n\n \n\n Gangguan Panik \n\n Panik adalah ketakutan atau perasaan tidak nyaman yang memuncak dan mendadak yang terjadi dengan cepat (hitungan menit) yang terjadi bersamaan dengan gejala-gejala fisik. Letusan emosi ini dapat berawal dari kondisi yang tenang atau dari kondisi cemas. \n\n Pada gangguan panik, minimal terjadi 4 dari gejala fisik berikut, yaitu: berdebar-debar atau denyut jantung yang berdetak kencang, berkeringat, tangan dan kaki gemetar, berat atau sulit bernafas, rasa seperti tersedak, nyeri dada, mual atau keluhan pada perut, rasa pusing, rasa seperti kepanasan, kebas atau hilang rasa pada tangan atau kaki, merasa seperti terlepas dari diri sendiri, timbul ketakutan untuk kehilangan kontrol diri dan timbul ketakutan akan kematian. \n\n Pada gangguan panik, gejala diatas minimal telah terjadi selama 1 bulan, disertai dengan kekhawatiran yang menetap tentang kemungkinan timbul panik selanjutnya atau adanya perubahan perilaku bermakna terkait panik (biasanya untuk menghindari timbulnya panik). \n\n \n\n \n\n Penyebab Timbulnya Gangguan Cemas \n\n Berbagai faktor berkonstribusi menyebabkan timbulnya gangguan cemas. Faktor genetik menjadi salah satu faktor yang berperan. Hampir setengah dari pasien panik memiliki sedikitnya satu anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama. \n\n Dari faktor biologi, fungsi “alarm” pada cemas menstimulasi sistem syaraf otonom dan memberikan beberapa gejala kardiovaskuler (seperti takikardia), muscular (seperti sakit kepala), gastrointestinal (seperti diare) dan pernapasan (tachpnoe). Secara biologis juga terjadi perubahan pada beberapa neurotransmitter di otak. Dari faktor psikologis, cemas dikatakan sebagai sinyal adanya bahaya bawah sadar (tanpa disadari), atau sebagai respon yang timbul pada stimulus lingkungan yang spesifik (misalnya seorang anak akan cemas bila melihat ayahnya yang abusive) \n\n \n\n \n\n Tata Laksana Gangguan Cemas \n\n Penatalaksanaan gangguan cemas meliputi tata laksana psikofarmaka dan nonpsikofarmaka. Pada gangguan cemas, secara mekanisme biokimiawi terjadi perubahan pada beberapa neurotransmitter di otak, seperti pada serotonin, dopamine, Gaba, Glutamat dan Noradrenaline. Dalam tata laksana psikofarmaka, maka obat-obat yang digunakan adalah obat-obat yang bekerja pada neurotransmitter tersebut. Beberapa obat yang digunakan antara lain antidepresan (terutama golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) dan anxiolitik (sering digunakan golongan benzodiazepine). \n\n Pada terapi nonpsikofarmaka, digunakan terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavior Therapy / CBT). CBT akan membantu pasien untuk mengubah pola pikir yang kurang tepat yang sering kali memicu timbulnya kecemasan dan mempengaruhi perilaku orang tersebut. Pola pikir yang kurang tepat itu akan diganti dengan pikiran alternatif yang lebih adaptif sehingga mengurangi gejala kecemasan yang timbul dan memberikan perilaku yang adaptif juga. CBT juga akan membantu pasien mengenali kecemasan yang ada pada dirinya dan beradaptasi (bersahabat) dengan kecemasan tersebut. \n\n \n\n Tata laksana kecemasan akan lebih maksimal jika kita memanfaatkan kedua jenis tata laksana tersebut, psikofarmaka dan nonpsikofarmaka. Proses pengelolaan kecemasan tidak bisa dilakukan secara instan, pasti memerlukan waktu. Semakin kita berlatih untuk mengubah pola pikir, maka semakin kita mengenal diri kita sendiri dan semakin kita bisa mengetahui bagaimana cara mengelolanya. Mari berjuang bersama! \n\n \n\n Jangan ragu untuk konsultasikan kesehatan jiwa Sahabat Hermina dengan dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS Hermina Mekarsari. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekanbaru<\/a><\/li>
- 26 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Dampak Penggunaan Headset pada Telinga<\/a><\/h3>
Headset merupakan speaker atau alat pengeras suara berukuran kecil yang dipasang di telinga. Mendengarkan musik dan menonton film dari laptop atau handphone dengan headset memang terasa menyenangkan dan lebih nyaman karena tidak menimbulkan suara yang mengganggu orang lain. Sebagai alat yang dirasa sangat menguntungkan, tak banyak orang yang kemudian tidak bisa lepas untuk menggunakannya. Banyak orang yang menggunakan earphone hingga lupa waktu alias tidak ada batasan waktu. \n\n \n\n Alih-alih ingin mendapatkan kenyamanan saat melakukan beragam aktivitas, ternyata ada dampak buruk bagi kesehatan dari keseringan menggunakan headset. Penggunaan headset yang tidak sesuai anjuran berpotensi menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk kesehatan pendengaran. Berikut beberapa bahaya headset terhadap telinga Anda: \n\n 1. Gangguan Pendengaran \n\n Ketika Anda menggunakan headset dengan suara melebihi 85 desibel (dB), kondisi ini bisa menyebabkan ketulian atau gangguan pendengaran. Bahkan, penggunaan di atas 15 menit juga berisiko memicu gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran ada yang bersifat sementara dan permanen. Gangguan pendengaran sementara biasanya hanya berlangsung singkat dan bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, gangguan pendengaran permanen bisa saja terjadi jika Anda mendengarkan musik dengan suara yang sangat keras dalam jangka waktu lama, terlebih melalui headset. \n\n 2. Infeksi Telinga \n\n Salah satu bahaya headset bagi kesehatan telinga Anda adalah risiko infeksi telinga. Infeksi bisa disebabkan oleh penggunaan headset secara bergantian dengan orang lain karena bakteri dari telinga orang lain akan mudah berpindah ke telinga Anda, begitu pun sebaliknya. \n\n 3. Tinnitus \n\n Tinnitus adalah kondisi ketika Anda mendengar suara berdengung. Menurut beberapa penelitian, kebiasaan mendengarkan musik menggunakan headset dengan volume suara tinggi selama 3 jam atau lebih dapat meningkatkan risiko terjadinya tinnitus. Tinnitus bisa semakin parah dan membuat pendengaran Anda terganggu, jika Anda sudah terlalu lama atau sering mendengarkan suara keras. \n\n 4. Hilangnya pendengaran \n\n Efek samping sering pakai headset yang cukup berbahaya adalah kehilangan pendengaran. Kondisi ini biasanya terjadi secara bertahap dan terkadang baru terdeteksi melalui tes pendengaran. Kemampuan mendengar Anda mungkin telah berkurang atau hilang apabila Anda mulai menaikkan volume suara ketika menonton film, tidak jelas mendengar suara, atau kesulitan mendengar dan memahami pembicaraan orang lain. Jika sudah mengalami kehilangan pendengaran, Anda mungkin akan membutuhkan alat bantu dengar untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain atau mendengarkan suara. \n\n \n\n Bagaimana cara mengetahui gejala kurang dengar akibat bising? \n\n - Suara jadi tidak jelas \n\n - Sulit dengar saat orang lain berbicara \n\n - Telinga berdenging (biasanya pada malam hari) \n\n \n\n Nah, Sahabat Hermina, meskipun nyaman, yuk perhatikan juga durasi pemakaian headset. Disarankan bagi Anda untuk beristirahat sejenak di setiap jamnya untuk membantu telinga pulih dari gelombang suara yang dihasilkan oleh headset, serta jangan mendengarkan musik terlalu keras. Khusus pengguna headset dan sejenisnya, jangan mendengar volume lebih dari 60% dan sebaiknya jangan mendengar lebih dari 60 menit sehari agar telinga Anda tetap dapat berfungsi dengan baik hingga usia lanjut. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 26 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Katarak dan Penanganannya<\/a><\/h3>
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata. Munculnya katarak pada mata akan mengakibatkan lemahnya penglihatan bahkan bisa sampai buta. Katarak bisa mengenai seluruh kelompok umur, tetapi paling sering terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. \n\n \n\n Gejala Katarak \n\n Terdapat berbagai gejala awal yang menjadi petunjuk bahwa Anda menderita penyakit katarak, gejala tersebut adalah: \n\n 1. Pandangan mata menjadi buram pada saat melihat suatu objek atau membaca suatu tulisan. \n\n 2. Sensitifitas terhadap cahaya atau sinar menjadi tinggi. \n\n 3. Pada saat melihat objek benda dan cahaya dengan menggunakan satu mata saja, objek dapat terlihat seperti ganda. \n\n 4. Kesulitan melihat pada malam hari. \n\n 5. Pada saat memandang sinar akan muncul lingkaran cahaya pada penglihatan. \n\n \n\n Faktor Risiko Katarak \n\n Beberapa faktor risiko katarak, antara lain: \n\n - Penuaan. Penuaan adalah penyebab tersering dari kekeruhan lensa atau katarak. \n\n - Riwayat trauma. Lensa mata yang pernah mengalami trauma, seperti masuknya serpihan material tajam ke mata, terbentur bola, kembang api, dapat membuat katarak timbul lebih cepat. \n\n - Infeksi saat kehamilan. Jika ibu saat hamil mengidap infeksi, khususnya rubella, dapat menjadi penyebab utama terjadinya katarak kongenital pada anak yang dilahirkan. Katarak kongenital dapat terjadi pada salah satu atau kedua mata anak. \n\n - Mengonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka waktu lama, seperti obat kortikosteroid dan amiodaron, dapat memicu katarak. \n\n - Pengidap penyakit tertentu. Pengidap diabetes melitus, hipertensi, hipokalemia, dan dermatitis atopik, dapat berkaitan dengan timbulnya katarak di kemudian hari. \n\n - Kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol. \n\n - Paparan sinar matahari yang lama pada mata. \n\n - Paparan toksin atau racun. \n\n - Riwayat keluarga yang mengidap katarak. \n\n - Riwayat operasi pada mata. \n\n - Pencegahan Penyakit Katarak \n\n \n\n Penyakit katarak, dapat diantisipasi dengan melakukan tiga tahapan pemeriksaan mata bertujuan untuk mendiagnosa penyebab dan gejala penyakit katarak sejak dini, diantaranya merupakan: \n\n 1. Periksa Mata (Tes Ketajaman Penglihatan). Pasien akan diperlihatkan sebuah papan huruf yang terdiri dari berbagai huruf besar hingga huruf kecil dan akan diminta untuk membacanya. Pemeriksaan seperti ini harus dilakukan minimal setahun sekali. \n\n 2. Pemeriksaan Lampu Celah. Pemeriksaan jenis ini, menggunakan alat pembesar (Magnification) dan bantuan cahaya (Slit lamp). Alat ini digunakan untuk mendeteksi apabila adanya selaput atau benda kecil yang terdapat pada mata. \n\n 3. Pemeriksaan Retina Mata. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memberikan obat tetes mata yang berfungsi untuk membesarkan pupil mata dalam mengecek penyakit katarak tersebut. \n\n \n\n \n\n Pengobatan Katarak \n\n Jika akibat katarak penglihatan semakin memburuk dan sulit menjalani aktivitas sehari-hari, pengobatan katarak hanyalah dengan prosedur operasi. Operasi katarak pada umumnya aman dan tidak membutuhkan rawat inap. Ada dua jenis operasi katarak, yaitu: \n\n - Small incision cataract surgery (phacoemulsification). Operasi ini dilakukan dengan melakukan insisi kecil pada tepi kornea. Selanjutnya, dokter akan menyinarkan gelombang ultrasound untuk menghancurkan lensa lalu diambil menggunakan alat penghisap. \n\n - Extracapsular surgery. Operasi ini membutuhkan insisi yang lebih besar untuk mengeluarkan inti lensa yang berkabut. Selanjutnya, sisa lensa dikeluarkan dengan menggunakan alat penghisap. \n\n \n\n Pada proses kedua jenis operasi tersebut, lensa buatan yang disebut juga lensa intraokular dimasukan untuk menggantikan lensa yang asli. Operasi ini membutuhkan waktu sekitar satu jam dan tanpa rasa nyeri. Dokter umumnya menggunakan obat tetes mata untuk membuat mata menjadi baal dan pengidap tetap sadar selama menjalani operasi. \n\n \n\n Kapan Harus ke Dokter? \n\n Jika timbul beberapa gejala katarak seperti yang telah disebutkan di atas dan semakin mengganggu atau semakin memburuk sehingga pengidap merasakan nyeri pada mata atau kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, ada baiknya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis mata untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Untuk melakukan pemeriksaan, bisa langsung membuat janji dengan dokter di rumah sakit Hermina Samarinda atau bisa konsultasi online melalui Hermina Mobile aplikasi download di playstore atau Appstore di smartphone Anda. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 23 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Jangan Abaikan Nyeri pada Perut<\/a><\/h3>
Nyeri perut (nyeri adomen/abdominal pain) merupakan sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada area dibawah tepi tulang rusuk/iga (right and left costal margin) sampai sekitar lipat paha (inguinal fold). Setiap individu pasti pernah merasakan sensasi tidak nyaman ini. \n\n Nyeri perut ini dapat muncul secara tiba-tiba (akut), kambuhan (kronis) atau progresif (makin lama makin memberat). Nyeri dapat dirasakan sebagai nyeri tumpul, tajam (seperti disayat atau ditusuk atau terbakar), kolik (nyeri hilang timbul ritmik). Nyeri perut ini pada beberapa kasus dapat hilang dengan sendirinya, tetapi tidak jarang menjadi permasalahan yang lebih serius, bahkan mengancam nyawa, sehingga penting untuk mengetahui kapan harus segera mencari pertolongan. \n\n \n\n Nyeri Perut Akut \n\n Nyeri akut dapat berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Nyeri akut ini bisa akibat dari sembelit (konstipasi) atau akibat makan berlebihan yang biasanya hilang dengan sendirinya, tetapi bisa juga merupakan suatu kondisi yang lebih serius hingga dapat mengancam nyawa atau sering disebut akut abdomen (acute abdominal pain), dan perlu pertolongan segera. Gejala akut abdomen ini sering disertai mual, muntah, atau demam. Nyeri akut tersebut bisa timbul akibat permasalahan dalam perut atau dapat juga berasal dari sekitarnya. \n\n Ada berbagai macam permasalahan intraabdomen (dalam perut), yaitu: \n\n - Peritonitis (radang selaput/kantong pembungkus organ dalam perut) \n\n - Usus \n\n Radang usus buntu (appendicitis), divertikulitis, duodenitis (radang di bagian pertama usus kecil), viral gastroenteritis (flu perut), Mesenteritis sclerosis, limfadenitis mesenterika (pembengkakan kelenjar getah bening pada membran penahan usus) \n\n Sumbatan/obstruksi usus, impaksi tinja (tinja mengeras yang tidak bisa dikeluarkan), intususepsi (sering terjadi pada anak-anak) \n\n Usus besar robek \n\n - Hati, Limpa, Empedu dan Pankreas \n\n Abses hati (bisul/kantong berisi nanah di hati) \n\n Kolangitis (radang saluran empedu), kolesistitis (radang kantung empedu) \n\n Pankreatitis (radang pankreas) \n\n Limpa pecah, infeksi limpa, abses limpa (bisul/kantong berisi nanah di limpa) \n\n - Saluran Kencing \n\n Infeksi ginjal (pielonefritis), infeksi saluran kemih (ISK), sistitis (radang kandung kemih) \n\n Batu ginjal \n\n - Pembuluh Darah Abdomen \n\n Aneurisma aorta abdominal \n\n Trombosis mesenterika (bekuan darah di pembuluh darah balik usus), iskemia mesenterika (penurunan aliran darah ke usus) \n\n - Kandungan \n\n Salpingitis (radang saluran tuba) \n\n Kehamilan ektopik (hamil diluar kandungan) \n\n \n\n \n\n Sementara untuk permasalahan ekstraabdomen (luar perut) terdiri dari: \n\n - Problem sistemik, seperti ketoasidosis diabetik \n\n - Jantung dan Paru \n\n Serangan jantung, perikarditis (radang selaput pembungkus jantung) \n\n Pleurisy (radang selaput paru-paru), radang paru-paru, infark paru (gangguan aliran darah ke paru-paru) \n\n - Herpes zoster (infeksi herpes zoster) \n\n \n\n \n\n Nyeri Perut Kronis (Episodik atau Intermitten) \n\n Penyebab spesifik pada nyeri ini sulit ditentukan biasanya akibat gangguan organ atau fungsional. Gejala dapat ringan hingga berat, umumnya hilang timbul dan tidak memburuk seiring berjalannya waktu atau sembuh dengan sendirinya. \n\n Episodik, biasanya mengikuti siklus tertentu, misal mensturasi, dan menghilang setelah mestruasi selesai. Macam-macam nyeri ini adalah: \n\n - Endometriosis \n\n Mittelschmerz (nyeri ovulasi) \n\n Kista ovarium \n\n - Intermitten \n\n - Intraabdomen \n\n - Batu empedu \n\n - Dispepsia fungsional, gastritis (radang selaput perut), penyakit gastroesophageal reflux (GERD) \n\n - Hernia (hiatal, inguinalis) \n\n - Abses (bisul) perut, penyakit radang panggul (PID) \n\n - Sindrom iritasi usus, kolitis ulseratif, penyakit celiac \n\n \n\n Sementara untuk nyari ekstraabdomen: \n\n - Angina (aliran darah ke jantung berkurang) \n\n - Anemia sel sabit \n\n - Strain otot perut atau kram \n\n \n\n \n\n Nyeri Perut Progressive (semakin lama semakin memberat) \n\n Nyeri perut yang dirasakan semakin memburuk dari waktu ke waktu, sering kali disertai dengan ditemukannya gejala lain. Nyeri jenis ini sering diakibatkan oleh keganasan atau kanker. Penyebab sakit perut progresif meliputi: \n\n - Keganasan/Kanker \n\n - Kanker kandung empedu \n\n - Kanker ginjal \n\n - Kanker hati \n\n - Limfoma non-Hodgkin \n\n - Kanker pankreas \n\n - Kanker perut \n\n - Sistemik \n\n - Uremia (penumpukan produk limbah dalam darah Anda) \n\n - Keracunan timbal \n\n - Limpa membesar (splenomegali) \n\n - Infeksi atau peradangan \n\n - Penyakit Crohn (sejenis penyakit radang usus) \n\n - Hepatitis \n\n - Abses tubo-ovarium (kantong berisi nanah pada tuba falopi dan indung telur/ovarium) \n\n \n\n Sahabat Hermina disarankan untuk segera ke Unit Gawat Darurat, jika: \n\n - Nyeri perut dirasakan sangat hebat; \n\n - Akibat trauma, seperti kecelakaan; \n\n - Disertai nyeri di dada, atau leher, atau bahu, atau dada seperti ditekan; atau \n\n merasa seperti akan pingsan; \n\n - nyeri perut disertai perut mengembung, tidak bisa kentut, tidak bisa buang air besar dan disertai mual atau muntah \n\n - Nyeri hebat tiba-tiba atau tidak pernah merasakan sensasi nyeri sehebat ini sebelumnya \n\n - Nyeri perut disertai perut yang kaku/keras, dan sakit saat disentuh, bergerak atau batuk \n\n - Nyeri disertai sesak napas, pusing, muntah, atau demam tinggi \n\n - Nyeri perut disertai muntah darah atau mengalami diare berdarah (merah terang, merah maroon/gelap, atau hitam pekat) \n\n - Nyeri perut disertai pendarahan vagina \n\n - Hamil atau kemungkinan hamil (biasanya disertai keterlambatan datang bulan) \n\n \n\n Segera ke rumah sakit, jika \n\n - Diare selama lebih dari 5 hari \n\n - Disertai nyeri tulang belikat (kadang disertai mual) \n\n - Ditemukan darah pada tinja atau urin \n\n - Mengalami penurunan berat badan tanpa alasan \n\n - Penurunan nafsu makan \n\n - Kulit yang tampak kuning \n\n \n\n \n\n Tips Mencegah Nyeri Perut \n\n Berikut beberapa tips untuk membantu mencegah atau mengurangi sakit perut: \n\n \n Makan dengan volume/porsi lebih sedikit setiap kali makan. \n Hindari makanan berminyak, digoreng, atau makanan berlemak tinggi atau bersantan lainnya, atau pedas. \n Hindari makan makanan yang membuat kembung. \n Kurangi konsumsi kopi, teh dan alkohol. \n Hindari mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas seperti aspirin atau ibuprofen, karena dapat menyebabkan iritasi lambung yang dapat memperburuk nyeri perut. \n Minum banyak cairan. \n Berolahraga secara teratur. \n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n Referensi: \n\n \n\n American Academy of Pediatrics Subcommittee on Chronic Abdominal Pain. Chronic abdominal pain in children. Pediatrics 2005; 115:812. \n\n Anonim. Abdominal Pain. Icahn School of Medicine at Mount Sinai 2021. Available at https://www.mountsinai.org/health-library/symptoms/abdominal-pain \n\n Anonim. Patient Education – Abdominal Pain. Fairview Health Services 2019. Available at https://www.fairview.org/patient-education/40384 \n\n Baber KF, Anderson J, Puzanovova M, Walker LS. Rome II versus Rome III classification of functional gastrointestinal disorders in pediatric chronic abdominal pain. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2008; 47:299. \n\n Boyle JT, Hamel-Lambert J. Biopsychosocial issues in functional abdominal pain. Pediatr Ann 2001; 30:32. \n\n Crushell E, Rowland M, Doherty M, et al. Importance of parental conceptual model of illness in severe recurrent abdominal pain. Pediatrics 2003; 112:1368. \n\n Huertas-Ceballos A, Logan S, Bennett C, Macarthur C. Psychosocial interventions for recurrent abdominal pain (RAP) and irritable bowel syndrome (IBS) in childhood. Cochrane Database Syst Rev 2008; :CD003014. \n\n Huertas-Ceballos AA, Logan S, Bennett C, Macarthur C. Dietary interventions for recurrent abdominal pain (RAP) and irritable bowel syndrome (IBS) in childhood. Cochrane Database Syst Rev 2009; :CD003019. \n\n Knott, L. Abdominal Pain. Patient Platform Limited 2019. Available at https://patient.info/doctor/abdominal-pain-pro. \n\n Mayo Clinic Staff. Symptoms Abdominal Pain. Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) 2019. Available at https://www.mayoclinic.org/symptoms/abdominal-pain/basics/definition/sym-20050728. \n\n Tidy, C. Acute Abdomen. Patient Platform Limited 2019. Available at https://patient.info/doctor/acute-abdomen. \n\n Weydert JA, Ball TM, Davis MF. Systematic review of treatments for recurrent abdominal pain. Pediatrics 2003; 111:e1. \n\n Zeller, JL., Burke, AE., Glass, RM. Acute Abdominal Pain. JAMA. 2006;296(14):1800. \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 19 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Ketahui Kelainan Refraksi Mata dan Cara Pencegahannya<\/a><\/h3>
Refraksi mata merupakan proses masuknya cahaya dari bagian depan mata (kornea, pupil, retina) untuk dibiaskan tepat pada retina (bagian belakang mata). Dengan begitu, objek dapat terlihat jelas. Masalah penglihatan yang paling sering terjadi adalah kelainan refraksi mata. Orang yang memiliki masalah pada refraksi mata akan mengeluh pandangannya buram saat melihat benda yang letaknya jauh, dekat, atau keduanya. \n\n \n\n \n\n Jenis-Jenis Kelainan Refraksi Mata \n\n 1.Rabun Jauh (Miopi) \n\n Penderita rabun jauh atau miopi dapat melihat objek yang jaraknya dekat secara jelas, namun sulit melihat objek yang jaraknya jauh. Kondisi ini terjadi karena cahaya yang masuk ke mata jatuh di depan retina. Miopi berat dapat meningkatkan risiko terjadinya ablasi retina, katarak, dan glaukoma. \n\n 2. Rabun dekat (Hipermetropi) \n\n Rabun dekat merupakan kebalikan dari miopi. Penderita rabun dekat atau hipermetropi dapat melihat objek yang letaknya jauh dengan jelas, namun sulit melihat objek yang dekat. Kondisi ini membuat penderitanya merasa sulit saat membaca tulisan yang jaraknya dekat dengan mata. Rabun dekat terjadi akibat cahaya yang masuk ke mata jatuh di belakang retina. Rabun dekat juga dapat menyebabkan ketegangan otot mata, sehingga penderitanya mudah pusing dan sakit kepala. \n\n 3. Mata silinder (Astigmatisme) \n\n Kondisi mata silinder dapat terjadi bersamaan dengan rabun dekat maupun rabun jauh. Mata silinder atau astigmatisme adalah gangguan penglihatan yang terjadi akibat cacat pada kornea atau lengkungan lensa. Kondisi ini menyebabkan penglihatan menjadi kabur atau berbayang, baik saat melihat benda yang jaraknya dekat maupun jauh. \n\n 4. Mata tua (Presbiopi) \n\n Mata tua atau presbiopi adalah kondisi yang terjadi karena lensa mata menjadi kaku, sehingga sulit untuk membiaskan dan memfokuskan cahaya pada retina mata. Kekakuan lensa mata ini terjadi karena proses penuaan. Kondisi ini wajar dialami oleh lansia atau orang dewasa berusia di atas 45 tahun. \n\n \n\n \n\n Tanda dan Gejala Kelainan Refraksi Mata \n\n Ada berbagai tanda dan gejala dari kelainan refraksi mata, tetapi yang paling umum adalah tidak dapat melihat objek dengan jelas. Beberapa tanda dan gejala umum dari kelainan refraksi, antara lain: \n\n \n Pandangan mata kabur atau berbayang \n Sering menyipitkan mata untuk melihat objek dengan jelas \n Sulit fokus saat membaca buku, menonton TV, dan melihat layar komputer atau gadget \n Mata seperti terhalang kabut \n Mata sensitif atau silau terhadap pencahayaan yang terlalu terang \n Mata silau atau melihat lingkaran cahaya di sekitar cahaya terang \n Sakit kepala \n Mata tegang \n \n\n \n\n \n\n Faktor Resiko Kelainan Refraksi Mata \n\n Siapa pun sebenarnya bisa mengalami kelainan refraksi. Namun, terdapat beberapa faktor risiko penyebab terjadinya gangguan penglihatan, yaitu: \n\n - Genetik atau keturunan \n\n Mempunyai anggota keluarga yang memiliki mata rabun meningkatkan risiko mengalami hal serupa. \n\n - Usia \n\n Sebagian besar kasus rabun jauh mulai dialami ketika anak-anak. Sementara presbiopi merupakan gangguan penglihatan yang umumnya diderita oleh orang berumur 40 tahun atau lebih. \n\n - Penyakit mata atau kelainan genetik lainnya \n\n Jika mengalami penyakit katarak atau glaukoma, komplikasi penyakit lain seperti diabetes, dan kelainan genetik pada mata, maka Sahabat Hermina berisiko mengalami kelainan refraksi. \n\n \n\n \n\n Pencegahan Kelainan Refraksi Mata \n\n Tips untuk mencegah kelainan refraksi mata dapat dilakukan dengan menerapkan perilaku menjaga kesehatan mata, antara lain: \n\n - Membaca dalam posisi duduk dengan penerangan cukup, jarak antara mata dengan buku minimal 30 cm \n\n - Mengistirahatkan mata setelah 1-2 jam beraktivitas dengan mata (membaca, menonton televisi, menggunakan komputer, dan lain-lain) \n\n - Mengonsumsi makanan yang sehat dan gizi seimbang \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina mengalami keluhan seputar mata, segera konsultasi kepada dokter spesialis mata di RS Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan informasi jadwal praktek dan pendaftaran dokter melalui website Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 18 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gejala Kanker Paru yang Harus Diwaspadai<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, bagi para perokok, baik yang pasif atau aktif, harus mewaspadai diri akan teridap dengan penyakit kanker paru-paru, karena merokok masih mejadi faktor terbesar penyebab penyakit paru-paru. \n\n Kanker paru-paru tidak menyebabkan gejala sampai penyakit ini tersebar luas. Namun, menurut American Cancer Society, pada beberapa kasus kanker paru-paru awal terdapat sejumlah gejala yang harus diwaspadai. \n\n \n\n Pencegahan Kanker Paru \n\n Mencegah kanker paru - paru adalah dengan menghindari rokok dan asapnya. Jika Anda perokok, segeralah berhenti. Jika Anda mampu berhenti merokok selama 10 (sepuluh) tahun, dapat menurunkan risiko kanker paru sebanyak 50%. \n\n Diet rendah lemak, makanan tinggi serat, mengkonsumsi sayuran, buah dan biji-bijian dapat menurunkan risiko kanker. Olahragalah secara teratur, minimal olahraga aerobik, lari dan lainnya dengan intensitas sedang selama 150menit per minggu. \n\n Pasien Kanker Paru biasanya datang saat sudah memasuki stadium akhir, karena gejala awalnya yang tidak terlihat, atau bahkan tanpa gejala ketika berada di stadium awal. \n\n Apalagi pada masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, gejala-gejalanya bahkan bisa terdeteksi sebagai penyakit itu. \n\n \n\n Yuk, kenali lebih dalam gejala yang di alami berikut, agar bisa kita deteksi lebih dini: \n\n 1. Sakit Bahu atau Punggung \n\n Penyakit Tumor Pancoast merupakan jenis kanker paru yang penyebarannya ke tulang rusuk, saraf, tulang belakang dan pembuluh darah. Tumor ini amat sangat jarang mempengaruhi pernapasan, tetapi lebih mengganggu punggung atas, tulang belikat dan lengan yang sering terasa sakit. \n\n 2. Cepat Lelah dan Penglihatan Terganggu \n\n Anemia atau darah rendah merupakan efek yang sering muncul karena kanker paru. Tubuh jadi tidak mendapat oksigen disebabkan karena anemia. \n\n Kanker merupakan penyakit yang suka memakan nutrisi dalam tubuh, karena itu tubuh menjadi cepat lelah. Tumor ini mempengaruhi juga ke saraf mata, yang disebut sindorm horner, gejalanya pupil mengecil di salah satu mata, dan kelopak mata terkulai. Adapun gejalanya tidak bisa berkeringat terlalu banyak di sisi wajah yang sama. \n\n 3. Tidak Seimbang \n\n Karena kanker paru menyerang sistem saraf juga, maka mengakibatkan sistem kerja otot menjadi tidak seimbang, akibat saat diri atau duduk badan menjadi tidak stabil. \n\n 4. Berat Badan Berubah \n\n Pengidap kanker paru stadium awal sering mengalami Sindrom Cushing. Kanker ini memerintahkan tubuh untuk memproduksi kortisol, karena kondisi ini menambah retensi cairan dan menambah berat badan. Kadang juga mempengaruhi nafsu makan, sehingga berat badan tidak terasa turun. \n\n 5. Ujung Jari dan Payudara Bengkak pada Pria \n\n Tumor Paru membuat bahan kimia dalam tubuh seperti hormon, sehingga darah terdorong ke ujung jari jadi terlihat besar dan tebal dari biasanya. Meskipun tidak umum, tetapi 80% penderita kanker paru mengalami gejala ini. Kanker paru jarang menjadi penyebab ginekomastia (perbesaran payudara pada laki-laki), tetapi mungkin saja itu terjadi. Tumor ini menggangu keseimbangan hormon dan menyebabkan nyeri dan pembengkakan pada payudara pria. \n\n \n\n Jika Anda mengalami salah satu gejala di atas, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke Rumah Sakit Hermina Bogor dengan Dokter Sub Spesialis Bedah Onkologi dan Juga Dokter Spesialis Paru. Tenaga ahli kami akan segera memberikan penanganan terbaik. Tetap jaga kesehatan dan juga terapkan protokol kesehatan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Lampung<\/a><\/li>
- 17 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
4 Persiapan untuk Sebelum Jalani Bedah Katarak<\/a><\/h3>
Katarak adalah suatu kondisi ketika lensa mata berubah menjadi keruh dan penglihatan jadi seburam kaca yang berembun. Pada kebanyakan kasus katarak, kondisi ini terjadi seiring proses penuaan. Namun, katarak dapat terjadi juga pada bayi yang baru dilahirkan. \n\n Kondisi ini terjadi secara perlahan. Mulanya kekeruhan pada lensa terasa tipis saja, tetapi kemudian lama kelamaan menjadi semakin tebal. \n\n Ketika katarak sudah menebal, keluhan akan penglihatan yang kabur pun semakin terasa. Misalnya, mata silau jika melihat cahaya yang terang, warna jadi terlihat pudar, melihat objek jadi seperti berganda, dan banyak lagi. \n\n \n\n Apa Itu Bedah Katarak? \n\n Dalam bedah katarak, lensa pasien yang keruh akan diganti dengan lensa buatan. Prosedur ini dilakukan oleh dokter spesialis mata yang umumnya termasuk tindakan medis yang aman Teknik bedah katarak dengan metode Fakoemulsifikasi merupakan teknik bedah katarak yang paling canggih saat ini. Teknik bedah modern ini memungkinkan pasien dapat pulang ke rumah setelah tindakan bedah di hari yang sama tanpa harus menjalani rawat inap (One Day Surgery). \n\n \n\n Apa Saja Persiapan Untuk Menjalani Bedah Katarak? \n\n 1. Lakukan Serangkaian Pemeriksaan Awal \n\n Rangkaian pemeriksaan dan tes harus dilakukan sekitar 1-2 minggu sebelum bedah katarak dilakukan. Selain untuk meminimalisir terjadinya risiko, pemeriksaan dan tes ini juga dilakukan untuk meningkatkan tingkat keberhasilan bedah katarak. Terutama, untuk menentukan pilihan lensa yang terbaik untuk menggantikan lensa alami yang terkena katarak. \n\n Contoh rangkaian pemeriksaan dan tes adalah: \n\n - EKG (electrokardiogram) – pemeriksaan jantung untuk mendeteksi jika ada kelainan. \n\n - Retinometri – memeriksa kondisi syaraf mata \n\n - Specular Microscope – untuk mengetahui kondisi kornea \n\n - Biometri IOL (introokular) Master – untuk mengetahui ukuran dan jenis lensa mata yang bisa ditanamkan \n\n 2. Melakukan konsultasi dengan dokter mengenai jenis tindakan bedah katarak \n\n 3. Memilih jenis lensa yang sesuai \n\n Lensa mata implan yang digunakan umumnya terbuat dari silikon atau akrilik yang kemudian dilapisi oleh materi khusus untuk menangkal sinar UV. Ada 4 jenis lensa implan yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasien, yaitu: \n\n - Lensa Monofokal \n\n Lensa monofokal adalah jenis lensa implan yang paling umum dan tradisional. Lensa ini hanya memiliki satu fokus — fokus jarak dekat, menengah, maupun jauh tergantung daripada keinginan pasien. Umumnya lensa jenis ini dipilih untuk membantu fokus jarak jauh. Fokus jarak dekat, seperti saat membaca, akan dibantu dengan menggunakan kacamata baca. Lensa jenis ini juga merupakan jenis lensa yang terbaik apabila pengguna sering berkendara di malam hari karena memiliki efek silau yang lebih kecil dibandingkan lensa jenis lainnya. \n\n - Lensa Multifokal \n\n Lensa ini memiliki dua titik fokus, yaitu fokus jarak dekat dan fokus jarak jauh. Lensa ini didesain sedemikian rupa sehingga otak dapat memilih titik fokus yang sesuai untuk penglihatan yang diinginkan. Lensa multifokal memiliki harga yang jauh lebih mahal dibandingkan monofokal. \n\n - Lensa Akomodatif \n\n Kebutuhan untuk mendapatkan penglihatan terbaik dalam segala situasi menyebabkan terciptanya lensa akomodatif. Lensa ini dibuat secara khusus untuk dapat berhubungan dengan otot siliaris (otot mata yang mengatur kemampuan untuk mencembung dan memipihkan lensa mata) sehingga lensa dapat berpindah ke depan maupun ke belakang untuk menyesuaikan fokus berdasarkan letak benda. \n\n Relaksasi otot siliar akan menyebabkan lensa bergerak ke belakang dan meningkatkan penglihatan jarak jauh. Sebaliknya, kontraksi dari otot siliar akan menyebabkan lensa bergerak ke arah depan dan membantu untuk penglihatan jarak dekat. \n\n - Lensa Torik \n\n Berbeda dengan lensa jenis lainnya yang membantu untuk mengatasi minus dan plus pada mata, lensa jenis ini diperuntukkan untuk mengatasi mata silinder (astigmatisme). Penggunaan lensa torik memberikan hasil terbaik dalam mengatasi mata silindris dibandingkan dengan berbagai macam teknik lainnya, seperti pengurangan luas area operasi ataupun metode limbal relaxing incision. \n\n 4. Pemberian obat tetes mata \n\n Obat tetes mata antibiotik akan diresepkan oleh dokter mata 1-2 hari sebelum bedah katarak dilaksanakan. Selain itu, terdapat juga beberapa pantangan dan kewajiban yang harus dipatuhi, yaitu: \n\n \n Berhenti mengkonsumsi obat-obatan pengencer darah untuk sementara \n Berpakaian nyaman, tidak memakai perhiasan, makeup dan parfum yang berlebihan di hari operasi \n Mengatur dengan baik cara untuk pulang ke rumah seusai operasi, karena menyetir sendiri sangat tidak dianjurkan. \n \n\n \n\n Tindakan Lanjutan Setelah Bedah Katarak \n\n Setelah Bedah Katarak dilaksanakan, kemungkinan besar penglihatan hanya mulai membaik setelah beberapa hari (tidak langsung). Rasa gatal atau tidak nyaman juga dapat terjadi. Pasalnya, mata yang dioperasi tersebut sedang dalam proses pemulihan dan penyesuaian. \n\n Tidak jarang juga mata seperti berair, atau jadi sangat sensitif terhadap cahaya. Segala ketidaknyamanan ini biasanya berhenti dalam hitungan hari pasca operasi. Namun jika rasanya berlebihan, dokter bisa saja memberi perawatan lebih. \n\n Pasca operasi, dokter akan memberikan obat tetes mata khusus yang dapat membantu pemulihan dan mengurangi risiko infeksi. Kacamata atau pelindung mata juga dapat disarankan untuk menambah proteksi pada mata yang telah dioperasi. \n\n Selain itu, berikut beberapa tips yang biasanya disarankan: \n\n \n Tidak memegang atau mengucek mata \n Tidak mengangkat benda berat \n Sudah dapat berjalan, membaca, dan sebagainya, tetapi tetap berhati-hati \n \n\n \n\n Hal-hal ini sebaiknya didiskusikan lebih lanjut bersama dengan dokter spesialis mata yang akan melakukan operasi Anda agar mendapatkan hasil akhir terbaik. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Grand Wisata<\/a><\/li>
- 11 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
5 Cara Jaga Kesehatan Mental Orangtua Selama Isolasi Mandiri<\/a><\/h3>
Saat orangtua terinfeksi virus corona, mereka otomatis harus berpisah dengan sang buah hati. Momen perpisahan tersebut menjadi salah satu hal yang membuat sebagian orangtua merasa stres, bahkan frustasi. Terlebih jika dibayangkan tidak tahu kapan mereka bisa bertemu kembali. Rasa stres hingga frustasi muncul saat orangtua merasa kesepian dan menginginkan kehadiran anak. \n\n \n\n Selama ini orangtua selalu hidup bersama anak, dapat memeluk dan merasakan kasih sayang, baik secara fisik maupun emosional. Namun, saat isolasi mandiri, orangtua tidak lagi bisa merasakan keduanya. Hal tersebut otomatis akan menimbulkan rasa kesepian yang berdampak pada kesehatan mental orangtua. Gangguan secara psikologis akan berujung pada berdampaknya kesehatan fisik. \n\n \n\n Jika sudah begitu, alih-alih cepat sembuh, orangtua pengidap corona justru akan semakin kehilangan momen berharga bersama anak. Pasalnya, saat mengalami gangguan psikis, sistem kekebalan tubuh pun perlahan akan menurun, sehingga tubuh lebih sulit untuk melawan virus. Lantas, bagaimana cara menjaga kesehatan mental selama isolasi mandiri? Sahabat Hermina dapat melakukan beberapa hal berikut ini: \n\n 1. Menjaga Komunikasi dengan Keluarga \n\n Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental selama isolasi mandiri adalah menjaga komunikasi dengan keluarga. Selama isolasi mandiri, orangtua dipersilahkan untuk menggunakan ponsel. Para orangtua bisa menggunakan momen ini untuk berkomunikasi dengan keluarga lewat video call atau telepon. Jika memiliki banyak waktu, bisa juga memutuskan untuk menemaninya sekolah online secara virtual. \n\n 2. Lakukan Permainan Secara Virtual \n\n Berpisah dari anak bukan berarti tidak bisa bermain bersama. Langkah selanjutnya untuk menjaga kesehatan mental selama isolasi mandiri adalah dengan melakukan permainan secara virtual. \n\n 3. Lakukan Kegiatan yang Disukai \n\n Selain melakukan komunikasi dengan keluarga, orangtua juga bisa melakukan hal-hal yang disukai. Jika belum bisa bepergian, bisa juga berbelanja online, menonton drama, atau hal-hal menyenangkan lainnya. Jika suka menulis, tuliskan pengalaman yang sudah dilalui selama masa isolasi mandiri. Hal tersebut bisa menjadi referensi orang lain yang memiliki kondisi yang sama. \n\n 4. Berolahraga Secara Teratur \n\n Jangan lupa berolahraga secara teratur agar kesehatan fisik dan mental tetap terjaga dengan baik selama isolasi mandiri. Olahraga secara teratur mampu melepaskan hormon bahagia dalam tubuh, sehingga akan merasa lebih rileks. \n\n 5. Berpikir Positif \n\n Salah satu hal yang paling berbahaya bagi kesehatan mental adalah memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan berusaha untuk berpikir positif, dan tidak memikirkan hal yg tidak perlu. Isolasi mandiri membuat pasien tidak memiliki banyak kegiatan seperti biasanya, sehingga terkadang pikiran melayang tinggi pada hal-hal yang tidak penting. Untuk mencegah hal tersebut, sebaiknya lakukan hal-hal seperti yang telah disebutkan pada poin 1–4. \n\n \n\n Nah Sahabat Hermina, itulah cara menjaga kesehatan mental selama isolasi mandiri. Sebagai orangtua, ibu dan ayah perlu tetap semangat. Pasalnya, masa-masa sulit seperti ini pasti akan berlalu. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n Referensi: \n\n WHO. Diakses pada 2020. Mental health and psychosocial considerations during the COVID-19 outbreak. \n\n Waterford.org. Diakses pada 2020. How to Focus on Family Mental Health During the Coronavirus Quarantine. \n\n Health Central. Diakses pada 2020. Taking Care of Your Mental Health While Self-Isolating \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 08 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Dislokasi Sendi dan Mencegah Komplikasi Buruk pada Kasus Patah Tulang <\/a><\/h3>
\n \n Dislokasi sendi, seringkali dikenal sebagai suatu kondisi terlepasnya sebuah artikulasi pada bagian anggota gerak tubuh. \n\n \n\n \n\n \n\n Kondisi terlepasnya suatu artikulasi di anggota gerak tubuh sering kita kenal dengan nama dislokasi. Kasus yang terjadi pada keadaan ini selalu seringkali disebabkan oleh karena riwayat trauma atau benturan pada anggota pergerakan tubuh. \n\n \n\n Persendiaan pada anggota gerak yang sering kali mengalami dislokasi adalah sendi bahu, sendi panggul, dan sendi siku. Mekanisme trauma yang terjadi pun dapat membedakan jenis dan tipe dislokasi yang dihasilkan. Dalam hal ini sangat penting diperhatikan keterangan mengenai waktu trauma, mekanisme trauma dan juga posisi yang tampak terlihat dari anggota gerak tersebut pasca trauma. \n\n \n\n \n\n Penanganan Pertama Kasus Dislokasi \n\n \n\n Kasus ini termasuk kasus kegawatdaruratan, karena kasus ini sering kali berhubungan dengan gangguan vaskularisasi (pembuluh darah) dan penjepitan persarafan. \n\n \n\n Untuk penanganan pertama pada kasus dislokasi sendi yang sangat penting diperhatikan adalah mengutamakan immobilisasi anggota gerak selama proses transport ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas dokter spesialis bedah tulang (orthopedic surgeon). Dalam hal ini immobilisasi anggota gerak dapat menggunakan bidai ataupun karton dan kayu yg dijadikan sebagai bahan splinting (penyangga) pada anggota gerak yang mengalami cedera. \n\n \n\n Hal penting lainnya adalah timing (waktu penanganan) yang diharapkan kurang dari golden period (masa kritis) sampai dengan penderita mendapatkan penanganan reduksi oleh ahli Orthopedic di kamar tindakan dengan anestesi umum. Hal ini penting, karena penderita harus dalam keadaan pembiusan pada proses manuver reposisi sendi, agar menghilangkan nyeri dan merelaksasi jaringan lunak atau otot di sekitar persendian agar mempermudah dalam proses reposisi sendi. \n\n \n\n \n\n Komplikasi Patah Tulang \n\n \n\n \n\n Penanganan baik medis dan nonmedis pada kasus patah tulang bila tidak ditangani dengan prosedur yang baik dan benar akan menimbulkan sebuah komplikasi yang akan membawa kasus patah tulang tersebut menjadi semakin sulit dan berbahaya bagi keselamatan pasien. Patut diketahui langkah awal dalam mendeteksi dan mengetahui gejala pada kasus ini. Dimana kasus ini sering kali muncul dari kasus kasus kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja. \n\n \n\n \n\n \n\n Penanganan terapi patah tulang sendiri dapat dilakukan secara conservative (non operatif) dan operatif. \n\n \n\n \n\n \n\n Tanda-tanda Klinis Patah Tulang \n\n \n\n Tanda awal yang dapat diketahui pada kasus patah tulang akibat trauma antara lain: \n\n \n Keluhan nyeri pada daerah anggota tubuh yang mengalami trauma, pembengkakan, memar, angulasi/bengkok \n Tidak dapat menggerakan anggota tubuh, ditemukan adanya krepita, aliran pembuluh darah tepi yang menurun, rasa tebal dan kebas akibat dari penurunan sensasi pada anggota tubuh yang mengalami trauma. \n \n\n \n\n Derajat Keluhan Patah Tulang \n\n \n\n Kasus patah tulang dibagi menurut jenisnya menjadi; \n\n \n Patah tulang tertutup \n Patah tulang terbuka (disertai luka), sesuai derajatnya: \n \n\n \n Grade 1, luka terbuka ringan <1cm dengan perdarahan minimal dan simple fracture pattern \n Grade 2, luka terbuka sedang >1cm disertai perdarahan dan moderate fracture pattern \n Grade 3, luka terbuka besar, disertai perdarahan hebat dan gangguan vaskuler tepi sampai ditemukannya bone loss \n \n\n \n\n \n\n Mencegah Komplikasi \n\n \n\n Dalam mencegah perburukan yang akan terjadi pada kasus- kasus patah tulang yang paling penting adalah menangani kasus per kasus secara individual dan tidak melakukan manipulasi berlebihan yang dapat memperburuk keadaan (do no harm). \n\n \n\n Perlu diperhatikan mekanisme injury dan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien tersebut. Langkah awal adalah memberikan antinyeri (pain management) dan antibiotik profilaksis pada kasus patah tulang dengan luka terbuka. Tindak lanjut penanganan kasus ini adalah dengan proses pembidaian anggota gerak pada posisinya serta yang harus diingat proses pembidaian tidak boleh terlalu kuat dan ketat sehingga dapat mengancam gangguan peredaran darah ke bagian tepi dari anggota gerak yang bertujuan mencegah munculnya kematian jaringan. \n\n \n\n Hal lainnya yang tidak kalah penting adalah melakukan kontrol perdarahan dan memonitor cappilary refill pada ujung anggota gerak bagian bawah (distal). Setelah hal ini ditangani maka perlu tindak lanjut dalam transportasi pasien tersebut ke fasilitas kesehatan terdekat, guna mendapatkan penanganan medis dan juga rujukan ke instansi kesehatan yg memiliki instalasi gawat darurat serta spesialis bedah tulang sebagai decision maker therapy. \n\n \n\n Untuk hal yang perlu di ingat, sekali lagi tidak diperkenankan memanipulasi trauma dengan cara diurut ataupun dipijat, hal ini selain akan meningkatkan penderitaan pasien juga dapat menghasilkan pergeseran pada tulang yang patah semakin besar yang akan berpengaruh pada keputusan terapi nantinya. Maka sangat diperlukan adanya pemeriksaan lanjutan berupa imaging dari anggota gerak yang mengalami trauma sehingga dapat membantu pemilihan tindak terapi. \n\n \n\n \n \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Manado<\/a><\/li>
- 08 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Bagaimana Penyakit Menyebar?<\/a><\/h3>
Penyakit infeksi disebarkan dari seseorang ke orang lain baik secara kontak langsung dan tak langsung. Beberapa tipe virus, bakteri, parasit, jamur semuanya dapat menyebabkan penyakit yang menular. Malaria, campak, dan penyakit sistem pernapasan merupakan contoh dari penyakit infeksi. \n\n \n\n Penyakit infeksi sering menyebar melalui kontak langsung. Tipe kontak langsung meliputi: \n\n 1. Kontak manusia-ke-manusia person-to-person \n\n Penyakit infeksi umumnya ditransmisikan melalui kontak langsung person-to-person. Transmisi terjadi disaat orang yang terinfeksi menyentuh atau bertukar cairan tubuh dengan orang lain. \n\n 2. Penyebaran droplet \n\n Semburan droplet selama batuk dan bersin dapat menyebarkan penyakit infeksi. Kita dapat menginfeksi orang lain melalui droplet yang terbentuk saat kita bicara. Karena droplet jatuh ke tanah dalam beberapa kaki/feet, tipe transmisi ini terjadi pada jarak yang dekat. \n\n \n\n Penyakit infeksi dapat juga disebarkan secara tidak langsung melalui udara dan mekanisme lain. Sebagai contoh: \n\n 1. Transmisi airborne \n\n Beberapa agen infeksi dapat menyebar pada jarak yang jauh dan tetap berada di udara untuk beberapa waktu. Kita dapat terjangkit penyakit seperti campak dengan memasuki suatu ruangan setelah ditinggalkan seseorang yang menderita campak. \n\n 2. Obyek terkontaminasi \n\n Beberapa organisme dapat hidup di suatu benda atau obyek untuk waktu singkat. Jika kita menyentuh suatu obyek, seperti gagang pintu, segera setelah seseorang yang terinfeksi menyentuhnya, kita mungkin dapat terpapar infeksi. Transmisi terjadi saat kita menyentuh mulut, hidung atau mata kita sebelum kita mencuci tangan dengan baik. \n\n 3. Makanan dan air minum \n\n Penyakit infeksi dapat ditransmisikan melalui makanan dan air yang terkontaminasi. E. coli sering ditransmisikan melalui produk yang tidak diproses dengan baik atau daging yang tidak terlalu masak. Makanan yang tidak dikalengkan dengan baik dapat menciptakan lingkungan yang siap untuk Clostridium botulinum, yang dapat menyebabkan penyakit botulism. \n\n 4. Kontak binatang-ke-manusia \n\n Beberapa penyakit infeksi dapat ditransmisikan dari binatang ke manusia. Ini dapat terjadi saat binatang yang terinfeksi menggigit atau mencakar kita atau saat kita menangani kotoran binatang. Parasit Toxoplasma gondii dapat ditemukan di kotoran kucing. Wanita hamil dan orang dengan sistem imun terganggu harus ekstra hati-hati (menggunakan sarung tangan sekali pakai dan mencuci tangan dengan baik) saat menangani kotoran kucing, atau kalau bisa menghindarinya sama sekali. \n\n 5. Sumber/reservoir binatang \n\n Transmisi binatang-ke-binatang kadang dapat menyebar ke manusia. Zoonosis terjadi disaat terjadi penyebaran dari binatang ke manusia. \n\n 6. Gigitan serangga (penyakit vector-borne) \n\n Beberapa agen penyakit zoonosis disebarkan oleh serangga, terutama serangga yang mengisap darah. Ini termasuk nyamuk, lalat dan kutu. Serangga menjadi terinfeksi saat mereka makan dari host, seperti burung, binatang dan manusia. Penyakitnya kemudian ditransmisikan melalui gigitan serangga tersebut ke host yg baru. Malaria, virus West Nile, dan penyakit Lyme semua menyebar dengan cara ini. \n\n 7. Sumber/reservoir lingkungan \n\n Tanah, air, dan tanaman yang mengandung organisme infeksius dapat juga menjangkiti manusia. Cacing tambang, misalnya, ditransmisikan melalui tanah yang terkontaminasi, penyakit Legionnaire adalah contoh penyakit yang dapat menyebar melalui air yang mensuplai pendingin dan menguap dari kondensor. \n\n \n\n Bagaimana Mencegah Penyebaran Penyakit \n\n Karena penyakit infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung atau tidak langsung, semua orang memiliki risiko. Kita mempunyai risiko yang lebih besar untuk menjadi sakit saat kita berada di sekitar orang yang sakit atau berada di area yg menjadi tempat kuman gampang berkembang biak. Jika kita bekerja atau mengunjungi tempat perawatan pasien, rumah sakit, atau praktek dokter, lindungilah diri kita dengan ekstra hati-hati. \n\n 1. Penyakit \n\n Sesuatu sesimpel menyentuh gagang pintu, tombol lift, tombol lampu atau tangan orang lain meningkatkan kemungkinan kontak dengan kuman yang dapat membuat kita menjadi sakit. Berita baiknya adalah dengan beberapa pencegahan yang sederhana dapat mencegah transmisi beberapa penyakit. Sebagai contoh, pastikan kita sering mencuci tangan dengan seksama. Gunakan sabun dan air hangat dan dengan seksama menggosok kedua tangan selama sedikitnya 20 detik. Jika kita tidak dapat mencuci tangan, gunakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol. \n\n 2. Penyakit yang menular lewat makanan/foodborne \n\n Organisme berbahaya dapat berkembang biak di makanan yang tidak dipersiapkan dengan baik. Hindari kontaminasi silang atau cross-contamination dengan memisahkan bahan makanan dan daging yang mentah. Gunakan alat yang berbeda untuk mengolah daging mentah dan cucilah seksama alat-alat dan perlengkapan masak. \n\n Dinginkan atau bekukan makanan dan sisa makanan. Menurut Departemen Pertanian AS, kita baiknya mengatur pendingin pada 4°C atau kurang dan freezer pada -18°C atau kurang. Masaklah daging merah pada temperature internal minimal 63°C. Masaklah daging cincang/ground meat pada 71°C dan daging unggas/poultry pada 73°C. \n\n Waspadailah akan sumber makanan saat berkunjung ke luar negeri. \n\n 3. Binatang dan serangga \n\n Saat berkemah atau menikmati area berhutan, pakailah pakaian berlengan panjang dan celana panjang. Pakailah anti serangga dan jaring nyamuk. Jangan menyentuh binatang di alam liar. Jangan menyentuh binatang yang sakit atau mati. \n\n 4. Vaksinasi \n\n Ikutilah perkembangan terbaru dari vaksinasi, terutama saat bepergian. Jangan lupa untuk melakukan vaksinasi hewan peliharaan juga. \n\n Vaksinasi dapat secara drastis mengurangi risiko menjadi sakit dari beberapa penyakit menular. Jika kita bisa menghindari penyakit tertentu, demikian juga kita bisa mencegah penyebaran dari penyakit tersebut. \n\n \n\n Sahabat Hermina, yuk mulai menjaga diri dengan memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan agar terhindar dari penularan penyakit-penyakit yang mengintai di sekitar kita. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 08 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 08 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 17 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 18 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>