- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 22 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Saat Stres Kerja Melanda<\/a><\/h3>
Tempat kerja adalah lingkungan yang dapat berdampak pada kesehatan mental dalam banyak hal. Bagi banyak orang, pekerjaan adalah bagian penting dalam hidup mereka, namun tekanan dan stres akibat pekerjaan dapat berdampak buruk pada kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda stres dan mengetahui cara mengelola stres kerja untuk menjaga kesehatan mental. \n\n Stres kerja merupakan reaksi fisik dan emosional yang terjadi ketika tuntutan pekerjaan melebihi kemampuan seseorang. Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, antara lain tekanan waktu, tanggung jawab yang berlebihan, konflik antarpribadi, atau ketidakpastian pekerjaan. Faktanya, stres kerja yang berkepanjangan dan tidak ditangani dapat berdampak buruk pada kesehatan mental. \n\n Pengaruh stres kerja terhdapa kesehatan \n\n Stres kerja tanpa disadari dapat menjadi beban pikiran seseorang sehingga berdampak buruk bagi kesehatan. Gejala stres berlebihan yang perlu diwaspadai antara lain gangguan irama jantung, mual, muntah, gemetar, berkeringat, mulut kering, nyeri dada, sakit kepala, sakit perut, dan nyeri otot. . Gejala fisik tersebut disebabkan oleh peningkatan aktivitas impuls saraf dari otak ke bagian tubuh lain, serta pelepasan hormon adrenalin ke dalam darah sebagai respons terhadap stres. \n\n Jika dibiarkan terus menerus, stres kerja dapat mengakibatkan masalah kesehatan fisik (seperti rambut menipis, maag, jerawat, asma, diabetes, sakit perut dan penyakit kardiovaskular), masalah kesehatan mental (seperti gangguan tidur, gangguan kepribadian, gangguan kecemasan dan depresi) serta peningkatan risiko kecelakaan kerja. \n\n Dampak buruk stress kerja terhadap kesehatan \n\n Selama beban kerja yang diberikan mencukupi, sebagian besar orang dapat menangani tekanan kerja dengan baik. Misalnya saja menjadikan beban kerja sebagai motivasi untuk belajar dan bekerja dengan lebih efektif. Namun jika beban kerja terlalu banyak maka akan menimbulkan stres kerja yang dapat berdampak buruk terhadap kehidupan pekerja, termasuk kesehatan dan hubungannya dengan keluarga. \n\n Pekerja dengan beban kerja berlebihan cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja dengan beban kerja normal (sampai 8 jam/hari). Jika kondisi ini terus berlanjut, tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular (seperti serangan jantung, diabetes, dan stroke). \n\n Langkah - langkah dalam pengendalikan saat stres kerja \n\n - Menyesuaikan beban kerja fisik dan mental dengan kemampuan masing-masing individu. \n\n - Menyesuaikan jadwal kerja sesuai dengan kebutuhan tugas dan tanggung jawab di luar pekerjaan \n\n - Menciptakan peluang Peluang pengembangan atau kemajuan karir berdasarkan keterampilan dan kompetensi tertentu \n\n - Mencari lingkungan sosial yang sehat di tempat kerja \n\n - Lakukan penilaian risiko stres \n\n - Ciptakan lingkungan kerja yang nyaman \n\n - Renungkan dan bersantai \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 30 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Sampai Ingin Menyakiti Bayinya, Apa yang Terjadi pada Ibu dengan Baby Blues?<\/a><\/h3>
Proses hamil dan persalinan adalah proses yang sangat emosional, bagi sebahagian dan kebanyakan orang adalah suatu momen yang membahagiakan. Ibu yang sedang hamil, tentunya sangat merasa bahagia dan menantikan kehadiran buah hatinya. Namun bagi beberapa orang ternyata menjadi pengalaman yang berat baginya, merasa kewalahan dan sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga timbul beberapa gangguan emosional baik dari ringan, sedang sampai berat. Salah satu gangguan emosional yang sering dialami Ibu pasca melahirkan adalah Baby Blues Syndrome atau dalam istilah medisnya adalah Postpartum Syndrome. Baby Blues Syndrome merupakan gangguan mental emosional yang paling ringan bagi ibu pasca persalinan. \n\n \n\n Gejala Baby Blues Syndrome \n\n Pada saat awal pasca melahirkan biasanya Ibu akan merasa senang dengan kehadiran buah hatinya, namun beberapa saat setelahnya, Ibu akan merasa kewalahan dan merasa terbebani merasa bahwa dirinya tidak cukup baik untuk menjadi seorang ibu. Selain itu, Ibu biasanya akan merasa mudah tersinggung, cepat lelah dan mengalami gangguan tidur. Bahkan ada juga yang mengalami penurunan nafsu makan. \n\n \n\n Baby blues syndrome biasanya terjadi 3-4 hari pasca persalinan, biasanya pada hari ke 10 akan terjadi perbaikan. Setelah dua minggu, biasanya gejala akan hilang. Apabila lebih dari dua minggu gejala tersebut belum hilang, maka hal tersebut perlu diwaspadai karena kemungkinan bisa timbul depresi post partum yang merupakan gangguan emosional yang lebih berat daripada baby blues syndrome dan memerlukan perhatian yang lebih intensive lagi. Pada saat kondisi seperti ini, Ibu harus segera dikonsultasikan ke tenaga profesional, baik dokter umum, psikiater maupun psikolog. \n\n \n\n Baby blues syndrom disebabkan oleh beberapa faktor risiko antara lain gangguan hormon, kurang Istirahat dan ada riwayat gangguan mental emosional sebelumnya seperti depresi. Baby Blues menjadi salah satu faktor prediktif untuk terjadinya depresi pasca salin yang merupakan kondisi emergensi psikiatri atau kondisi yang gawat darurat dalam psikiatri. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian edukasi kepada para calon ibu. Sein itu dukungan orang terdekat seperti pasangan dan juga keluarga menjadi hal yang penting juga bagi ibu yang mengalami baby blues agar jangan sampai jatuh kepada depresi postpartum. Selain itu, jangan merasa takut ataupun malu untuk berkonsultasi dengan psikiater maupun psikolog. \n\n \n\n Sahabat Hermina, simak penjelasan dr. Nina Masdiani, Sp.KJ selengkapnya tentang Baby Blues Syndrome di Channel Youtube Hermina Hospitals (Klik Disini) \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 31 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kasus Bunuh Diri Meningkat: Tren atau Masalah Serius?<\/a><\/h3>
Perasaan ingin bunuh diri bisa berarti memiliki pemikiran abstrak tentang mengakhiri hidup atau perasaan bahwa orang lain akan lebih baik tanpa Sahabat Hermina. Atau bisa juga berarti memikirkan metode bunuh diri atau membuat rencana yang jelas untuk bunuh diri. Bunuh diri itu rumit, dan ada banyak faktor yang mungkin menyebabkan seseorang memiliki pikiran atau perilaku untuk bunuh diri. Ide bunuh diri dapat disebabkan oleh faktor psikologis, sosial, lingkungan, atau situasional. \n\n Tidak ada yang bisa memprediksi siapa yang akan bunuh diri. Namun ada beberapa faktor risiko yang harus diwaspadai, antara lain: \n\n \n Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, seperti masalah keuangan atau hukum, atau putusnya hubungan \n Kehilangan \n Penyakit fisik \n Penyakit mental saat ini, seperti depresi \n Riwayat penyakit mental atau upaya bunuh diri sebelumnya \n Menyalahgunakan obat-obatan atau alkohol lebih dari biasanya \n Kondisi hidup yang buruk, tuna wisma atau kemiskinan \n Kekerasan keluarga atau penyerangan atau pelecehan seksual \n \n\n Bunuh diri pada anak-anak dan remaja dapat terjadi setelah peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Apa yang dianggap serius dan tidak dapat diatasi oleh anak muda mungkin tampak sepele bagi orang dewasa, misalnya masalah di sekolah atau putusnya persahabatan. Dalam beberapa kasus, seorang anak atau remaja mungkin merasa ingin bunuh diri karena keadaan hidup tertentu yang mungkin tidak ingin dia bicarakan, seperti: \n\n \n Memiliki gangguan kejiwaan, termasuk depresi \n Kehilangan atau konflik dengan teman dekat atau anggota keluarga \n Riwayat pelecehan fisik atau seksual \n Masalah dengan alkohol atau obat-obatan \n Masalah fisik atau medis, misalnya hamil atau terkena infeksi menular seksual \n Menjadi korban bullying \n Menjadi tidak yakin akan orientasi seksual \n Membaca atau mendengar kisah bunuh diri atau mengetahui teman sebaya yang meninggal karena bunuh diri \n \n\n Jika Sahabat Hermina memiliki kekhawatiran tentang teman atau anggota keluarga, menanyakan pemikiran dan niat untuk bunuh diri adalah cara terbaik untuk mengidentifikasi risiko. \n\n Bunuh diri, bunuh diri, adalah reaksi tragis terhadap situasi kehidupan yang penuh tekanan – dan lebih tragis lagi karena bunuh diri dapat dicegah. Baik Sahabat Hermina sedang mempertimbangkan untuk bunuh diri atau mengenal seseorang yang ingin bunuh diri, pelajari tanda-tanda peringatan bunuh diri dan cara mencari bantuan segera dan perawatan profesional. Anda dapat menyelamatkan nyawa - nyawa Anda sendiri atau nyawa orang lain. \n\n Untuk membantu menjaga diri Sahabat Hermina dari perasaan ingin bunuh diri: \n\n \n Dapatkan perawatan yang Sahabat Hermina butuhkan. Jika penyebab utamanya tidak ditangani, kemungkinan besar Sahabat Hermina akan kembali berpikir untuk bunuh diri. Sahabat Hermina mungkin merasa malu untuk mencari pengobatan untuk masalah kesehatan mental, namun mendapatkan pengobatan yang tepat untuk depresi, penyalahgunaan narkoba, atau masalah mendasar lainnya akan membuat Anda merasa lebih baik dalam menjalani hidup — dan membantu Sahabat Hermina tetap aman. \n Bangun jaringan dukungan Sahabat Hermina. Mungkin sulit untuk membicarakan perasaan ingin bunuh diri, dan teman serta keluarga Sahabat Hermina mungkin tidak sepenuhnya memahami mengapa Anda merasakan hal tersebut. Tetap hubungi kami dan pastikan orang-orang yang peduli dengan Sahabat Hermina mengetahui apa yang terjadi dan selalu ada saat Sahabat Hermina membutuhkannya. Sahabat Hermina mungkin juga ingin mendapatkan bantuan dari tempat ibadah Sahabat Hermina kelompok pendukung, atau sumber daya komunitas lainnya. Merasa terhubung dan didukung dapat membantu mengurangi risiko bunuh diri. \n Ingat, perasaan ingin bunuh diri bersifat sementara. Jika Sahabat Hermina merasa putus asa atau hidup tidak lagi layak untuk dijalani, ingatlah bahwa pengobatan dapat membantu Sahabat Hermina mendapatkan kembali perspektif Sahabat Hermina dan hidup akan menjadi lebih baik. Ambil satu langkah pada satu waktu dan jangan bertindak impulsif. \n \n\n Psikiater Sahabat Hermina mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik, tes, dan pertanyaan mendalam tentang kesehatan mental dan fisik Sahabat Hermina untuk membantu menentukan apa yang mungkin menyebabkan Sahabat Hermina berpikir untuk bunuh diri dan untuk menentukan pengobatan terbaik. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 29 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kesiapan Mental Sebelum Menikah: Memperkuat Pondasi Emosional untuk Hubungan yang Sehat<\/a><\/h3>
Pernikahan adalah langkah besar dalam kehidupan seseorang, dan selain kesiapan fisik dan praktis, kesiapan mental juga sangat penting. Kesiapan mental sebelum menikah melibatkan persiapan pikiran, emosi, dan sikap yang sehat untuk membangun hubungan yang kuat dan berkelanjutan. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa aspek penting dari kesiapan mental sebelum menikah. \n\n \n\n \n Mengenali dan Menerima Diri Sendiri: Penting untuk memiliki pemahaman yang jelas tentang siapa diri Anda, keinginan, nilai-nilai, dan harapan dalam hidup. Keterampilan ini membantu Anda mengenal diri sendiri dengan baik, dan memungkinkan Anda untuk berkomunikasi secara jujur dengan pasangan tentang kebutuhan dan harapan Anda. \n \n\n \n\n \n Memahami Komitmen: Pernikahan adalah janji untuk saling mendukung dan bertahan dalam suka dan duka. Memahami arti komitmen ini adalah kunci untuk menghadapi tantangan yang mungkin muncul dalam pernikahan. Penting untuk memiliki kesediaan untuk bekerja sama dan berkomitmen untuk membangun hubungan yang sehat dan berkelanjutan. \n \n\n \n\n \n Mengelola Konflik dengan Baik: Konflik adalah bagian alami dari setiap hubungan. Kesiapan mental sebelum menikah mencakup kemampuan untuk mengelola konflik dengan baik dan berkomunikasi secara efektif. Belajar mendengarkan dengan empati, menghormati pandangan pasangan, dan mencari solusi yang saling menguntungkan adalah keterampilan penting yang akan membantu memperkuat ikatan Anda. \n \n\n \n\n \n Membangun Kepercayaan: Kepercayaan adalah pondasi yang kuat dalam setiap hubungan. Sebelum menikah, penting untuk membangun kepercayaan yang saling menguntungkan antara Anda dan pasangan. Ini melibatkan keterbukaan, kejujuran, dan kesetiaan. Menunjukkan komitmen untuk mempertahankan kepercayaan dan menghormati privasi pasangan juga penting dalam menjaga hubungan yang sehat. \n \n\n \n\n \n Mempersiapkan Peran Baru: Pernikahan membawa perubahan peran dan tanggung jawab baru dalam hidup Anda. Mempersiapkan mental untuk peran sebagai pasangan, pendamping, dan mungkin orang tua di masa depan adalah bagian penting dari kesiapan sebelum menikah. Hal ini melibatkan membahas harapan, tujuan, dan tanggung jawab bersama dalam pernikahan. \n \n\n \n\n \n Mencari Dukungan: Membangun hubungan yang sehat membutuhkan dukungan dari lingkungan sosial dan keluarga. Sebelum menikah, penting untuk memiliki jaringan dukungan yang kuat. Bicarakan dengan teman dekat, keluarga, atau konselor yang tepercaya untuk mendapatkan perspektif dan saran yang berharga. \n \n\n \n\n \n Menyadari Realitas Perkawinan: Penting untuk memiliki pemahaman realistis tentang pernikahan. Tidak semua hari akan menjadi indah, dan pernikahan membutuhkan kerja keras dan komitmen yang berkelanjutan. Memahami bahwa ada tantangan, pengorbanan, dan kompromi yang terlibat dalam pernikahan akan membantu Anda lebih siap menghadapinya. \n \n\n \n\n Kesiapan mental sebelum menikah adalah langkah penting untuk membangun hubungan yang sehat dan memperkuat pondasi emosional Anda. Melalui pemahaman diri, komitmen, komunikasi yang efektif, dan kesiapan menghadapi tantangan, Anda dapat mempersiapkan diri untuk pernikahan yang bahagia dan memuaskan. Ingatlah bahwa pernikahan adalah perjalanan bersama, dan teruslah belajar, tumbuh, dan beradaptasi bersama pasangan Anda sepanjang hidup Anda bersama. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 24 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Body Dysmorphic Disorder, Kondisi Apa itu?<\/a><\/h3>
Apakah Sahabat Hermina melihat ke cermin dan terpaku pada jerawat atau bekas luka atau cacat lain yang Anda lihat pada kulit Sahabat Hermina? Atau apakah Sahabat Hermina khawatir hidung Sahabat Hermina terlihat aneh atau bagian lain dari tubuh terlihat kurang enak dilihat? \n\n Body dysmorphic disorder (BDD) adalah gangguan mental yang berbeda di mana seseorang disibukkan dengan cacat fisik yang dibayangkan atau cacat kecil yang sering tidak dapat dilihat orang lain. Akibatnya, orang dengan kelainan ini melihat diri mereka "jelek" dan sering menghindari paparan sosial atau beralih ke operasi plastik untuk mencoba memperbaiki penampilan mereka. \n\n Ketika pikiran dan perasaan ini memakan waktu dan menyebabkan tekanan emosional yang signifikan (seperti kecemasan, kesedihan, atau kesadaran diri) dan/atau masalah signifikan dalam kehidupan sehari-hari Sahabat Hermina — inilah gangguan dismorfik tubuh. Selain itu, pada titik tertentu, orang dengan BDD juga terlibat dalam perilaku kompulsif berulang yang berlebihan (seperti membandingkan dengan orang lain atau memeriksa cermin atau berdandan secara berlebihan) sebagai tanggapan atas masalah penampilan. \n\n BDD adalah gangguan kronis (jangka panjang) yang mempengaruhi pria dan wanita secara setara. Biasanya dimulai selama masa remaja atau awal masa dewasa. \n\n BDD memengaruhi cara Sahabat Hermina melihat diri sendiri dan perasaan tentang penampilan, dan gejalanya dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Beberapa yang paling umum termasuk (namun tidak terbatas pada): \n\n \n Menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan setidaknya satu hal tentang tubuh Sahabat Hermina yang menurut Sahabat Hermina kurang enak dilihat, meskipun orang lain mengatakan itu tidak signifikan atau tidak menyadarinya. Ini juga dapat menyebabkan Anda membandingkan penampilan Anda dengan penampilan orang lain. \n Merasa terdorong untuk berulang kali melihat atau memeriksa penampilan Anda (menggunakan cermin, permukaan reflektif seperti jendela atau meminta umpan balik dari orang lain). Di sisi lain, beberapa orang mungkin secara aktif menghindari foto atau melihat bayangannya untuk menghindari kesusahan yang mereka rasakan saat melihat penampilan mereka sendiri. \n Sering mengubah penampilan (tanning, mengubah gaya rambut, mengganti pakaian, dll.). \n Sering berfoto selfie (foto diri sendiri yang Anda ambil dengan smartphone) untuk memeriksa penampilan, atau menggunakan aplikasi/filter foto untuk menyembunyikan atau mengubah hal-hal yang tidak Anda sukai tentang penampilan Anda. \n Merasa takut atau cemas karena mengira orang lain menatap, menilai, atau mengolok-olok hal-hal yang tidak di sukai tentang tubuh atau penampilan. Beberapa orang mengalami serangan panik saat melihat hal-hal yang tidak mereka sukai tentang tubuh mereka di cermin atau permukaan reflektif. \n Merasa malu atau muak dengan tubuh atau penampilan, terutama hal-hal spesifik yang menurut Sahabat Hermina bermasalah. Beberapa kata paling umum yang digunakan orang dengan BDD untuk menggambarkan diri mereka atau bagian tubuh mereka termasuk "jelek", "mengerikan", "tidak normal", atau "tidak menarik". \n Perilaku perawatan kompulsif yang berbahaya, seperti mencabut atau menarik rambut (trikotilomania) atau mengorek kulit (dermatillomania). Ini adalah kondisi kesehatan mental terpisah yang berbeda dari BDD, dan mereka memiliki pendekatan pengobatan yang berbeda. \n Menghindari situasi di mana orang mungkin memperhatikan hal-hal yang tidak di sukai dari diri Sahabat Hermina. Hal ini dapat mengganggu aktivitas kerja atau sekolah, atau menyebabkan Sahabat Hermina menghindari pertemuan sosial. \n Prosedur medis berulang, seperti operasi kosmetik, untuk mencoba "memperbaiki" hal-hal yang tidak di sukai dari penampilan. \n Pikiran menyakiti diri sendiri atau bunuh diri karena penampilan. \n \n\n Jika Sahabat Hermina mengalami gejala body dysmorphic disorder, menyakiti diri sendiri atau orang lain, cemas berlebihan akan penampilan, segera hubungi dokter kesayangan Sahabat Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 08 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cara Menangani Stress Agar Tubuh Terhindar dari Ancaman Penyakit <\/a><\/h3>
Stress adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons fisik, emosi, kognitif, dan perilaku terhadap peristiwa yang dinilai mengancam atau menantang. Stress bisa muncul dengan berbagai cara. Secara emosional, orang yang mengalami stress akan mengalami kecemasan, depresi, ketakutan, mudah marah dan frustrasi. Orang yang sedang stres mungkin akan berperilaku berbeda, seperti mondar-mandir, makan terlalu banyak, banyak menangis, minum lebih banyak dari biasanya, atau secara fisik menyerang orang lain dengan memukul atau melempar barang. \n\n Stress juga bisa menyebabkan keluhan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut, keringat berlebih dan gelisah. Guna manajemen stress yang dialami, pengidap bisa melakukan olahraga, teknik relaksasi dan konsumsi makanan sehat. \n\n Stres pada seseorang bisa terjadi karena adanya Stressor atau kejadian-kejadian yang dapat memicu terjadinya stress atau bisa disebut juga pengalaman atau situasi yang penuh dengan tekanan. Masing-masing orang memiliki cara bereaksi yang berbeda dalam menanggapi stressor , yakni ada yang bereaksi positif ada juga reaksi negatif. Reaksi positif bisa berupa peningkatan kewaspadaan. Sementara reaksi negatif meliputi rasa takut dan cemas berlebihan. \n\n Dalam menjalani kehidupan manusia membutuhkan kemampuan manajemen stres yang baik agar tetap bisa menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik. Karena, jika tidak diatasi dengan baik, stres dapat mengakibatkan dampak negatif bagi kesehatan mental, fisik, hingga emosional. \n\n Manajemen Stres \n\n Yaitu suatu kemampuan menggunakan sumber daya dengan efektif dalam mengatasi ganguan atau kekacauan mental dan emosional yang timbul karena tanggapan atau respon. Tujuan manajemen stress sendiri adalah untuk memperbaiki kualitas hidup seseorang agar menjadi lebih baik. \n\n Fungsi Manajemen Stres \n\n \n Mengatur diri \n Berpikir rasional \n Menenangkan diri \n Membantu mencari jalan keluar \n Meningkatkan produktivitas \n Pematangan diri \n \n\n Untuk melakukan manajemen stres kita perlu mengetahui apa saja penyebab terjadinya stres. \n\n Berikut Penyebab Terjadinya Stress dari Faktor Psikologi \n\n \n Frustasi, terjadi ketika seseorang diblokir atau dicegah utntuk mencapai tujuan yang diinginkan atau memenuhi kebutuhan yang dirasakan. \n Konflik, ketika kita dihadapkan dalam situasi terpecah dua keinginan , tujuan, tindakan. . \n Tekanan, ketika ada tuntutan atau harapan mendesak untuk perilaku seseorang yang datang dari sumber luar, orang itu sedang mengalami tekanan. \n Krisis, tingkat kontrol yang dimiliki seseorang pada peristiwa atau situasi tertentu. \n \n\n Cara menangani stres dengan baik agar tidak berdampak pada Kesehatan mental dan fisik: \n\n \n Bicarakan dengan seseorang atau sharing \n Alihkan dengan hobi. Cara ini bisa membantu menenangkan ketegangan dalam otak akibat stress berlebihan. Dalam satu hari, coba sisihkan waktu selama 30 menit untuk melakukan aktivitas yang disukai, seperti mendengarkan musik atau menonton film. Melakukan hobi efektif meningkatkan produksi endorfin, yakni hormon pemicu perasaan bahagia. Hormon ini juga bertanggung jawab memberikan energi yang lebih positif dalam diri seseorang \n Berfikir Positif \n Relaksasi dan tenangkan pikiranStress membuat otot tubuh menjadi lebih tegang. Tak hanya otot, pikiran pun menjadi kacau dan tidak bisa berpikir dengan jernih. Untuk mengelola gejala yang muncul, pengidap bisa melakukan peregangan, pijat, mandi air hangat atau tidur. \n Melakukan aktifitas fisik. Aktivitas ini dilakukan dalam intensitas ringan hingga sedang, seperti berjalan cepat, bersepeda, hiking atau jogging. Untuk mendapatkan manfaatnya, lakukan secara rutin setiap hari selama 20 hingga 30 menit. \n Meningkatkan Ibadah \n \n\n Jadi manajemen stress adalah suatu upaya kita untuk dapat mengelola hidup, emosi, pikiran serta cara kita dalam menangani masalah. manajemen stress ini bisa dilakukan dengan melakukan perubahan dalam diri ketika sahabat hermina berada dalam tekana secara teru menerus. Ingat Menjaga kesehatan fisik memang penting namun kesehatan mental jangan sampai dilupakan. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 27 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Gejala Mental Down yang Wajib Kalian Tahu !!!<\/a><\/h3>
Kesehatan mental merupakan kondisi yang memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang. Kesehatan mental yang baik merupakan hal penting untuk menjalani kehidupan yang sehat dan bahagia. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang hal-hal yang mempengaruhi Mental Down. \n\n Mental down atau kelesuan mental adalah suatu kondisi di mana seseorang merasa sangat lelah secara emosional, fisik, dan mental. Gejala ini dapat terjadi pada siapa saja, dan biasanya disebabkan oleh stres berkepanjangan, masalah pribadi, pekerjaan yang menuntut, atau keadaan lingkungan yang tidak kondusif. \n\n Berikut adalah beberapa gejala yang biasanya terjadi pada seseorang yang mengalami kelesuan mental: \n\n \n \n Perubahan suasana hati yang drastis. Seseorang yang mengalami kelesuan mental cenderung merasa sangat sedih, kecewa, dan putus asa. Mereka juga dapat merasa kehilangan minat dan kegembiraan pada hal-hal yang biasanya mereka nikmati. \n \n \n Mudah tersinggung. Karena emosinya yang sensitif, seseorang yang mengalami kelesuan mental bisa merasa mudah tersinggung dan marah. Mereka cenderung memperbesar masalah kecil dan merasa kesulitan untuk mengatasi rasa marah atau kesal yang dirasakan. \n \n \n Gangguan tidur: Seseorang yang mengalami kelesuan mental dapat mengalami masalah tidur, seperti kesulitan tidur atau tidur terlalu banyak. Kualitas tidurnya juga dapat menurun, sehingga mereka bangun dengan merasa lelah dan tidak bertenaga. \n \n \n Penurunan energi. Kelesuan mental dapat menyebabkan seseorang merasa kelelahan secara fisik dan mental, sehingga mereka tidak dapat melakukan aktivitas yang biasanya mereka lakukan dengan mudah. \n \n \n Kesulitan berkonsentrasi. Seseorang yang mengalami kelesuan mental dapat kesulitan berkonsentrasi dan memfokuskan perhatian mereka pada suatu hal. Ini dapat mempengaruhi kinerja kerja atau belajar. \n \n \n Merasa putus asa.Seseorang yang mengalami kelesuan mental dapat merasa putus asa dan kehilangan harapan pada masa depan. Mereka cenderung merasa bahwa tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah mereka. \n \n \n Gangguan fisik. Selain gejala-gejala di atas, kelesuan mental juga dapat menyebabkan gejala fisik seperti sakit kepala, nyeri otot, sakit perut, atau gangguan pencernaan lainnya. \n \n \n\n Kesehatan mental yang baik sangat penting untuk kehidupan yang sehat dan bahagia. Ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan mental, ia dapat mengalami berbagai masalah seperti kecemasan, depresi, dan stres. Gangguan kesehatan mental juga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bekerja dan menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan memengaruhi hubungan dengan orang lain. \n\n Jika mengalami gejala-gejala di atas, sebaiknya segera mencari bantuan dari tenaga medis atau profesional kesehatan mental. Kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup, dan semakin cepat mencari bantuan, semakin baik peluang pemulihan. Di rumah sakit Hermina Purwokerto tersedia layanan bagi Anda yang ingin konsultasi mengenai Kesehatan Mental. \n\n \nUntuk memudahkan mengakses pelayanan & pendaftaran di RS Hermina Purwokerto, berikut caranya: \n1. Download mobile aplikasi di Playstore (Ketik Halo Hermina) \n2. Hubungi Call Center 1500488 \n3. Melalui website -> bit.ly/PendaftaranHerminaPurwokerto \n4. Melalui aplikasi Halodoc \n5. Pendaftaran Rapid Antigen dan Telemedicine 0813 9306 1234 \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 16 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Gejala dan Tanda Awal Kesehatan Mental Terganggu: Deteksi Tanda Bahaya dan Mencari Bantuan<\/a><\/h3>
Gangguan mental mengacu pada berbagai kondisi kesehatan mental yang memengaruhi pikiran, suasana hati, dan perilaku seseorang. Gangguan mental dapat dari ringan hingga parah dan dapat berdampak besar pada kehidupan sehari-hari, hubungan, dan kesejahteraan seseorang secara keseluruhan. Beberapa gangguan mental yang umum termasuk depresi, anxietas, gangguan bipolar, skizofrenia, gangguan makan, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD). \n\n Gangguan mental merupakan masalah yang kompleks dan terus berkembang yang dapat mempengaruhi segala usia dan latar belakang. Deteksi dan terapi dini merupakan tahap penting untuk progres yang baik dan mengurangi beban dari gangguan tersebht. Artikel ini akan membahas gejala awal gangguan mental dan apa yang bisa dilakukan \n\n \n Perasaan sedih, putus asa, atau tidak berharga yang terus-menerus \n Perubahan suasana hati yang ekstrem atau mudah marah \n Perubahan pola tidur, seperti sulit tidur atau tidur berlebihan \n Perubahan nafsu makan dan berat badan yang drastis \n Kurangnya energi atau motivasi \n Sulit berkonsentrasi atau membuat keputusan \n Perasaan cemas atau panik \n Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri \n Halusinasi atau delusi \n \n\n Deteksi dini penyakit mental adalah kunci untuk mendapatkan terapi yang cepat dan efektif. Beberapa cara untuk mendeteksi gangguan mental sejak dini antara lain: \n\n \n Memperhatikan perubahan perilaku dan suasana hati \n Berbicara dengan orang yang dicintai tentang kekhawatiran mereka \n Mencari bantuan ke profesional untuk evaluasi kesehatan mental \n Memperhatikan gejala dan pola yang dialami \n \n\n Tidak ada cara pasti untuk mencegah gangguan mental, tetapi ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko dan meningkatkan kesehatan mental. \n\n \n Membentuk pola gaya hidup sehat, termasuk diet seimbang dan aktivitas fisik teratur \n Tidur yang cukup dan mengelola stres \n Terlibat dalam kegiatan sosial dan membangun hubungan yang mendukung \n Segara mencari bantuan untuk masalah yang dialami \n Membatasi atau menghindari penyalahgunaan zat \n \n\n Perlu diketahui bahwa gangguan mental dapat diobati. Dengan deteksi dini dan terapi yang tepat, orang dengan gangguan mental dapat menjalani kehidupan yang produktif. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami salah satu dari gejala di atas, segera mencari bantuan ke profesional seperti dokter umum, psikiater, atau psikolog. Mereka dapat memberikan diagnosis yang akurat dan menentukan rencana terapi yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 27 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kelola Emosi dan Tingkatkan Suasana Hati<\/a><\/h3>
Manajemen emosi adalah seperangkat keterampilan yang dapat membantu bereaksi secara konstruktif terhadap orang atau peristiwa. Mempelajari cara mengelola emosi dapat bermanfaat bagi karier dengan membantu membuat pilihan rasional dan mengembangkan hubungan dengan orang lain. Meningkatkan keterampilan manajemen emosi mungkin membutuhkan waktu dan usaha, tetapi dapat memberikan hasil positif dalam kehidupan profesional. \n\n Jadi, apa strategi terbaik untuk mengelola emosi? Dan bagaimana kita menghindari ledakan reaktif dan mengelola emosi secara efektif saat ini? \n\n \n Tersenyumlah untuk membuat diri merasa baik. Temukan cermin, buatlah itu menyenangkan. Jika awalnya terasa tidak benar, Anda akan segera menertawakan diri sendiri dan merasa lebih baik secara alami. Otot yang kita gunakan untuk tersenyum akan memberi tahu otak bahwa kita bahagia. Lakukan setidaknya selama 30 detik. \n Tersenyumlah untuk membuat orang lain merasa baik. Ciptakan koneksi itu, buka komunikasi, picu sel-sel otak positif yang membuat kita mengalami empati terhadap orang lain. \n Bangun dan bergerak. Melompat-lompat. Penting untuk menggerakkan kelenjar getah bening kita untuk mengeluarkan racun dari tubuh kita. Gerak agar aliran darah lebih lancar dan membuat hormongembira keluar. Sekali lagi, ini akan memberi tahu otak kita bahwa kita bahagia dan membuat kita merasa lebih baik. Bangun dari meja Anda secara teratur. \n Periksa dengan tubuh. Lakukan pemindaian tubuh. Catat di mana Anda menahan ketegangan dan fisiologi Anda secara keseluruhan. Kaitkan ketegangan dan perubahan ini dengan emosi yang Anda rasakan untuk mulai memahami di mana dan bagaimana berbagai emosi memengaruhi Anda. \n Hilangkan ketegangan secara fisik. Jika Anda merasa tegang di lengan, goyangkan lengan Anda; jika Anda merasa sesak di dada, regangkan, dan kembangkan atau tarik napas dalam-dalam. \n Bernapas. Ambil 6 napas diafragma dalam-dalam. Tubuh kita tidak dapat mempertahankan kemarahan melalui pernapasan dalam. Biarkan paru-paru bagian bawah memiliki oksigen untuk melewati tubuh dan otak Anda. Ini akan menenangkan Anda dan membanjiri Anda dengan oksigen. Anda mungkin merasa geli. Lakukan setidaknya selama 60 detik. \n Berbicara dengan seseorang. Ekspresikan perasaan Anda untuk mulai menyelesaikan situasi. Curhat ke teman atau kolega daripada menekan emosi. \n Lepaskan dan libatkan kembali emosi. Memarkir emosi yang menantang untuk dihadapi nanti, bukan hanya menghindarinya. Akui dan terima perasaan tersebut kemudian gunakan kecerdasan emosional Anda untuk membantu membangkitkan emosi yang lebih bermanfaat. \n Beri label pada emosi Anda. Bagian otak yang dapat memberi label atau nama emosi adalah bagian yang sama yang 'merasakan' emosi tersebut. Pelabelan terbukti mengurangi intensitas. Hanya dengan mengatakan "Saya merasa marah" Anda sebenarnya merasa kurang marah. \n Beri label emosi untuk orang lain. Kita sering dapat melucuti situasi yang bermuatan emosional dengan mengakui apa yang orang rasakan. “Saya merasakan Anda marah; bisakah kamu memberitahuku bagaimana perasaanmu?” Hal ini mendorong orang lain untuk mempertimbangkan dan melabeli emosi mereka dengan lebih akurat: "Ya, saya merasa marah" atau "Tidak, saya tidak marah, saya kesal". \n \n\n Pahami bahwa emosi negatif dan positif itu penting. \n\n Manusia suka mengekspresikan kegembiraan dan cinta. Tapi, sepertinya hal yang tepat untuk menyingkirkan emosi negatif. Sahabat Hermina mungkin dibesarkan dengan gagasan bahwa menunjukkan kemarahan, rasa malu, atau frustrasi adalah tidak boleh, jadi Sahabat Hermina menyingkirkan perasaan ini. Memendam emosi Sahabat Hermina tidak akan membuatnya hilang—sebenarnya, kemungkinan besar hanya akan bertambah buruk. Emosi yang ditekan dapat berkontribusi pada kondisi kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi. \n\n Psikoterapi yang intinya pengobatan dengan cara-cara psikologis seperti terapi perilaku, terapi kognitif dan relaksasi juga sangat diperlukan. Psikoterapi sudah terbukti secara ilmiah dapat membantu proses penyembuhan pasien dan mampu mengatasi masalah-masalah pasien ketika pasien sudah tidak memakai obat lagi. \n\n Jadi jangan takut untuk ke dokter spesialis kedokteran jiwa untuk berkonsultasi. Satu hal penting yang perlu diingat bahwa gangguan jiwa baik itu skizofrenia, depresi atau kecemasan yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan kerusakan otak. Keadaan ini dapat membuat orang yang menderitanya mengalami penurunan fungsi berpikir yang berat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 28 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kok bisa ya orang bisa jadi Kleptomania ? Simak penjelasannya<\/a><\/h3>
Kleptomania adalah gangguan psikologis yang persisten, di mana seorang individu (anak-anak & dewasa muda) memiliki keinginan yang kuat untuk mencuri sesuatu dari rumah orang lain, toko, mall dll tanpa kebutuhan khusus untuk objek tersebut. Barang yang dicuri mungkin bahkan bernilai sangat kecil. Kleptomania mencuri untuk menenangkan stres, kecemasan dan ketegangan yang merekarasakan sebelum mencuri. \n\n Ini jarang terlihat pada orang dewasa di atasusia 50 tahun. Gangguan ini dapat di obati dengan menggunakan jasa psikolog. Terapi perilaku kognitif di pandang sebagai pilihan terapi yang paling efektif untuk kleptomania. \n\n Seperti banyak gangguan mental lainnya, Kleptomania dimulai dengan ketidakmampuan untuk mengendalikan perilaku nya sendiri. Seorang remaja dengan Kleptomania tidak dapat mengendalikan dorongan untukmelakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain. Dorongan untuk mencuri seringkali terlalu kuat untuk merekatolak. \n\n Orang dengan kleptomania mungkin menghadapi penangkapan, persidangan, dan penahanan sebagai akibat dari gejala mereka. Satu studi pasien klinis menemukan bahwa lebih dari 68% dari mereka dengan kleptomania telah ditangkap karena mencuri. Tapi tidak semua orang yang mencuri karena impulsif adalah seorang kleptomaniak. Psikolog memiliki daftar kriteria yang harus dipenuhi sebelum mereka melabeli seseorang sebagai kleptomania.\n \n\n Gejala Kleptomania \n\n \n Impuls berulang untuk mencuri \n Meningkatnya rasa tekanansebelummencuri \n Contoh pencurian benda yang nilai nya sedikit atau tidak sama sekali \n Perasaan lega, senang, dan puas ketika suatu benda di curi \n Kebohongan patologis \n Pencurian tidakdapat dijelaskan oleh gangguan lain \n \n\n Kleptomania dapat terjadi sendiri, tetapi sering muncul bersamaan dengan kondisi lain juga. Orang dengan kondisi ini mungkin rentan terhadap penggunaan zat dan kecemasan, serta gangguan lain yang terkait dengan kontrolimpuls. Beberapa gangguan lain yang dapat terjadi bersamaan dengan kleptomania antara lain: \n\n • Gangguan suasana hati \n\n • Gangguan panik \n\n • Gangguan kecemasan perpisahan \n\n • Gangguan dismorfik tubuh \n\n • Gangguan kecemasan \n\n \nMenemui psikiater bukan berarti telah gila atau kehilangan fungsi sebagai manusia. Justru sebaliknya, dengan mengikuti tanda harus kepsikiater di atas seseorang dapat mencegah diri nya terkena gangguan jiwa serta tetap menjalankan fungsi nya sebagai manusia dengan seimbang. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 08 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Cedera Otak Traumatik<\/a><\/h3>
Traumatic Brain Injury (TBI) atau Cedera Otak Traumatik terjadi bila ada benturan terhadap kepala dan menyebabkan cedera. Hal ini bisa berupa cedera tembus seperti pisau, tembakan atau yang tidak tembus seperti kecelakaan mobil maupun motor. \n\n Terdapat berbagai tingkat keparahan cedera otak ini. Banyak orang bisa sembuh dalam beberapa hari namun ada juga cedera permanen bahkan kematian. Menurut data CDC hampir 3 juta orang datang ke RS baik ke UGD maupun perawatan karena TBI ini. \n\n TBI ini bisa terjadi pada siapapun namun paling sering 80% pada laki – laki. TBI ini juga umum pada lansia dengan usia diatas 65 tahun dimana para lansia sering kehilangan keseimbangan sehingga mudah jatuh. Berbagai profesi seperti atlet, pekerja konstruksi, militer dan polisi juga mempunyai resiko lebih tinggi terkena TBI. \n\n Terdapat beberapa tipe dan keparahan TBI : \n\n \n Mild concussion : merupakan yang paling sering terjadi dan diikuti hilangnya kesadaran untuk waktu singkat (dibawah 30 menit) atau adanya gangguan atensi serta memori paska trauma \n Moderate TBI: adanya gangguan kesadaran lebih dari 30 menit tapi dibawah 1 hari. Gangguan atensi dan memori bisa sampai beberapa minggu. \n Severe TBI: hilangnya kesadaran bisa lebih dari sehari disertai adanya kelainan pada CT scan maupun MRI \n Terbuka vs Tertutup : Pada cedera kepala tertutup, duramater atau lapisan terluar dari otak, tetap utuh. Tengkorak pasien dapat mengalami keretakan (fraktur). Di sisi lain, cedera terbuka atau tembus seringkali melibatkan suatu objek yang menusuk ke dalam tengkorak pasien, dimana akan menembus duramater. \n \n\n Seseorang yang menderita dari cedera kepala traumatis dapat merasakan pusing, mual, bingung, atau depresi. Masalah keseimbangan juga merupakan gejala utama. Otak sendiri terletak dalam sebuah ruangan yang tertutup, sehingga adanya perdarahan akan menyebabkan penambahan isi dalam kepala yang pada akhirnya akan menekan otak. Ini kondisi yang berbahaya dan mengancam nyawa. \n\n Beberapa gejala TBI : \n\n \n Perubahan perilaku \n Gangguan atensi dan memori \n Kejang \n Gangguan penglihatan \n Nyeri kepala \n Mual dan muntah \n Gangguan tidur \n Sensitif terhadapa cahaya \n \n\n Pada anak dan bayi gejala TBI biasanya berupa gangguan makan maupun minum serta menangis terus (agitasi). \n\n Apabila ada yang mengalami TBI maka harus segera berobat ke fasilitas kesehatan. Setelah pemeriksaan fisik akan dianjurkan untuk pemeriksaan penunjang seperti darah lengkap dan pencitraan. Pemeriksaan radiologis yang menjadi pilihan adalah CT scan kepala. \n\n Yang paling dikhawatirkan dari TBI adalah adanya perdarahan di otak. Perdarahan di otak ini bisa berbagai macam mulai dari yang kecil sampai luas. Penanganan awal yang tepat serta keputusan untuk perlu atau tidaknya operasi sangat menentukan harapan hidup pasien. \n\n Pasien dengan gejala ringan langsung konsultasikan dengan dokter dan dapatkan saran yang relevan mengenai kemungkinan perawatan pencegahan dini. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 16 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gangguan Panik<\/a><\/h3>
Merupakan sebuah kondisi berupa sekumpulan gejala berulang yang dapat menyerupai gejala atau keluhan fisik tertentu (yang disebut serangan panik) dalam waktu satu bulan atau lebih, sehingga dapat membuat rasa khawatir akan mengalami serangan kembali walau sedang tidak mengalami gejala fisik (kecemasan antisipatorik). \n\n Seperti apa gejala yang bisa muncul? \n\n Keluhan fisik yang muncul dapat bervariasi namun umumnya melibatkan kondisi fisik otonom, seperti keluhan pada pernapasan, denyut jantung, pencernaan, atau hal lainnya. Orang yang mengalami menjadi merasa khawatir karena merasa seakan sakit berat dari organ-organ terkait yang dirasakan, karena benar-benar terasa mengganggu pada organ tersebut dan terjadi berulang kali. Durasi waktu atau lama tiap kali serangan panik juga dapat bervariasi dari beberapa menit sampai jam. \n\n Contoh keluhan yang muncul dapat berupa merasa sangat sesak dan sulit bernapas, rasa tercekik atau mengganjal di tenggorokan, jantung berdebar-debar, nyeri dada, mual atau muntah, menggigil, berkeringat banyak, gemetar, kesemutan, pusing, pandangan gelap, sampai seakan mau pingsan atau mati pada saat mengalaminya. Hal ini bahkan dapat membuat seseorang berpikir mungkin telah kehilangan akal sehat, karena keluhan tetap muncul berulang, baik dengan atau tanpa pencetus tertentu yang jelas (kadang muncul di situasi yang tenang atau tidak terduga sebelumnya), tanpa ada kenyataan bahaya yang nyata, dan secara fisik didapati hasil pemeriksaan yang relatif sehat atau ringan saja. Orang yang mengalami gangguan ini pun bisa menjadi merasa takut akan situasi atau hal tertentu, atau bahkan menjadi takut bila harus keluar rumah sendirian (agorafobia). \n\n Siapa saja yang dapat mengalaminya? \n\n Gangguan panik dapat dialami baik oleh wanita maupun laki-laki, dengan lebih sering terjadi pada wanita secara proporsi. Berbagai usia dapat mengalami gangguan ini, terutama pada usia dewasa, terlebih yang sedang atau telah mengalami tekanan. \n\n Bagaimana terjadinya dan bagaimana cara mencegahnya? \n\n Penyebab pasti gangguan ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut, namun diduga terdapat kondisi zat-zat kimia di otak yang tidak seimbang akibat tekanan atau stres berlebih yang tersimpan atau tidak dapat teratasi dengan optimal. Hal ini kemudian menyebabkan persepsi atau terjemahan yang salah terhadap stimulus atau sensasi yang dirasakan pada tubuh, sebagai sesuatu yang lebih berat dan berbahaya. \n\n Adanya riwayat keluhan serupa sebelumnya, gangguan mental lainnya, gangguan mental di keluarga, mengkonsumsi alkohol berlebihan, serta mengalami pengalaman berat atau drastis merupakan faktor risiko dari gangguan ini. \n\n Beberapa hal yang dapat diusahakan untuk mencegah atau mengurangi keluhan gangguan panik antara lain selalu menjalankan pola hidup yang sehat, berpikir positif, latihan relaksasi, istirahat yang cukup, menghindari zat yang dapat mengganggu kesehatan, menyelesaikan permasalahan yang ada, menjalani kondisi yang ada dengan tenang dan nyaman. \n\n Kapan perlu berobat atau berkonsultasi? \n\n Gangguan panik dapat diatasi, dan dapat menjadi lebih buruk sampai sangat mengganggu kehidupan sehari-hari bila tidak diatasi dengan baik. Pemeriksaan dan penanganan lebih awal oleh tenaga medis profesional, yakni Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dapat mengurangi intensitas dan frekuensi serangan, membantu meningkatkan kualitas hidup, serta akhirnya mencegah serangan muncul kembali di kemudian hari. \n\n Apabila Anda atau Keluarga ada yang mengalami atau memerlukan bantuan dan informasi lebih lanjut terkait gangguan panik, silahkan dapat berkonsultasi ke Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 16 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 08 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 28 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 16 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 08 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 30 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 22 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>